• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.4 Pengertian Keluarga

2.4.2 Komunikasi Keluarga

Komunikasi keluarga adalah pembentukan pola kehidupan keluarga di mana di dalamnya terdapat unsur pendidikan, pembentukan sikap dan perilaku anak yang berpengaruh terhadap perkembangan anak (Hurlock, 1998 : 198).

Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang tua dalam memilihpola asuhan, pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta pertentangan dalam keluarga maka akan ada hubungan yang tegang. Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu, dan anak (Gunarsa dan Gunarsa, 2001 ; 205 ).

Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan,pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam linkungan keluarga diharapkantebina komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan adanya hubungan harmonis antara orang tua dan anak, diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak dalam membicarakan masalah dan

33

kesulitan yang dialami oleh anak (Munandar, 1993 : 23). Di sinilah diperlukan komunikasi dalam keluarga yang sering disebut Komunikasi Keluarga.

Dengan adanya kesamaan pandangan akan timbul pemahaman antar orang tua dan anak, sehingga antar oang tua dan anak akan saling terbuka dan berterus terang dalam membicarakan masalah yang sedang dihadapi oleh anak (Conger, 1997 : 234 ). Keterbukaan komunikasi antar orang tua dan anak sangat diperlukan dalam proses sosialisasi dan bermanfaat dalam menghindarkan konflik yang terjadi pada remaja maupun pada hubungan orang tua dan anak. Sehinggadengan adanya komunikasi antar orang tua dan anak dapat membantumemecahkan masalah anak (Gunarsa, 2000 : 206).

Kegiatan komunikasi dalam keluarga biasanya berlangsung secara tatap muka dan memungkinkan adanya dialog antar anggota-anggota dalam keluarga pada umumnya bersikap akrab dan terbuka (Pratikno, 1987 : 23). Namun untuk mengadakan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak usia remaja tidak mudah karena ada faktor-faktor yang enjadi penghambat, yaitu :

a. Orang tua biasanya measa kedudukannya lebih tinggi daripada kedudukan anaknya yang menginjak usia remaja.

b. Orang tua dan anak tidak mempergunakan bahasa yang sama sehingga meninggalkan salah tafsir atau salah paham.

c. Orang tua hanya membeikan informasi, akan tetapi tidak ikut serta memecahkan masalah yang dihadapi anak.

d. Hubungan antara orang tua dan anak hanya terjadi secara singkat dan formal, karena selalu sibuknya orang tua.

e. Anak tidak diberi kesempatan mengembangkan kreativitasnya serta memberikan pandangan-pandangannya secara bebas (Soekanto, 1993 : 15).

2.4.3. Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga

Dalakm komunikasi,dikenal dengan istilah interpersonal communication atau komunikasi interpersonal adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Komunikasi ini dianggap efektif dalam upaya untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berlangsung secara tatap muka (face to face) dan menunjukkan suatu interaksi sehingga terjadi kontak pribadi atau personal contact (Effendy, 2003 : 8). Dengan demikian mereka yang terlibat dalam komunikasi ini masing-masing menjadi pembicara dan pendengar. Nampakya adanya upaya untuk terjadinya pengertian bersama dan empati. Disini terjadi rasa saling menghormati berdasarkan anggapan bahwa masing-masing adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai dan dihormati sebagai manusia.

Dalam proses komunikasi interpersonal, ketika pesan disampaikan, umpan balikpun terjadi saat itu juga (immediate feedback) sehingga komunikator tahu bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikannya (Effendy, 2003 : 15). Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator, selain itu umpan balik dapat memberikan komunikator bahan informasi bahwa sumbangan – sumbangan pesan mereka yang

35

disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan (Effendy, 2003 : 14). Umpan balik ini bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik dikatakan bersifat positif ketika respon komunikan berjalan dengan lancar, sedangkan sebaliknya umpan balik dikatakan negatif ketika respon komunikan tidak menyenangkan komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasi tersebut.

Selain pengelompokkan di atas, umpan balik dapat pula dinyatakan secara verbal maupun non verbal seperti halnya dengan penyampaian pesan. Umpan balik verbal adalah tanggapan dari komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata secara singkat maupun secara panjang lebar, sedangkan umpan balik non verbal ialah tanggapan komunikan yang bukan berupa kata-kata melainkan hanya berupa isyarat tertentu.

Komunikasi yang efektif juga dibutuhkan untuk membentuk keluarga yang harmonis, selain faktor keterbukaan, otoritas, kemampuan bernegosiasi, menghargai kebebasan dan privasi antara anggota keluarga. Dengan adanya komunikasi efektif diharapkan dapat mengarahkan anak untuk mampu mengambil keputusan, mendukung perkembangan otonomi dan kemandirian dan lain-lain. (Fuhrman, 2001 : 218)

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan faktor yang penting bagi perkembangan diri anak, karena ketiadaan komunikasi di dalam suatu keluarga akan bersifat fatal sepeti timbulnya perilaku menyimpang pada anak (Irwanto dalam Yanto dan Irwanto, 2001 : 83)

Tidak bena anggapan orang bahwa semakin sering seseorang melakukan komunikasi antar pribadi dengan orang lain, maka makin baik hubungan mereka.

Persoalannya adalah bukan beberapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan (Rakhmat, 2002 : 129). Hal ini berarti bahwa dalam komunikasi yang diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasi itu, melainkan seberapa besar kualitas komunikasi tersebut.

2.4.4. Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam keluarga. Beberapa faktor penting ubtuk menetukan jelas tidaknya informasi yang dikomunikasikan di dalam keluarga sehingga dapat mebgarahkan pada komunikasi yang efektif yaitu :

1. Konsistensi

Informasi yang disampaikan secara konsisten akan dapat dipercaya dan relatif lebih jelas, dibandingkan dengan informasi yang selalu berubah. Ketidak konsistenan yang membuat anak bingung dalam menafsirkan informasi tersebut (Irwanto dalam Yatim dan Irwanto, 1991 : 85).

2. Ketegasan (Assertiveness)

Ketegasan tidak berarti otoriter. Ketegasan membantu meyakinkan anak atau anggota keluarga yang lain bahwa komunikator benar-benar meyakini nilai atau sikapnya. Bila perilaku orang tua ingin ditiru oleh anak-anak, maka ketegasan akan memberikan

37

jaminan bahwa mengharapkan anak-anak berperilaku seperti yang diharapkan (Irwanto dalam Yatim dan Irwanto, 1991 : 85-86).

3. Percaya (Trust)

Faktor percaya adalah paling penting karena percaya menemukan efektivitas komunikasi, meningkatkan komunikasi antar pribadikarena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab (Rakhmat, 2002 : 130). Ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya (Rakhmat, 2002 : 131) yaitu :

a) Menerima

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan prang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan sikap yang melihat orang lain sebagaia manusia, sebagai individu yang patut dihargai tetapi tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya (Rakhmat, 2002 : 132).

b) Empati

Empati dianggap sebagai memahami orang lain dan membayangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain,

melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain rasakan (Rakhmat, 2002 : 32).

c) Kejujuran

Manusiab tidak menaruhkpercayaan kepada orang yang tidak jujur atau sering menyembunyikan pikiran dan pndapatnya. Kejujuran dapat menyebabkan perilaku seseorang dapat diduga. Ini mendorong untuk percaya antara yang satu dengan yang lain (Rakhmat, 2002 : 133).

4. Sikap Sportif

Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi. Sikap defensif akan menyebabkan komunikasi interpersonalakan gagal karena lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi daripada pesan orang lain (Rakhmat, 2002 : 133). Perilaku yang menimbulkan iklim defensif dan sportif antara lain :

a) Deskripsi

Deskripsi artinya penyampaian perasaan atau persepsi tanpa menilai. Hubungan antara orang tua dan anak bersifat horizontal dan sama (Rakhmat, 2002 : 135). b) Orientasi Masalah

Orientasi masalah artinya adalah mengkomunikasikan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah dengan tidak

39

mendikte pemecahan, megajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan cara mencapainya (Rakhmat, 2002 : 135).

c) Spontanitas

Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motifd yang terpendam (Rakhmat, 2002 : 135). d) Persamaan

Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horisontal dan demokratis. Artinya tidak mempertegas perbedaan, tidak menggurui, tidak berbincang, tapi berbincang pada tingkat yang sama dan mengkomunikasikan penghargaan serta rasa hormat pada pebedaan dan keyakinan (Rakhmat, 2002 : 135).

e) Provosionalisme

Provosionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat seseorang (Rakhmat, 2002 : 135).

5. Sikap Terbuka

Sikap terbuka mendorong terbukanya saling pengertian, saling menghargai, saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal (Rakhmat, 2002 : 36).

6. Bersikap Positif

Bersikap secara positif mencakup adanya perhatian atau pandangan positif terhadap diri orang, perasaan positif untuk berkomunikasi dan ”menyerang” seseorang yang diajak berinteraksi. Perilaku ”menyerang” dapat dilakukan secara verbal seperti katakan ”aku suka kamu” atau ”kamu nakal”. Sedangkan perilaku ”menyerang” yang bersifat non verbal berupa senyuman, pelukan, bahkan pukulan. Perilaku ”menyerang” dapat bersifat positif yang merupakan bentuk penghormatan atau pujian dan mengandung perilaku yang diharapkan. ”Menyerang” negatif bersifat menentang atau menghukum hati seseorang secaa fisik maupun psikologis (Devito, 2007 : 59). Pentingnya ”menyerang” dinyatakan oleh Kristina bahwa ”menyerang” positif perlu diberikan kepada anak jika anak memang pantas menerimanya. ”Menyerang” secara negatif itu jika diperlukan asal dalam batas wajar seperti menegur atau memarahi anak bila memang perlu dan orang tua tetap memberikan penjelasan alasan bersikap demikian (Kartono, 2004 : 153).

Dokumen terkait