• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN BACKPACKER DALAM MENSOSIALISASIKAN PARIWISATA DANAU TOBA MELALUI INSTAGRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN BACKPACKER DALAM MENSOSIALISASIKAN PARIWISATA DANAU TOBA MELALUI INSTAGRAM"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif Kualitatif Peran Backpacker Dalam Mensosialisasikan Pariwisata Danau Toba Melalui Instagram)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

MEDAN 2021 SKRIPSI

NOVITA BERLIANA PAKPAHAN 170904117

Jurnalistik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

(Studi Deskriptif Kualitatif Peran Backpacker Dalam Mensosialisasikan Pariwisata Danau Toba Melalui Instagram)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021 SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

NOVITA BERLIANA PAKPAHAN 170904117

Jurnalistik

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(3)
(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Novita Berliana Pakpahan

NIM 170904117

Tanda Tangan :

Tanggal : Agustus 2021

(5)
(6)

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pertama kali saya mempersembahkan hasil dari kerja keras ini kepada wali sekaligus orang tua saya, Hertaty Pakpahan dan Keluarga Hutapea atas bimbingan, kasih sayang, doa, dan perhatian dan segala hal yang diberikan pada saya selama menyelesaikan skripsi ini. Saya bersyukur bahwa pesan kalian untuk selalu semangat menyelesaikan studi saya dan telah mengantarkan saya ke titik ini.

Saya menyadari bahwa sejak masa perkuliahan hingga proses penyusunan skripsi ini tak lepas dari pertolongan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hendra Harahap, Msi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU dan sebagai pembimbing yang mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D selaku Kepala Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Dosen Pembimbing yang selalu bersedia berdiskusi untuk membahas skripsi saya.

4. Ibu Munzaimah M. Sos., M.I.Kom selaku Dosen Pembimbing Akademik yang membantu menjawab setiap pertanyaan saya mengenai skripsi.

5. Marnala, Tumpak, Ade, dan Adryan selaku informan yang sudah meluangkan waktunya untuk saya wawancara sehingga skripsi ini dapat saya rampungkan.

6. Remasi dan Juanda, selaku sahabat yang menjadi tempat terbaik selama masa perkuliahan untuk berbagi kisah suka dan duka juga untuk bertukar pikiran.

7. Mirda, Riska, Katie, Bunga, Stefie, Erika, Erna selaku teman-teman yang ikut mengisi hari-hari saya dalam pembuatan skripsi ini.

(7)

8. Naomi, Margaretha, Riris dan Herman yang selalu setia menyemangati saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, maka dari itu peneliti memohon maaf sebesar-besarnya. Peneliti juga menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan dan mendorong peneliti untuk dapat semakin maju. Semoga skripsi ini dapat menambah khasanah pengetahuan kita semua.

Medan, Agustus 2021

Novita Berliana Pakpahan

(8)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Novita Berliana Pakpahan

NIM 170904117

Departemen : Ilmu Komunikasi/ Jurnalistik Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non Exlusive Royalty – Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Peran Backpacker dalam Mensosialisasikan Daerah Pariwisata Danau Toba melalui Instagram ”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan mengalihmedia/

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

(9)

Skripsi ini berjudul Peran Backpacker dalam Mensosialisasikan Daerah Pariwisata Danau Toba melalui Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, Peran Backpacker dan juga Instagram dalam Mensosialisasikan Daerah Pariwisata Danau Toba. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi Massa, Komunikasi Pariwisata, Media Baru, Stimulus Response, dan Sosial Media. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme yang memandang individu sebagai pencipta realitas sosial yang bebas, dan menggunakan metode Kualitatif yang bersifat Deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi kepustakaan. Sementara proses pelaksanannya melalui teknik analisis data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Backpacker berperan dalam mensosialisasikan daerah wisata Danau Toba melalui unggahannya yang berupa foto dan video dengan caption mengenai Danau Toba. Instagram sebagai media yang digunakan dalam proses sosialisasi juga ikut berperan dalam mensosialisasikan Danau Toba, karena melalui instgram unggahan dapat dilihat oleh berbagai kalangan. Fitur yang disediakan oleh Instagram juga membantu pemilik akun untuk berkreasi sehingga unggahan jadi terlihat lebih menarik.

Kata kunci: Backpacker, Instagram, Danau Toba, Peranan, Sosialisasi

(10)

This research is entitled The Role of Backpackers in Socialization the Lake Toba Tourism Area through Instagram. This study aims to determine the Role of Backpackers and Instagram in Disseminating the Lake Toba Tourism Area. The theories used in this research are Mass Communication Theory, Tourism Communication, New Media, Stimulus Response, and Social Media. This study uses a constructivist paradigm that views the individual as the creator of a free social reality, and uses a descriptive qualitative method. Data collection techniques were carried out through in-depth interviews, observations, and literature studies. While the implementation process through data analysis techniques, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study indicate that Backpackers play a role in socializing the tourist area of Lake Toba through uploads in the form of photos and videos with captions about Lake Toba. Instagram as a medium used in the socialization process also plays a role in socializing Lake Toba, because through Instagram uploads can be seen by various groups. The features provided by Instagram also help account owners to be creative so that uploads look more attractive.

Keywords: Backpacker, Instagram, Lake Toba, Role, Socialization

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBARPERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINILITAS ...iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ...ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB PENDAHULUAN ... 1

1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah. ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 Paradigma Kajian ... 13

2.2 Kajian Pustaka... 18

2.2.1 Komunikasi ... 21

2.2.1.1 Definisi Komunikasi ... 21

2.2.1.2 Hambatan Komunikasi ...23

2.2.2 Komunikasi Massa ... 24

2.2.2.1 Definisi Komunikasi Massa ... 24

2.2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa ... 26

2.2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 27

2.2.3 Perkembangan Teknologi Komunikasi ... 29

2.2.4 New Media ... 31

2.2.4.1 Media Sosial ... 33

2.2.5 Instagram ... 35

2.2.6 Komunikasi Pariwisata ... 39

2.2.7 Stimulus Response ... 40

2.3 Kerangka Pemikiran ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Metode Penelitian ... 41

3.2 Objek Penelitian ... 41

3.3 Subjek Penelitian ... 42

3.4 Kerangka Analisis ... 42

(12)

3.5.1 Penentuan Informan ... 44

3.6 Keabsahan Data... 44

3.7 Teknik Analisis Data ...45

3.8 Triangulasi Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 48

4.1 Hasil ... 48

4.1.1 Proses Penelitian ... 48

4.1.2 Hasil Wawancara ... 52

4.1.2.1 Informan 1 ... 52

4.1.2.2 Informan 2 ... 56

4.1.2.3 Informan 3 ... 65

4.1.2.4 Informan 4 ... 69

4.1.2.5 Informan Tambahan ... 71

4.2 Pembahasan ... 80

4.2.1 Peran Backpacker dalam Mensosialisasikan Pariwisata Danau Toba ... 80

4.2.2 Peran Instagra dalam Mensosialisasikan Pariwisata Danau Toba ... 83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1 Simpulan ... 84

5.2 Saran ... 85

5.3 Implikasi Teoritis ... 86

5.4 Implikasi Praktis ... 86

DAFTAR REFERENSI ... 87 LAMPIRAN

(13)

No Judul Halaman

4.1 Data Informan Penelitian 78

4.2 Data Informan Tambahan (BOPDT) 79

4.3 Hasil Wawancara Sesuai dengan Tujuan Penelitian 79

(14)

No Judul Halaman

2.1 Data Grafik Media Sosial Populer 36

2.2 Keragka Pemikira 40

(15)

1.1 Konteks Masalah

Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari komunikasi. Untuk menyampaikan pesan maupun informasi kepada orang lain manusia harus melakukan komunikasi. Komunikasi memiliki cakupan yang luas, tidak hanya sekedar berbicara antara satu orang dengan orang yang lainnya. Memang setiap orang dapat melakukan komunikasi, baik verbal maupun nonverbal. Namun tidak semua orang paham tentang bagaimana melakukan komunikasi yang baik. Hal tersebut tentu saja dapat dipelajari jika sudah memahami bagaimana cara berkomunikasi yang efektif sehingga pesan tersampaikan sesuai dengan harapan komunikator sehingga dapat menghindari berbagai jenis hambatan komunikasi.

Dalam dunia komunikasi sendiri terjadi perkembangan teknologi yang cukup pesat. Hal ini tentu saja memengaruhi teori komunikasi yang sudah ada.

Media dalam berkomunikasi merupakan sarana untuk melakukan komunikasi.

Pesatnya perkembangan internet telah mendorong masyarakat untuk mengakses media online secara mudah melalui handphone, atau gadget. Media dalam komunikasi terdapat 3 jenis, media cetak, elektronik dan digital (Cangara, 2007:20).

Media cetak seperti koran dan majalah disajikan melalui proses percetakan dengan bahasa yang informal. Informasi yang diberikan berupa kejadian yang sudah terjadi dalam bentuk tulisan, dapat dibaca dimana saja dan dapat dibaca berulang-ulang.

Media elektronik seperti TV dan radio menggunakan bahasa formal dan bahasa penuturan. Didistribusikan melalui transmisi, pemancar dan juga internet. Biasanya informasi berisi kejadian yang telah atau sedang terjadi. Terakhir adalah media digital, merupakan sebuah bentuk media elektronik dimana data disimpan dalam bentuk format digital (lawan dari format analog). Media digital sendiri merupakan jenis new media era kini yang sangat digandrungi oleh banyak khalayak. Hampir semua orang pasti pernah mendengar facebook, youtube, Instagram dan juga media sosial lainnya. Komputer, alat scan, serta berbagai jenis aplikasi merupakan jenis dari media digital (dalam Kusuma, 2016:65).

(16)

Seiring dengan perkembangan yang pesat di bidang teknologi komunikasi banyak mendapat sorotan ahli komunikasi, salah satunya adalah Everett M. Rogers (1986) yang melihat bahwa teknologi komunikasi merupakan perangkat keras dalam dalam struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan melakukan saling tukar informasi dengan individu lain. Definisi Rogers tersebut menunjukkan bahwa teknologi komunikasi mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, teknologi komunikasi berkaitan dengan perangkat keras atau alat. Kedua, teknologi komunikasi muncul dalam suatu struktur ekonomi, sosial dan politik tertentu.

Ketiga, teknologi komunikasi membawa nilai-nilai tertentu dari struktur di atas.

Keempat, teknologi komunikasi berhubungan dengan perangkat keras di bidang komunikasi (dalam Novi, 2005).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet yang cukup tinggi, 202,6 juta jiwa. Mengutip data dari Data Reportal, jumlah tersebut meningkat sebanyak 27 juta atau 16 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara penetrasi internet mencapai 73,7% hingga Januari lalu. Berdasarkan survei GWI pada triwulan ketiga tahun 2020 Youtube masih menjadi media sosial terpopuler di Tanah Air. Angka pengguna Youtube mencapai 94% dengan rentang usia berada di kisaran 16 hingga 64 tahun. Lalu disusul oleh WhatsApp dan pada posisi ketiga Instagram. (sumber: beritasatu.com, 2021).

Instagram merupakan sebuah platform dimana pengguna dapat saling berinteraksi melalui foto maupun video yang dapat diposting jika sudah memiliki akun. Berbeda dengan youtube yang berisikan konten berupa video, Instagram lebih fokus terhadap foto yang dapat berbicara melalui caption. Namun bukan berarti Instagram tidak menyediakan fitur video, namun durasi video yang dapat diunggah di Instagram waktunya terbatas. Peneliti memilih Instagram sebagai media yang digunakan oleh backpacker dalam mensosialisasikan daerah wisata dikarenakan Instagram dapat menyajikan hal-hal yang aktual, dengan kata lain kejadian yang sedang terjadi pada waktu sekarang dapat juga langsung disaksikan oleh orang lain diwaktu yang sama pula. Dengan begitu ramainya pengguna Instagram, maka akan lebih mudah dan cepat informasi dapat tersampaikan.

Instagram juga memiliki fitur Instagram story, dimana melalui fitur ini pengguna dapat memberitahukan aktivitas terkini kepada pengikutnya dalam bentuk video 15 detik maupun foto, namun postingan tersebut hanya bertahan selama 24 jam

(17)

sebelum masuk ke dalam archive pengguna. Masyarakat pada era ini lebih menyukai hal yang serba cepat dan baru, hal ini yang menyebabkan Instagram dipilih sebagai media yang diteliti.

Salah satu pengguna Instagram adalah mereka yang suka melakukan perjalanan ke berbagai tempat-tempat menarik. Orang yang suka melakukan perjalanan itu sering disebut sebagai Backpacker. Melakukan perjalanan wisata sudah menjadi kebutuhan manusia saat ini. Keluar dari rutinitas sibuk yang tentunya membuat penat berkepanjangan. Berwisata juga sudah menjadi gaya hidup masyarakat sekarang, terutama bagi generasi milenial. Generasi milenial atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya. Di era ini, traveling memang sedang naik daun di media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik. Tidak sedikit orang yang mulai memanfaatkan waktu luangnya untuk traveling. Mereka mulai berpikir bagaimana mengumpulkan uang dan merencanakan sebuah perjalanan. Istilah yang sering dipakai bagi mereka yang suka jalan-jalan dengan low budget adalah Backpacker.

(sumber: kominfo.go.id, 2016)

Backpacker mulai menjadi sebuah gaya hidup telah berkembang cukup pesat dalam era tahun 2000-an. Perkembangan tersebut dapat terlihat dari banyaknya maskapai penerbangan bertarif rendah, penginapan dan paket akomodasi dengan biaya yang murah. Serta kemajuan teknologi dalam berbagai bentuk komunikasi digital sehingga menyebabkan perencanaan dan pelaksanaan backpacker lebih mudah dibandingkan sebelumnya.

Pariwisata semakin berkembang seiring dengan pergerakan manusia itu sendiri dalam mencari sesuatu yang baru dan ingin memenuhi kebutuhan akan pengalaman wisata dan interaksi sosial yang tidak ditemui di tempat asalnya. Sejak lama kegiatan berwisata sudah menjadi permintaan yang wajar bagi beberapa negara karena aktivitas berwisata sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup yang bisa bersaing dengan barang mewah lainnya. Wisatawan yang akan berkunjung ke suatu tempat ditentukan oleh motivasi dan keinginan individu itu sendiri serta adanya daya tarik yang di tawarkan di suatu objek wisata.

Banyak faktor yang memotivasi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata, seperti, keluar dari rutinitas sehari-hari, menyegarkan pikiran, mencari

(18)

sesuatu yang baru, memanjakan diri, bersenang-senang dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, kegiatan berwisata bukanlah sesuatu yang bersifat mahal lagi melainkan sudah bisa dijangkau oleh setiap orang. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berwisata, salah satu caranya adalah dengan backpacker atau sering disebut sebuah trend berwisata murah dan praktis. Backpacking adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mencerminkan sebuah bentuk dari perjalanan berwisata dengan biaya rendah. Menurunnya biaya transportasi dan pertumbuhan media komunikasi melalui internet membuat perjalanan wisata backpacker ini terus meningkat (Maritha, 2010:1-2).

Zaman sekarang, para millennial paling suka backpackeran. Menurut studi terbaru, 30% turis milenial suka trip backpackeran bersama dengan temannya. Dari laporan terbaru 'Airy Budget Travel Insight 2020', kegiatan backpacking masih digemari oleh traveler milenial. Sebanyak 30% wisatawan milenial masih gemar melakukan backpacking trip. Ini sesuai dengan karakter mereka yang adventurous, dan cenderung menjadikan kegiatan traveling sebagai aktivitas untuk menghilangkan stress. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa tren backpacker menjadi digandrungi lebih dominan oleh kaum muda. Menjadi seorang backpacker harus siap dengan berbagai tantangan yang muncul tiba-tiba di lapangan. Sikap sigap dan berpikir kreatif harus menjadi hal yang dimiliki oleh orang-orang yang ingin melakukan petualangan. Kenyataan di lapangan jarang sekali 100% sesuai dengan rencana yang sudah disusun matang. Sebagai orang yang suka berpergian ke tempat-tempat baru sudah sewajarnya dituntut memiliki mental yang kuat untuk menghadapi realita di lapangan nanti (sumber: travel.detik.com, 2020).

Istilah Backpacking atau backpacker adalah istilah umum yang diberikan pada wisatawan yang bepergian dengan menggunakan backpack (tas yang digendong di punggung atau ransel). Wisatawan yang melakukan perjalanan backpacker umumnya mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan wisatawan biasa.

Salah satunya, adalah backpacker umumnya didominasi oleh kaum muda dengan mobilitas yang tinggi yaitu sering berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu daerah ke daerah lain. Karena kebiasaan berpindah-pindah ini, maka ransel menjadi pilihan yang sangat praktis. Selain itu Backpacker juga selalu menggunakan hotel atau penginapan yang sederhana, mereka berwisata ke suatu tempat tanpa menggunakan jasa Travel Agent atau biro perjalanan wisata, serta

(19)

memilih alternatif yang lebih murah dengan tantangan yang lebih banyak dan mengorbankan kenyamanan dalam pemilihan akomodasi perjalanan.

Hal ini sangat berbeda dengan wisatawan jenis Beach Holiday atau Badeurlaub (bahasa Jerman). Mereka umumnya menginap di suatu hotel berkelas dengan seharihari menghabiskan waktu untuk berjemur dan bepergian di sekitar wilayah tersebut tanpa berpindah hotel. Wisatawan jenis ini umumnya menggunakan jasa Travel Agent Overseas atau agen travel lokal yang mengatur jadwal perjalanan mereka. Serta dalam pemilihan transportasi dan akomodasi lainnya, Beach Holiday cenderung lebih memilih pilihan yang lebih nyaman, dengan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis lainnya (Afrian, 2016:12).

Menurut Buddhabhumbhitak (2008) backpacker adalah seseorang yang melakukan perjalanan wisata dengan membawa semua kebutuhan barang-barang dengan menggunakan tas punggung untuk mengakomodasi semua kebutuhannya tersebut. Menurut Maoz (2007) backpacker merupakan seseorang yang mandiri dalam melakukan perjalanan dengan perencanaan yang bertujuan untuk mencari pengalaman pada setiap destinasi yang dikunjungi dan berfokus terhadap alam, budaya, dan pengetahuan. Anggaran yang diperlukan untuk melakukan setiap perjalanan sangat diperhitungkan dan menggunakan rute perjalanan yang tidak biasa dilalui (Afrian, 2016:2).

Wisata yang sering dikenal dengan istilah traveling, kini telah menjadi semakin dikenal oleh masyarakat, bukan hanya sebagai kegiatan jalan-jalan atau rekreasi, namun kini telah menjadi bagian dari gaya hidup atau lifestyle. Data dari Pusdatin Kemenparekraf dan BPS menunjukkan sebanyak 250.038 orang melakukan perjalanan Nusantara pada tahun 2013, dengan total pengeluaran sekitar 177,84 triliun rupiah. Tentu saja peran backpacker sudah memengaruhi pendapatan negara. Tidak hanya sekedar melakukan perjalanan, namun banyak dari mereka yang juga mengabadikan moment perjalanannya dan membagikannya di sosial media, sehingga pengalaman mereka dapat dilihat oleh masyarakat luas dan bisa jadi menjadi trend yang mendatangkan turis asing maupun lokal ke tempat tersebut (Budi, 2018:8).

Perjalanan yang dilakukan oleh backpacker milenial biasanya tidak akan dapat dipisahkan dari peran sosial media sebagai tempat dimana mereka membagikan kisah perjalanan mereka. Tanpa disadari hal ini telah menjadi proses

(20)

sosialisasi bagi daerah-daerah yang sedang mereka kunjungi. Melalui postingan, following mereka di Instagram dapat melihat bagaimana perjalanan mereka dan mulai tertarik untuk datang berkunjung. Hal ini tentunya menjadi kesempatan bagi masyarakat di daerah pariwisata untuk mendapat pengunjung dan menjadi peningkatan ekonomi bagi mereka.

Indonesia terkenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah. Hal itu memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata negara ini, begitu banyak destinasi yang dijadikan sebagai daerah wisata untuk menarik perhatian wisatawan baik domestic maupun mancanegara. Terdiri atas 5 pulau besar dan ribuan pulau kecil disekitarnya seakan membuat negara ini tak habis akan lokasi-lokasi wisata yang dapat memanjakan mata. Bali mungkin sudah menjadi tempat klasik yang sudah diketahui oleh para traveler, namun negara ini tidak hanya memiliki Bali sebagai ikon negara. Pulau yang terletak di bagian barat Indonesia menyimpan ratusan tempat bak taman eden. Pulau Sumatera menyiapkan salah satu Danau yang paling besar di Asia Tenggara bagi mereka yang ingin melihat keindahan takterelakkan. Danau Toba yang memiliki luas sekitar 113.000 Ha terletak ditengah pulau Sumatra tepatnya di provinsi Sumatera Utara meliputi kabupaten Toba Samosir, Samosir, Simalungun, Karo, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, dan Dairi (sumber: www.bkpm.go.id, 2020).

Dengan jarak 3 jam perjalanan darat dari Bandara Internasional Kualanamu tidak akan terasa melelahkan setelah mata mulai dimanjakan oleh pemandangan danau yang tenang, jejeran bukit barisan, serta udara yang begitu jernih. Hal ini menjadikan Danau Toba sebagai tempat yang akan selalu dirindukan bagi mereka yang sudah menikmatinya. Danau Toba merupakan salah satu destinasi super prioritas dan masuk kedalam 3 teratas yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ikon wisata Sumatera Utara itu dipilih tentu bukan tanpa alasan. Danau Toba yang memiliki luas lebih kurang 1.145 kilometer persegi, dan kedalaman 450 meter.

Destinasi wisata alam ini sebenarnya lebih mirip dengan lautan. Tak heran karena Danau Toba adalah danau terbesar di Asia Tenggara dan salah satu danau terdalam di dunia. Di lokasi objek wisata Danau Toba ini, para pengunjung maupun wisatawan dapat menikmati kegiatan berkayak atau naik sampan dengan memilih tiga jenis rute jelajah danau Tongging-Silalahi, Tongging-Samosir atau Lingkaran Utara (sumber: travel.tempo.co, 2021).

(21)

Danau Toba sebelumnya adalah gunung berapi yang disebut gunung Toba.

Gunung ini memiliki kantong magma sangat besar yang jika meletus akan menghasilkan daya ledak yang sangat tinggi. Kantong magma Gunung Toba disuplai oleh banyaknya lelehan sediman lempeng benua yang saling bergesek secara hiperaktif, yaitu lempeng Indo-Australia yang mengandung banyak sedimen, dan lempeng Eurasia yang menjadi tempat duduknya Pulau Sumatera. Letak kedua lempeng itu berada di kedalaman 150 km di bawah bumi. Gesekan lempeng IndoAustralia dan Eurasia menghasilkan panas sehingga melelehkan bebatuan.

Lelehan tersebut kemudian naik ke atas sebagai magma. Oleh karena seringnya kedua lempeng ini bergesekan, magma yang dihasilkan cukup banyak sehingga dapat menciptakan ledakan yang begitu dahsyat. Dari beberapa literatur, tercatat bahwa Gunung Toba pernah meletus tiga kali (sumber: sindonews.com, 2018).

Pertama, letusan pertama gunung Toba terjadi sekitar 800 ribu tahun yang lalu dan membentuk kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Porsea dan Prapat. Kedua, Letusan kedua terjadi sekitar 500 ribu tahun yang lalu dan menghasilkan kaldera di utara Danau Toba, yaitu daerah antara Haranggaol dengan Silalahi. Ketiga, Gunung Toba terakhir meletus pada 74.000 tahun lalu. Letusan terakhir ini disebutsebut sebagai letusan paling dahsyat dalam sejarah Dunia.

Meskipun sama sekali tidak tercatat di dalam buku, namun bukti-bukti ilmiahnya bisa ditemukan di masa kini. Para ahli memperkirakan letusan gunung Toba menghasilkan ledakan supervulkanik dengan skala sekitar 8.0 Volcanic Explosivity Index (VEI). Jika dibuat perbandingan, ledakan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki memiliki daya ledak 0,015 megaton TNT, letusan gunung Krakatau berdaya ledak 150 megaton TNT, maka letusan gunung Toba diperkirakan berdaya ledak 26000 megaton TNT dan mampu menghancurkan area Sumatera seluas sekitar 20.000 km2 (sumber: sindonews.com, 2018).

Danau Toba, selain mempunyai proses terbentuk yang alamiah, juga memiliki cerita rakyat yang sudah diceritakan secara turun temurun. Awalnya ada seorang petani bernama Toba yang pekerjaan sehari-harinya adalah bercocok tanam di desanya. Namun terkadang dia juga pergi memancing untuk dijual ata dijadikan lauk makanannya. Namun pada suatu hari, ketika dia pergi memancing, ikan yang dipancingnya sangat berbeda dari biasanya. Ikan tersebut memiliki bobot yang cukup berat sehingga membuat Toba merasa sangat senang.

(22)

Tak lama kemudian secara mengejutkan ikan tersebut berubah menjadi sosok perempuan dengan paras cantik jelita. Perempuan itu lalu menjelaskan kepada Toba dirinya adalah seorang putri yang dikutuk. Putri itu berterimakasih dapat terbebas karena pertolongan Toba dan bersedia menjadi istri dari Toba.

Hanya saja, putri cantik itu memberi syarat yakni sebuah larangan membicarakan asal-usul sang putri. Mereka berdua akhirnya menikah dan memiliki seorang anak bernama Samosir. Sayangnya, Samosir tumbuh menjadi anak yang sedikit nakal dan memiliki nafsu makan yang besar.

Suatu ketika, Samosir disuruh oleh ibunya untuk membawakan bekal kepada ayahnya. Namun dalam perjalanan, Samosir merasa lapar lalu memakan bekal tersebut. Ayahnya yang sudah sangat kelaparan dan mendapati bekalnya tidak utuh lagi langsung murka kepada anaknya dan melanggar janjinya dengan mengatakan bahwa Samosir adalah anak ikan. Hal tersebut langsung membuat hujan badai didaerah tersebut dan menenggelamkan pulau itu. Hal itulah yang menjadikan terbentuknya Danau Toba. (sumber: detik.com, 2020)

Luasnya danau toba memberikan banyak spot yang luar biasa indah untuk dinikmati oleh masyarakat. Hal ini tentu saja menarik banyak wisatawan asing maupun lokal untuk datang berkunjung. Menyaksikan keindahan danau toba memang tidak ada habisnya. Waktu seolah berhenti jika mata mulai beradu dengan birunya air akibat pantulan cahaya matahari. Udara dingin yang menusuk hingga ke tulang sekejap membuat lupa dengan rumitnya kehidupan. Seolah Tuhan sedang melukis simulasi surga agar manusia tahu tentang kebesaran sang kuasa.

Alam yang menakjubkan juga membuat Danau Toba ditetapkan UNESCO sebagai Toba Caldera. Demi makin memantapkan posisinya sebagai destinasi favorit, kawasan wisata itu terus dikembangkan. Pengembangan meliputi pelebaran alur Tano Ponggol dari 25 meter menjadi 80 meter, pembangunan Jembatan Tano Ponggol sepanjang 450 meter yang menghubungkan daratan Sumatera dan Pulau Samosir dan penataan kawasan tepi danau. Pelebaran alur ini ditujukan untuk membuka akses kapal wisata yang lebih besar agar dapat mengelilingi kawasan Danau Toba. Perhatian pemerintah saat ini kepada Danau Toba sudah banyak terbukti dengan pembangunan infrastruktur dimana-mana. Semoga kedepannya Danau Toba dapat semakin dikenal di kancah dunia internasional. Hal ini tentu saja

(23)

akan ikut berdampak bagi masyarakat sekitar. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung kehidupan ekonomi masyarakat juga pasti akan terbantu.

Toba Caldera sendiri merupakan salah satu tempat wisata yang sudah dirampungkan oleh pemerintah. Berjarak sekitar 176 km dari kota Medan membuat lokasinya masih mudah terjangkau oleh masyarakat ibu kota provinsi Sumatera Utara yang ingin menikmati keindahannya. Toba Caldera juga memiliki kaitan geologis dan warisan tradisi budaya dan keanekaragaman hayati yang tinggi, cukup menjadikannya alasan untuk dilirik oleh mancanegara. Bukan tanpa alasan organisasi sebesar UNESCO melirik Toba pada tahun 2019 lalu. Berikut beberapa alasan mengapa daerah Danau Toba ditetapkan sebagai kawasan Geopark oleh UNESCO:

1. Terbentuk dari ledakan super vulkanik Berada di sesar aktif Sumatera, Kaldera Toba di Provinsi Sumatera Utara terbentuk dari ledakan super vulkanik 74.000 tahun lalu. Hasil letusannya mempengaruhi iklim dunia dan memusnahkan peradaban Asia Selatan. Kini, dasar kaldera tersebut dipenuhi dengan air sedalam 550 meter seluas 1.130 km persegi dan menjadi danau terbesar di Indonesia (sumber : mediaindonesia.com, 2020).

2. Diusulkan ke UNESCO sejak 2014 Pemerintah Indonesia sudah mengajukan Kaldera Toba sebagai geopark dunia sejak 2014 lalu dan disetujui pada 2019. UNESCO mengesahkannya dalam sidang di Paris, pada 2 Juli 2020.

3. Masuk daftar 10 Bali baru Keindahan Kaldera Toba dan kekayaan budaya yang dimiliki menjadikan Danau Toba sebagai salah satu tujuan wisata andalan Indonesia yang masuk dalam daftar 10 Bali Baru. Danau Toba mempunyai ukuran panjang 87 km dan lebar 27 km, dengan ketinggian 904 meter di atas permukaan laut.

4. Dikelilingi 7 kabupaten Kawasan geopark Kaldera Toba ditinggali oleh penduduk dari tujuh kabupaten, yakni Simalungun, Toba Samosir, Karo, Tapanuli Utara, Samosir, Dairi dan Humbang Hasundutan. Total populasi berisi 263.978 penduduk. Tiga kabupaten berpenduduk terbanyak adalah Samosir, Toba Samosir, dan Simalungun.

5. Miliki 16 situs geologi Ledakan super vulkanik itu meninggalkan 16 situs geologi dengan keunikannya masing-masing. Sepuluh di antaranya, yakni air terjun Sipiso Piso-Tongging di utara kaldera, Silahisabungan di barat kaldera, Haranggaol di utara kaldera, Hutan lindung monyet-monyet liar Sibaganding, Taman Eden di timur kaldera, Balige-Liang Sipege di selatan kaldera, air terjun Situmurun Uluan, panorama Hutaginjang plateau, Muara- Sibandang Volkanik, panorama dan taman.

Dalam wawancara dengan dailyanalisa.com Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT), Arie Prasetyo mengatakan, wisatawan yang

(24)

datang ke Samosir menembus angka 35.120 orang. Kunjungan terhitung sejak 20 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020. Menurutnya, hal ini merupakan peningkatan yang luar biasa, karna angka 35 ribu dapat digapai hanya dalam kurun waktu 11 hari. Naiknya kunjungan wisatawan menjadi dampak baik bagi masyarakat disekitar danau toba. Ramainya kunjungan tentu saja memberi kesempatan bagi masyarakat lokal untuk memaksimalkan bisnis mereka. Apalagi sektor perekonomian bagi daerah tersebut bergantung kepada pariwisatanya (sumber:

dailyanalisa, 2020).

Tahun 2020 dunia diterpa oleh virus yang tidak pernah diharapkan kehadirannya. Dampak dari Covid19 memaksa harus terjadinya PSBB ataupun Pembatasan Sosial Berskala Besar. Tempat-tempat wisata yang tadinya bebas beroperasi setiap hari menjadi harus tutup sebagian. Namun hal ini tidak memadamkan semangat wisatawan untuk tetap berkunjung ke Danau Toba.

Menurut Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo, jumlah wisatawan domestic yang datang ke Danau Toba pada masa pandemic cukup tinggi. Danau Toba sebagai Danau terluas di Asia Tenggara tentu saja membuat minat wisatawan sangat tinggi untuk mengunjunginya. Dalam wawancara tersebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan,

“pemerintah akan berupaya untuk memastikan Danau Toba tidak hanya dikunjungi sekali oleh wisatawan, tetapi akan bikin mereka ketagihan”. Upaya yang akan dilakukan pemerintah, kata Menko Luhut, ialah selain mempercantik lokasi wisatanya, tapi dukungan dari Kementerian PUPR, Pertanian, Perhubungan, dan tentunya Kemenparekraf akan membuat orang nyaman dan merasakan ada sesuatu yang membuat mereka mau datang lagi dan lagi. Hal ini merupakan dukungan penuh pemerintah untuk mengembangkan daerah Danau Toba. (sumber: inews.id, 2021)

Dukungan pemerintah tidak akan sepenuhnya berhasil jika tidak disertai dengan pengenalan mengenai daerah wisata yang sedang dijadikan prioritas tersebut. Dunia saat ini tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan teknologi dan media sosial. Peran teknologi saat ini sungguh amat besar bagi kelangsungan sebuah daerah wisata. Orang di belahan bumi lain dapat mengetahui informasi apa yang ada di negara ini cukup hanya melalui sebuah postingan semata. Dunia berubah begitu cepat. Jika dulu sangat sulit untuk berkomunikasi dengan orang yang diluar kampung, saat ini kita dapat berkomunikasi dengan mereka yang ada di

(25)

benua lain jika signal dan media yang kita miliki mumpuni. Hal itulah yang menjadikan media sosial seolah menjadi ujung tombak bagi pelaku usaha yang ingin usahanya diketahui oleh banyak orang. Sama kasusnya dengan pengenalan daerah wisata, pemerintah membutuhkan sosialisasi agar masyarakat luas mengetahui mengenai bagaimana gambaran daerah wisata tersebut.

Backpacker sendiri memiliki peran dalam mensosialisasikan daerah prioritas ini dengan menggunakan media komunikasi yaitu sosial media. Dalam hal ini peneliti memilih Instagram sebagai tempat berbagi cerita perjalanan baik melalui foto, tulisan dan video. Setiap unggahan milik akun Instagram backpacker memiliki indikator yang dapat membuat unggahan tersebut semakin mencakup banyak akun Instagram lain, seperti fitur likes,comment dan share yang membuat unggahan tersebut diketahui khalayak yang lebih luas. Semakin tinggi jumlah likes sebuah uanggahan, maka logaritma pada Instagram akan membuat unggahan tersebut masuk kedalam explore akun lain yang bersangkutan. Instagram sendiri merupakan aplikasi sosial media yang sangat diminati oleh masyarakat terutama milenial seperti yang sudah peneliti jelaskan tadi di atas. Maka berdasarkan penjelasan tersebut, membuat peneliti tertarik untuk meneliti secara mendalam tentang Bagaimana Peran Backpacker dalam Mensosialisasikan Pariwisata Daerah Danau Toba melalui Platform Media Sosial Instagram.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti merumuskan fokus masalah yaitu:

1. Bagaimana peranan Backpacker dalam mensosialisasikan pariwisata daerah Danau Toba?

2. Bagaimana peranan Instagram dalam mensosialisasikan pariwisata daerah Danau Toba?

3. Bagaimana keterkaitan Instagram dan Backpacker dalam mensosialisasikan pariwisata daerah Danau Toba?

(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui:

1. Peran Backpacker dalam mensosialisasikan pariwisata daerah Danau Toba.

2. Peran media sosial Instagram dalam mensosialisasikan daerah Danau Toba.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini memperkaya khazanah ilmu pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai peranan backpacker dalam mensosialisasikan pariwisata melalui Instagram.

2. Secara praktis, penelitian ini menjadi referensi bagi pembaca, terutama bagi jurnalis dalam pelaksanaan tugas, juga mahasiswa mengenai praktik jurnalistik.

3. Secara akademis, penelitian ini menjadi sumbangsih kepada Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta praktisi Ilmu Komunikasi lainnya dalam bidang kajian jurnalisme.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian

Paradigma merupakan cara pandang, nilai, asumsi, untuk memahami realitas yang ada di dunia nyata. Paradigma dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian dikarenakan seorang peneliti harus memahami sudut pandang apa yang digunakannya dalam melakukan sebuah penelitian. Paradigma atau paradigm (Inggris), istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma. Secara etimologis, para berarti (di samping, di sebelah) dan deigma berarti (memperlihatkan, yang berarti, model, contoh, arketipe, ideal). Deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menunjukkan atau mempertunjukkan sesuatu.

Menurut Robert Friedrichs (Pujileksono, 2015), paradigma merupakan sekumpulan nilai yang dapat membentuk sebuah pola pikir pada seseorang yang dapat menuntun orang tersebut untuk dapat menangani sebuah realita. Paradigma merupakan cara pandang atau pola pikir komunitas ilmu pengetahuan atas peristiwa/ realitas/ ilmu pengetahuan yang dikaji, diteliti, dipelajari, dipersoalkan, dipahami dan untuk dicarikan pemecahan permasalahannya. Menurut Patton, paradigma adalah:

“A paradigm is a worldview, a general perspective, a way of breaking down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is important, legitimate and reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of long existential or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms the constitutes both their strength in that it makes action possible, their weakness in that very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of paradigm” (dalam Mulyana, 2005).

(28)

Terjemahan dari pengertian tersebut adalah:

“Paradigma adalah suatu pandangan dunia, suatu perspektif yang umum, suatu cara mematahkan kompleksitas dalam dunia nyata.

Dengan demikian, paradigma sangat tertanam dalam sosialisasi pengikut dan praktisi: paradigma memberitahu mereka apa yang penting, sah, dan masuk akal. Paradigma juga normatif, memberitahu praktisi apa yang harus dilakukan tanpa perlu pertimbangan eksistensial atau epistemologi yang panjang. Tapi itu adalah aspek paradigma yang merupakan kekuatan dalam membuat tindakan yang mungkin, kelemahan mereka bahwa alasan untuk tindakan tersembunyi dalam asumsi diragukan paradigma”.

Setiap individu memiliki paradigma tersendiri dalam memaknai sebuah realitas. Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga harus bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial dan epistimologis yang panjang (Mulyana, 2005:9).

Paradigma menjadi kerangka konseptual dalam mempersepsi bagaimana dan apa yang menjadi sebuah penilaian terhadap semesta. Artinya, observasi netral dalam hal ini dianggap tidak ada karena segalanya bergantung bagaimana manusia menggunakan kerangka konseptualnya. Sama halnya dengan ketika Aristoteles melihat gerak benda jatuh sebagai lurus, sedangkan Newton menganggap itu sebagai gerak pendulum. Hal ini menurut Kunt disebabkan oleh adanya perbedaan paradigma yang dianut keduanya terutama dalam hal adopsi asumsi ontologi yang berbeda terhadap semesta (Adian, 2002:32).

Paradigma terdiri atas bermacam-macam jenis. Guba dan Lincoln, menyebutkan empat jenis paradigma yaitu: positivisme, post positivisme, konstruktivisme, dan kritis. Sementara, menurut Creswell, paradigma ada dua jenis, yaitu: kuantitatif dan kualitatif. Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Paradigma kualitatif merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas yang holistis, kompleks, dan rinci.

(29)

Paradigma kualitatif disebut juga dengan pendekatan konstruktivis, naturalistik atau, interpretatif, atau perspektif post modern (Adian, 2002:34).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivistik dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif berusaha menjelaskan realitas dengan menggunakan penjelasan deskriptif dalam bentuk kalimat. Penelitian kualitatif lebih menekankan bahwa realitas itu berdimensi interaktif, jamak dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh individu-individu.

Paradigma konstruktivistik adalah paradigma yang memandang bahwa suatu realitas terjadi karena di konstruksi atau dibangun, tidak terjadi secara alamiah, Konstruktivisme bertujuan untuk bagaimana kita memahami sebuah realitas tidak seperti apa adanya melainkan untuk dapat mengetahui sesuatu yang barangkali disembunyikan di baliknya. Perihal ini, individu hendaknya dapat melihat realita dan menjadikan realitas tersebut menjadi pengetahuan bagi dirinya (Pujileksono, 2015:36).

Pemikiran filosof Giambattista Vico merupakan pemikiran pertama mengenai paradigma konstruktivisme ketika Vico mengatakan bahwa manusia hanya akan memahami hal-hal yang ia bangun sendiri. Maksudnya disini adalah pengetahuan baru hanya dapat dipahami dengan kacamata pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Seseorang akan mengolah pengetahuan yang baru didapatkannya dan melakukan penimbangan-penimbangan dengan pengetahuan yang sudah ia miliki. Sehingga, ia tidak lagi dianggap sebagai pihak yang begitu saja menerima pengetahuan, tetapi terdapat proses mengolah sebelum memahami (Mudjiman, 2007:26).

Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistemologi merupakan sebuah hasil konstruksi sosial. Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya serta dengan dunia objek material. Pengetahuan merupakan hasil gambaran tentang kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat dan dianggap sebagai kumpulan fakta. Akan tetapi sains menerima sebuah pengetahuan sebagai sesuatu yang tidak lepas dari yang sedang belajar mengerti. Pengetahuan lebih dianggap sebagai sebuah proses pembentukan yang berkelanjutan dan terus berkembang juga berubah. Sehingga dapat digambarkan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan bentukan dari diri manusia itu sendiri. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna

(30)

terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan, dengan demikian dunia muncul dalam pengalaman manusia secara terorganisir dan bermakna.

Keberagaman pola konsep/kognitif merupakan hasil dari lingkungan historis, cultural, dan personal yang digali terus menerus. Pada penelitian yang menggunakan paradigma konstruktivistik, realitas sosial yang dialami oleh peneliti tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang. Kebenaran dari realitas sosial dilihat dari konstruksi sosial dan kebenaran realitas sosial merupakan sesuatu yang relatif.

Istilah konstruksi sosial sendiri menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman (Tamburaka, 2012) melalui bukunya yang berjudul “The Social Construction of Reality, A Treatise In The Sociological of Knowledge “. Mereka menggambarkan bahwa proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Menurut mereka, konstruktivisme merupakan penggabungan dari dua teori yaitu struktural fungsional dan interaksionisme simbolik.

Von Glasserfeld menyatakan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari realita, pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada.

Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang, itulah kenapa pengetahuan disebut merupakan sebuah konstruksi dari pengalaman yang dialami manusia. Selanjutnya, Von Glasserfeld (Anwar & Adang, 2011) membedakan adanya tiga tahap konstruktivisme yang telah peneliti ringkas sebelumnya yaitu:

1. Konstruktivisme radikal adalah konstruktivisme yang mengesampingkan hubungan pengetahuan sebagai suatu kriteria kebenaran.

Menurut konstruktivisme tahap ini, pengetahuan tidak merefleksikan suatu kenyataan ontologis subjektif tetapi merupakan suatu pengaturan dan organisasi dari suatu dunia yang dibentuk oleh pengalaman seseorang.

2. Realisme hipotesis menurut aliran ini, pengetahuan (ilmiah) yang kemudian dipandang oleh manusia sebagai suatu hipotesis dari struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas.

(31)

3. Konstruktivisme yang biasa adalah filsafat yang menyatakan pengetahuan manusia merupakan suatu gambaran dari realitas semesta.

Pengetahuan dalam hal ini dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dari kalangannya sendiri.

(Anwar & Adang, 2011) Robert E. Yager mengemukakan tahap pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme terdiri dari empat tahap yang terlebih dahulu peneliti rangkum, yaitu tahap invitasi, tahap eksplorasi, pengajuan eksplanasi dan solusi, dan pelaksanaan tindakan.

1. Invitasi diperlukan untuk mengidentifikasi konsepsi awal peneliti sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut: mengamati keingintahuan peneliti, peneliti menjawab pertanyaan, mempertimbangkan kemungkinan jawaban pertanyaan, mencatat hal-hal yang tidak diperkirakan, dan mengenali situasi yang diharapkan peneliti.

2. Eksplorasi adalah tahap pelaksanaan pembelajaran dengan melibatkan peneliti secara aktif menggali informasi-informasi baru.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap eksplorasi adalah:

mengajak peneliti untuk fokus pada pembelajaran. Mendiskusikan alternatif kemungkinan, mencari informasi, melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang ada, mengamati gejala gejala khusus, merancang model, mengumpulkan dan mengolah data, menggunakan strategi-strategi penyelesaian masalah, memilih sumber-sumber yang tepat, mendiskusikan solusi dengan yang lain, merancang dan melaksanakan percobaan, ikut serta dalam diskusi, mengenali resiko dan konsekuensi-konsekuensi yang timbul, menentukan parameter suatu penyelidikan, menganalisis data dan sebagainya.

3. Pengajuan eksplanasi dan solusi merupakan tahap diskusi yang dilakukan di antara peneliti, baik secara individu maupun secara kelompok.

Kegiatan diskusi ini juga dapat berlangsung dengan guru yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan yang terjadi pada tahap pengajuan eksplanasi (penjelasan) dan solusi (penyelesaian) adalah:

mengkomunikasikan informasi dan ide-ide, membangun dan menjelaskan model, membangun penjelasan baru, mengupas penyelesaian, menggunakan evaluasi kelompok, memasang jawaban-jawaban atas solusi solusi, menentukan penutup yang sesuai, dan memadukan solusi dengan pengetahuan dan pengalaman.

4. Taking action atau tahap pengambilan tindakan merupakan tahap akhir pembelajaran, pada tahap ini peneliti merumuskan hasil eksplorasi dan diskusinya. Tahap ini juga diberikan evaluasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru, baik secara lisan maupun secara tulisan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah:

membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagi

(32)

informasi dan ide-ide, menjawab pertanyaan baru, dan mengembangkan hasil dan ide-ide.

2.2 Kajian Pustaka

Dalam sebuah penelitian, diperlukan adanya landasan berpikir. Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti, dengan berbasis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelusuran kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sangat diperlukan, agar dapat menjadi acuan dan memberi tambahan informasi yang penting dan jelas.

Penelitian terdahulu yang sedikit banyak berkaitan dengan masalah yang peneliti fokuskan pada penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Muhammad Ikbal dan Mochammad Abdul Ghofur tahun 2019 lalu dengan judul Efektivitas Unggahan Foto Di Akun Instagram @indotravellers.co Terhadap Minat Berlibur Komunitas Backpacker Malang. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini yaitu ketua komunitas, pengurus bagian humas dan 3 anggota yang aktif menyebarkan informasi wisata menarik untuk dikunjungi Komunitas Backpacker Malang. Teknik pengumpulan data yang lakukan oleh peneliti adalah wawancara.

Metode analisis data yang digunakan yaitu metode deskriptif, dimana mendeskripsikan hasil data yang diperoleh. Informan dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria yang telah dijelaskan pada bagian penentuan informan, dimana dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban yang berkualitas dari segala pertanyaan yang diajukan oleh peneliti saat proses penggalian data. Informan yang dipilih merupakan ketua komunitas yaitu saudara Nafi berumur 22 tahun, pengurus bagian humas yaitu saudari Risna berumur 20 tahun, dan anggota yang aktif menyebarkan informasi wisata menarik untuk dikunjungi Komunitas Backpacker Malang sebanyak 3 orang yaitu saudara Ihsan berusia 23 tahun, Eva berusia 25 tahun dan Riyan berumur 24 tahun.

Dari penelitian yang dilakukannya, berikut merupakan hasil dari penelitian tersebut:

Berdasarkan informasi melalui telpon dengan pemilik akun

@Indotravellers.co yaitu saudara Rendi menjelaskan bahwa: Akun Instagram

@Indotravellers.co adalah wadah informasi dan promosi objek wisata yang ada di Indonesia dan seluruh dunia. Akun @Indotravellers.co dibuat dengan tujuan

(33)

untuk memberikan wadah bagi para seseorang yang memiliki minat berlibur termasuk Komunitas Backpacker Malang, serta untuk berekspresi dan berbagi pengalaman mereka berupa foto yang berisikan informasi dari tempat wisata tersebut dan membuatnya lebih dikenal oleh masyarakat dunia. Indotravellers.co diharapkan bisa menyatukan para pecinta alam dan para traveller atau blogger- blogger travelling yang tersebar di seluruh Indonesia sehingga mereka memiliki tempat untuk berkumpul.

Bentuknya sendiri adalah berupa foto yang dikirim oleh para pengikut akun ini dengan menggunakan hashtag #Indotravellers maka semua foto dari jutaan orang akan bisa dilihat oleh seluruh masyarakat dunia, untuk kemudian dipilih yang terbaik lalu diupload ke dalam akun Instagram @Indotravellers.co dan selanjutnya diberi like dan komentar oleh akun-akun pengikut. Hasil penelitian membuktikan bahwa Akun Instagram @Indotravellers.co cukup efektif menumbuhkan minat berlibur Komunitas Backpacker Malang. Efektivitas akun Instagram @Indotravellers.co mampu menciptakan minat berlibur Komunitas Backpacker Malang, karena foto mampu menceritakan gambaran objek wisata yang menarik sehingga menumbuhkan minat berlibur pada seseorang yang memiliki hobi berlibur terutama pada komunitas Backpacker Malang. Efektivitas akun Instagram @Indotravellers.co seperti menceritakan kondisi objek wisata, memberikan daftar wisata pilihan dan memberikan informasi wisata sesuai fakta.

Hal tersebut di atas menjelaskan bahwa melalui media sosial, sebuah tempat wisata dapat dikenal oleh banyak orang dan menjadi destinasi pilihan ketika foto dan video yang dipaparkan memiliki nilai yang menarik perhatian pengunjung.

Persamaan dari penelitian yang dilakukan penelitian saat ini adalah, menggunakan media Instagram sebagai tempat untuk mempromosikan atau mensosialisasikan suatu tempat destinasi wisata yang kemudian akan dikenal oleh public. Persamaan kedua adalah metode yang digunakan sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang adalah, penelitian saat ini fokus dengan lokasi daerah wisata Danau Toba yang sedang menjadi perhatian pemerintah. Penelitian ini juga menekankan bahwasanya tanpa disadari backpacker telah berperan dalam perkembangan wisata danau toba melalui postingan mereka yang menarik di Instagram.

Akun Instagram @Indotravellers.co memberikan informasi objek wisata beragan dari berbagai sumber dan mencantumkan nama pemilik karya foto dibawah keterangan foto sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman terhadap hasil karya foto. Foto mampu menceritakan gambaran objek wisata sehingga perlu menghargai hasil karya foto dari siapa saja yang berkontribusi memberikan informasi objek wisata menarik. Sebuah foto yang menarik memang memberi pengaruh terhadap minat seseorang melakukan liburan. Salah satu komunitas yang mengetahui informasi objek wisata menarik dari akun Instagram

@Indotravellers.co yaitu Komunitas Backpacker Malang, hal ini berdampak

(34)

positif sebagai informasi wisata menarik untuk berlibur. Foto mampu memberikan gambaran lokasi liburan yang menarik sehingga menumbuhkan keinginan seseorang melakukan liburan bersama teman atau bersama keluarga sesuai saran dari foto tersebut. Foto yang di unggah akun Instagram @Indotravellers.co memberi informasi tentang lokasi wisata sehingga menarik minat seseorang yang melihatnya. Manfaat akun Instagram @Indotravellers.co menggunakan yaitu berbagi informasi lokasi peristiwa yang diabadikan sehingga menumbuhkan minat masyarakat luas untuk berlibur ke lokasi wisata yang disarankan.

Akun Instagram @Indotravellers.co menyediakan foto objek wisata beragam sehingga masyarakat langsung dengan murah dan cepat mengetahui objek wisata yang baik dikunjungi untuk berlibur. Motivasi traveller untuk berlibur pada dasarnya ada dua, dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri atau disebut push factor atau ketertarikan sesuatu dari luar sana atau pull faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya faktor tersebut adalah karena ada inspirasi, dan inspirasi biasanya datang dari eksternal diri, atau dari luar. Bisa karena melihat teman lain berwisata, saudara, publik figur, atau dari foto di media sosial terutama Instagram @Indotravellers.co. Peran Instagram terhadap minat berlibur yaitu mampu memberikan informasi berupa gambar lokasi wisata kepada masyarakat luas. Dengan adanya akun travelling @Indotravellers.co ini banyak orang yang berlomba lomba ke tempat wisata yang lagi hits. Ekspektasi tinggi yang didapat dari sebuah foto, membuat para traveller semakin giat untuk mencapai lokasi tersebut dan akhirnya ini menjadi fenomena positif dari akun indotravellers yang telah menjadikan akun yang membuat masyarakat tertarik dengan objek wisata di Indonesia.

Dalam penelitian di atas, peneliti juga menjelaskan bahwasanya kualitas informasi menjadi fokus nomor satu bagi pemilik Instagram. Semakin apik informasi tersebut disuguhkan, maka orang-orang yang melihatnya juga akan semakin memiliki minat tinggi untuk berkunjung ke destinasi tersebut. Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya menggunakan teori-teori yang relevan dengan konteks dan masalah penelitian. Adanya variasi teori diperlukan agar dapat menyoroti masalah yang akan diteliti. Bahkan, hal ini dapat dimanfaatkan untuk menjadi dasar penjelasan atas perilaku atau sikap tertentu pada sebuah fenomena.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menggunakan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian ini, yakni sebagai berikut:

2.2.1 Komunikasi

2.2.1.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa manusia berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di

(35)

sekitarnya dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau berperilaku yang sama seperti diinginkannya. Masih menurut Scheidel, tujuan utama manusia berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis manusia (Mulyana, 2005:4).

Dalam buku karangannya yang berjudul “Dinamika Komunikasi” , Onong Uchjana Effendy melihat definisi komunikasi dari 2 arah, yaitu pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatik. Pengertian komunikasi secara umum itu pun harus juga dilihat dari dua segi, yaitu pengertian komunikasi secara etimologis dan pengertian komunikasi secara terminologis. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Kata sama yang dimaksudkan adalah sama makna.

Jadi dalam pengertian ini, komunikasi berlangsung manakala orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal yang tengah dikomunikasikannya itu. Dengan kata lain, jika orang-orang yang terlibat di dalamnya saling memahami apa yang dikomunikasikannya itu, maka hubungan antara mereka bersifat komunikatif. (dalam Nurhadi, 2017:91)

Terdapat tiga konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi menurut Dance, yaitu: (a) Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakannya, (b) dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality), dan (c) dimensi yang ketiga adalah penilaian normatif.

Tingkat observasi yang dimaksud pada dimensi pertama adalah bagaimana definisi komunikasi digunakan pada konteks yang lebih luas atau lebih sempit. Pada dimensi kedua, yang dimaksud adalah terdapat beberapa definisi komunikasi yang mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja, sedangkan sebagian definisi lain tidak menuntut syarat kesengajaan. Dimensi ketiga mendasari sebagian definisi yang menyertakan keberhasilan, sedangkan definisi lainnya tidak seperti itu (Mulyana, 2005: 60-62).

Sebagai contoh, definisi komunikasi menurut John B.Hoben, bahwa komunikasi adalah “pertukaran verbal pikiran atau gagasan”, mengasumsikan dalam komunikasi terdapat suatu pikiran atau gagasan berhasil dipertukarkan.

Sedangkan, beberapa definisi lainnya tidak mengisyaratkan keberhasilan dalam komunikasi, misalnya, definisi menurut Bernard Berelson dan Gary Steiner:

(36)

“Komunikasi adalah transmisi informasi”. Definisi tersebut tidak mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti (berhasil) (Mulyana, 2005: 61-62).

Menurut Onong Uchjana, komunikasi adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lainnya yang muncul dari benak seorang komunikator. Sedangkan perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, ekspresi (marah, bahagia, takut, dan lainnya) yang timbul dari lubuk hati seseorang (Bungin, 2008: 31). Pada tahun 1949, Shannon dan Weaver mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, baik disengaja atau tidak. Hal ini tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi, muka, lukisan, seni, dan teknologi (Cangara, 2007: 20-21).

Ada beberapa cara atau model komunikasi bekerja, salah satu yang paling terkenal adalah model komunikasi menurut Harold Laswell. Menurut Lasswell komunikasi akan berjalan dengan baik apabila melalui lima tahap. Kelima tahap itu adalah: Who: Siapa orang yang menyampaikan komunikasi (komunikator). Say What: Apa pesan yang disampaikan. In Which Channel: Saluran atau media apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi. To Whom: Siapa penerima pesan komunikasi (komunikan). With what Effect: Perubahan apa yang terjadi ketika komunikan menerima pesan komunikasi yang telah tersampaikan.

(dalam Kurniawan, 2018 : 62)

2.2.1.2 Hambatan Komunikasi

Komunikasi yang efektif tidaklah selalu mudah untuk dilakukan. Para ahli juga menyatakan bahwa sebenarnya tidak memungkinkan bagi seseorang untuk melakukan komunikasi efektif. Berbagai hambatan pasti akan dialami dan dapat merusak komunikasi yang sedang berlangsung. Berikut merupakan beberapa hambatan yang dapat terjadi ketika sedang melakukan komunikasi:

1. Gangguan

Gangguan terbagi atas 2 jenis menurut sifatnya, yang pertama adalah gangguan mekanik atau mechanical, channel noice. Merupakan jenis gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi ataupun kegaduhan yang bersifat fisik. Kedua adalah gangguan semantic atau semantic noice. Merupakan gangguan mengenai pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama terkadang mempunyai arti yang berbeda untuk orang-orang yang

(37)

berlainan. Hal ini juga disebabkan karena adanya pengertian secara konotatif dan denotatif.

2. Kepentingan

Kepentingan biasanya akan membuat orang lebih selektif dalam menentukan apa yang lebih dulu diutamakan. Hal ini merujuk pada keputusan apa yang akan menjadi perhatian jika dihadapkan dengan pilihan. Misalnya saja, ketika seseorang terjebak di gurun pasir yang begitu panas, lalu dihadapkan dengan pilihan air atau berlian, tentunya dia akan memilih air, kemudian berlian akan diperhatikan kemudian.

Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan juga tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang bertentangan.

3. Motivasi Terpendam

Semakin sesuai suatu komunikasi dengan motivasi seseorang maka semakin besar pula komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan dan begitu pula sebaliknya. Cenderung seorang komunikan akan memilih untuk mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya. Namun ada juga yang disebut sebagai tanggapan semu, hal ini terjadi apabila seorang komunikan memiliki motivasi terpendam terhadap komunikator.

Misalnya seorang pegawai yang akan menyetujui keputusan bosnya walaupun sebenarnya dia kurang setuju, hal tersebut dapat terjadi jika pegawai tersebut menginginkan naik jabatan.

4. Prasangka

Hal ini merupakan rintangan berat dalam proses komunikasi dikarenakan orang yang melakukan komunikasi sudah memiliki sikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran yang rasional (effendy, 2003 : 45-49).

2.2.2 Komunikasi Massa

2.2.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan komunikasi yang dilakukan melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar dengan sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung- gedung bioskop. Menurut Tan dan Wright, komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal terpencar, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Bittner menekankan bahwa komunikasi massa memang harus disampaikan melalui media massa. Meskipun sebuah forum dengan

(38)

khalayak ribuan dan bertempat secara umum atau massa, itu bukanlah disebut dengan komunikasi massa. Media yang digunakan dalam komunikasi massa adalah media elektronik, media cetak. Gerbner (1967) juga mengungkapkan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Baran, 2012:2).

Menurut DeVito (1997), komunikasi massa dapat didefinisikan dengan memusatkan perhatian pada unsur-unsur yang terlibat dalam tindakan komunikasi dan mengaitkannya dengan operasional media massa. Unsur-unsur yang dimaksud adalah sumber, khalayak, pesan, proses, dan konteks. Untuk menyusun dan memproduksi pesan dalam komunikasi massa, membutuhkan biaya yang sangat besar karena bekerja dalam institusi yang besar dan rumit serta melibatkan banyak orang (Halik, 2013:3).

Menurut Bittner (1980), komunikasi massa merujuk pada proses komunikasi di mana pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Media massa adalah sarana utama dalam komunikasi massa untuk menyebarkan pesan pesan kepada khalayak. Media massa dapat berupa media massa cetak seperti surat kabar, majalah, dan buku; media elektronik seperti radio dan televisi; serta media digital (internet). Karakteristik utama komunikasi massa lainnya adalah jumlah khalayaknya yang sangat besar (Halik, 2013:3).

DeFleur dan Dennis (1985) mengartikan komunikasi massa sebagai proses komunikasi yang ditandai oleh penggunaan media bagi komunikatornya untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan terus-menerus diciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda melalui berbagai cara. Sementara Ruben (1992), mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses di mana informasi diciptakan dan disebarkan oleh organisasi untuk dikonsumsi khalayak. (Halik, 2013:3)

Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (dalam Nurudin, 2007), komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen. Kompleksnya komunikasi massa diungkapkan oleh Severin dan Tankard Jr., komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa situs kampung digital Danau Toba yaitu media informasi wisata di Danau Toba yang mudah diakses, sehingga para wisatawan lokal dan mancanegara

Peneliti memilih lokasi ini dengan alasan di daerah ini terdapat industri wisata yang baru berkembang pada tahun 2000, sehingga dengan adanya wisata ini banyak

Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang “Pemanfaatan Instagram sebagai Media Promosi Wisata Kebun Buah Mangunan” dengan studi Deskriptif kualitatif

Setiap orang memiliki alasan dalam memilih media yang digunakan untuk melakukan pengungkapan diri, seperti halnya anggota Galeri Quote yang memilih Instagram dalam membagikan karya

Dan juga perlu adanya kerjasama dengan pihak swasta, dalam hal ini pihak investor untuk pembangunan dan pengembangan objek wisata daerah yang ada dikarenakan terbatasnya dana

Hal itu lah yang mendasari penulis memilih content creator media sosial Instagram sebagai focust of interest dalam pelaksanaan kegiatan magang atau Kuliah

Menggunakan teori Komunikasi Internasional dan Feminisme Liberal, penelitian ini membahas secara mendalam mengenai Instagram sebagai media yang tepat untuk

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dengan berkembangnya teknologi yaitu media sosial Instagram digunakan untuk mempromosikan keunikan objek wisata Pantai Nglambor yang