• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERKEMBANGAN BISNIS PARIWISATA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR DENGAN ADANYA PEMBANGUNAN DANAU TOBA SEBAGAI MONACO OF ASIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA PERKEMBANGAN BISNIS PARIWISATA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR DENGAN ADANYA PEMBANGUNAN DANAU TOBA SEBAGAI MONACO OF ASIA"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERKEMBANGAN BISNIS PARIWISATA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

DENGAN ADANYA PEMBANGUNAN “DANAU TOBA SEBAGAI MONACO OF ASIA”

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

GRACE ROTUA MARIANI S 130907134

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : GRACE ROTUA MARIANI S

NIM : 130907134

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Analisa Perkembangan Bisnis Pariwisata Di Kabupaten Toba Samosir Dengan Adanya Pembangunan Danau Toba Sebagai “Monaco Of Asia”.

Merupakan hasil karya dan pekerjaan saya sendiri serta seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar sesuai dengan ketentuan. Apabila terbukti tidak demikian, Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku.

Medan, 2 Mei 2017

Grace Rotua Mariani Siregar

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Grace Rotua Mariani S NIM : 130907134

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Analisa Perkembangan Bisnis Pariwisata Di Kabupaten Toba Samosir Dengan Adanya Pembangunan Danau Toba Sebagai

“Monaco Of Asia”.

Medan, 2 Mei 2017

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

Prof.Dr.Marlon Sihombing, MA

NIP. 19590816 198601 1 003 NIP. 19590816 198601 1 003 Prof.Dr.Marlon Sihombing, MA

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Muryanto Amin S.Sos, M.Si

(4)

ABSTRAK

ANALISA PERKEMBANGAN BISNIS PARIWISATA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR DENGAN ADANYA PEMBANGUNAN

DANAU TOBA SEBAGAI “MONACO OF ASIA”

Nama : Grace Rotua Mariani S

NIM : 130907134

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Prof.Dr.Marlon Sihombing, MA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan bisnis pariwisata di kawasan Danau Toba tepatnya di Kabupaten Toba Samosir dengan adanya pembangunan Danau Toba sebagai Monaco of Asia ataupun destinasi wisata berkelas internasional.

Teknik analisis yang digunakan adalah kualitatif, yaitu dengan menguraikan dan menjelaskan hasil-hasil penelitian dalam bentuk kata-kata lisan maupun tertulis. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik studi kepustakaan, observasi, wawancara dan penelusuran data online.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembangunan Danau Toba sebagai Monaco of Asia bukan berarti menjadikan kawasan Danau Toba seperti negara Monako. Monaco of Asia lebih kepada istilah dan penyemangat kepada masyarakat maupun pemerintah agar dapat menyaingi negara Monako karena kawasan Danau Toba memiliki kondisi geografis yang hampir sama dengan Monako. Bisnis pariwisata di Kabupaten Toba Samosir telah mengalami peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya minat masyarakat untuk membuka usaha di bidang pariwisata baik dalam penyediaan barang dan jasa yang dilakukan di lokasi wisata. Pemerintah juga telah turut mempromosikan potensi pariwisata melalui berbagai media baik cetak seperti koran dan majalah wisata, maupun elektronik seperti stasiun televisi dan promosi langsung seperti ikut ambil bagian dalam kegiatan pariwisata seperti menjadi tuan rumah dan juga penyelenggara kegiatan. Dampak langsung yang dirasakan bagi masyarakat sekitar objek wisata seperti membuka lapangan pekerjaan, memberi kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk menambah pendapatan sehari-hari dengan cara berdagang maupun menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan selama datang berkunjung.

Dalam mengembangkan potensi pariwisata Danau Toba, kabupaten Toba Samosir memiliki kekuatan, kelemahan, peluang dan juga tantangan . Kekuatan terbesar yang dimiliki adalah pariwisata alam dan juga pariwisata budayanya.

Kelemahan yang dimiliki adalah SDM yang kemampuannya masih perlu ditingkatkan, sarana dan prasarana yang masih perlu untuk dibenahi, dan keterbatasan modal yang dimiliki. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat setempat agar pengembangan bisnis pariwisata di kabupaten Toba Samosir dapat ditingkatkan lebih baik lagi.

Kata Kunci : Pariwisata, Pembangunan, Danau Toba, Monaco of Asia

(5)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE DEVELOPMENT OF BUSINESS TOURISM IN THE DISTRICT OF TOBA SAMOSIR WITH THE DEVELOPMENT OF THE

LAKE TOBA AS “MONACO OF ASIA”

Name : Grace Rotua Mariani S

NIM : 130907134

Department : Business Administration Faculty : Social and Political Science Advisor : Prof.Dr.Marlon Sihombing, MA

The study aims to find out how the business tourism in the area of Lake Toba in Toba Samosir regency, with the development of Lake Toba as Monaco of Asia or a tourist destination of classy international community.

The analysis used are qualitative, namely by outlining and explain the results of research in the form of words spoken or written. The gathering data using engineering study of literature, observation, interviews and the search data online.

The results showed that the Development of Lake Toba as Monaco of Asia does not mean to make the area of Lake Toba like the Monaco, Monaco of Asia is the term and encouragement to the community as well as the government in order to compete with countries Monaco because of the Lake Toba have geographical conditions similar to Monaco. The business of tourism in Toba Samosir regency, has increased which is characterized by increased interest in the community to open a business in the field of tourism in the provision of goods and services done at tourist sites. The government also has to promote the potential of tourism through various media, print such as newspapers and magazines of the tour, and electronics such as television station and promotion instantly like take part in the activities of tourism as host and also the activities. The direct effect is felt for people around the tourist attractions like a job, provide an opportunity for the residents nearby to add revenue on a daily basis by way of trade and provide goods and services needed tourists for came to visit.

In developing tourism potential of Lake Toba, Toba Samosir regency, has the power, weaknesses, opportunities and also a challenge. power that is owned tourism of nature and also tourism culture. The weakness of the country had was people that it still needs to be improved, facilities and infrastructure that still need to be addressed, and limited capital . For that we need the good cooperation between the government and local communities to the development of business tourism in the district of Toba Samosir regency, can be improved.

Keywords: Tourism, Development, the Lake Toba, Monaco of Asia.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan Kasih-Nya yang telah diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisa Perkembangan Bisnis Pariwisata Di Kabupaten Toba Samosir Dengan Adanya Pembangunan Danau Toba Sebagai “Monaco Of Asia”. ”. Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis (S.AB) pada program S-1 Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi berlangsung. Dengan segala kerendahan hati saya ingin menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos , M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara, sekaligus dosen pembimbing saya yang telah memberikan arahan, bimbingan, mengajari saya sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.

3. Ibu Dr. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

4. Kak Siswati Saragi, S.Sos,MSP dan Bang Farid selaku staf Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Sumatera Utara atas kebaikan hati dan kesabarannya dalam membantu penulis dalam mengurus dan melengkapi berkas-berkas yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai FISIP USU terutama di Departemen Ilmu Administrasi Bisnis/Niaga atas masukan dan bantuan yang diberikan kepada

(7)

6. Orang tua saya, Bapak Dionicius Siregar dan Ibu Riris Siagian yang selalu mendoakan, mendukung dan memotivasi saya dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.

7. Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian dan SKPD terkait (BAPPEDA, KESBANG dan DISBUDPAR) yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian dan memperoleh data yang dibutuhkan.

8. Sahabat-sahabat terbaik penulis yang selalu memberikan dukungan dan membantu penulis selama penelitian hingga meyelesaikan penulisan skripsi ini yaitu Samuel Malau, Starsia, Asri Putri, Pinta, Rahmadani dan Rindu Awalia.

9. Teman-teman kelas B Angkatan 2013 S1 Ilmu Administrasi Bisnis USU yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Medan, 2 Mei 2017 Penulis

Grace Rotua Mariani Siregar

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pariwisata ... 8

2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 8

2.1.2 Bentuk Pariwisata ... 11

2.1.3 Jenis Pariwisata ... 13

2.1.4 Potensi Pariwisata ... 15

2.1.5 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 17

2.1.6 Manfaat Pariwisata ... 21

2.2 Pembangunan ... 24

2.2.1 Defenisi Pembangunan ... 24

2.2.2 Pembangunan Regional ... 26

2.2.3 Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pariwisata ... 27

2.3 Ekowisata ... 30

2.3.1 Pengertian Ekowisata ... 30

2.3.2 Konsep Dasar dan Prinsip Ekowisata ... 31

2.4 Penelitian Terdahulu ... 32

2.5 Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Informan Penelitian ... 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Toba Samosir ... 42

4.1.2 Kondisi Geografis dan Topografi ... 43

4.1.3 Kondisi Kependudukan ... 44

(9)

4.1.5 Kondisi Ketenagakerjaan ... 47

4.1.6 Visi dan Misi Kabupaten Toba Samosir ... 48

4.2 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ... 48

4.2.1 Kedudukan ... 48

4.2.2 Tugas Pokok ... 49

4.2.3 Struktur Organisasi ... 51

4.2.4 Uraian Tugas dan Fungsi Masing-masing Jabatan... 54

4.3 Infrastruktur, Sarana dan Prasarana Kabupaten Toba Samosir ... 76

4.3.1 Jalan dan Jembatan ... 76

4.3.2 Irigasi ... 76

4.3.3 Pasar ... 77

4.3.4 Dermaga ... 77

4.3.5 Bandar Udara ... 78

4.4 Potensi Pariwisata Kabupaten Toba Samosir ... 78

4.4.1 Kawasan Pariwisata Alam ... 79

4.4.2 Kawasan Pariwisata Budaya ... 79

4.4.3 Kawasan Pariwisata Buatan ... 80

4.4.4 Kawasan Pariwisata Minat Khusus ... 80

4.5 Perkembangan Bisnis Pariwisata di Kabupaten Toba Samosir Dengan Adanya Pembangunan DAnau Toba Sebagai Monaco of Asia ... 80

4.5.1 Promosi dan Pengembangan Pariwisata ... 84

4.5.2 Strategi Dan Target Untuk Menjadikan Danau Toba Sebagai Monaco of Asia ... 88

4.5.3 Dampak Langsung Pembangunan Pariwisata Danau Toba Terhadap Masyarakat ... 90

4.6 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Tantangan Dalam Pengembangan Pariwisata Danau Toba ... 95

4.6.1 Kekuatan Dalam Pengembangan Pariwisata Danau Toba ... 96

4.6.2 Kelemahan Dalam Pengembangan Pariwisata Danau Toba ... 97

4.6.3 Peluang Dalam Pengembangan Pariwisata Danau Toba ... 98

4.6.4 Tantangan Dalam Pengembangan Pariwisata Danau Toba ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 100

5.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Objek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir ... 3

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015 ... 45

Tabel 4.2 Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin ... 47

Tabel 4.3 Kronologis Pengembangan Destinasi Danau Toba ... 82

Tabel 4.4 Langkah Pengembangan SDM dan Industri Pariwisata ... 87

Tabel 4.5 Jumlah Kedatangan Wisatawan ke Kabupaten Toba Samosir ... 91

Tabel 4.6 Kegaiatan Pariwisata Yang Akan Dilaksanakan Di Kabupaten Toba Samosir ... 98

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 36 Gambar 3.1 Analisis Data Kualitatif ... 41 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata ... 53

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat diandalkan dalam pembangunan nasional karena pariwisata dapat meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan daerah serta devisa negara. Pariwisata juga berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran sekaligus menciptakan kesejahteraan masyarakat. Dalam realitanya, sektor pariwisata dijadikan sebagai alat untuk menormalkan kembali ekonomi yang kurang stabil.

Untuk mendukung sektor pariwisata, maka diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat dan keprofesionalan dari pihak pengelola pariwisata sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang berlaku. Di samping itu dengan adanya perhatian yang serius dari pemerintah terhadap kepariwisataan, maka usaha di bidang kepariwisataan di Indonesia diharapkan berkembang dengan baik.

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Selain kekayaan alam, pesona alam Indonesia juga tidak kalah menakjubkan dengan negara lain dan membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi destinasi wisata favorit para wisatawan mancanegara.

Namun, masih banyak pesona alam Indonesia yang belum digali potensinya untuk dimanfaatkan sebagai destinasi wisata. Selain itu, pemerintah masih berfokus pada pembenahan daerah wisata yang sudah cukup dikenal para wisatawan. Hal ini membuat daerah - daerah yang memiliki potensi wisata yang belum terlalu dikenal di kalangan masyarakat dan wisatawan kurang mendapat perhatian.

(13)

Danau Toba merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang terdapat di Sumatera Utara dan merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi apabila berada di Sumatera Utara. Sebagai salah satu keajaiban dunia, danau Toba memiliki potensi wisata yang luar biasa. Danau terbesar di Asia Tenggara ini memiliki keindahan alam yang luar biasa dan keanekaragaman hayati yang melimpah. Danau Toba berada pada ketinggian antara 900 – 2.200 mdpl (BPS, 2013), dikelilingi oleh pegunungan serta dataran tinggi yang tersebar ditujuh kabupaten. Letak geografis tersebut menjadikan masyarakat di kawasan danau Toba bermata pencarian dari hasil pertanian, peternakan dan dari hasil hutan.

Tujuh kabupaten yang mengelilingi danau Toba yaitu Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tanah Karo. Selain kekayaan alam yang melimpah, warisan budaya yang dimiliki oleh tujuh kabupaten yang mengelilingi danau Toba juga sangat menarik untuk dibahas. Banyaknya potensi yang ada di dalamnya dapat digunakan untuk menaikkan taraf kehidupan demi kesejahteraan masyarakat melalui pariwisata.

Kabupaten Toba Samosir merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi pariwisata sangat besar dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah obyek wisata yang terdapat di kabupaten Toba Samosir.

Ditambah lagi dengan adanya pembenahan dan pembangunan besar-besaran di kawasan Toba Samosir membuat destinasi wisata yang ada semakin bertambah.

Pariwisata Toba Samosir menjadi sektor yang potensial bagi pendapatan daerah dan masyarakat. Pariwisata Toba Samosir mencakup ekonomi kreatif berbasis

(14)

kebudayaan, kuliner tradisional dan pariwisata MICE. Toba Samosir beribukotakan Balige dan dapat ditempuh melalui transportasi darat dan transportasi udara. Toba Samosir terdiri atas 16 kecamatan dan cukup memadai bagi wisatawan.

Tabel 1.1 Objek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

Nama Objek Wisata Jenis Objek Wisata Lokasi

Pantai Lumban Silintong Wisata Alam Desa Lumban Silintong Long Beach Ajibata Wisata Olahraga dan Alam Desa Ajibata

Pantai Pasifik Wisata Olahraga dan Alam Porsea

Siregar Aek Nalas Wisata Alam Porsea

Pantai Janji Maria Tambunan Wisata Alam Lumban Julu Huta Parmalim Hutatinggi Wisata Religi Laguboti Museum TB Silalahi Center Wisata Budaya dan Sejarah Balige

Pasar Onan Runggu Wisata Belanja Onan Runggu

Balige Wisata Belanja Balige

Salib Holong Wisata Alam Onan Runggu

Tampahan Wisata Alam Tarabunga

Dolok Tolong Wisata Alam Lumban Julu

Parhoda Aerosport Area Wisata Olahraga Lumban Julu Jangga Dolok Village Wisata Budaya Lumban Julu Sirkuit Alam Sibodiala Wisata Olahraga Sibodiala Institut DEL Sitolu Ama Wisata Alam dan Pendidikan Balige

Makam Nomensen Wisata Religi Sigumpar

Perbukitan Tara Bunga Wisata Alam Tarabunga

Taman Eden 100 Wisata Alam Tarabunga

Bukit Senyum Motung Wisata Alam Tarabunga

Tugu DI Panjaitan Wisata Sejarah Balige

Desa Meat Wisata Budaya Desa Meat

Hariara Nabolon Sukkean Wisata Budaya Desa Sukkean Sumber: PariwisataSUMUT.Net (2016)

Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara setelah menjalani waktu yang cukup lama dan melewati berbagai proses. Kabupaten Toba Samosir akhirnya terwujud menjadi kabupaten baru dengan Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten DATI II Toba Samosir dan resmi pada tanggal 9 Maret 1999

(15)

bertempat di Kantor Gubernur Sumatera Utara oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid atas nama Presiden Republik Indonesia.

Apabila kita lihat sekarang ini, danau Toba mulai kehilangan pesonanya dan dapat dikatakan menyedihkan saat kita menyusuri tepi danau tekto-vulkanik terbesar di dunia ini. Penataan tepi danau yang tidak tepat, keramba-keramba yang dibuat di danau tanpa memperhatikan nilai estetika, dan sampah yang mengambang. Belum lagi limbah kimia dari pabrik-pabrik yang membuang langsung limbahnya ke danau Toba tanpa melakukan filterisasi terlebih dahulu.

Industri pariwisata di daerah sekitaran danau Toba dapat dikatakan lesu dan kurang mendapat perhatian dibalik potensi wisatanya yang luar biasa.

Sekarang ini, pemerintah mulai memberikan perhatian pada potensi wisata Danau Toba. Danau Toba Go Internasional akan diwujudkan dan terbukti dengan menjadikan danau Toba sebagai Ikon Wisata Internasional berbasis ekonomi menuju Monaco Of Asia. Hal ini telah diresmikan dengan adanya Perpres No.81 Tahun 2014 yaitu menjadikan danau Toba sebagai Kawasan Strategis Nasional, danau Toba sebagai geopark global network, dan danau Toba menjadi “Monaco Of Asia” melalui pembentukan Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba.

Selain itu pada tanggal 10 Maret 2016, pemerintah pusat telah mengeluarkan sembilan langkah strategis mendorong percepatan pengembangan Danau Toba menjadi Monaco Of Asia. Kesembilan langkah strategis mengembangkan Danau Toba tersebut antara lain:

1. Mempercepat pengembangan akses udara dengan memperpanjang landasan pacu dan layanan Banda Udara Sibisa di Kecamatan Ajibata, Toba Samosir.

(16)

2. Membangun sarana pendukung penginapan (tourist resort) di kawasan Danau Toba.

3. Membangun jalan tol dari bandara Kuala Namu International Airport (KNIA) menuju Parapat.

4. Mengeruk dan memperdalam Danau Toba di kawasan Tano Ponggol.

5. Membersihkan kawasan Danau Toba.

6. Menyediakan wilayah Toba seluas 500 hektar untuk Eco-Tourism.

7. Membuat Peraturan Presiden (Perpres) Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba..

8. Menggalakkan bersih, senyum bagi warga sekitar Danau Toba.

9. Menggencarkan promosi lengkap dengan sejarah terbentuknya Danau Toba.

Pembangunan destinasi wisata Danau Toba yang menelan anggaran Rp 21 triliun akan diambil dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) sebesar Rp 10 triliun dan sisanya dari pihak ketiga taupun investor yang menjadi mitra pemerintah.

Bukan hanya pembangunan infrastruktur, pembangunan lingkungan pun turut dibenahi agar semakin mendukung suasana yang menarik wisatawan baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Keseriusan pemerintah juga terbukti dengan kedatangan Presiden Joko Widodo ke Sumatera Utara dengan memboyong lima menterinya yakni Menteri Kemaritiman, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Menteri Pariwisata, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

(17)

Kesepakatan pembangunan kawasan Destinasi Danau Toba digelar dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Destinasi Danau Toba yang berlangsung di Institut Teknologi DEL Laguboti Kabupaten Toba Samosir. Rakor Tindak Lanjut Badan Otoritas Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba yang dipimpin Menteri Kemaritiman Rizal Ramli dihadiri Pelaksana Petugas (Plt) Gubernur Sumut, Tengku Erry Nuradi, Bupati/Walikota 7 daerah, Kapolda Sumut Irjen Pol.

Ngadino, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, tokoh masyarakat dan adat se- Tobasa.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana perkembangan bisnis pariwisata di daerah sekitar danau Toba dengan adanya proses pembangunan berskala internasional di danau Toba, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisa Perkembangan Bisnis Pariwisata Di Kabupaten Toba Samosir Dengan Adanya Pembangunan “Danau Toba Sebagai Monaco Of Asia”.”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah peneliti ini adalah “Bagaimana perkembangan bisnis pariwisata di kabupaten Toba Samosir dengan adanya pembangunan “Danau Toba Sebagai Monaco Of Asia”?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan bisnis pariwisata di kabupaten Toba Samosir dengan adanya pembangunan “Danau Toba Sebagai Monaco Of Asia”.

(18)

Pembatasan masalah suatu penelitian diperlukan agar pembahasan tidak meluas dan hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebatas menganalisa perkembangan bisnis pariwisata di Kabupaten Toba Samosir dengan adanya kebijakan pembangunan berkelas internasional di area Danau Toba untuk mewujudkan Danau Toba sebagai Monaco of Asia.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat merupakan suatu yang diharapkan ataupun yang didapatkan ketika penelitian telah selesai dilakukan. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi program studi Administrasi Bisnis USU, dapat menjadi tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

b. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai bahan kajian terutama mengenai perkembangan bisnis pariwisata yang dapat digunakan dalam penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah daerah dan instansi yang terkait yang berada di daerah sekitaran danau Toba, dapat menjadi referensi dan acuan dalam pengembangan sektor pariwisata di daerah sekitaran Danau Toba.

b. Memberikan kesempatan pada peneliti lain bahwa perkembangan bisnis pariwisata di daerah sekitaran danau Toba dapat digunakan sebagai bahan kajian melalui penelitian ilmiah.

(19)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari berarti berulang-ulang, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berputar-putar, berulang-ulang atau berkali-kali (Wikipedia diakses pada 26 November 2016).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Menurut Soekadijo dalam Purnamawati (2001: 50) pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.

Berdasarkan pengertian ini dapat dinyatakan bahwa adanya

(20)

wisatawan yang berkunjung membuat aktivitas pemerintah daerah, swasta dan anggota masyarakat di daerah tujuan wisata menjadi bertambah. Pemerintah melalui jalur birokrasinya mengatur kedatangan dan kepulangan wisatawan.

Swasta berperan dalam menyediakan tempat penginapan (hotel), hiburan (diskotik dan karaoke), dan tempat makan minum (restoran). Sementara itu masyarakat setempat berperan sebagai penunjuk jalan (guide) dan menyediakan barang- barang cenderamata.

Pariwisata menurut Robbert dalam Purnamawati (2001:51) adalah aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang melakukan perjalanan, tetapi bukan untuk mencari nafkah maupun menetap. Institut of Tourism in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) di tahun 1976 mendefinisikan pariwisata sebagai kepergian orang-orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan tempat bekerja sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut. Ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan sehari atau darmawisata.

Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan.

Pariwisata dapat menjadi suatu tuntutan hasrat seseorang untuk mengenal kebudayaan dan pola hidup bangsa lain dan sebagai suatu upaya untuk mengerti

(21)

mengapa bangsa lain itu berbeda. Pariwisata menjadi suatu sarana untuk memulihkan kesehatan moral seseorang dan untuk memantapkan kembali keseimbangan emosi seseorang.

Suwantoro (2004:3) menyatakan bahwa pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata , yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dapat dilakukan oleh seorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.

Menurut World Tourism Organization (WTO) dan International Union of Office Travel Organization (IUOTO), yang dimaksud dengan wisatawan adalah setiap pengunjung yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan di tempat yang dikunjunginya dengan maksud kunjungan antara lain:

1. Berlibur 2. Rekreasi 3. Olah raga 4. Binis

(22)

5. Mengunjungi teman dan keluarga 6. Menghadiri pertemuan

7. Konferensi

8. Kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar, atau kegiatan keagamaan.

2.1.2 Bentuk Pariwisata

Menurut Suwantoro (2004:14), ada berbagai macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam segi, antara lain :

1. Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas :

a. Individual Tour (wisatawan perorangan), yaitu suatu perjalanan wisatayang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami istri.

b. Family Group Tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.

c. Group Tour (wisata rombongan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang bertanggungjawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya.

Biasanya paling sedikit 10 orang dengan dilengkapi diskon dari perusahaan prinsipal bagi orang kesebelas. Potongan ini besarnya berkisar antara 25% hingga 50% dari ongkos penerbangan atau penginapan.

2. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas :

a. Pre-arranged Tour (wisata berencana), yaitu suatu perjalanan wisata yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik transportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi. Biasanya wisata

(23)

jenis ini diatur oleh suatu lembaga yang khusus mengurus, mengatur maupun menyelenggarakan perjalanan wisata dengan bekerja sama dengan semua instansi atau lembaga yang terkait dengan kepentingan tersebut.

b. Package Tour (wisata paket atau paket wisata), yaitu suatu produk perjalanan wisata yang dijual oleh suatu Perusahaan Biro Perjalanan atau Perusahaan Transport yang bekerjasama dengannya dimana harga paket wisata tersebut telah mencakup biaya perjalanan, hotel ataupun fasilitas lainnya yang memberikan kenyamanan bagi pembelinya. Dengan kata lain paket wisata ini adalah suatu produk wisata yang merupakan suatu komposisi perjalanan yang disusun dan dijual guna memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan perjalanan wisata.

c. Coach Tour (wisata terpimpin), yaitu suatu paket perjalanan ekskursi yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata yang diselenggarakan secara rutin, dalam jangka yang telah ditetapkan dengan rute perjalanan yang tertentu pula.

d. Special Arranged Tour (wisata khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seorang langganan atau lebih sesuai dengan kepentingannya.

e. Optional Tour (wisata tambahan / manasuka), yaitu suatu perjalanan wisata tambahan di luar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan pelaksanaannya, yang di lakukan atas permintaan pelanggan.

(24)

2.1.3 Jenis Pariwisata

Menurut Pendit (1987:36), di samping bentuk pariwisata perlu pula diketahui jenis pariwisata agar dapat menyusun statistik dan data-data penelitian dan peninjauan yang lebih akurat. Jenis pariwasata dapat dibagi dalam beberapa kategori berikut ini:

1. Wisata Budaya, dimaksudkan dengan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan tempat untuk mempelajari keadaan masyarakat setempat, cara hidup, budaya, karya seni dan adat istiadatnya.

2. Wisata Kesehatan, dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar kedaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan atau tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempaat yang menyediakan fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Olahraga, dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan olahraga atau memang sengaja mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat misalnya cabang olahraga di dalam air maupun di atas pegunungan.

4. Wisata Komersial, dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameram dagang dan sebagainya.

5. Wisata Industri, hal ini dilakukan di negara-negara yang telah maju perindustriannya dimana masyarakat berkesempatan mengadakan kunjungan

(25)

ke daerah komplek industri berbagai jenis barang yang dihasilkan di negara itu.

6. Wisata Politik, jenis ini meliputi perjalanan yang dilakukan untuk mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti adanya kongres ataupun konvensi politik.

7. Wisata Konvensi, wisata konvensi dekat dengan wisata politik. Berbagai negara membangun dan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan- ruangan tempat bersidang bagi para peserta konferensi, konvensi, pertemuan dan lainnya.

8. Wisata Sosial, yang dimaksudkan dengan jenis wisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempaatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan (misalnya untuk kaum buruh).

9. Wisata Pertanian, seperti halnya wisata industri, wisata pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek pertanian, perkebunan, dan sebagainya.

10. Wisata Maritim atau Bahari, jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, danau, bengawan, pantai, atau teluk untuk kegiatan memancing, berlayar, menyelam.

11. Wisata Cagar Alam, jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha untuk mengatur perjalanan ke daerah cagar alam, taman lindung, dan sebagainya.

(26)

12. Wisata Buru, jenis wisata ini banyak dilakukan di negara yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah atau digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

13. Wisata Pilgrim, jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat.

14. Wisata Bulan Madu, ini adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati, pengantin baru yang sedang berbulan madu dan disediakan fasilitas khusus.

2.1.4 Potensi Pariwisata

Potensi Pariwisata adalah kemampuan, kesanggupan, kekuatan, dan daya untuk mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan, pelancongan, atau kegiatan pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan produk objek dan daya tarik wisata. Kepariwisataan mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah, orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestrarian dan mutu lingkungan hidup, serta

(27)

kepentingan nasional. Potensi kepariwisataan merupakan suatu hal yang mempunyai kekuatan dan nilai tambah tersendiri untuk dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata.

Potensi pariwisata dapat dibagi tiga menurut Pitana dan Diarta (2009:68), yaitu :

1. Potensi Alam

Potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan fauna suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dan lain-lain (keadaan fisik suatu daerah). Elemen dari sumber daya, misalnya air, pepohonan, udara, hamparan pegunungan, pantai, bentang alam dan sebagainya tidak akan menjadi sumber daya yang berguna bagi pariwisata kecuali semua elemen tersebut dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karenanya, sumber daya memerlukan intervensi manusia untuk mengubahnya agar menjadi bermanfaat.

2. Potensi Kebudayaan

Potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah nenek moyang berupa bangunan, monument. Budaya sangat penting perannya dalam pariwisata. Salah satu hal yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah adanya keinginan untuk melihat cara hidup budaya orang lain di belahan dunia lain serta keinginan untuk mempelajari budaya orang lain tersebut.

Industri pariwisata mengakui peran budaya sebagai faktor penarik dengan mempromosikan karakteristik budaya dari destinasi. Sumber daya budaya dimungkinkan untuk menjadi faktor utama yang menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisatanya. Pariwisata budaya dapat dilihat sebagai peluang

(28)

bagi wisatawan untuk mengalami, memahami, dan menghargai karakter dari destinasi, kekayaan dan keragaman budayanya.

3. Potensi Manusia

Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, lewat pementasan tarian/pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu daerah. Sumber daya manusia diakui sebagai salah satu komponen vital dalam pembangunan pariwisata. Hampir setiap tahap dan elemen pariwisata memerlukan sumber daya manusia untuk menggerakkannya. Singkatnya faktor sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Sebagai salah satu industri jasa, sikap dan kemampuan staff akan berdampak krusial terhadap bagaimana pelayanan pariwisata diberikan kepada wisatawan yang secara langsung akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan, dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya.

2.1.5 Objek dan Daya Tarik Wisata

Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan Pasal 1 mengatakan bahwa :

“Daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan”.

Unsur yang terkandung dalam pengertian di atas dapat disimpulkan, yaitu:

1. Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan, keindahan.

2. Daya tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya manusia yang berseni tinggi dan layak untuk dijadikan suatu produk.

3. Yang menjadi sasaran utama adalah wisatawan.

(29)

Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi :

“Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.Sasaran wisata minat khusus, seperti: berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah, dan lain-lain”.

Pasal 1 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dijelaskan pula pengertian kepariwisataan adalah :

“Keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah, dan pengusaha”.

Pengertian di atas, dengan demikian dapat dijelaskan pada Pasal 4 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, bertujuan untuk :

a. “Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. Menghapus kemiskinan;

d. Mengatasi pengangguran;

(30)

e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

f. Memajukan kebudayaan;

g. Mengangkat citra bangsa;

h. Memupuk rasa cinta tanah air;

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan j. Mempererat persahabatan antar bangsa”.

Konsep pengertian pariwisata di atas memang sudah cukup untuk menentukan atau menilai apakah suatu daerah dapat dikatakan sebagai Daerah Tujuan Wisata, Tetapi objek wisata tersebut sebaiknya memiliki kriteria-kriteria yang memenuhi syarat serta berpotensi sehingga layak untuk dijual.

Yoeti (1982 : 164), mengatakan bahwa ada tiga kriteria yang menentukan suatu objek wisata dapat diminati wisatawan, yakni:

“Pertama, Something To See adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang biasa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata.

Dengan kata lain objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.Kedua, Something To Do adalah agar wisatawan bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax, berupa fasilitas rekreasi baik arena bermain atau tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah tinggal di sana. Ketiga, Something To Buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai ole-ole”.

(31)

Objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana objek wisata tersebut.Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan objek wisata.

Yoeti (1982 : 181), mengatakan bahwa :

“Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.”

Prasarana tersebut antara lain:

1. Perhubungan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.

2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, dan lain-lain.

4. Pelayanan kesehatan, baik puskesmas atau rumah sakit.

5. Pelayanan keamanan, baik pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.

6. Pelayanan wisatawan, baik berupa pusat informasi atau kantor pemandu wisata.

7. Pom bensin.

8. Dan lain-lain”.

Objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu Daerah Tujuan Wisata. Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur dalam produk pariwisata yang harus mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak guna menunjang perkembangan

(32)

kepariwisataan. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam :

a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya c. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus

Daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan pada:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

2.1.6 Manfaat Pariwisata

Dalam memandang kompleksitas kepariwisataan, Leiper dalam Marpaung (2002:28) mengemukakan ada 3 (tiga) elemen kepariwisataan, yaitu kegiatan wisatawan, sektor-sektor industri dan letak geografis dari daerah tujuan wisata.

(33)

Ketiga elemen ini apabila kita dapat mempelajarinya maka akan sangat bermanfaat bagi pengembangan dunia kepariwisataan.

Selain dari untuk hiburan, dunia kepariwisataan merupakan salah satu sumber devisa bagi negara. Negara dapat menerima pajak dari sektor usaha yang bersangkut paut dengan kepariwisataan, seperti pajak hotel, restoran dan tempat hiburan.Obyek wisata yang dikelola pemerintah pun dapat menarik biaya masuk bagi pengunjung yang ingin melihat-lihat obyek wisata tersebut.

Bagi masyarakat luas dari suatu negara, kegiatan kepariwisataan berdampak pada semakin berkembangnya usaha industri kecil membuat barang- barang cenderamata yang dibutuhkan oleh wisatawan. Wisatawan-wisatawan yang membeli souvenir barang-barang seni akan merangsang kegiatan kreasi seni sehingga seniman-seniman memerlukan bahan tertentu untuk ungkapan kreasi seninya. Para pengrajin tradisional terangsang pula untuk memproduksi barang- barang kerajinannya. Toko souvenir akan tumbuh sebagai penyalur barang- barang kreasi seni maupun produksi pengrajin.

Di samping menggiatkan kegiatan kreasi seni dan kerajinan tradisional, pengembangan seni dan budaya suatu daerah juga dapat dilakukan melalui kegiatan kepariwisataan ini. Kebanyakan wisatawan sangat menggemari seni budaya suatu daerah dan mereka tertarik ingin menyaksikan kegiatan seni budaya tersebut secara langsung.

Maraknya ditampilkan kegiatan seni budaya menyebabkan semakin banyaknya tumbuh sanggar-sanggar seni budaya dan tempat-tempat pertunjukan seni budaya. Pariwisata juga bermanfaat pada pemeliharaan lingkungan. Hal ini bisa terwujud bila pembinaannya dilakukan secara baik dan seimbang.

(34)

Wisatawan yang bertujuan berekreasi senantiasa menghendaki suasana tempat yang baru dan nyaman. Mereka ingin menghindar dari suara gaduh dan kebisingan, ingin menghirup udara yang bersih dan segar, tidak seperti suasana kehidupan sehari-hari yang menjenuhkan. Daerah-daerah tersebut berupa pantai, gunung-gunung, pedesaan, hutan-hutan, padang-padang perburuan dan sebagainya. Gairah wisatawan yang demikian justru akan mendorong pemeliharaan lingkungan alam sebab apabila daerah tujuan wisata tersebut rusak atau tidak terpelihara niscaya wisatawan tidak akan berkunjung ke sana karena kebutuhannya tidak terpenuhi.

Manfaat lain dari pariwisata adalah memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha. Lapangan kerja dan kesempatan berusaha tidak hanya di bidang pariwisata saja namun juga bidang-bidang lainnya, seperti transportasi, jasa, dan komunikasi yang secara langsung atau tidak berhubungan dengan dunia kepariwisataan.

Pariwisata turut memperluas nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan.

Hubungan-hubungan yang terjalin antara wisatawan dengan masyarakat yang dikunjunginya akan menempa nilai hidup baru. Manusia akan belajar menghargai nilai-nilai orang lain disamping nilai-nilai yang dimilikinya. Dengan demikian hal ini akan mendorong sikaptoleransi dalam pergaulan yang merupakan sarana kuat dalam pembangunan bangsa.

Secara khusus manfaat pariwisata domestik dapat menimbulkan berbagai nilai pergaulan hidup, antara lain berupa: timbulnya rasa cinta tanah air, menghilangkan rasa kedaerahan atau kesukuan yang berlebihan, memperluas penggunaan bahasa nasional, membantu tumbuhnya budaya Indonesia,

(35)

merangsang majunya kesenian daerah, baik berupa ukiran, tarian, maupun lukisan dan lain-lain, memajukan ekonomi dan membantu pemerataan pembangunan daerah, membantu pembentukan “nation building”.

2.2 Pembangunan

2.2.1 Defenisi Pembangunan

Pembangunan itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses sosial yang bersifat integral dan menyeluruh baik berupa pertumbuhan ekonomi maupun perubahan sosial demi terwujudnya masyarakat yang lebih makmur. Dalam prakteknya proses pembangunan itu berlangsung melalui siklus produksi untuk mencapai suatu konsumsi dan pemanfaatan segala macam sumber dan modal, seperti sumber alam, sumber daya kemampuan manusia, sumber keuangan, permodalan dan peralatan yang terus menerus diperlukan dan perlu ditingkatkan.

Dalam mencapai tujuan dari sasaran pembangunan ini dapat timbul efek samping berupa produk-produk bekas dan lainnya yang bersifat merusak atau mencemarkan lingkungan, sehingga secara langsung atau tidak langsung membahayakan terciptanya tujuan pokok pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pembangunan menurut Michael Todaro dalam Sirojuzilam (2005:1) didefinisikan sebagai berikut :

“pembangunan ekonomi telah digariskan kembali dengan dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi sedang berkembang.”

(36)

Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi ditempatkan pada urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Dalam rangka pembangunan ekonomi sekaligus terkait usaha-usaha pemerataan kembali hasil-hasil pembangunan yang merata ke seluruh daerah, maupun berupa peningklatan pendapatan masyarakat. Secara bertahap diusahakan mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan.

Pembangunan ekonomi memiliki tiga sifat penting yaitu suatu proses yang berarti terjadinya perubahan terus menerus, adanya usaha untuk menarik pendapatan perkapita masyarakat. Dan kenaikan pendapatan per kapita masyarakat yang terjadi dalam jangka panjang.

Dalam pembangunan, Rodinelli (1961) dalam Sirojuzilam (2015:2) menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah ditujukan untuk mengubah cara berfikir, selalu memikirkan perlunya investasi pembangunan. Dengan adanya pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik , saling harga menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan sewenang-wenang

Adapun tujuan pembangunan menurut Gant (1971) ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya, maka tahap dua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Tujuan yang ingin dicapai dari pembanguna ekonomi yang diwujudkan dalam berbagai kebijaksanaan, secara umum disimpulkan sebagai berikut:

(37)

1. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pertumbuhan produksi nasional yang cepat.

2. Mencapai tingkat kestabilan harga dengan kata lain mengendalikan tingkat inflasi yang terjadi di perekonomian.

3. Distribusian pendapatan yang lebih adil dan merata.

2.2.2 Pembangunan Regional

Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan regional adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan.

Pertumbuhan regional merupakan teori pertumbuhan ekonomi nasional yang disesuaikan pada skala wilayah dengan anggapan dasar bahwa suatu wilayah adalah mini nation (Tommy Firman, 1985 dalam Sirojuzilam (2005:23).

Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaan dalam proses input output barang dan jasa maupun orang.

Teori Resource Base yang dikemukakan Perloff dan Wingo dalam Sirojuzilam (2005:24) berpendapat bahwa investasi dan perkembangan ekspor di suatu wilayah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi karena selain menghasilkan pendapatan juga menciptakan efek penggandaan (Multiplier) pada keseluruhan perekonomian di wilayah tersebut. Teori Perloff dan Wingo menekankan analisisnya dalam dua aspek pokok, yaitu :

a. Pentingnya peranan kekayaan alam suatu daerah pada berbagai tingkat pembanguna ekonomi.

(38)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya Multiplier Effect dari sektor ekspor terhadap keseluruhan perekonomian daerah.

Sedangkan menurut Rostow, bahwa di dalam proses pembangunan suatu daerah atau negara akan mengalami perkembangan dalam beberapa tahapan pembangunan seperti yang dikutip dalam bukunya yang berjudul the stage of economic growth. Rostow membuat tahapan pembangunan menjadi lima tahapan yaitu :

1. The traditional society

2. The preconditions for take off

3. The take off into self sustaining growth 4. The drive to maturity

5. The age of high mass consumption.

Di dalam penyelenggaraan pembangunan yang juga perlu mendapat perhatian adalah proses pencapaian sasaran yang diingankan haruslah memperhatikan kepada momentum waktu dan apakah digunakannya perencanaan sebagai alat percepatan pembangunan.

2.2.3 Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pariwisata

Pitana & Diarta (2009:106) menyatakan bahwa kebijakan (policy) merupakan arah dan tuntutan dalam pelaksanaan suatu kegiatan oleh pemerintah yang diekspresikan dalam sebuah pernyataan umum mengenai tujuan yang akan dicapai, yang menuntun tindakan dari para pelaksana, baik di pemerintah maupun di luar pemerintaha dalam mewujudkan harapan yang telah ditetapkan tersebut.

Istilah kebijakan dan perencanaan berkaitan erat. Perencanaan menyangkut strategi sebagai implementasi dari kebijakan. Perencanaan merupakan prediksi

(39)

dan oleh karenanya memerlukan beberapa perkiraan persepsi akan masa depan.

Perencanaan harus mengandung informasi yang cukup untuk pengambilan keputusan. Perencanaan merupakan bagian dari keseluruhan proses perencanaan- perencanaan pengambilan keputusan pelaksanaan.

Strategi pengembangan kepariwisataan bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Menurut Suwantoro (2004:56) ada beberapa langkah pokok dalam strategi pengembangan kepariwisataan nasional, yaitu:

1. Dalam jangka pendek dititikberatkan pada optimasi, terutama untuk : a. Mempertajam dan memantapkan citra kepariwisataan

b. Meningkatkan mutu tenaga kerja

c. Meningkatkan kemampuan pengelolaan d. Memafaatkan produk yang ada

e. Memperbesar saham dari dari pasar pariwisata yang telah ada

2. Dalam jangka menengah dititikberatkan pada konsolidasi, terutama dalam : a. Memantapkan citra kepariwisataan Indonesia

b. Mengkonsolidasikan kemampuan pengelolaan c. Mengembangkan dan diversifikasi produk d. Mengembangkan jumlah da mutu tenaga kerja

3. Dalam jangka panjang dititikberatkan pada pengembangan dan penyebaran dalam :

a. Pengembangan kemampuan pengelolaan

b. Pengembangan dan penyebaran produk dan pelayanan c. Pengembangan pasar pariwisata baru

(40)

d. Pengembangan mutu dan jumlah tenaga kerja

Selain adanya langkah pokok, terdapat juga Sapta Kebijaksanaan Pengembangan Pariwisata, yaitu :

1. Promosi

Promosi pada hakikatnya mrupakan pelaksanaan upaya pemasaran. Promosi pariwisata harus dilaksanakan secara selaras dan terpadu, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

2. Aksebilitas

Aksebilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata, karena menyangkut pengembangan lintas sektoral.

3. Kawasan Pariwisata

Pengembangan kawasan pariwisata dimaksudkan untuk :

a. Meningkatkan peran serta daerah dan swasta dalam pengembangan pariwisata.

b. Memperbesar dampak positif pembangunan.

c. Mempermudah pengendalian terhadap dampak lingkungan.

4. Wisata Bahari

Wisata bahari merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Jenis wisata ini memiliki keunggulan komparatif yang sangat tinggi terhadap produk wisata sejenis di luar negeri.

5. Produk Wisata

Upaya untuk dapat menampilkan produk wisata yang bervariasi dan mempunyai kualitas daya saing yang tinggi.

(41)

6. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu modal dasar pengembangan pariwisata. Sumber daya manusia ini harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang diperlukan untuk memberikan jasa pelayanan pariwisata.

7. Kampanye Nasional Sadar Wisata

Kampanye nasional sadar wisata pada hakikatnya adalah upaya memasyarakatkan. Sapta Pesona yang turut menegakkan disiplin nasional dan jadi jati diri bangsa Indonesia melalui kegiatan kepariwisataan.

2.3 Ekowisata

2.3.1 Pengertian Ekowisata

Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para penjelajah dari seluruh dunia barat maupun timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas yang lalu. Para penjelajah ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan keuntungan konservasi daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain,1993).

Menurut Fandeli (2000:4), ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler.

(42)

2.3.2 Konsep Dasar dan Prinsip Ekowisata

Deklarasi Quebec secara spesifik menyebutkan bahwa ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang membedakannya dengan bentuk wisata lain. Didalam praktik, UNEP dan Heher (Damanik dan Weber, 2006:38) mengatakan hal itu terlihat dalam bentuk kegiatan wisata yang :

1. Secara aktif menyumbang kegaiatan konservasi alam dan budaya.

2. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan mereka .

3. Dilakukan dalam bentuk wisata independen atau diorganisasi dalam bentuk kelompok kecil.

Dalam kaitannya, From (Damanik dan Weber, 2006:38) menyusun tiga konsep dasar yang lebih operasional tentang ekowisata yaitu sebagai berikut:

1. Perjalanan outdoor dan dikawasan alam yang tidak menimbukan kerusakan lingkungan .

2. Wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas transportasi yang diciptakan dan dikelola masyarakat kawasan wisata itu. Prinsipnya, semua akomodasi yang ada dan makanan yang ditawarkan secara keselutuhan adalah produk lokal.

3. Perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal. Para wisatawan biasanya belajar dari masyarakat dan bukan sebaliknya.

(43)

Dari defenisi di atas, TIES( Damanik dan Weber, 2006:38) mengidentifikasi beberapa prinsip ekowisata yakni sebagai berikut:

1. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisatawan.

2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya.

3. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan dalam konservasi objek wisata.

4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.

5. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal.

6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata.

7. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asazi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini antara lain :

(44)

1. Andi Meegie Senna (2014) melakukan penelitian berjudul , “Analisis Potensi Pariwisata Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kota Palopo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan potensi pariwisata dalam pelaksanaan otonomi daerah di Kota Palopo, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah melakukan berbagai upaya seperti mempromosikan objek- objek wisata melalui berbagai media baik cetak seperti koran dan majalah wisata, maupun elektronik seperti stasiun televisi dan promosi langsung seperti ikut kegiatan pameran dan expo. Mengembangkan sumber daya manusia pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palopo dilakukan dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan yang epat dan efektif tentang kepariwisataan, workshop pengembangan SDM dan studi banding ke beberapa daerah yang sukses di bidang pariwisatas dan bekerjasama dengan pihak swasta baik itu dalam pengelolaan dan mempromosikan objek wisata.

Selain itu dampak langsung yang dirasakan bagi masyarakat sekitar objek wisata seperti membuka lapangan pekerjaan, memberi kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk menambah pendapatan sehari-hari dengan cara berdagang atau menjual jajanan khas kota palopo, menawarkan produk kerajinan tangan lokal di kawasan objek wisata.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengembangan potensi pariwisata adalah faktor pendukung yaitu lokasi yang cukup strategis, budaya, tersedianya sarana dan prasarana sedangkan faktor penghambat yaitu potensi yang belum dikelolah secara serius, promosi dan pengembangan pariwisata yang masih kurang, sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang

(45)

kepariwisataan masih terbatas, terbatasnya anggaran sektor pariwisata, sarana dan prasarana pendukung di objek-objek wisata kurang memadai.

2. Wawan Kurniawan (2015) melakukan penelitian berjudul , “Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Pariwisata Umbul Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan peluang usaha di sekitar objek pariwisata Umbul Sidomukti termasuk dalam kategori tinggi.

Masyarakat sekitar memanfaatkan situasi ini untuk berdagang, jasa tourleader hingga menjadi karyawan objek pariwisata Umbul Sidomukti. Peningkatan pengunjung pasca renovasi Objek Pariwisata Umbul Sidomukti benar-benar mampu meningkatkan pengunjung dan mempengaruhi peningkatan pendapatan. Pembangunan Umbul Sidomukti berhasil menyerap banyak tenaga kerja mengingat banyak wahana baru yang disediakan, pembangunan Objek Wisata Umbul Sidomukti benar-benar mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Tidak hanya tenaga kerja di sektor pariwisata saja yang terserap, kenaikan omset penjualan yang dialami para pedagang di sekitar Umbul Sidomukti juga memaksa para pedagang untuk menambah karyawannya, lambat laun jumlah pengangguran di sekitar Objek Wisata Umbul Sidomukti mulai menurun. Penurunan jumlah pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat ternyata berdampak positif pada kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar. Walaupun demikian aroma persaingan usaha antar sesama pedagang makin terasa.

3. Dewi Kusuma Sari (2011) melakukan penelitian berjudul , “Pengembangan Pariwisata Obyek Wisata Pantai Sigandu Kabupaten Batang”. Peneliti mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi permintaan pengunjung obyek

(46)

wisata Pantai Sigandu Kabupaten Batang dengan analisis regresi linier berganda. Mengestimasi besarnya nilai ekonomi yang diperoleh pengunjung obyek wisata Pantai Sigandu Kabupaten Batang dengan menggunakan perhitungan surplus konsumen. Menentukan strategi upaya pengembangan obyek wisata Pantai Sigandu dengan wawancara mendalam dengan pihak- pihak terkait dan menggunakan Analisis Hierarki Proses (AHP).

4. M. Juramadi Esram (2006) melakukan penelitian berjudul , “Analisis Pasar Pariwisata Dalam Pembangunan Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau”. Hasil penelitian menunjukkan Potensi wisata yang berkembang dan menjadi andalan Kota Tanjungpinang pada saat ini adalah wisata sejarah dan budaya yang berpusat di Pulau Penyengat dan wisata religi di Senggarang.

Jenis wisata ini dominan dipilih dan menjadi daya tarik wisatawan dari Singapura dan Malaysia untuk datang berkunjung. Di samping itu melihat kondisi geografisnya yang merupakan wilayah perairan dan kepulauan maka wisata bahari dan alam merupakan potensi wisata yang juga dapat dikembangkan. Namun perhatian ke arah ini masih kurang dari pemerintah Kota Tanjungpinang dan pihak swasta. Motivasi kunjungan wisatawan dari Singapura dan Malaysia ke Kota Tanjungpinang adalah untuk berlibur.

Dalam liburan itu pada umumnya mereka melihat bangunan bersejarah yang ada di lokasi wisata Pulau Penyengat, Senggarang, dan Kota Piring.

5. Nadiasa, Maya dan Norken (2010) melakukan penelitia berjudul “ Analisis Investasi Pengembangan Potensi Pariwisata Pada Pembangunan Waduk Jehem Di Kabupaten Bangli”. Hasil penelitian menunjukkan dari hasil analisis finansial, pengembangan potensi wisata ini memberikan tambahan

(47)

benefit dalam dua puluh tahun umur investasi. Analisis sensitivitas pada model yang paling tidak menguntungkan dimana kondisi pendapatan turun 10% dan biaya-biaya yang dikeluarkan juga meningkat 10%. Agar kelangsungan obyek wisata Waduk Jehem ini bisa bertahan dengan identitasnya sebagai obyek wisata berbasiskan alam/ekowisata, maka kelestarian alam dan lingkungan di sekitar obyek senantiasa harus dijaga dan diupayakan konservasinya.

2.5 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan menganalisis perkembangan bisnis pariwisata yang ada di kabupaten Toba Samosir dengan adanya pembangunan Danau Toba sebagai Monaco of Asia yang juga dipadukan dengan pengembangan Danau Toba sebagai obyek ekowisata dan sebagai kawasan geopark nasional.

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

Sumber: Diolah oleh penulis (2017) Danau Toba

Analisis Lingkungan

Pembangunan Danau Toba Sebagai Monaco of Asia

Danau Toba sebagai Kawasan Geopark Nasioanal

Perkembangan Bisnis Pariwisata

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan terhadap suatu konsep atau gejala, dan juga menjawab pertanyaan sehubungan dengan subyek penelitian.

Peneltian deskriptif (descriptiveresearch), yang biasa disebut juga penelitian taksonomik dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antarvariabel yang ada; tidak dimaksudkan untuk menarik generasi yang menjelaskan variabel-variabel anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan sosial.Oleh karena itu, pada suatu penelitian deskriptif, tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis, Faisal (2008:20).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kabupaten yang berada di sekitaran Danau Toba tepatmya di Kabupaten Toba Samosir. Ada tujuh kabupaten yang berada di sekitaran Danau Toba dan alasan peneliti memilih lokasi ini karena kabupaten tersebut adalah kabupaten yang paling banyak mengalami pembangunan semenjak dimulainya pembangunan Danau Toba sebagai Monaco of Asia.

Gambar

Tabel 1.1 Objek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir
Gambar 2.1  Kerangka berpikir
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015
Tabel 4.2 Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
+6

Referensi

Dokumen terkait

pihak swasta dan yang terutama adalah kerjasama dengan masyarakat sekitar kawasan untuk mendukung pengembangan lokasi objek wisata tersebut baik dalam hal. pembenahan dan

Sedangkan operasionalisasinya dibagi atas variabel bebas (X) yaitu pembentukan Kabupaten Toba Samosir yang meliputi indikator penyediaan fasilitas, pembangunan objek wisata,

Dengan pelibatan peran masyarakat dan swasta dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Karanganyar, maka prasarana dan sarana pendukung kegiatan wisata di

Judul Kertas Karya: Upaya Pengembangan Pantai Pasir Putih Pangkodian Sebagai Objek Wisata di Kabupaten Toba Samosir.. Oleh : Benvri

Bagaimana membangun kerjasama ini tentu kita ada kegiatan yang dinamakan rapat koordinasi pariwisata yang melibatkan stakeholder atau pihak terkait terutama pelaku-pelaku wisata,

Pengertian dari sistem kerjasama bangun bagi adalah sistem kerjasama saling menguntungkan antara pemilik lahan (tanah) dengan pihak investor (pemilik modal) dalam hal

adanya berbagai bantuan pembangunan seperti dana PNPM, gazebo dari Kementrian koperasi dan berbagai bantuan dari pihak swasta. Popularitas obyek wisata yang semakin

“ Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Menjadi Kawasan Wisata di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Se latan” Skripsi.. Medan : Universitas