• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI MASSA

Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan yang timbul akibat komunikasi. Manusia tidak dapat hidup sendirian , ia secara tidak kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya manusia harus bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil, sekecil rumah tangga yang hanya terdiri dua orang suami istri, bisa berbentuk besar, sebesar kampung, desa, kecamatan, kabupaten atau kota, propinsi dan negara. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya (Effendy, 2003 : 28).

Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa lain communicatio istilah ini berasal dari kata communis yang berarti sama, sama

disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh si pengirim pesan kepada si penerima pesan.

Salah satu persoalan di dalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini disebabkan karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistik, matematika, ilmu elektronika, dan lain

sebagainya. Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D Laswell cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2004 : 18).

Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat defenisi bahwa: Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi ( Cangara,2004:19).

Para pakar Psikologi melihat komunikasi dalam pengertian fenomena stimuli-respons, sebagaimana dikemukakan oleh Dance (1970). Komunikasi adalah pengungkapan respons malalui simbol-simbol verbal. Sedangkan Edwin Neiman (1984) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses ketika sejumlah orang diubah menjadi kelompok yang berfungsi (Arifin,2003:26).

Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi apa yang dinamakan Wilbur Schramm”Frame of reference“atau dalam bahasa Indonesianya kerangka acuan,

yaitu paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and

Schramm mennyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman

merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif (Effendi,2003:30-31).

Istilah komunikasi massa merupakan sebuah istilah yang diadopsi dari bahasa inggris yaitu mass communication. Istilah tersebut merupakan kependekan

dari mass media communication (komunikasi media massa) yang berarti

komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi “mass mediated”.

Adapun menurut Alexis Tan (dalam Rakhmat, 1999 : 189) “The

communicator is a social organization capable of reproducing the message and

sending it simultaneosly to large number of people who are spetialy separated”

(Komunikator adalah organisasi sosial yang mampu mereproduksi kembali pesan-pesan dan mengirimkannya secara simultan ke banyak orang yang berbeda tempat).

Menurut Mc.quail (1994 : 33) komunikasi massa dapat juga dikenali dari karakter yang dimiliki yaitu :

1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan organisasi formal dan pengirim sering kali merupakan komunikator atau orang yang profesional.

2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesan tersebut seringlaki diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak sehingga merupakan suatu produk yang mengandung nilai kegunaan.

3. Hubungan antara pengirim dan penerima pesan biasanya bersifat satu arah dan jarang bersifat interaktif, impersonal, dan pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang diperjual belikan dengan uang atau ditukar dengan perhatian tertentu.

Sehubungan dengan itu menurut Wiryanto (2000 : 1) komunikasi masa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communications) yang lahir

bersamaan dengan mulai digunakan ala-alat mekanik yang mampu melipatgandakan produksi pesan-pesan komunikasi.

Little john (dalam Panuju, 1987 : 117) berpendapat bahwa komunikasi massa adalah suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan dan mengirimkannya kepada publik, dan melalui proses tersebut sejumlah pesan mencapai khalayak, digunakan, dipahami, dan mempengaruhi khalayak. Perhatian utama dalam studi tentang komunikasi massa adalah media. Bila dikatakan bahwa sistem media merupakan bagian dari sistem dalam konteks yang lebih besar, yakni politik, ekonomi, dan institusi kekuasaan, maka studi komunikasi massa juga mempelajari kaitan sistem-sistem tersebut dengan keberadaan dan fungsi media massa dalam masyarakat.

Kajian tentang media mengenali komunikasi massa dalam dua hal yaitu, pertama yang melihat dari suatu media ke arah masyarakat luas dan

institusi-institusi sosial yang terdapat di dalamnya. Teori-teori yang berkaitan dengan pandangan ini terutama sekali melihat pada bagaiman cara media menyatu dengan masyarakat dan pengaruh timbal balik yang terjadi antara media dengan struktur sosial yang besar (Little Jon 1992 : 325).

Wright (dalam Tubbs dan Moss,2000 : 1999) berpendapat dalam proses komunikasi massa khalayak berjumlah relatif besar, heterogen, dan anonim bagi sumber. Pengalaman bersifat publik dan cepat . Sumber bekerja lewat suatu organisasi yang rumit, alih-alih dalam isolasi, dan pesan mungkin mewakili usaha banyak orang yang berbeda.

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melaluio media massa pasa sejumlah besar orang ( mass communication is message

communicated through a mass medium to a large number of people)

(Ardianto,2004:3).

Melalui defenisi-defenisi komunikasi massa diatas maka kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa . Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto,2004:7-13):

a. Komunikator Terlambagakan

Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik.

b. Pesan bersifat umum.

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.

c. Komunikannya Anonim dan Heterogen.

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonom dan heterogen. Dalam komunkasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping annonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dariberbagai jenis lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, latar belakang budaya, dan tingkat ekonomi.

d. Media massa menimbulkan keserampakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubngan sekaligus. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuiakan dengan karakteristik media massa yang digunakan.

f. Komunikasi Massa bersifat Satu Arah

Secara singkat, komunikasi mssa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian komunikasi massa bersifat satu arah.

g. Stimulasi Alat Indra Terbatas

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Dalam media televisi, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

h. Umpan Balik Tertunda

Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback

merupakan faktor penting dalam membentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh

komunikan. Umpan balikdalam komunikasi massa tidak dapat secara langsung (direct feedback) karena komunikator tidak dapat melihat langsung reaksi atau

Penggunaan komunikasi dengan melalui melaui media massa ini kemudian banyak mendapatkan perhatian dari para peneliti. Hal ini sejalan dengan semakin majunya teknologi di bidang media massa. Hasil penelitian para ahli selama beberapa lama itu kemudian menghasilkan beberapa model jarum hipodermik, model komuniksi satu tahap, model komunikasi dua tahap, dan model komunikasi tahap ganda (multi step flow model).

Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble (dalam Nurudin, 2004) memberikan batasan komunikasi massa jika mencakup :

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.Anonimitas audience dalam

komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi lain. 3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu diartikan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain komunikatornya tidak berasal dari seseorang atau lembaga.

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi).

Artinya , pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini

berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi dan memperluas pesan yang disiarkan.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya dalam komunikasi antarpersonal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan atau tertunda (delayed).

Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyabarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audience yang luas

dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tidak terbatas.

II.2 TELEVISI

Menurut Effendy (1992 : 21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menmbulkan keserampakan, dan komunikasinya bersifat heterogen.

Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas

terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangan cepat. Menurut Effendy, seperti halnya media massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok berikutnya.

1. Fungsi penerangan (the imformation function)

Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuakan. Hali ini didukung oleh 2 (dua) faktor ,yaitu :

a. Immediacy (Kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung.

b. Realism (Kenyataan)

Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan,

2. Fungsi pendidikan (the educational function)

Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi , politik, dan sebagainya.

3. Fungsi hiburan (The entertainment function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnnya. Sebagian besar dari alikasi waktu siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan, seperti lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya.

Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusi untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah.(Effendy, 1994 : 27-30).

Televisi memilik audio visual yang menyebabkan realita yang diciptakan

dianngap sebagai realita yang sesungguhnya. Televisi dalam menyiarkan pesannya bersifat audio dan visual dapat dilihat dan dapat didengar, juga langsung dapat disaksikan di rumah-rumah tanpa harus meninggalkkan tempat. Berbagai macam kemajuan teknologi sehingga saat ini terus mewujudkan bentuk televisi yang canggih. Penemuai tersebut semakin menyempurnakan sistem audio visual

televisi.

Televisi mampu menarik perhatian pemirsa sedemikian rupa sehingga khalayak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan pendalaman terhadap apa yang diterimanya secara kritis. Karena semua berlansung secara cepat dan berulang-ulang secara intensif. Hal ini membuat realita di televisi masuk kedalam benak pemirsa. Penyampain pesan di televisi telah menonjolkan lambang komunikasi dengan gambar hidup yang menunjukkan suatu realita.Dengan teknologi yang tinggi, realita yang ditayangkan dapat melebihi kenyataan yang sebenarnya sehingga apa yang tidak mungkin terjadi di dunia dapat terjadi di televisi.

Setiap tayangan yang ada di televisi mengandung pesan-pesan yang bersifat memberitahu, mendidik dan menghibur. Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak sasaran perlu diperhatikan faktor-faktor seperti pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian.

1. Pemirsa

Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk media elektronik faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebutuhan pemirsa, minat, materi pesan, dan jam waktu penayangan suatu acara.

2. Waktu

Setelah komunikator mengetahui kebutuhan, minat dan kebiasaan pemirsa langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangannya. Pertimbangannya adalah agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara proporsional diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak dituju. Untuk acara yang khalayaknya anak-anak tentu saja ditayangkan mulai dari sore hari sampai kepada sekitar jam 8 malam. Hal ini tentu saja memperhatikan kegiatan dari pada anak yang pada pagi hari sampai siang hari melakukan aktifitasnya di sekolah.

3. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan dalam suatu acara. Ada yang berdurasi 30 menit biasanya untuk kuis dan acara infotainment, yang berdurasi satu jam biasanya untuk acara talkshow

dibutuhkan adalah satu jam sampai dengan dua jam. Hal ini juga berkaitan dengan kebutuhan pemirsa terhadap suatu acara yang ingin ditontonnya.

4. Metode penyajian

Metode penyajian suatu acara berhubungan dengan daya tarik acara itu sendiri agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi pemirsa. Misalkan untuk suatu acara yang bersifat berita ataupun informasi agar menambah daya tariknya dikemas dalam bentuk wawancara, dialog, talkshow, reportasi dan sebagainya.

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melaui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai paendidikan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pemgalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang dimiliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 10% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulated Experience) dari media audiovisual tadi (Darwanto 2007 :119)

Darwanto juga mengemukakan, dalamkaitannya terhadap peningkatan pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain :

1. Frekuensi menonton. Melalui frekuensi menonton komunikan, dapat diihat pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan.

2. Waktu penayangan. Apakah waktu penayangan suatu acara sudah tepat atau sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju. Misalnya tayangan yang

dikhususkan bagi pelajar, hendaknya ditayangkan pada jam setelah kegiatan belajar di sekolah usai.

3. Kemasan Acara. Agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan secara menarik. 4. Gaya penampilan pesan. Dalam menyampaikan pesan dari suatu tayangan, apakah host atau pembawa acara sudah cukup kounikatif dan menarik, sehingga

dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya dan juga memahami pesan yang disampaikan.

5. Pemahaman pesan. Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami setiap materi atau pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan.

Televisi sebagai media komunikasi massa

Media massa merupakan saluran atau media yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Yang termasuk media massa disini adalah televisi, surat kabar, majalah, radio, dan film. Media massa dapat digolongkan sebagai media elektronik dan media cetak yang keseluruhannya sering juga disebut pers.

Istilah televisi terdiri dari “tele” yang berarti jauh da “visi” (Vision) yang

berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yaitu unsur visual berupa gambar

hidup yang dapat menimbulkan pesan mendalam bagi pemirsanya (Effendy, 1994 : 192).

Sebagai media massa yang didukung oleh teknologi yang modern, televisi mempunyai banyak keunggulan yang diantaranya ialah siaran yang dipancarkan melalui televisi dapat menjangkau seluruh lapisan yang ada di masyarakat. Sedangkan kekurangan dari media massa elektronik ini adalah berbagai macam informasi yang disajikan hanya bersifat sekilas saja. Dalam arti bahwa yang muncul pada pesawat televisi tidak dapat dikaji ulang, berbeda dengan pesan-pesan media cetak.

Menurut sosiolog Marshall Luhan, kehadiran televisi membuat dunia menjadi “Desa Global” yaitu suatu masyarakat dunia yang batasannya diterobos oleh media televisi (Kuswandi, 1996 : 20).

Adapun ciri-ciri televisi antara lai (Effendy, 1994 : 21) : 1. Berlansung satu arah.

2.Komunikasi melembaga. 3. Pesan bersifat umum.

4. Sasarannya menimbulkan keserempakan. 5. Komunikannya bersifat heterogen.

Dokumen terkait