BAB II URAIAN TEORITIS
II.2 Komunikasi Massa
II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
“Hidup ini dikendalikan media massa”. Kalimat itu tidak dapat kita
pungkiri jika kita amati animo individu atau masyarakat terhadap berbagai
program komunikasi melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio,
televisi, dan film (Ardianto, 2007: xiii). Komunikasi massa, seperti bentuk
komunikasi lainnya (komunikasi antarpesona, komunikasi kelompok atau
komunikasi organisasi), yang memiliki sedikitnya enam unsur, yakni komunikator
(penyampai pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan), efek, dan umpan
balik (Ardianto, 2007: 2)
Komunikasi massa diadopsi dari istilah Bahasa Inggris, mass
communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media
massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa. Istilah mass
communications atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu mass media (media massa) kependekan dari media of mass communication.
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan elektronik). Sebab, pada awal perkembangannya, komunikasi
massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media
komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang
dihasilkan oleh teknologi modern (Nurudin, 2007: 3-4)
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner (Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3), yakni: komunikasi massa adalah
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang
(mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas
yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan
media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang
termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi- keduanya dikenal sebagai
media elektronik; surat kabar dan majalah- keduanya disebut dengan media cetak;
serta media film. (Ardianto, 2007: 3)
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass
communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang
Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam
jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan.
Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan
harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga
komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto,
2007: 3)
Ini berarti proses yang terjadi antara media massa cetak (yakni majalah
dinding) dengan pembacanya (yakni siswa) adalah suatu proses komunikasi
massa.
II.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
a. Pengawasan (surveillance)
Fungsi pertama komunikasi massa menurut Joseph R. Dominick ternyata sama dengan fungsi yang pertama juga berdasarkan pendapat Harold Lasswell. Akan tetapi, Dominick memberikan penjelasan yang agak luas. Dikatakannya bahwa surveillance mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya mengadakan pengawasan. Orang-orang media itu, yakni para wartawan surat kabar dan majalah, reporter radio dan televisi, koresponden kan-tor berita, dan lain-lain berada di mana-mana di seluruh dunia, mengumpulkan informasi buat kita yang tidak bisa kita peroleh. Informasi itu disampaikan kepada organisasi-organisasi media massa yang dengan jaringan luas dan alat-alat yang canggih disebarkannya ke seluruh jagatraya.
Fungsi pengawasan dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman topan, letusan gunung api, kondisi ekonomi yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi, atau serangan militer. Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan serentak (program televisi diinterupsi untuk memberitakan peringatan bahaya tornado), dapat pula diinformasikan ancaman dalam jangka waktu lama atau ancaman kronis (berita surat kabar atau majalah secara bersambung mengenai polusi udara atau
masalah pengangguran. Akan tetapi, memang banyak informasi yang tidak merupakan ancaman yang perlu diketahui oleh rakyat.
Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Berita tentang film yang dipertunjukkan di bioskop setempat, harga barang kebutuhan di pasar, produk-produk baru dan lain-lain adalah contoh-contoh pengawasan instrumental. Yang juga perlu dicatat ialah bahwa tidak semua contoh pengawasan instrumental seperti disebutkan di atas terjadi yang kemudian dijadikan berita.
2. Pengawasan instrumental (istrumental surveillance)
publikasi Skala kecil dan yang lebih spesifik seperti majalah-majalah atau jurnal-jurnal pengetahuan atau keterampilan juga melakukan tugas pengawasan. Bahkan fungsi pengawasan dapat dijumpai pula pada isi media yang dimaksudkan untuk menghibur.
b. Interpretasi (interpretation)
Yang erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan adalah fungsi interpretasi. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau televisi siaran. Tajuk Rencana dan komentar merupakan pemikiran para Redaktur media tersebut mengenai topik berita yang paling penting pada hari Tajuk Rencana dan komentar itu disiarkan. Fungsi interpretasi ini acap kali mendapat perhatian utama para pejabat pemerintah, tokoh politik, dan pemuka masyarakat karena sering bersifat kritik terhadap kebijaksanaan pemerintah.
c. Hubungan (linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Banyak contoh mengenai hal ini, misalnya kegiatan periklanan yangmenghubungkan kebutuhan dengan produk-produk penjual. Contoh lainnya ialah hubungan para pemuka partai politik dengan pengikut-pengikutnya ketika membaca berita surat kabar mengenai partainya yang dikagumi oleh para pengikutnya itu.
Seperti halnya dengan MacBride, Joseph R. Dominick juga menganggap sosialisasi sebagai fungsi komunikasi massa. Bagi Dominick, sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission
of values) yang mengacu kepada cara-cara di mana seseorang
mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok.
d. Sosialisasi
Di antara jenis-jenis media massa, televisi termasuk media yang daya pervasinya paling kuat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini wajar karena insan-insan yang belum berusia dewasa ini belum mempunyai daya kritik, sehingga ada kecenderungan mereka meniru perilaku orang-orang yang dilihat mereka pada layar televisi tanpa
menyadari nilai-nilai yang terkandung.
e. Hiburan (entertainment)
Seperti halnya dengan MacBride, bagi Dominick pun hiburan merupakan fungsi media massa. Mengenai hal ini memang jelas tampak pada televisi, film dan rekaman suara. Media massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, apakah itu cerita pendek, cerita panjang, atau cerita bergambar. Demikian fungsi-fungsi komunikasi massa menurut beberapa pakar kenamaan. Jelas bahwa pernyataan mengenai fungsi komunikasi massa di masyarakat akan sejajar dengan pernyataan mengenai bagaimana fungsi pada taraf individual. Apabila analisis kita alihkan dari analisis makro ke analisis mikro, maka pada taraf individual, pendekatan fungsional diberi nama umum uses-and gratifications model atau “model penggunaan dan pemuasan”. Secara sederhana model ini menyatakan bahwa khalayak memiliki kebutuhan dan dorongan yang dipuaskan dengan menggunakan media. Dewasa ini kebanyakan media massa melancarkan kegiatannya dengan model tersebut sebagai pendekatan fungsional. Dari paparan di atas, fungsi-fungsi komunikasi
dan komunikasi massa yang begitu banyak itu dapat
disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni: 1. menyampaikan informasi (to inform)
2. mendidik (to educate)
4. mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2006: 29-31) 3. menghibur (to entertain)
II.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa
1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang artinya gabungan berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan menjadi sumber informasi.
Artinya, khalayak dengan beragam pendidikan, jenis kelamin, umur, status sosial, ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki kepercayaan atau agama yang beragam.
a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen, artinya mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan.
Menurut Herbert Blumer (dalam Nurudin, 2004: 20), adapun ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai berikut :
b. Berisi individu-individu yang tidak tabu atau mengenal satu sama lain. Disamping itu, antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung
c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. 3. Pesannya bersifat umum
4. Komunikasinya berlangsung satu arah
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Sehingga pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus.
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Komunikasi berlangsung dari media massa ke khalayak dan tidak terjadi sebaliknya. Walaupun komunikasi terjadi dua arah, tetapi bukan kepada semua khalayak. Misalnya telepon interaktif yang dilakukan oleh penyiar dan khalayak.
6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis
Adanya keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesan kepada khalayak. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.
7. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik.
Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang
pintu/penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui media massa. (Effendy, 2006:21-26)
II.2.4 Efek Komunikasi Massa
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek
melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Yang
diklasifikasikan sebagai efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective
1. Efek Kognitif
Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang
tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh, pesan komunikasi
melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita,
tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan
sebagainya.
2. Efek Afektif
Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat
kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau
film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat
terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang sehingga
mencucurkan air mata, takut sampai merinding, dan lain-lain perasaan
yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya: perasaan marah, benci,
kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemes, sinis, kecut dan sebagainya.
3. Efek Konatif
Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang
cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk
perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering
disebut juga efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul
sebagai akibat terpaan media messa, melainkan didahului oleh efek
kognitif dan/atau efek afektif. Dengan lain perkataan, timbulnya efek
konatif setelah muncul kognitif dan efek afektif (Effendy, 2003: