• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

V.2. Aksi Komunitas

Glen (dalam Adi, 2003: 105) menyatakan bahwa aksi komunitas biasanya

terkait dengan suatu isu khusus yang dirasa merisaukan oleh suatu komunitas. Isu

tersebut mungkin merupakan isu yang khusus bagi sekelompok orang yang berada

di wilayah tertentu, atau mungkin merupakan isu yang dirasakan oleh masyarakat

secara umum. Kesamaan pengalaman terhadap hal yang dianggap tidak

menyenangkan tersebut dapat menjadi tenaga penggerak untuk mengorganisir

kekuatan yang akan memunculkan solidaritas kolektif. Solidaritas kolektif ini

merupakan tenaga penggerak yang utama untuk munculnya suatu gerakan

komunitas. Tanpa adanya solidaritas kolektif sebagai energi utama dari gerakan

ini, aksi-aksi yang akan dilakukan akan menjadi lemah dan tidak mempunyai

cukup kekuatan untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan. Ketika masyarakat

(komunitas) ingin menggoyang suatu sistem yang sudah mapan, mereka sangat

membutuhkan adanya solidaritas kolektif untuk menjamin keberhasilan gerakan

mereka.

Dalam aksi komunitas ini, penulis menyajikan data dengan menggunakan

table tunggal. Adapun data-data yang diperoleh adalah meliputi: pertama, Tahu

tidaknya responden tentang sebuah gerakan masyarakat yang menentang

normalisasi sungai Deli. Kedua, tanggapan responden tentang dukungan terhadap

dengan menggunakan teori harapan menurut Klandermans yang menyatakan

bahwa partisipasi individual mempunyai hubungan dengan pencapaian tujuan.

Kemudian yang ketiga, Tahu tidaknya responden mengenai kenapa kelompok

aksi terbentuk. Untuk menganalisis datanya, penulis menggunakan teorinya

Zander yang menyatakan bahwa ada empat keadaan yang dapat memfasilitasi

kesadaran warga masyarakat akan posisi mereka, sehingga memungkinkan

terbentuknya suatu kelompok aksi. Selanjutnya yang keempat, tentang pernah

tidaknya responden mengikuti aksi, untuk menganalisis datanya penulis

menggunakan teori nilai harapan menurut Feather dan Norman yang menyatakan

bahwa perilaku individu merupakan fungsi nilai dari hasil yang diharapkan dari

suatu perilaku. Sementara itu yang kelima, untuk menganalisis data tentang

keterlibatan responden dalam mengikuti aksi, penulis memakai pendapatnya Glen

tentang strategi dan taktik yang digunakan kelompok aksi. Kemudian yang

keenam, untuk menganalisis data mengenai pernah tidaknya responden mengikuti

pertemuan di kelurahan Sei Mati, penulis menggunakan teori motivasi menurut

Ober-schall yang menyatakan bahwa untuk berpartisipasi dalam gerakan sosial

sebagai fungsi tentang kerugian dan keuntungan berpartisipasi yang dirasakan.

Ketujuh, data mengenai keterlibatan responden dalam mengikuti pertemuan di

Sei Mati. Dan yang kedelapan mengenai antusias responden dalam mengikuti

perkembangan kasus normalisasi sungai Deli. Untuk mengetahui secara rinci

Tabel 20

Tahu Tidaknya Responden Tentang Sebuah Gerakan Masyarakat yang Menentang Normalisasi Sungai Deli

NO Kategori frekuensi %

1 Tahu 100 100

2 Tidak tahu 0 0

Jumlah 100 100

Sumber Data Primer

Dari table 20 diatas dapat diketahui bahwa seluruh responden mengetahui

tentang adanya gerakan masyarakat yang menentang normalisasi sungai Deli.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil pengamatan dari seratus responden

diketahui bahwa ada 91 responden yang termasuk anggota dari gerakan

Masyarakat Medan Maimun Bersatu (GM3B) sehingga wajar saja mereka tahu

ada gerakan masyarakat menentang normalisasi sungai Deli karena mereka juga

adalah bahagian dari anggota gerakan masyarakat tersebut. Sementara itu 9

responden yang bukan anggaota GM3B yang sama sekali tidak pernah mengikuti

aksi mengetahui adanya sebuah gerakan masyarakat tersebut, meskipun mereka

bukanlah bahagian dari anggota GM3B.

Kemudian pada table 21 telah disajikan data mengenai tanggapan

reponden tentang dukungan terhadap aksi gerakan masyarakat. Untuk mengetahui

lebih lanjut mengenai frekuensi dan persentasinya serta analisisnya, dapat dilihat

Tabel 21

Tanggapan Responden Tentang Dukungan Terhadap Aksi Gerakan Masyarakat

NO Kategori Frekuensi %

1 Ya 94 94

2 Tidak 6 6

Jumlah 100 100

Sumber: Data Primer

Data pada table 21 diatas dapat diketahui bahwa ada 94 responden yang

memberikan dukungannya terhadap aksi gerakan masyarkat. Dari sejumlah

dukungan yang diberikan oleh responden dapat kita kaji melalui pendapat

Klandermans. Menurut Klandermans bahwa partisipasi individual mempunyai

hubungan dengan pencapaian tujuan yang terdiri atas tiga harapan yang terpisah

satu sama lain, yaitu (1) Harapan bahwa partisipasi individu dalam hal ini

responden, akan memberikan kontribusi terhadap kemungkinan untuk sukses,

dalam arti kemungkinan tuntutan masyarakat untuk mendesak pemerintah agar

normalisasi sungai Deli yang telah dan akan dilakukan segera dihentikan dan

masalah kerugian harta benda masyarakat segera diselesaikan akan sukses, (2)

harapan bahwa aksi tersebut akan berhasil bila ada cukup banyak orang lain yang

ikut berpartisipasi. Masyarakat Sei mati berharap agar ada cukup banyak orang

yang ikut berpartisipasi dalam mengikuti aksi. Tentunya selain dukungan dari

masyarakat juga diharapkan motivasinya untuk berpartisipasi dalam aksi gerakan

ini. (3) harapan bahwa ada cukup banyak orang (lain) yang akan berpartisipasi.

Meningkatkan visibilitas hubungan antara partisipasi individu (responden) dan

pencapaian tujuan juga berarti meyakinkan orang-orang bahwa partisipasi

keberhasilan pencapaian tujuan atau non partisipasi akan menghambat kesuksesan

serta strategi aksi gerakan masyarakat yang dalam hal ini menggunakan

pendekatan konflik akan memberikan dampak terhadap institusi sasaran.

Lalu, Pada table 22 telah disajikan data mengenai tahu tidaknya responden

mengenai kenapa kelompok aksi terbentuk. Untuk itu dibawah ini telah disajikan

data beserta analisisnya.

Tabel 22

Tahu Tidaknya Responden Mengenai Kenapa Kelompok Aksi Terbentuk

NO Kategori Frekuensi %

1 Tahu 91 91

2 Tidak tahu 9 9

Jumlah 100 100

Sumber: Data Primer

Menurut Zander (dalam Adi, 2003: hal 108) bahwa ada empat keadaan

yang dapat memfasilitasi kesadaran warga masyarakat akan posisi mereka,

sehingga memungkinkan terbentuknya suatu kelompok aksi. “Pertama, adanya

kondisi yang tidak menyenangkan di masyarakat atau munculnya masukan untuk

mendapatkan kondisi yang lebih menyenangkan. Kedua, keadaan yang lebih

menyenangkan tersebut dirasakan mungkin untuk diwujudkan. Ketiga, baik

organizer ataupun warga masyarakat meyakini bahwa usaha bersama yang akan

mereka lakukan akan berhasil bila mereka memperkenalkan usaha-usaha untuk

melakukan perubahan. Keempat, kondisi masyarakat cukup mendukung aktifis

atau organizer untuk terlibat aktif dalam setiap kegiatan tersebut”.

Zander bahwa adanya kondisi yang tidak menyenangkan dimasyarakat tersebut

adalah bahwa masyarakat sadar akan dampak buruk yang diakibatkan oleh

normalisasi sungai Deli bagi lingkungan dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat

sehingga mereka tergerak untuk membentuk sebuah kelompok aksi dalam rangka

mewujudkan tujuan mereka yakni sebuah perubahan. Masyarakat Sei Mati dan

organizer meyakini bahwa usaha bersama yang mereka lakukan akan berhasil bila

mereka memperkenalkan usaha-usaha untuk melakukan perubahan melalui

kegiatan aksi tersebut dan dengan terbentuknya kelompok aksi ini maka tujuan

mereka akan tercapai melalui penggalangan kekuatan dari kelompok aksi ini.

Sementara itu ada 9 responden yang tidak tahu kenapa terbentuk sebuah

kelompok aksi. Ini menandakan bahwa kesadaran responden akan arti sebuah

usaha dan perjuangan kelompok aksi ataupun gerakan masyarakat masih lemah.

Selanjutnya, pada table 23 telah disajikan data mengenai pernah tidaknya

responden mengikuti aksi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai analisisnya,

dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 23

Pernah tidaknya Responden Mengikuti Aksi

NO Kategori frekuensi %

1 Pernah 91 91

2 Tidak pernah 9 9

Jumlah 100 100

Sumber: Data Primer

Menurut teori nilai harapan (Feather dan Norman dalam Klandermans

menghasilkan hasil yang spesifik, dan semakin tinggi penilaian individu terhadap

hasil tersebut, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk melakukan

perilaku itu. Teori tersebut dapat kita kaji bahwa 91 responden yang pernah

mengikuti aksi memiliki harapan. Harapan tersebut adalah harapan bahwa tujuan

aksi akan tercapai bila banyak orang ikut berpartisipasi dan harapan bahwa

partisipasinya sendiri akan meningkatkan kemungkinan sukses. Dengan kata lain

bahwa keterlibatan responden dalam mengikuti aksi setidaknya dapat

menciptakan peluang dan kemungkinan akan terwujudnya tujuan mereka yakni

perubahan, perubahan dalam arti tuntutan mereka dipenuhi oleh pemerintah agar

segera menghentikan normalisasi sungai Deli serta agar pemerintah

memperhatikan nasib masyarakat yang menjadi korban akibat tnormalisasi sungai

Deli.

Sementara itu ada 9 responden yang tidak pernah mengikuti aksi.

Kemungkinan ini dikarenakan oleh kurangnya motivasi untuk berpartisipasi

dalam gerakan masyarakat atau disebabkan oleh terbatasnya kesempatan waktu

mereka untuk berkumpul dalam mengikuti kegiatan dari gerakan masyarakat

tersebut yang kemungkinan bisa juga dikarenakan kesibukan mereka dalam

bekerja atau mengikuti aktivitas yang lain yang mungkin lebih menguntungkan

daripada mengikuti kegiatan aksi.

Kemudian, berikut ini telah disajikan data mengenai frekuensi keterlibatan

responden dalam mengikuti aksi. Pada table 24 dibawah ini dapat kita lihat data

Tabel 24

Frekuensi Keterlibatan Responden Dalam Mengikuti Aksi

NO Kategori Frekuensi %

1 1 kali 5 7

2 2 kali 8 10

3 3 kali 14 16

4 4 kali 13 14

5 Lebih dari 4 kali 51 53

Jumlah 91 91

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada table 24, dapat diketahui mengenai frekuensi

keterlibatan responden dalam mengikuti aksi. Data tersebut menunjukkan bahwa

sebahagian besar responden sangat aktif mengikuti aksi dalam rangka

menyuarakan aspirasinya untuk merealisasikan terwujudnya sebuah perubahan

yakni perubahan akan kembalinya kondisi sungai Deli seperti sedia kala yang

tidak pernah menimbulkan masalah buruk bagi lingkungan dan juga bagi

masyarakat Sei mati khususnya.

Disamping itu keaktifan responden dalam melakukan aksi tersebut

setidaknya adalah sebuah usaha dan perjuangan mulia dari sebahagian kecil

masyarakat yang sadar dan peduli akan nasib warganya dan nasib lingkungan

tempat mereka dibesarkan dan dilahirkan. Selain itu responden yang pernah

mengikuti aksi selalu didampingi oleh lembaga swadaya masyarakat seperti

KONTRAS, WALHI, BAKUMSU, GELIAT, dan lembaga lainnya yang tetap

setia dan konsisten mendampingi masyarakat untuk menyuarakan aspirasi mereka.

Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh dan hasil pengamatan

dilapangan, bahwa mengenai strategi dan teknik yang digunakan responden dalam

swadaya masyarakat, menggunakan strategi yang bersifat konflik dengan taktik

bekerjasama dan taktik kampanye. Menurut Glen (dalam Adi, 2003: hal 106)

bahwa kelompok aksi yang menggunakan strategi yang bersifat konflik adalah

dengan tujuan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan sebagai

sumber energi mereka. Mereka memandang kelompok sasaran mereka sebagai

musuh dalam hal ini adalah musuh masyarakat adalah para developer.

Glen juga berpendapat bahwa kelompok aksi yang menggunakan taktik

bekerjasama seperti presentasi makalah, memberikan penjelasan, dan sebagainya,

bila kelompok sasaran mereka pandang sebagai kelompok yang mempunyai

wewenang untuk membuat kebijakan dan mengalokasikan sumber daya, serta

mereka menduga bahwa kelompok sasaran tersebut akan mau bekerjasama sesuai

dengan norma yang dimiliki oleh kelompok mereka. Selain itu kelompok aksi

(masyarakat Sei mati) yang menggunakan taktik kampanye, seperti demonstrasi,

pawai, ataupun taktik yang bersifat memaksa seperti terlibat dalam konfrontasi

langsung dengan kelompok sasaran, bila kelompok sasaran mereka pandang

sebagai kelompok yang mempunyai kapasitas untuk membuat suatu keputusan

ataupun kebijakan tetapi tidak responsive (kurang mau menanggapi) tuntutan

mereka, terutama karena adanya perbedaan sistem nilai dengan mereka. Bila kita

kaji pendapat Glen, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan strategi

pendekatan konflik dan taktik bekerjasama serta taktik kampanye yang sudah

dijelaskan tadi, masyarakat berharap usaha ini akan membuahkan hasil untuk

mewujudkan sebuah perubahan yang lahir dari keputusan dan kebijakan yang

dengan solusi yang tidak merugikan masyarakat melainkan akan lebih

menguntungkan masyarakat.

Untuk selanjutnya pada table 25 yang disajikan mengenai pernah tidaknya

responden mengikuti pertemuan di kelurahan Sei Mati yang mendiskusikan

tentang kasus normalisasi sungai Deli dapat dilihat pada berikut ini

Tabel 25

Pernah Tidaknya Responden Mengikuti Pertemuan di Kelurahan Sei Mati yang Mendiskusikan Tentang Kasus Sungai Deli

NO Kategori Frekuensi %

1 Pernah 94 94

2 Tidak pernah 0 0

Jumlah 94 94

Sumber: Data Primer

Dari data pada table 25 diatas diketahui bahwa 94 responden (91 %)

pernah mengikuti pertemuan di kelurahan Sei Mati yang mendiskusikan

perkembangan kasus normalisasi sungai Deli. Pertemuan ini biasanya dilakukan

di Masjid, rumah warga dan juga di kantor Kontras Sumatera Utara.

Sementara itu, pada table 23 dapat dilihat bahwa ada 91 responden yang

pernah mengikuti aksi menentang sungai Deli, sedangkan pada table 25 ternyata

yang pernah mengikuti pertemuan di kelurahan Sei Mati yang mendiskusikan

perkembangan kasus sungai Deli sejumlah 94 responden. Artinya tiga responden

tidak pernah mengikuti aksi turun ke jalan, tetapi mereka terlibat hanya sebatas

mengikuti pertemuan saja di kelurahan Sei Mati. Menurut Ober-schall (dalam

Klandermans1997: hal 21) bahwa “motivasi dapat didefenisikan sebagai untuk

berpartisipasi dalam gerakan sosial sebagai fungsi tentang kerugian dan

dan keuntungan partisipasi yang dirasakan sangat bervariasi tidak hanya menurut

jenis kegiatannya, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi, temperamen, dan prediksi

individu yang bersangkutan. Bahkan, sangat mungkin suatu kegiatan dikerjakan

sebagai kegiatan yang relatif tidak merugikan bagi seseorang, tetapi bagi orang

lain dianggap sangat merugikan. Artinya, bahwa responden yang termotivasi

untuk ikut serta pada salah satu jenis kegiatan seperti mengikuti petemuan di

masjid atau rumah warga belum tentu juga bersedia untuk ikut serta dalam

kegiatan lainnya sepert mengikuti aksi turun kejalan atau demonstrasi. Hal ini

juga senada dengan pendapatnya Oliver dan Furman (dalam Klandermans 1997:

hal 157) yang menyatakan bahwa partisipasi dengan usaha yang rendah seperti

partisipasi responden yang hanya mengikuti pertemuan saja di rumah-rumah

warga atau di masjid, dianggap sebagai substitusi bagi partisipasi yang lebih aktif,

dengan kata lain, hal itu menjadi alasan untuk tidak terlibat di dalam kegiatan-

kegiatan yang lebih menuntut seperti mengikuti demonstrasi yang pernah berakhir

bentrok dengan aparat keamanan, dan aksi-aksi lainnya.

Lalu, pada table 26 telah disajikan data dan analisisnya mengenai

frekuensi keterlibatan responden dalam mengikuti pertemuan di kelurahan Sei

Tabel 26

Frekuensi Keterlibatan Responden Dalam Mengikuti Pertemuan di Kelurahan Sei Mati

NO Kategori Frekuensi %

1 2-4 kali 12 12

2 5-7 kali 47 47

3 Lebih dari 8 kali 32 32

Jumlah 91 91

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada table 26 dapat diketahui frekuensi keterlibatan

responden dalam mengikuti pertemuan di kelurahan Sei Mati. Data tersebut

menunjukkan sebahagian besar responden sangat aktif dalam mengikuti

pertemuan yang mendiskusikan perkembangan kasus normalisasi sungai Deli. Hal

ini menandakan bahwa kasus ini cukup serius sehingga diperlukan langkah-

langkah kedepan untuk memecahkan masalah ini supaya penderitaan masyarakat

tidak semakin berkepanjangan. Selain itu pertemuan-pertemuan ini selalu dihadiri

dan didampingi oleh aktivis dari beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM)

seperti KONTRAS, WALHI, BAKUMSU dan lainnya. Lembaga-lembaga ini

adalah para advokat dan organizer-organizer yang tetap konsisten untuk

mendampingi masyarakat Sei mati dalam memperjuangkan hak-hak mereka.

Akhirnya, telah disajikan data pada table 27 tentang antusias responden

dalam mengikuti perkembangan kasus normalisasi sungai Deli. Penjelasan beserta

Tabel 27

Antusias Responden Dalam mengikuti Perkembangan Kasus Normalisasi Sungai Deli

NO Kategori Frekuensi %

1 Ya 32 32

2 Tidak 59 59

Jumlah 91 91

Sumber: Data Primer

Pada table 27 kita dapat mengetahui antusias responden dalam mengikuti

perkembangan kasus normalisasi sungai Deli. Berdasarkan data tersebut kita dapat

mengetahui bahwa yang tidak mengikuti perkembangan kasus normalisasi sungai

Deli ternyata lebih banyak daripada yang mengikuti perkembangan kasus tersebut.

Dari pengamatan peneliti bahwa 32 responden yang mengikuti perkembangan

kasus ini selalu terlibat dan aktif. Hal ini terbukti dari keseriusan mereka dalam

mengikuti setiap petemuan baik di masjid, di rumah warga, di kantor KONTRAS

SUMUT, pertemuan terbuka yang diselenggarakan oleh lembaga swadaya

masyarakat lainnya, sampai ikut bersama-sama dengan para aktivis KONTRAS

mengajukan berkas pengaduan ke markas POLDA Sumatera Utara perihal tentang

kasus pengrusakan yang dilakukan oleh para developer terhadap sungai Deli.

Selain itu responden tersebut tidak pernah ketinggalan memperoleh informasi dari

surat kabar yang memuat tentang perkembangan kasus tersebut

Dokumen terkait