• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Komunikasi

2.2.1.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa manusia berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di

sekitarnya dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau berperilaku yang sama seperti diinginkannya. Masih menurut Scheidel, tujuan utama manusia berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis manusia (Mulyana, 2005:4).

Dalam buku karangannya yang berjudul “Dinamika Komunikasi” , Onong Uchjana Effendy melihat definisi komunikasi dari 2 arah, yaitu pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatik. Pengertian komunikasi secara umum itu pun harus juga dilihat dari dua segi, yaitu pengertian komunikasi secara etimologis dan pengertian komunikasi secara terminologis. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Kata sama yang dimaksudkan adalah sama makna.

Jadi dalam pengertian ini, komunikasi berlangsung manakala orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal yang tengah dikomunikasikannya itu. Dengan kata lain, jika orang-orang yang terlibat di dalamnya saling memahami apa yang dikomunikasikannya itu, maka hubungan antara mereka bersifat komunikatif. (dalam Nurhadi, 2017:91)

Terdapat tiga konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi menurut Dance, yaitu: (a) Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakannya, (b) dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality), dan (c) dimensi yang ketiga adalah penilaian normatif.

Tingkat observasi yang dimaksud pada dimensi pertama adalah bagaimana definisi komunikasi digunakan pada konteks yang lebih luas atau lebih sempit. Pada dimensi kedua, yang dimaksud adalah terdapat beberapa definisi komunikasi yang mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja, sedangkan sebagian definisi lain tidak menuntut syarat kesengajaan. Dimensi ketiga mendasari sebagian definisi yang menyertakan keberhasilan, sedangkan definisi lainnya tidak seperti itu (Mulyana, 2005: 60-62).

Sebagai contoh, definisi komunikasi menurut John B.Hoben, bahwa komunikasi adalah “pertukaran verbal pikiran atau gagasan”, mengasumsikan dalam komunikasi terdapat suatu pikiran atau gagasan berhasil dipertukarkan.

Sedangkan, beberapa definisi lainnya tidak mengisyaratkan keberhasilan dalam komunikasi, misalnya, definisi menurut Bernard Berelson dan Gary Steiner:

“Komunikasi adalah transmisi informasi”. Definisi tersebut tidak mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti (berhasil) (Mulyana, 2005: 61-62).

Menurut Onong Uchjana, komunikasi adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lainnya yang muncul dari benak seorang komunikator. Sedangkan perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, ekspresi (marah, bahagia, takut, dan lainnya) yang timbul dari lubuk hati seseorang (Bungin, 2008: 31). Pada tahun 1949, Shannon dan Weaver mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, baik disengaja atau tidak. Hal ini tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi, muka, lukisan, seni, dan teknologi (Cangara, 2007: 20-21).

Ada beberapa cara atau model komunikasi bekerja, salah satu yang paling terkenal adalah model komunikasi menurut Harold Laswell. Menurut Lasswell komunikasi akan berjalan dengan baik apabila melalui lima tahap. Kelima tahap itu adalah: Who: Siapa orang yang menyampaikan komunikasi (komunikator). Say What: Apa pesan yang disampaikan. In Which Channel: Saluran atau media apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi. To Whom: Siapa penerima pesan komunikasi (komunikan). With what Effect: Perubahan apa yang terjadi ketika komunikan menerima pesan komunikasi yang telah tersampaikan.

(dalam Kurniawan, 2018 : 62)

2.2.1.2 Hambatan Komunikasi

Komunikasi yang efektif tidaklah selalu mudah untuk dilakukan. Para ahli juga menyatakan bahwa sebenarnya tidak memungkinkan bagi seseorang untuk melakukan komunikasi efektif. Berbagai hambatan pasti akan dialami dan dapat merusak komunikasi yang sedang berlangsung. Berikut merupakan beberapa hambatan yang dapat terjadi ketika sedang melakukan komunikasi:

1. Gangguan

Gangguan terbagi atas 2 jenis menurut sifatnya, yang pertama adalah gangguan mekanik atau mechanical, channel noice. Merupakan jenis gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi ataupun kegaduhan yang bersifat fisik. Kedua adalah gangguan semantic atau semantic noice. Merupakan gangguan mengenai pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama terkadang mempunyai arti yang berbeda untuk orang-orang yang

berlainan. Hal ini juga disebabkan karena adanya pengertian secara konotatif dan denotatif.

2. Kepentingan

Kepentingan biasanya akan membuat orang lebih selektif dalam menentukan apa yang lebih dulu diutamakan. Hal ini merujuk pada keputusan apa yang akan menjadi perhatian jika dihadapkan dengan pilihan. Misalnya saja, ketika seseorang terjebak di gurun pasir yang begitu panas, lalu dihadapkan dengan pilihan air atau berlian, tentunya dia akan memilih air, kemudian berlian akan diperhatikan kemudian.

Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan juga tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang bertentangan.

3. Motivasi Terpendam

Semakin sesuai suatu komunikasi dengan motivasi seseorang maka semakin besar pula komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan dan begitu pula sebaliknya. Cenderung seorang komunikan akan memilih untuk mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya. Namun ada juga yang disebut sebagai tanggapan semu, hal ini terjadi apabila seorang komunikan memiliki motivasi terpendam terhadap komunikator.

Misalnya seorang pegawai yang akan menyetujui keputusan bosnya walaupun sebenarnya dia kurang setuju, hal tersebut dapat terjadi jika pegawai tersebut menginginkan naik jabatan.

4. Prasangka

Hal ini merupakan rintangan berat dalam proses komunikasi dikarenakan orang yang melakukan komunikasi sudah memiliki sikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran yang rasional (effendy, 2003 : 45-49).

Dokumen terkait