• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kajian Pustaka

2.2.6 Komunikasi Pariwisata

Menurut Pendit (1999) bahwa Pariwisata adalah kepergian orang orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat- tempat tujuan tersebut: mencakup kegiatan untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ekskursi”. Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk sementara waktu atau jangka waktu tertentu, yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, dengan tujuan bukan untuk membuka usaha atau berbisnis atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna kesenangan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginannya yang beraneka ragam. Beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal, antara lain:

1. Wisata Budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni mereka.

2. Wisata Kesehatan, yaitu perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.

3. Wisata Olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara.

4. Wisata Komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

5. Wisata Industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

6. Wisata Maritim atau Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan olahraga air, seperti danau pantai atau laut.

7. Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha- usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

8. Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan (Kristiyono, 2018:8).

Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai bagaimana seorang backpacker melakukan perjalan pada daerah wisata danau toba dan mensosialisasikan daerah tersebut melalui Instagramnya agar dapat dikenal oleh banyak orang. Salah satu kegiatan komunikasi kepada public atau khalayak yaitu kegiatan sosialisasi, kegiatan yang lebih banyak mencakup memperkenalkan suatu hal maupun kegiatan dimana seorang individu mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang lebih luas, dengan tujuan memberikan informasi agar dapat mempengaruhi calon-calon wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

2.2.7 Teori Stimulus-Response

Dalam bukunya, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa Teori S-R atau Stimulus-Response awalnya merupakan ilmu psikologi, yang kemudian masuk juga menjadi salah satu teori

komunikasi. Hal ini tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia dan jiwa yang meliputi komponen- komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut stimulus response, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan juga rekasi komunikan.

Unsur-unsur dalam model dari teori ada 3, yaitu pesan (stimulus), komunikan (organism), dan efek (response). Dalam proses komunikasi yang berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”.

Lebih jelas lagi, how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana merubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan stimulus dan respons saja.

Stimulus Response

Teori ini terjadi karena adanya perubahan perilaku yang tergantung kepada kualitas ransangangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan komunikan.

1. Stimulus (S), dalam hal ini pesan atau keadaan yang menjadi sumber ransangan bagi komunikan yaitu media sosial Instagram yang membahas tentang pariwisata Danau Toba.

2. Response (R), merupakan adanya tanggapan atau respon pengikut (followers) dari media sosial Instagram dalam sosialisasi yang dilakukan oleh backpacker.

Dalam bukunya “Sikap Manusia, Prubahan serta {Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Jains, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu: perhatian, pengertian, penerimaan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunkan akan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan

Instagram Tentang Pariwisata Danau Toba (stimulus )

1. Foto 2. V ideo 3. C aption 4. Hashtag

5. Instagram Story

Respon Pengikut (response )

1. Like 2. Comment 3. Share 4. Save 5. Seen

mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 2003:36).

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir yang digunakan sebagai pijakan yang membantu peneliti menggali data lapangan, agar peneliti tidak membuat persepsi pribadi. Berikut kerangka pemikiran pada penelitian ini:

Gambar 2.2

Gambar Kerangka Pemikiran

Sumber: Peneliti 2021

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian berasal dari kata “methodos” yaitu cara, teknik, atau prosedur, dan “logos” adalah ilmu. Jadi metodologi riset atau penelitian merupakan suatu pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam suatu metode riset.

Menurut Suriasumantri, metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematik.

Pendekatan akan menentukan metodologi riset, karena pada dasarnya pendekatan adalah suatu falsafah yang mendasari suatu metodologi riset (Suriasumantri, 2005:3).

Pada penelitian kualitatif, peneliti harus dapat berpikir secara kritis, di mana peneliti mampu menangkap fenomena-fenomena sosial di masyarakat dan melakukan pengamatan mendalam terhadap fenomena tersebut. Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif digunakan untuk menemukan atau mengembangkan teori yang sudah ada. Penelitian kualitatif berusaha menjelaskan realitas dengan menggunakan penjelasan deskriptif dalam bentuk kalimat. Dalam penelitian kualitatif ada dua hal yang ingin dicapai, yaitu:

1. Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut.

2. Menganalisis makna yang ada di balik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial tersebut (Pujileksono, 2015:).

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian kualitatif apabila dilihat dari sumbernya, merupakan situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergi. Dapat juga diartikan sebagai tema yang sedang diteliti oleh peneliti (Pujileksono, 2015). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Informasi mengenai Pariwisata Danau Toba pada Instagram Backpacker.

Danau Toba sendiri memiliki puluhan objek wisata yang ada disekitarnya, seperti:

Pulau Samosir, Air Terjun Efrata, Bukit Indah Simarjarunjung, The Kaldera, Bukit Hoda, dan puluhan daerah wisata lainnya yang tersebar di 7 kabupaten yang mengelilingi Danau Toba.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam konsep penelitian merujuk pada responden, informan yang hendak dimintai informasi atau digali datanya. Menurut Prastowo (2011), informan adalah orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian dan atau sebagai sasaran penelitian (dalam Fitrah & Luthfiyah, 2017: 152). Pada penelitian ini, informan yang menjadi subjek penelitian adalah para pemilik akun Instagram yang antara lain adalah:

a. Pemilik akun Instagram @Siparjalang (Tumpak) b. Pemilik akun Instagram @Marnalamarbun (Marnala) c. Pemilik akun Instagram @Adryansapta (Adryan Sapta) d. Pemilik akun Instagram @Adeadmk_ (Ade Damanik)

3.4 Kerangka Analisis

Dalam metode penelitian kualitatif, dituntut untuk memahami fakta dan bukan menjelaskan fakta tersebut. Dalam metodologi ini, umumnya tidak digunakan dalam mencari data dalam arti frekuensi, tetapi untuk menganalisis makna dari data yang tampak di permukaannya (Bungin, 2008:309). Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan interaktif dan terus menerus sampai tuntas hingga datanya sudah jenuh. (Pujileksono, 2015:152). Jika data tersebut sudah jenuh, maka artinya tidak lagi diperoleh data baru dari lapangan selama proses pengumpulan data. Kerangka analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data model Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Mereduksi sebuah data berarti membuat rangkuman dan memilih hal-hal apa saja yang pokok dan berfokus pada hal-hal yang krusial saja. Data yang sudah selesai direduksi akan memberikan gambaran yang jauh lebih jelas dan tentunya akan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan (Sugiyono, 2005).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses untuk mengumpulkan data dalam proses penelitian, al ini merupakan hal yang sangat krusial dalam penelitian kualitatif. Ada empat cara dalam mengumpulkan data, yaitu: observasi, kuesioner, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan secara umum dalam penelitian komunikasi, teknik pengumpulan data meliputi: kuesioner, wawancara, pengamatan/observasi, Focus Group Discussion/FGD (diskusi kelompok terpusat), dokumentasi, dan catatan pengalaman lapangan (Pujileksono, 2015:120).

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yakni sebagai berikut:

a. Wawancara Mendalam, menurut West dan Turner (2008) depth interview adalah, pengumpulan data seperti survei, metode yang memungkinkan pewawancara untuk bertanya kepada responden dengan harapan untuk memperoleh informasi mengenai fenomena yang ingin diteliti. Biasanya berbagai pertanyaan ini bisa mendapatkan jawaban- jawaban mendalam yang tidak dapat diperoleh dan terungkap melalui teknik pengumpulan data dengan kuesioner/angket, karena peneliti tidak memiliki kontrol terhadap informan. Hasil data yang diperoleh melalui wawancara mendalam kemudian menjadi data yang akan dianalisis oleh peneliti.

b. Observasi, menurut Soehartono (2002), observasi atau pengamatan adalah setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran, dalam arti sempit, pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indera dengan tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi pada kegiatan sehari-hari pengguna Instagram pada akun Instagramnya. Peneliti menggunakan teknik observasi tak-partisipan (nonparticipant observation), yang berarti observer berada diluar yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan yang mereka lakukan.

c. Studi kepustakaan, merupakan teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang dipelajari melalui literatur dan sumber lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Data akan diperoleh peneliti dari buku-buku, jurnal, penelitian sebelumnya,

artikel, berita, serta tulisan tulisan ilmiah yang relevan dengan fokus permasalahan yang sedang diteliti (Hikmat, 2011:35).

3.5.1 Penentuan Informan

Adapun informan dalam penelitian adalah pemilik akun Instagram yang sudah melakukan perjalanan ke daerah pariwisata danau toba dalam satu tahun terakhir. Serta mereka juga memiliki pengikut pada akun Instagram mereka sekitar 1000 pengikut lebih. Mereka juga merupakan individu yang cukup sering melakukan perjalanan wisata disekitar danau toba dan memposting kegiatan mereka di Instagram. Informan yang tertulis diatas ditentukan melalui teknik purposive sample. Purposive sample adalah teknik sampel dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan peneliti (Fitrah & Luthfiyah, 2017:161).

3.6 Keabsahan Data

Kemampuan peneliti dalam menganalisis data Keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif sebelum dilakukannya analisis data, namun hal itu tidak serta merta menjadikan temuan peneliti sebagai data yang akurat dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Sangat diperlukan untuk melakukan pengujian data sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Hal ini harus dilakukan karena pada penelitian kualitatif sendiri, sering kali data yang didapatkan diragukan keabsahannya, diantaranya subjektivitas peneliti yang tinggi (aspek peneliti), teknik interview dan observasi yang kebenarannya sulit diukur (aspek teknik pengumpulan data), dan sumber data yang dianggap kurang kredibel (aspek sumber data) (Pujileksono, 2015: 140).

Keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data hasil penelitian yang lebih menekankan pada data atau informasi dan jumlah orang. Pada dasarnya uji keabsahan data dalam sebuah penelitian hanya ditekankan pada validitas dan reliabilitas. Pada penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya yang dapat dinyatakan valid apabila tidak ditemukannya perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Fitrah &

Luthfiyah, 2017).

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Fitrah & Luthfiyah, 2017:94). Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan.

Proses triangulasi data ini dilakukan terus-menerus sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data sampai suatu saat peneliti telah yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.

Triangulasi dengan sumber data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah, atau tinggi, orang berada dan orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan (Bungin, 2008).

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Analisis data ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya sudah jenuh. Analisis data model Miles dan Huberman dilakukan melalui 5 tahap, yaitu:

a. Tahap Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan padahal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian melalui penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan- catatan tertulis di lapangan. Tahapan-tahapan reduksi data meliputi:

membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi dan membuat memo.

b. Tahap Penyajian Data

Penyajian data berarti menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya. Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

c. Tahap Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan padahal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian melalui penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan- catatan tertulis di lapangan. Tahapan-tahapan reduksi data meliputi:

membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi dan membuat memo.

d. Tahap Penyajian Data

Penyajian data berarti menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya. Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

e. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab semua rumusan masalah, karena rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang disajikan berupa deskripsi atau gambaran yang awalnya belum jelas menjadi jelas dan dapat

berupa hubungan kasual/interaktif dan hipotesis/teori. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan setelah dari lapangan (Pujileksono, 2015: 153-154).

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian adalah data atau informasi yang didapatkan oleh peneliti dimana data dan informasi yang telah didapatkan oleh peneliti diolah dan dirangkum berdasarkan hasil temuan di lapangan. Pada penelitian ini, data dan informasi diperoleh dengan mewawancarai langsung Backpacker yang sudah berperan dalam mesosialisasikan daerah wisata Danau Toba melalui Instagram.

Keempat informan tersebut merupakan orang-orang yang mengetahui, mengalami, dan ikut serta dalam membantu sosialisasi wilayah Danau Toba melalui sosial media Instagram, sehingga dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti pada peneliatian ini.

4.1.1 Proses Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan membahas proses penelitian yang peneliti lakukan dengan observasi dan wawancara mendalam terhadap empat orang informan. Observasi dilakukan saat peneliti menentukan calon informan yang tepat pada penelitian ini, dan saat mengamati kegiatan informan di Instagram mereka selama masa penelitian. Penelitian ini dimulai dari awal April 2021 dan selesai sekitar akhir Juli 2021. Pencarian informan pada penelitian ini sudah dilakukan sejak akhir bulan April 2021. Pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan teknik sampel yang telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya. Teknik sampel yang digunakan yaitu accidental sampling, yaitu menentukan informan dengan cara mengambil siapa saja informan dalam sebuah populasi yang kebetulan bertemu atau dikenal, yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik snowball sampling, yaitu peneliti bertemu dengan informan- informan berikutnya melalui informasi yang diberikan informan sebelumnya.

Awal peneliti melakukan penelitian ini, karena peneliti memperhatikan kebiasaan dari generasi milenial. Beberapa teman peneliti juga melakukan pola yang sama. Travelling merupakan kegiatan yang dilakukan oleh generasi milenial ketika mereka sedang merasa stress atau jenuh dengan kehidupan mereka. Jalan-

48

jalan entah mengapa sudah menjadi tren yang tanpa disadari juga telah menjadi kebiasaan untuk melampiaskan rasa jenuh. Tren Backpacker ini juga merupakan cara yang dipilih oleh anak muda dalam perjalanan traveling mereka. Membuat jadwal perjalanan sendiri, memilih tempat yang dituju sesuai keinginan, dan tentunya dengan budget yang pas dikantong. Apalagi Indonesia kaya akan alam yang sudah tidak diragukan lagi. Danau Toba juga adalah salah satu keindahan alam yang tidak dapat disanggah. Menjadi prioritas pemerintah membuat nama Danau Toba semakin dikenal dan membuat banyak orang yang tadinya tidak tahu menjadi penasaran. Inilah alasan beberapa anak muda yang cinta dengan tempat ini suka melakukan perjalanan ke danau yang dinobatkan sebagai danau terbesar di dunia.

Media sosial juga merupakan cara anak muda mengekspresikan diri mereka.

Postingan mengenai perjalanan yang berarti kurang rasanya jika tidak dibagikan kepada teman-teman yang lain. Keindahan Danau Toba pun akhirnya dapat dirasakan oleh siapapun yang belum pernah menginjakkan kakinya kesana. Inilah alasan mengapa peneliti melakukan penelitian mengenai peranan backpacker dalam mensosialisasikan daerah pariwisata Danau Toba melalu Instagram. Tanpa disadari ternyata postingan yang mereka unggah sudah menarik perhatian banyak orang untuk berkunjung kesana.

Awal pencarian informan, peneliti menghubungi salah satu adik kelas peneliti ketika masih duduk dibangku SMA. Marnala Marbun adalah orang pertama yang muncul di benak peneliti ketika memutuskan untuk membuat judul penelitian ini. Marnala merupakan mahasiswa jurusan sejarah di Universitas Udayana, Bali, namun saat ini sedang berada di kota parapat karena kampusnya menerapkan metode daring. Peneliti melakukan wawancara dengannya pada tanggal 22 Juli 2021 melalui aplikasi zoom. Wawancara kami terbilang lancar karena kami sudah saling mengenal awalnya. Dia juga tipe orang yang aktif dan terbuka dalam melakukan komunikasi. Selanjutnya Marnala menyarankan peneliti untuk melakukan wawancara dengan temannya yang berada di saribudolok, Jonesdo Sipayung. Namun sangat disayangkan, peneliti gagal melakukan wawancara karena beliau sedang sibuk berkeliling Danu Toba karena sedang mengerjakan sebuah projek. Namun peneliti tidak berkecil hati dan mencari informan lain. Lagi-lagi Marnala menyarankan sebuah nama untuk peneliti wawancarai. Namanya bang

Pardi. Awalnya peneliti merasa cukup antusias, karena Instagram beliau memiliki cukup banyak followers dan postingan yang menarik dan juga cocok dengan kriteria yang peneliti cari. Namun sekali lagi peneliti haryus merasa sedikit kecewa karena bang Pardi sepertinya kurang siap untuk diwawancarai. Percakapan kami melalui aplikasi Instagram dengan menggunakan fitur DM (direct massage) hanya bertahan beberapa saat dan kemudia bang Pardi tidak lagi membalas pesan peneliti.

Pada tanggal 24 Juli 2021, peneliti membuat janji dengan seorang backpacker asal kota Pematangsiantar yang sudah cukup punya nama di kota tersebut. Nama penanya adalah Siparjalang. Pria dengan nama asli Tumpak Hutabarat ini langsung membalas pesan peneliti di Instagram ketika peneliti meminta waktunya untuk melakukan wawancara. Kami akhirnya memutuskan bertemu di kota Siantar pada pukul 4 sore di Dear Kopi Siantar, tepatnya di Jalan Sudirman. Namun pertemuan kami harus sedikit diundur ke jam 8 malam karena bang parjalang harus menerima tamu. Percakapan saya dengan beliau cukup panjang, kami menghabiskan 2 jam wawancara sambil bercakap-cakap mengenai perjalanan beliau yang sudah mengelilingi banyak negara baik di Eropa maupun Asia Tenggara. Bahkan beliau sudah melakukan perjalanan ke 34 provinsi dalam kurun waktu satu tahun. Peneliti banyak belajar dari beliau tentang kehidupan.

Pada tanggal 24 Juli 2021, peneliti membuat janji dengan seorang backpacker asal kota Pematangsiantar yang sudah cukup punya nama di kota tersebut. Nama penanya adalah Siparjalang. Pria dengan nama asli Tumpak Hutabarat ini langsung membalas pesan peneliti di Instagram ketika peneliti meminta waktunya untuk melakukan wawancara. Kami akhirnya memutuskan bertemu di kota Siantar pada pukul 4 sore di Dear Kopi Siantar, tepatnya di Jalan Sudirman. Namun pertemuan kami harus sedikit diundur ke jam 8 malam karena bang parjalang harus menerima tamu. Percakapan saya dengan beliau cukup panjang, kami menghabiskan 2 jam wawancara sambil bercakap-cakap mengenai perjalanan beliau yang sudah mengelilingi banyak negara baik di Eropa maupun Asia Tenggara. Bahkan beliau sudah melakukan perjalanan ke 34 provinsi dalam kurun waktu satu tahun. Peneliti banyak belajar dari beliau tentang kehidupan.

Dokumen terkait