• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DAN KEEFEKTIFAN KELOMPOK TANI DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM KONSERVASI TANAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DAN KEEFEKTIFAN KELOMPOK TANI DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM KONSERVASI TANAH

DAN AIR (Kasus di DAS Ciliwung Hulu, Kecamatan Cisarua, Bogor).

adalah benar merupakan karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2006

Rimun Wibowo KMP/ P.22500024

PROGRAM KONSERVASI TANAH DAN AIR

(Kasus di DAS Ciliwung Hulu, Kecamatan Cisarua, Bogor)

RIMUN WIBOWO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Kasus Di DAS Ciliwung Hulu, Kecamatan Cisarua, Bogor Nama : Rimun Wibowo

NRP : P 22500024

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Menyetujui,

1.Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sumardjo, MS Ketua

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.ScF Anggota

Ir. Hadiyanto, MS Anggota

Mengetahui, 2.Ketua Program Studi Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Sumardjo, MS

Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

enam bersaudara keluarga Somowardi (alm) dan Tumpak (alm). Pendidikan SD-SLTA ditempuh di kota kelahiran penulis. Pada tahun 1989 diterima di IPB melalui jalur USMI, kemudian pada tahun 1990 penulis masuk Jurusan GMSK Faperta IPB, lulus 7 Maret 1994.

Setelah lulus S-1 IPB penulis bekerja di berbagai program pengembangan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia hingga sekarang. Pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Bangun Desa Sejahtera (LBDS) di Jakarta pada tahun 1999-2001. Sejak tahun 1999 hingga sekarang memimpin Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM) EQUATOR, yang didirikan oleh penulis bersama rekan-rekannya. Kemudian pada tahun 2001 merintis Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insantama, sebuah SDIT full day school pertama di Kota Bogor, yang berada di bawah Yayasan Insantama Cendekia di mana penulis menjabat sebagai sekretaris. Penulis pernah mengajar mata kuliah pengembangan masyarakat di Jurusan Pengembangan Masyarakat, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta pada tahun 2001-2002.

Beberapa proyek yang pernah diikuti secara individual antara lain: National Watershed Management Conservation Project–IBRD (1996-1998) sebagai Training Specialist; Special Program for Food Security FAO sebagai Participatory Rural Appraisal (PRA) Specialist (2000); Studi Kelayakan Pembentukan Lembaga Pengelola Sub DAS Citarik di Bandung dan Sumedang, OECF/JBIC (2002/2003) sebagai Koordinator Tim; Interisland Transportation Project ADB TA No. 4038-INO sebagai Social and Resettlement Specialist (2003); Small Scale Technical Assistance (SSTA) ADB TA 4429-INO sebagai Resettlement Specialist (2005) dan sebagai pelatih Kewirausahaan dan Participatory Rural Appraisal (PRA) di berbagai daerah.

Penulis menikah dengan Ir. Siti Rosyidah pada tahun 1995 dan telah dikaruniai dua orang putra: Muhammad Shiddiq Ilham Noor dan Zaky Muhammad Noor.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas kehendak-Nya karya ilmiah ini akhirnya berhasil diseleasaikan oleh penulis. Penelitian ini yang berjudul: Gaya Komunikasi Pemimpin dan Keefektifan Kelompok Tani dalam Melaksanakan Program Konservasi Tanah dan Air, Kasus Di DAS Ciliwung Hulu, Kecamatan Cisarua, Bogor dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada bulan April-Mei 2005.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Sumardjo, MS, Ir. Hadiyanto, MS, dan Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.ScF selaku pembimbing. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS selaku penguji dari luar komisi pembimbing.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan penghargaan kepada istri tercinta yang selalu mendorong dan membantu sehingga terselesaikannya sekolah dan karya ilmiah ini. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman di LPM EQUATOR terutama Sdri. Eni Kardiwiyati, S.Sos, M.Si yang telah membantu secara moril maupun materiil dalam penulisan karya ilmiah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan sumbangan ide penelitian lebih lanjut dan berguna bagi para pihak yang terkait.

Bogor, Februari 2006 Penulis

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR GAMBAR ………... xii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiii

PENDAHULUAN ……….…………. 1 Latar Belakang ……….. 1 Permasalahan ……….... 5 Tujuan .……….. 7 Kegunaan Penelitian ………. 8 TINJAUAN PUSTAKA ………. 9 Gaya Kepemimpinan ……… 9 Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi ……….………… 17 Komunikasi ……….……….. 20 Komunikasi Efektif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ……. 22 Keefektifan Komunikasi dalam Kelompok ……….. 24 Karakteristik Individu ……….……….. 30 Perilaku Komunikasi ……….……… 32 Pelaksanaan Konservasi Tanah dan Air di DAS Ciliwung Hulu..….…. 34 Beberapa Kasus Mengenai Konservasi Tanah dan Air (KTA) dan

Kelompok Tani ...

39

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS………... 42

Kerangka Pemikiran………... 42 Hipotesis………. 53

METODOLOGI PENELITIAN……… 54

Lokasi dan Waktu Penelitian……….……… 54 Lokasi Penelitian……….……… 54 Waktu Penelitian……….……… 55 Metode Pengambilan Contoh……… 55 Metode Pengumpulan Data……… 56

Validitas dan Reliabilitas Instrumen……….. 65 Metode Analisis Data………. 67

HASIL DAN PEMBAHASAN……… 69

Keadaan Umum Lokasi………...…..………. 69 Keadaan Umum Populasi…..………. 70 Keadaan Umum Kelompok Tani ………... 70 Karakteristik Anggota Kelompok Tani……….….. 80 Usia, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan....………... 80 Jenis Pekerjaan, Tingkat Pendapatan, Jumlah Tanggungan, dan

Tingkat Penguasaan Lahan……….... 82

Akses terhadap Media Massa, Gaya Komunikasi Anggota, Tingkat Partisipasi, dan Tingkat Kedewasaan Anggota Kelompok Tani...

84 Tingkat Kedewasaan Anggota Kelompok Tani ……….….…. 87 Gaya Komunikasi Pemimpin Kelompok Tani ..….………..….…. 88 Keefektifan Kelompok Tani dalam Melaksanakan Kegiatan KTA .…..…. 89 Hubungan antar Variabel yang Diteliti...………. 95

Hubungan antara Karakteristik dan Tingkat Kedewasaan Anggota Kelompok Tani...

99 Hubungan antara Karakteristik Anggota Kelompok Tani dan Gaya

Komunikasi Pemimpin Kelompok Tani... 99

Hubungan antara Tingkat Kedewasaan Anggota Kelompok Tani dan Gaya Komunikasi Pemimpin Kelompok Tani...

101 Hubungan antara Gaya Komunikasi Pemimpin Kelompok Tani dan

Keefektifan Kelompok Tani...

102

SIMPULAN DAN SARAN…………..……….. 106

Simpulan... 106 Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA …...……… 108

Nomor Teks Halaman

1. Tipologi Organisasi Berdasarkan Kualitas Hubungan Pemimpin dan Pengikut, Struktur Tugas, dan Kekuasaan

Kedudukan... 11 2. Aspek-aspek Komunikasi……….. 32 3. Model Komunikasi Linier, Relational dan Convergence... 45 4. Keterkaitan Gaya Kepemimpinan dan Gaya Komunikasi

Pemimpin Kelompok Tani...

46

5. Indikator Tingkat Kedewasaan Berkelompok……….. 48 6. Indikator Keefektifan Kelompok dalam Melaksanakan KTA. 49 7. Ciri-ciri Perilaku Kelompok Tani yang Pro-Konservasi dan

Kontra-Konservasi Tanah dan Air...

50 8. Jumlah Sampel pada Setiap Kelompok Tani 55 9. Karakteristik Anggota Kelompok Tani (Dimensi Variabel,

Kriteria, dan Selang Skornya)...

61 10. Tingkat Kedewasaan/Kesiapan Kelompok Tani (Dimensi

Variabel, Kriteria dan Selang Skornya)...

63

11. Gaya Komunikasi Pemimpin Kelompok Tani (Dimensi Variabel, Kriteria dan Selang Skornya)...

64 12. Keefektifan Kelompok Tani (Dimensi Variabel, Kriteria dan

Selang Skornya)...

65

13. Jumlah Anggota Kelompok Tani dari Masing-masing

Kelompok Tani...

70 14. Sebaran Anggota Kelompok Tani menurut Usia, Jenis

Kelamin dan Tingkat Pendidikan...

81 15. Sebaran Anggota Kelompok Tani menurut Kategori

Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah Tanggungan, dan

Penguasaan Lahan...

82

16. Jenis Penguasaan Lahan Anggota Kelompok Tani ... 84 17. Kepemilikan Media Massa dari Anggota Kelompok Tani... 85 18. Sebaran Anggota Kelompok Tani menurut Akses ke Media

Massa, Gaya Komunikasi Responden, Tingkat Partisipasi Anggota Anggota Kelompok Tani...

86

19. Sebaran Anggota Kelompok Tani menurut Tingkat

Kedewasaannya...

87 20. Sebaran Gaya Komunikasi Pemimpin Kelompok Tani... 88

22. Sumber Pengetahuan KTA anggota Kelompok Tani ... 90 23. Alasan Anggota Kelompok Tani Menyetujui untuk

Melaksanakan Kegiatan KTA...

91 24. Keragaan Kegiatan KTA yang Dilaksanakan oleh Kelompok

Tani Berdasarkan Jenisnya ...

92

25. Luas Wilayah Daerah Penelitian Berdasarkan Kelas Lereng... 93 26 Jumlah Tegakan yang Direkomendasikan berdasarkan Kelas

Kemiringan Lahan...

Nomor Teks Halaman

1. Jenjang Tingkah Laku Pemimpin………... 13 2. Gaya Kepemimpinan Dasar (Basic Leadership Behavior

Style)………..

16 3. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan……… 18 4. Kerangka Pemikiran Gaya Komunikasi Pemimpin dan

Keefektifan Kelompok Tani Konservasi Tanah dan Air dalam Melaksanakan Program Konservasi Tanah dan Air....

52

5. Papan Nama Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar, Desa Tugu Utara...

72

6. Salah Satu Bangunan Dam Pengendali (erosi) di Sungai Kecil di Tugu Selatan...

75 7. Papan Nama Kelompok Tani Kali Cimandala, Desa

Batulayang...

77 8. Papan Nama Kelompok Tani Kali Bunga Wortel, Desa

Citeko...

79 9. Kerapatan Tegakan dan Kemiringan Lahan di Daerah

Penelitian...

93 10. Dam Penahan dan Sumur Resapan………. 94 11. Hubungan Antar Variabel yang Diteliti... 98 12. Gaya Komunikasi Pemimpin sesuai dengan Tingkat

Kedewasaan Anggota Kelompok Tani...

Nomor Teks Halaman

1. Peta Kawasan DAS Ciliwung……….………... 112 2. Peta Situasi Kecamatan Cisarua Bogor……….. 113 3. Rangkuman Hasil Analisis ujicoba Kuesioner………... 114

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu agro-ekosistem, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen biofisik, aspek sosial, ekonomi, kemasyarakatan, serta kelembagaan yang kesemuanya satu dengan yang lain saling bertautan dan saling mempengaruhi. Aktivitas pada suatu komponen dalam sistem ini akan mempengaruhi komponen sistem yang lain. Saling mempengaruhi antar komponen ini menghasilkan suatu keadaan yang secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitar dalam jangka pendek, maupun secara tidak langsung pada kelompok masyarakat lain dalam jangka panjang.

Beberapa fenomena bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, diyakini lebih banyak disebabkan oleh pengelolaan DAS yang tidak konsisten dengan komitmen konservasi tanah dan air, serta perilaku budidaya pertanian sebagai salah satu mata pencaharian yang cenderung menyebabkan terdegradasinya DAS.

Disamping fenomena alam tersebut, pengaruh yang paling nyata adalah semakin terdegradasinya DAS maupun kawasan penyangganya, akan semakin menurunkan produktivitas lahan di daerah tersebut, sehingga menyebabkan pengusahaan budidaya pertanian menjadi rendah. Perkembangan berikutnya akan menurunkan pendapatan petani. Lebih jauh, kerusakan DAS yang semakin meningkat akan memerlukan penanganan dengan biaya maupun tenaga yang sangat besar bagi pemerintah setempat.

Secara faktual di lapangan, pemerintah di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (Ditjen Bangda) Departemen Dalam Negeri (Depdagri) dan Departemen Kehutanan telah berupaya terus melakukan upaya-upaya rehabilitasi dan konservasi. Bentuk-bentuk upaya-upaya tersebut dilakukan baik secara fisik maupun pendekatan sumber daya manusia yang berada di DAS, karena komunitas ini (petani di DAS) yang sehari-hari berhadapan dan melakukan kegiatan ekonomi di DAS.

Dalam rangka melestarikan lingkungan hidup tersebut, pemerintah telah memiliki pengalaman (lesson learned) yang cukup penting untuk ditelaah, yaitu penyelenggaraan penghijauan dan reboisasi sejak 1976. Dari pengalaman tersebut dapat ditarik pelajaran bahwa untuk lebih mengoptimalkan keberhasilan dan keberlanjutan penyelenggaraan kegiatan konservasi tanah dan air yang dikemas dalam penghijauan dan reboisasi perlu ditingkatkan: partisipasi aktif masyarakat melalui wadah kelompok tani (World Bank, 1992).

Kelompok tani sebagai salah satu komunitas yang dekat dengan DAS di tingkat lapangan, diharapkan menjadi suatu institusi di tingkat akar rumput (grass root) yang tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan untuk masyarakat pelaku kegiatan konservasi tanah dan air (penghijauan) di mana kegiatan tersebut berlangsung. Dengan demikian keberhasilan kegiatan konservasi tanah dan air (penghijauan) akan sangat ditentukan oleh realisasi tujuan kelompok tani untuk melakukan konservasi tanah dan air.

Indikator keberhasilan pelaksanaan program rehabilitasi dan konservasi yang dilakukan oleh kelompok tani, dapat dilihat dari kemampuan merealisasikan tujuan program antara lain: (i) melakukan kegiatan budidaya pertanian yang

berwawasan lingkungan; (ii) aktivitas sipil teknis pendukung; dan (iii) kemampuan kelompok tani mengelola bantuan dana yang dapat dilihat dari kemampuan kelompok tani memupuk modal dan menggulirkannya untuk keperluan lainnya (revolving fund) (DEPDAGRI, 1999).

Suatu kelompok tani, untuk mencapai tujuannya sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berkaitan dengan adanya iklim yang kondusif yang diberikan pemegang kebijakan sehingga kelompok tani diberi kemudahan melalui peraturan dan perundang-undangan dan berbagai bentuk pemberdayaan lainnya. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang bersumber dan terjadi dalam organisasi atau kelompok tani tersebut. Salah satu faktor internal yang diduga banyak mempengaruhi pencapaian tujuan kelompok tani adalah kepemimpinan dari pemimpin kelompok tani tersebut. Pemimpin kelompok tani dipandang sebagai agen primer di dalam menentukan struktur, suasana kelompok, tujuan, ideologi, serta aktivitas kelompok tani. Oleh karena itu kepemimpinan merupakan kunci bahkan titik sentral organisasi atau kelompok apapun (Yunasaf 1997).

Menurut Gibson dan Hodgetts (1991), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Proses ini tentu memerlukan keahlian berkomunikasi yang efektif, yaitu kemampuan menyampaikan makna sehingga orang lain terpengaruh dan mau mengerjakan suatu kegiatan yang diharapkan. Setiap gaya kepemimpinan tertentu dari pemimpin kelompok tani, diduga akan memiliki gaya komunikasi yang tertentu pula yang akan mempengaruhi keefektifan kelompok yang dipimpinnya.

Beberapa kelompok tani di kawasan Cisarua Puncak melakukan usahatani konservasi tanah dan air (KTA) di DAS Ciliwung Hulu. Beberapa jenis sayuran yang biasa ditanam oleh anggota kelompok tani adalah kol, wortel, daun bawang, dan kentang. Dalam perkembangannya usaha tani sayuran ini semakin sedikit diusahakan oleh anggota kelompok tani seiring dengan terjualnya lahan-lahan pertanian mereka kepada para pengembang perumahan atau individu untuk keperluan tempat peristirahatan (villa). Dilaporkan oleh penyuluh setempat bahwa hanya sekitar 70 persen dari anggota kelompok tani yang masih membudidayakan sayuran tersebut. Dari jumlah itu tidak lebih dari 5 persen yang memiliki lahan sendiri, sedangkan lainnya mengolah tanah milik orang lain sebagian besar sebagai penggarap dan sebagian kecil dengan cara menyewa.

Kelompok tani yang melakukan usaha budidaya pertanian sebagian juga melaksanakan beberapa upaya penyelamatan lingkungan, dalam hal ini khususnya kegiatan konservasi tanah dan air untuk menjaga DAS Ciliwung Hulu. Fenomena ini cukup menarik karena mayoritas anggota kelompok tani di DAS Ciliwung Hulu adalah penggarap. Selain itu menurut pernyataan penyuluh dan hasil pengamatan peneliti, upaya-upaya konservasi tanah dan air yang dilakukan kelompok tani telah mengalami beberapa kendala. Kendala tersebut utamanya berasal dari para pemilik lahan yang tidak ingin tanahnya dipakai untuk kegiatan konservasi tanah dan air. Selain itu resistensi dan penolakan yang mengarah kepada kekerasan kerap dilakukan oleh oknum tertentu yang menginginkan lahan di DAS Ciliwung Hulu tersebut untuk dijadikan pemukiman/villa. Padahal tindakan oknum tersebut telah melanggar Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan Keputusan Presiden Nomor 114

Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (BOPUNJUR).

Setiap tindakan di kawasan BOPUNJUR sesungguhnya telah diatur dengan Keppres tersebut sehingga konservasi tanah dan air di kawasan tersebut terjamin. Kegiatan konservasi harus dijalankan di semua kawasan BOPUNJUR yang meliputi kawasan hutan lindung, cagar alam, taman nasional, taman wisata, sempadan sungai, sekitar mata air, sekitar situ/danau, budidaya pertanian (tanaman tahunan/perkebunan, lahan basah, tanaman pangan lahan kering), permukiman, perkotaan, dan kawasan perdesaan.

Tanggapan respon kelompok tani dalam menyikapi kendala yang dihadapi pun berbeda-beda. Ada kelompok tani yang tetap konsisten melakukan kegiatan konservasi tanah dan air, namun ada pula kelompok tani yang menyurutkan langkah untuk melakukan kegiatan konservasi tanah dan air. Bervariasinya tanggapan kelompok tani terhadap kendala yang dihadapi dan bervariasinya keragaan kelompok tani dalam melakukan kegiatan konservasi tanah dan air (KTA) ini diduga akibat dari bervariasinya gaya komunikasi pemimpin kelompok tani. Bervariasinya gaya komunikasi pemimpin kelompok tani diduga berhubungan erat dengan beragamnya gaya kepemimpinan kelompok tani. Fenomena-fenomena inilah yang melatarbelakangi dilakukannya studi ini, untuk melihat keterkaitan antara berbagai keadaan yang telah diuraikan di atas.

Permasalahan

Penyelenggaraan kegiatan konservasi tanah dan air di Indonesia pada umumnya dan di kawasan DAS Ciliwung Hulu pada khususnya, menempatkan kelompok tani sebagai ujung tombak pelaksana kegiatan di lapangan. Oleh

karena itu salah satu penentu utama kesuksesan kegiatan konservasi tanah dan air di suatu daerah adalah sejauhmana keefektifan kelompok tani.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua kelompok tani berjalan efektif dalam menjalankan fungsinya untuk melaksanakan kegiatan konservasi tanah dan air. Hasil penelitian-peneletian sebelumnya menunjukkan bahwa ada faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keefektifan kelompok. Faktor eksternal berkaitan dengan adanya iklim yang kondusif yang diberikan pemegang kebijakan sehingga kelompok diberi kemudahan melalui peraturan dan perundang-undangan dan berbagai bentuk pemberdayaan lainnya. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang bersumber dan terjadi dalam kelompok tersebut. Salah satu faktor internal yang diduga banyak mempengaruhi pencapaian tujuan kelompok adalah kepemimpinan kelompok. Pemimpin kelompok dipandang sebagai agen primer di dalam menentukan struktur, suasana kelompok, tujuan, ideologi serta aktifitas kelompok.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Proses ini tentu memerlukan keahlian berkomunikasi yang efektif, yaitu kemampuan menyampaikan makna sehingga orang lain terpengaruh dan mau mengerjakan suatu kegiatan yang diharapkan (Gibson dan Hodgetts, 1991). Setiap gaya kepemimpinan tertentu dari pemimpin kelompok tani, diduga memiliki gaya komunikasi yang tertentu pula, yang berpengaruh terhadap keefektifan kelompok yang dipimpinnya. Diduga gaya komunikasi pemimpim yang tepat adalah yang gaya dapat menyesuaikan dengan tingkat kedewasaan anggota kelompok tani yang dipimpinnya.

Dari uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana keefektifan kelompok tani dalam menjalankan kegiatan konservasi tanah dan air di daerah penelitian?

2. Benarkah keefektifan kelompok tani dalam menjalankan kegiatan konservasi tanah dan air berhubungan dengan gaya komunikasi pemimpin kelompok tani? 3. Seberapa erat hubungan antara gaya komunikasi pemimpin kelompok tani

dengan tingkat kedewasaan dan karakteristik anggota kelompok tani?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan-hubungan antara variabel keefektifan kelompok tani dalam melaksanakan kegiatan konservasi tanah dan air, gaya komunikasi pemimpin kelompok tani, kedewasaan dan karakteristik anggota kelompok tani. Sehubungan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Mengungkapkan tingkat keefektifan kelompok tani dalam menjalankan kegiatan konservasi tanah dan air di daerah penelitian.

2. Menjelaskan tingkat keeratan hubungan antara gaya komunikasi pemimpin kelompok tani dengan keefektifan kelompok tani dalam menjalankan kegiatan konservasi tanah dan air.

3. Menjelaskan kaitan antara gaya komunikasi pemimpin kelompok tani dengan tingkat kedewasaan dan karakteristik anggota kelompok tani.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian komunikasi kelompok kecil pada bidang konservasi tanah dan air. Disamping itu pemahaman gaya komunikasi pemimpin dan keefektifan kelompok diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pengaruhnya terhadap kesuksesan pelaksanaan konservasi tanah dan air di kawasan daerah aliran sungai (DAS).

Adapun secara praktis, penelitian ini diharapkan:

1. Sebagai salah satu alat evaluasi terhadap hasil pemberdayaan kelompok tani yang telah dilakukan selama ini khususnya di wilayah Kecamatan Cisarua (kawasan DAS Ciliwung Hulu).

2. Sebagai bahan masukan untuk perbaikan sistem pembinaan dan pengembangan kelompok tani sejenis, terutama dalam aspek yang terkait dengan cara-cara komunikasi pemimpin kelompok.

3. Dapat dijadikan instrumen pendekatan (disamping pendekatan yang telah ada) dalam rangka meningkatkan peran masyarakat khususnya kelompok tani untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan konservasi tanah dan air.

Setiap pemimpin agar bisa melaksanakan tugasnya harus memiliki wewenang atau kekuasaan. Berdasarkan wewenang itulah pemimpin akan membimbing, menggerakkan, dan mengarahkan mereka yang dipimpinnya menuju tujuan bersama. Cara menggunakan wewenang dapat berbeda-beda dari satu pemimpin ke pemimpin yang lain. Perbedaan cara penggunaan wewenang ini dapat menciptakan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Reberu dalam Mukoddam (1983) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin membawa diri sebagai pemimpin; cara ia “berlagak” dalam menggunakan kekuasaan.

Gaya kepemimpinan bisa otoriter, artinya sangat memaksakan, sangat mendesakkan kekuasaannya pada bawahan. Bawahan dikendalikan dan diperintah seperti tidak mempunyai martabat manusia yang dapat mempunyai pikiran dan kehendak sendiri. Gaya otoriter menyebabkan seseorang pemimpin mengatur semuanya supaya dikerjakan sesuai dengan kehendaknya. Ia menjadi seorang diktator.

Sebaliknya, seorang pemimpin bisa bergaya demokratis. Ia sadar, bahwa manusia-manusia berderajat sama. Karena itu sang pemimpin tetap berusaha menghormati dan memperhitungkan pendapat dan saran orang lain. Ia akan menghindari hal-hal yang dirasa tidak sejalan dengan martabat manusiawi bawahannya. Pembantu-pembantu terdekatnya, ia perlakukan sebagai rekan dalam iklim persaudaraan dan bawahan yang terendahpun akan ia hormati sebagai subyek yang berhak mempunyai harga diri dan memiliki pendapat sendiri.

Kepemimpinan paternalistik dapat ditambahkan sebagai salah suatu gaya kepemimpinan. Kepemimpinan paternalistik menganggap bawahan hanya sebagai “anak yang belum dewasa”, karena itu selalu bersikap sebagai seorang bapak. Ia yang mengatur, mengambil prakarsa, merencanakan, dan ia pula yang melaksanakan menurut pahamnya sendiri. Ia tidak bersikap diktator, tetapi ia sangat membatasi kemungkinan anak buahnya untuk turut serta dalam merumuskan kebijaksanaan dan mengambil keputusan. Gaya paternalistik ini masih sering dijumpai di wilayah yang bertradisi feodal, atau bekas wilayah jajahan (Mukoddam, 1983).

Slamet (1978) berpendapat bahwa pada dasarnya semua gaya kepemimpinan itu berada diantara dua kutub ekstrim dari suatu kontinum, yaitu gaya kepemimpinan yang sepenuhnya berorientasi pada tugas yang harus diselesaikan oleh organisasi di satu kutub, dan gaya kepemimpinan yang sepenuhnya pada menjalankan hubungan baik di dalam organisasi, di kutub yang lain. Artinya, gaya kepemimpinan yang banyak kita jumpai sehari-hari adalah gaya kepemimpinan yang merupakan kombinasi antara kedua gaya ekstrim itu dengan perbandingan yang berbeda-beda tergantung kepada situasinya. Baik tidaknya, atau efektif tidaknya suatu gaya kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain gaya kepemimpinan yang terbaik adalah gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi organisasi yang ada.

Setiap pemimpin harus memahami situasi lingkungan atau keadaan, sifat-sifat, dan sikap para anggota yang dipimpinnya untuk bisa menentukan gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk diterapkan. Berkenaan dengan situasi

kelompok atau organisasi itu, Fiedler (James et al., 1984) menjelaskan adanya tiga faktor utama yang perlu diperhatikan dalam mempelajari situasi organisasi, yaitu pertama, adalah hubungan antara pemimpin dan anggota, apakah hubungan itu baik, jelek, atau jelek sekali. Kedua, struktur tugas yang dipikul oleh organisasi itu, apakah tugas itu dan apakah cara pelaksanaannya jelas, atau tidak jelas. Ketiga, adalah kekuasaan yang dimiliki oleh kedudukannya sebagai pemimpin itu