• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat merupakan suatu yang diharapkan ataupun yang didapatkan ketika penelitian telah selesai dilakukan. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi program studi Administrasi Bisnis USU, dapat menjadi tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

b. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai bahan kajian terutama mengenai perkembangan bisnis pariwisata yang dapat digunakan dalam penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah daerah dan instansi yang terkait yang berada di daerah sekitaran danau Toba, dapat menjadi referensi dan acuan dalam pengembangan sektor pariwisata di daerah sekitaran Danau Toba.

b. Memberikan kesempatan pada peneliti lain bahwa perkembangan bisnis pariwisata di daerah sekitaran danau Toba dapat digunakan sebagai bahan kajian melalui penelitian ilmiah.

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari berarti berulang-ulang, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berputar-putar, berulang-ulang atau berkali-kali (Wikipedia diakses pada 26 November 2016).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Menurut Soekadijo dalam Purnamawati (2001: 50) pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.

Berdasarkan pengertian ini dapat dinyatakan bahwa adanya

wisatawan yang berkunjung membuat aktivitas pemerintah daerah, swasta dan anggota masyarakat di daerah tujuan wisata menjadi bertambah. Pemerintah melalui jalur birokrasinya mengatur kedatangan dan kepulangan wisatawan.

Swasta berperan dalam menyediakan tempat penginapan (hotel), hiburan (diskotik dan karaoke), dan tempat makan minum (restoran). Sementara itu masyarakat setempat berperan sebagai penunjuk jalan (guide) dan menyediakan barang-barang cenderamata.

Pariwisata menurut Robbert dalam Purnamawati (2001:51) adalah aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang melakukan perjalanan, tetapi bukan untuk mencari nafkah maupun menetap. Institut of Tourism in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) di tahun 1976 mendefinisikan pariwisata sebagai kepergian orang-orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan tempat bekerja sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut. Ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan sehari atau darmawisata.

Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan.

Pariwisata dapat menjadi suatu tuntutan hasrat seseorang untuk mengenal kebudayaan dan pola hidup bangsa lain dan sebagai suatu upaya untuk mengerti

mengapa bangsa lain itu berbeda. Pariwisata menjadi suatu sarana untuk memulihkan kesehatan moral seseorang dan untuk memantapkan kembali keseimbangan emosi seseorang.

Suwantoro (2004:3) menyatakan bahwa pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata , yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dapat dilakukan oleh seorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.

Menurut World Tourism Organization (WTO) dan International Union of Office Travel Organization (IUOTO), yang dimaksud dengan wisatawan adalah setiap pengunjung yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan di tempat yang dikunjunginya dengan maksud kunjungan antara lain:

1. Berlibur 2. Rekreasi 3. Olah raga 4. Binis

5. Mengunjungi teman dan keluarga 6. Menghadiri pertemuan

7. Konferensi

8. Kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar, atau kegiatan keagamaan.

2.1.2 Bentuk Pariwisata

Menurut Suwantoro (2004:14), ada berbagai macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam segi, antara lain :

1. Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas :

a. Individual Tour (wisatawan perorangan), yaitu suatu perjalanan wisatayang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami istri.

b. Family Group Tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.

c. Group Tour (wisata rombongan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang bertanggungjawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya.

Biasanya paling sedikit 10 orang dengan dilengkapi diskon dari perusahaan prinsipal bagi orang kesebelas. Potongan ini besarnya berkisar antara 25% hingga 50% dari ongkos penerbangan atau penginapan.

2. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas :

a. Pre-arranged Tour (wisata berencana), yaitu suatu perjalanan wisata yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik transportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi. Biasanya wisata

jenis ini diatur oleh suatu lembaga yang khusus mengurus, mengatur maupun menyelenggarakan perjalanan wisata dengan bekerja sama dengan semua instansi atau lembaga yang terkait dengan kepentingan tersebut.

b. Package Tour (wisata paket atau paket wisata), yaitu suatu produk perjalanan wisata yang dijual oleh suatu Perusahaan Biro Perjalanan atau Perusahaan Transport yang bekerjasama dengannya dimana harga paket wisata tersebut telah mencakup biaya perjalanan, hotel ataupun fasilitas lainnya yang memberikan kenyamanan bagi pembelinya. Dengan kata lain paket wisata ini adalah suatu produk wisata yang merupakan suatu komposisi perjalanan yang disusun dan dijual guna memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan perjalanan wisata.

c. Coach Tour (wisata terpimpin), yaitu suatu paket perjalanan ekskursi yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata yang diselenggarakan secara rutin, dalam jangka yang telah ditetapkan dengan rute perjalanan yang tertentu pula.

d. Special Arranged Tour (wisata khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seorang langganan atau lebih sesuai dengan kepentingannya.

e. Optional Tour (wisata tambahan / manasuka), yaitu suatu perjalanan wisata tambahan di luar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan pelaksanaannya, yang di lakukan atas permintaan pelanggan.

2.1.3 Jenis Pariwisata

Menurut Pendit (1987:36), di samping bentuk pariwisata perlu pula diketahui jenis pariwisata agar dapat menyusun statistik dan data-data penelitian dan peninjauan yang lebih akurat. Jenis pariwasata dapat dibagi dalam beberapa kategori berikut ini:

1. Wisata Budaya, dimaksudkan dengan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan tempat untuk mempelajari keadaan masyarakat setempat, cara hidup, budaya, karya seni dan adat istiadatnya.

2. Wisata Kesehatan, dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar kedaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan atau tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempaat yang menyediakan fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Olahraga, dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan olahraga atau memang sengaja mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat misalnya cabang olahraga di dalam air maupun di atas pegunungan.

4. Wisata Komersial, dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameram dagang dan sebagainya.

5. Wisata Industri, hal ini dilakukan di negara-negara yang telah maju perindustriannya dimana masyarakat berkesempatan mengadakan kunjungan

ke daerah komplek industri berbagai jenis barang yang dihasilkan di negara itu.

6. Wisata Politik, jenis ini meliputi perjalanan yang dilakukan untuk mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti adanya kongres ataupun konvensi politik.

7. Wisata Konvensi, wisata konvensi dekat dengan wisata politik. Berbagai negara membangun dan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta konferensi, konvensi, pertemuan dan lainnya.

8. Wisata Sosial, yang dimaksudkan dengan jenis wisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempaatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan (misalnya untuk kaum buruh).

9. Wisata Pertanian, seperti halnya wisata industri, wisata pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek pertanian, perkebunan, dan sebagainya.

10. Wisata Maritim atau Bahari, jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, danau, bengawan, pantai, atau teluk untuk kegiatan memancing, berlayar, menyelam.

11. Wisata Cagar Alam, jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha untuk mengatur perjalanan ke daerah cagar alam, taman lindung, dan sebagainya.

12. Wisata Buru, jenis wisata ini banyak dilakukan di negara yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah atau digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

13. Wisata Pilgrim, jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat.

14. Wisata Bulan Madu, ini adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati, pengantin baru yang sedang berbulan madu dan disediakan fasilitas khusus.

2.1.4 Potensi Pariwisata

Potensi Pariwisata adalah kemampuan, kesanggupan, kekuatan, dan daya untuk mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan, pelancongan, atau kegiatan pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan produk objek dan daya tarik wisata. Kepariwisataan mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah, orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestrarian dan mutu lingkungan hidup, serta

kepentingan nasional. Potensi kepariwisataan merupakan suatu hal yang mempunyai kekuatan dan nilai tambah tersendiri untuk dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata.

Potensi pariwisata dapat dibagi tiga menurut Pitana dan Diarta (2009:68), yaitu :

1. Potensi Alam

Potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan fauna suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dan lain-lain (keadaan fisik suatu daerah). Elemen dari sumber daya, misalnya air, pepohonan, udara, hamparan pegunungan, pantai, bentang alam dan sebagainya tidak akan menjadi sumber daya yang berguna bagi pariwisata kecuali semua elemen tersebut dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karenanya, sumber daya memerlukan intervensi manusia untuk mengubahnya agar menjadi bermanfaat.

2. Potensi Kebudayaan

Potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah nenek moyang berupa bangunan, monument. Budaya sangat penting perannya dalam pariwisata. Salah satu hal yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah adanya keinginan untuk melihat cara hidup budaya orang lain di belahan dunia lain serta keinginan untuk mempelajari budaya orang lain tersebut.

Industri pariwisata mengakui peran budaya sebagai faktor penarik dengan mempromosikan karakteristik budaya dari destinasi. Sumber daya budaya dimungkinkan untuk menjadi faktor utama yang menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisatanya. Pariwisata budaya dapat dilihat sebagai peluang

bagi wisatawan untuk mengalami, memahami, dan menghargai karakter dari destinasi, kekayaan dan keragaman budayanya.

3. Potensi Manusia

Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, lewat pementasan tarian/pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu daerah. Sumber daya manusia diakui sebagai salah satu komponen vital dalam pembangunan pariwisata. Hampir setiap tahap dan elemen pariwisata memerlukan sumber daya manusia untuk menggerakkannya. Singkatnya faktor sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Sebagai salah satu industri jasa, sikap dan kemampuan staff akan berdampak krusial terhadap bagaimana pelayanan pariwisata diberikan kepada wisatawan yang secara langsung akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan, dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya.

2.1.5 Objek dan Daya Tarik Wisata

Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan Pasal 1 mengatakan bahwa :

“Daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan”.

Unsur yang terkandung dalam pengertian di atas dapat disimpulkan, yaitu:

1. Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan, keindahan.

2. Daya tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya manusia yang berseni tinggi dan layak untuk dijadikan suatu produk.

3. Yang menjadi sasaran utama adalah wisatawan.

Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi :

“Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.Sasaran wisata minat khusus, seperti: berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah, dan lain-lain”.

Pasal 1 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dijelaskan pula pengertian kepariwisataan adalah :

“Keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah, dan pengusaha”.

Pengertian di atas, dengan demikian dapat dijelaskan pada Pasal 4 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, bertujuan untuk :

a. “Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. Menghapus kemiskinan;

d. Mengatasi pengangguran;

e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

f. Memajukan kebudayaan;

g. Mengangkat citra bangsa;

h. Memupuk rasa cinta tanah air;

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan j. Mempererat persahabatan antar bangsa”.

Konsep pengertian pariwisata di atas memang sudah cukup untuk menentukan atau menilai apakah suatu daerah dapat dikatakan sebagai Daerah Tujuan Wisata, Tetapi objek wisata tersebut sebaiknya memiliki kriteria-kriteria yang memenuhi syarat serta berpotensi sehingga layak untuk dijual.

Yoeti (1982 : 164), mengatakan bahwa ada tiga kriteria yang menentukan suatu objek wisata dapat diminati wisatawan, yakni:

“Pertama, Something To See adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang biasa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata.

Dengan kata lain objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.Kedua, Something To Do adalah agar wisatawan bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax, berupa fasilitas rekreasi baik arena bermain atau tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah tinggal di sana. Ketiga, Something To Buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai ole-ole”.

Objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana objek wisata tersebut.Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan objek wisata.

Yoeti (1982 : 181), mengatakan bahwa :

“Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.”

Prasarana tersebut antara lain:

1. Perhubungan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.

2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, dan lain-lain.

4. Pelayanan kesehatan, baik puskesmas atau rumah sakit.

5. Pelayanan keamanan, baik pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.

6. Pelayanan wisatawan, baik berupa pusat informasi atau kantor pemandu wisata.

7. Pom bensin.

8. Dan lain-lain”.

Objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu Daerah Tujuan Wisata. Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur dalam produk pariwisata yang harus mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak guna menunjang perkembangan

kepariwisataan. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam :

a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya c. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus

Daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan pada:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

2.1.6 Manfaat Pariwisata

Dalam memandang kompleksitas kepariwisataan, Leiper dalam Marpaung (2002:28) mengemukakan ada 3 (tiga) elemen kepariwisataan, yaitu kegiatan wisatawan, sektor-sektor industri dan letak geografis dari daerah tujuan wisata.

Ketiga elemen ini apabila kita dapat mempelajarinya maka akan sangat bermanfaat bagi pengembangan dunia kepariwisataan.

Selain dari untuk hiburan, dunia kepariwisataan merupakan salah satu sumber devisa bagi negara. Negara dapat menerima pajak dari sektor usaha yang bersangkut paut dengan kepariwisataan, seperti pajak hotel, restoran dan tempat hiburan.Obyek wisata yang dikelola pemerintah pun dapat menarik biaya masuk bagi pengunjung yang ingin melihat-lihat obyek wisata tersebut.

Bagi masyarakat luas dari suatu negara, kegiatan kepariwisataan berdampak pada semakin berkembangnya usaha industri kecil membuat barang-barang cenderamata yang dibutuhkan oleh wisatawan. Wisatawan-wisatawan yang membeli souvenir barang-barang seni akan merangsang kegiatan kreasi seni sehingga seniman-seniman memerlukan bahan tertentu untuk ungkapan kreasi seninya. Para pengrajin tradisional terangsang pula untuk memproduksi barang kerajinannya. Toko souvenir akan tumbuh sebagai penyalur barang-barang kreasi seni maupun produksi pengrajin.

Di samping menggiatkan kegiatan kreasi seni dan kerajinan tradisional, pengembangan seni dan budaya suatu daerah juga dapat dilakukan melalui kegiatan kepariwisataan ini. Kebanyakan wisatawan sangat menggemari seni budaya suatu daerah dan mereka tertarik ingin menyaksikan kegiatan seni budaya tersebut secara langsung.

Maraknya ditampilkan kegiatan seni budaya menyebabkan semakin banyaknya tumbuh sanggar-sanggar seni budaya dan tempat-tempat pertunjukan seni budaya. Pariwisata juga bermanfaat pada pemeliharaan lingkungan. Hal ini bisa terwujud bila pembinaannya dilakukan secara baik dan seimbang.

Wisatawan yang bertujuan berekreasi senantiasa menghendaki suasana tempat yang baru dan nyaman. Mereka ingin menghindar dari suara gaduh dan kebisingan, ingin menghirup udara yang bersih dan segar, tidak seperti suasana kehidupan sehari-hari yang menjenuhkan. Daerah-daerah tersebut berupa pantai, gunung-gunung, pedesaan, hutan-hutan, padang-padang perburuan dan sebagainya. Gairah wisatawan yang demikian justru akan mendorong pemeliharaan lingkungan alam sebab apabila daerah tujuan wisata tersebut rusak atau tidak terpelihara niscaya wisatawan tidak akan berkunjung ke sana karena kebutuhannya tidak terpenuhi.

Manfaat lain dari pariwisata adalah memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha. Lapangan kerja dan kesempatan berusaha tidak hanya di bidang pariwisata saja namun juga bidang-bidang lainnya, seperti transportasi, jasa, dan komunikasi yang secara langsung atau tidak berhubungan dengan dunia kepariwisataan.

Pariwisata turut memperluas nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan.

Hubungan-hubungan yang terjalin antara wisatawan dengan masyarakat yang

Hubungan-hubungan yang terjalin antara wisatawan dengan masyarakat yang

Dokumen terkait