• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Metode Survei Lapang

5.2 Komunitas ikan

Metode sensus visual bawah air merupakan metode paling efektif untuk pemantauan ikan terumbu karang, terutama di tempat-tempat yang terpencil (Choat & Pears, 2003). Populasi ikan karang (dengan fokus utama berupa spesies-spesies perikanan penting) akan disurvei menggunakan metode sensus visual bawah air yang dijelaskan oleh English dkk., 1997, Wilkinson dkk., 2003, Choat & Pears, 2003, Hill & Wilkinson, 2004, Sweatman dkk., 2005, dan Green & Bellwood, 2009.

Transek sabuk digunakan karena memberikan presisi yang sangat tinggi bagi spesies-spesies perikanan dan herbivora, serta cocok untuk memantau banyak tujuan (perikanan dan kelentingan), dan satu transek dapat dilewati berkali-kali untuk menghitung spesies yang berbeda (Green & Bellwood, 2009). Metode tersebut meru-pakan teknik yang paling efektif untuk memantau ikan terumbu karang berukuran sedang hingga besar yang dapat didata menggunakan teknik sensus visual. Akan tetapi, jika memungkinkan, transek perlu digabungkan dengan metode survei renang jauh yang menyediakan perkiraan yang lebih presisi tentang kelimpahan dan biomassa dari spesies-spesies yang berukuran besar, dengan mobilitas tinggi, dan rentan yang cenderung jarang, atau memiliki sebaran yang mengumpul hanya di tempat tertentu (terutama hiu, kerapu berukuran besar, ikan napoleon, dan ikan kakatua (Choat & Pears, 2003).

Dalam protokol ini, kami merekomendasikan untuk melakukan survei ikan dan bentik pada dua kedalaman: 2-3m (puncak terumbu) dan 10m (lereng terumbu). Kedalaman-kedalaman tersebut disarankan karena alasan-alasan berikut ini:

1) Tergantung dengan profil terumbu, kawasan diantara 3-8 m seringkali merupakan kawasan ‘antara’ sehingga pemantauan didesain untuk mengambil sampel kawasan yang mewakili puncak terumbu dan lereng terumbu.

2) Kedalaman maksimal 10 m direkomendasikan untuk meminimalkan risiko penyelam kehabisan udara sebelum menyelesaikan survei atau menderita penyakit dekompresi.

3) Jika Anda ingin mengukur satu kedalaman (disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya atau memilih untuk memantau lebih banyak lokasi), maka direkomendasikan untuk memantau antara 8-10 m karena kedalaman tersebut secara umum dianggap paling mewakili terumbu karang.

5.2.1 Transek sabuk

Ikan terumbu akan disurvei menggunakan transek 5 x 50 m di setiap lokasi. Setiap survei akan terdiri atas dua pengamat yang berenang di sepanjang transek yang ditempatkan pararel dengan puncak terumbu di ke da laman 10 m. Pengamat akan menghitung dan memperkirakan ukuran (TL – panjang total) dari setiap ikan dari spesies target.

Setiap pengamat akan mencatat kelompok ukuran ikan yang berbeda dengan menggunakan lebar transek yang berbeda-beda seperti di bawah ini:

Pengamat #1 akan berenang 1-2 m di atas dasaran, menghitung dan memperkirakan ukuran ikan kecil hingga besar (TL = 10-35 cm) dari spesies target menggunakan lebar transek 5 m (2,5 m di setiap sisi pengamat). Perkiraan lebar transek harus dilakukan secara hati-hati dan ikan yang berada di luar rentang tersebut tidak boleh dihitung. Jika ada ikan di bagian tepi area survei, pengamat hanya menghitungnya jika lebih dari setengah tubuh ikan berada di dalam area. Karena pengamat harus menghitung sebagian besar ikan, maka ia haruslah merupakan pengamat ikan berpengalaman. Pengamat #2 akan berenang sedikit di belakang atas pengamat #1 agar dapat melihat area yang lebih luas sekaligus meminimalkan gangguan bagi ikan-ikan kecil akibat lewatnya penyelam. Pengamat 35 cm) dari spesies target menggunakan lebar transek 20 m (10 m di setiap sisi pengamat). Perkiraan lebar transek harus dilakukan secara hati-hati dan ikan yang berada di luar rentang tersebut tidak boleh dihitung. Jika ada ikan di bagian tepi area survei, pengamat hanya menghitungnya jika lebih dari setengah tubuh ikan berada di dalam area. Karena pengamat harus menghitung ikan berukuran besar, maka ia haruslah merupakan pengamat ikan berpengalaman yang mampu memperkirakan ukuran ikan dengan presisi yang tinggi.

Orang ketiga (penggulung pita transek) akan menambatkan pelampung sebagai penanda di bagi-an permulabagi-an trbagi-ansek pertama dbagi-an segera membentbagi-angkbagi-an trbagi-ansek segera mengikuti para peng-amat, dan menempelkan pita ke dasaran setiap beberapa meter. Penggulung pita transek harus mem beri tahu kapan transek dimulai dan selesai biasanya dengan memukul tabung selamnya atau meng gunakan terompet bawah air. Transek-transek harus dibentangkan secara berturut-turut dalam kontur kedalaman 10 m yang pararel dengan puncak terumbu. Karena tiga dari lima transek akan

digu nakan untuk menilai komunitas bentik, transek harus dibentangkan dengan benar.

Transek-transek juga harus berdekatan dengan bentos dan mengikuti kontur terumbu. Hindari celah dan gua, serta tempelkanlah transek ke dasaran secara berkala. Penggulung transek harus memastikan

bah-wa para pengamat ikan berenang cukup lambat hingga ia mampu membentangkan transek dengan benar sekaligus berkomunikasi dengan mereka di setiap permulaan/akhir transek.

Setelah kedua pengamat ikan dan penggulung transek mencapai bagian akhir dari kelima pita transek, pelampung harus ditambatkan. Pelampung tersebut akan menandakan titik awal dari survei renang jauh dan menjadi dasar pengukuran jarak yang dicakup oleh survei renang jauh secara akurat. Setiap pengamat ikan akan melakukan:

Penghitungan terhadap semua individu dari spesies-spesies di dalam daftar dan kelompok ukuran ikan yang terdapat di dalam transek serta perkiraan ukuran dari setiap ikan yang diukur.

Jika Anda menemukan kawanan ikan berjumlah banyak, jumlah ikan dalam kawanan perlu diperkira-kan dan rata-rata panjang idiperkira-kan dalam kawanan dicatat.

Untuk ikan dengan rentang 10-35 cm, setiap ikan akan dimasukkan ke dalam kategori ukuran. Idealnya, gunakanlah kategori ukuran setiap 5 cm (misalnya 10-15 cm, 15-20 cm, dan lain-lain).

Untuk ikan yang lebih besar dari 35 cm–panjang total dari setiap ikan harus diperkirakan hingga ke 10 cm terdekat.

Semua data akan dicatat secara langsung ke dalam lembar data yang telah disiapkan dan dicetak di kertas bawah air (Lampiran 4) yang dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan tim dan kondisi setempat.

Agar dapat menghitung kerapatan dan biomassa ikan (lihat Analisis Data), area transek harus dihitung un-tuk setiap pengamat. Area dari setiap transek yang disurvei oleh pengamat #1 adalah 250 m2 (50 x 5 m), sedangkan area yang disurvei oleh pengamat #2 adalah 1000 m2 (50 x 20 m).

5.2.1.1 Daftar spesies ikan untuk transek sabuk

Saran untuk daftar spesies ikan yang dipantau tersedia dalam Lampiran 2, yang memasukkan spesies-spe sies perikanan kunci dan herbivora yang berperan penting dalam kelentingan ekosistem terumbu ka-rang (Green & Bellwood, 2009). Perlu diingat bahwa walaupun daftar tersebut telah dikembangkan untuk pemantauan di Indonesia bagian timur, suku-suku ikan tersebut umum dijumpai di seluruh kawasan Segitiga perikanan/target setempat. Spesies yang dimasukkan meliputi:

Spesies-spesies terumbu karang dan pesisir-pelagis yang kemungkinan mendapat manfaat dari KKP, misalnya spesies non pelagis, seperti tuna, dengan daya jelajah lebih dari 100 km hingga 1000 km, Spesies-spesies yang menjadi target perikanan subsisten/artisanal/komersial,

Spesies-spesies yang dapat diidentifikasi dengan akurat oleh para pengamat,

Spesies-spesies yang dapat dihitung menggunakan sensus visual bawah air, misalnya bukan spesies-spesies penyembunyi atau nokturnal, dan

Spesies-spesies ikan terumbu karang yang umum untuk lokasi dan terumbu karang yang disurvei.

5.2.2 Survei renang jauh

Survei renang jauh (long swim survey) merupakan metode terbaik untuk mencatat spesies-spesies ikan terumbu berukuran besar, memiliki mobilitas tinggi, dan rentan; seperti hiu, pari, ikan napoleon, ikan kakatua berukuran besar, kuwe, dan beberapa jenis kerapu (Choat &Pears, 2003).

Setelah menyelesaikan transek ikan, tim survei akan menambatkan pelampung pada bagian akhir dari tran-sek dan kedua pengamat akan memulai survei renang jauh dengan melanjutkan ke arah yang sama, men-jauhi transek-transek. Boya pelampung akan digunakan untuk mengukur jarak yang ditempuh dengan survei renang jauh. Penggulung transek akan kembali mengikuti transek dan bergabung dengan tim bentik dan meng gulung semua pita ketika survei bentik selesai.

Metode survei renang jauh terdiri dari renang sejauh 400 m yang diperkirakan membutuhkan waktu 20 menit dengan kecepatan renang standar sebesar 20 m per menit. Kedua pengamat harus berenang dengan keda-laman sekitar 3-5 m pada lereng terumbu sedikit di bawah puncak terumbu, sehingga memungkinkan untuk pe mantauan puncak, rataan dan lereng terumbu tempat spesies-spesies seperti hiu, pari, ikan napoleon, ikan kakatua berukuran besar, kuwe, dan beberapa jenis kerapu dapat ditemukan. Kerapu berukuran besar (Ephinephelus sp.) dapat ditemukan di perairan yang lebih dalam dan kemungkinan berada di dalam gua atau celah. Oleh sebab itu, penggunaan metode tersebut untuk perairan dangkal kurang sesuai untuk kerapu ber-ukuran besar.

daf tar survei renang jauh (lihat di bawah ini) di sepanjang lereng terumbu dengan lebar 20 m (10 m di setiap sisi pengamat atau lebih rendah jika kecerahan di bawah 10 m).

Jika terdapat kawanan ikan berukuran besar, maka jumlah ikan dalam kawanan harus diperkirakan dan panjang ikan rata-rata dalam kawanan dicatat. Pada akhir survei pelampung kedua perlu ditambatkan sehingga jarak dari survei renang jauh dapat dihitung.

Penggunaan metode ini memerlukan jarak yang dicakup melalui renang jauh tercatat dengan akurat karena data tersebut merupakan sumber potensial dari variasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

Pada terumbu yang datar– hitunglah jarak yang dicakup secara akurat dengan mencatat posisi GPS pada titik awal dan akhir dari survei renang dengan menggunakan pelampung sebagai penanda. Pada terumbu yang memiliki kontur–rekamlah jejak dari kapal menggunakan GPS dengan mengikuti kontur terumbu diantara pelampung.

Jika memungkinkan, satu unit GPS dapat ditempelkan pada boya pelampung yang ditarik oleh penye-lam yang dapat merekam jejak mereka dengan lebih tepat. Boya juga membantu pengemudi kapal untuk mengikuti jejak penyelam ketika survei renang jauh dilakukan.

Pengamat harus memeriksa panjang dari survei renang jauh setiap malam dan menyesuaikan waktu re-nang. Penting sekali bagi pengamat survei renang jauh untuk mencakup terumbu sejauh 400 m. Karena sulit untuk memperkirakan jarak, beberapa daerah memiliki arus yang lebih kuat, sehingga pengamat akan berenang dengan kecepatan yang berbeda. Para pengamat setiap hari harus memeriksa seberapa jauh jarak renangnya pada setiap survei. Jika mereka belum mencapai 400 m, mereka harus meningkatkan waktu renang hingga 25 atau 30 menit dan harus menyesuaikan seberapa lama mereka berenang bergantung de-ngan kekuatan dan arah arus. Semua data akan dicatat di dalam lembar data yang telah disiapkan dan dice tak di atas kertas bawah air.

Daftar spesies survei renang jauh

Spesies untuk survei renang jauh merupakan sebagian dari daftar spesies yang dicatat di sepanjang transek. Jika hanya ada satu pengamat yang tersedia, maka ia harus fokus pada:

semua spesies hiu,

pari manta (Manta spp.) dan pari elang (Aetobatus narinari), ikan napoleon (Cheilinus undulatus),

empat jenis ikan kakatua (Bolbometapon muricatum, Cetoscarus bicolor, Chlorurus frontalis, dan Chlorurus microrhinos),

kerapu berukuran besar (Epinephelus polyphekadion, E. fuscoguttatus, semua Plectropomus dan Variola spp.), dan

semua jenis kuwe.

Jika terdapat dua pengamat, maka daftar dari spesies-spesies yang akan dihitung disediakan dalam Lam-piran 3. Daftar tersebut dikembangkan untuk pemantauan di Indonesia bagian timur dan taksa tersebut di perlukan dengan memasukkan spesies-spesies perikanan kunci setempat/spesies target.

Jika terdapat dua pengamat, satu pengamat akan menghitung suku-suku ikan terumbu karang (kakap, len-cam, kerapu, ikan napoleon, dan ikan kakatua), sedangkan pengamat lain menghitung spesies ikan yang ber asosiasi dengan terumbu (kuwe, sarden, barakuda), hiu, dan pari.

5.2.2.1 Survei bentik skala besar

lakukan survei renang jauh, maka kesempatan tersebut dapat digunakan untuk melakukan survei bentik skala besar yang semi kuantitatif. Tujuan dari survei tersebut adalah untuk mencatat tipe habitat yang men-jadi tempat survei renang jauh untuk ikan, mengetahui gangguan skala besar, seperti bulu seribu, keru-sakan terumbu, padang patahan karang, atau ciri-ciri khusus, seperti adanya karang besar dengan ukuran diameter >2 m, daerah karang mati, pertumbuhan alga atau spons yang tinggi, atau ciri-ciri lainnya. Pengamat bentik harus mencatat deskripsi dasar dari habitat, seperti memperkirakan tutupan dari kategori-kategori bentik yang lebih luas yang serupa dengan yang digunakan untuk manta tow (Bass, 1995). Pengamat perlu mencatat observasi mereka secara terus menerus selama penyelaman.

5.2.3 Poin, puncak, kanal, dan lokasi pemijahan massal ikan

daerah di mana ikan besar berkumpul (lihat Subbab 4.3.2.). Jika daerah tersebut diduga merupakan tempat pemijahan massal kerapu, maka metode yang dijelaskan dalam manual pemantauan (Colin dkk., 2003) yang diterbitkan oleh Society for Conservation of Reef Fish Aggregations (SCRFA) disarankan untuk digunakan (http://www.scrfa.org/get-involved/methods-manual-home.html).

Bagi daerah lain di mana ikan besar, kuwe, dan kakap berkumpul pada poin, puncak, atau daerah dengan arus kuat, pita transek tidak perlu dibentangkan dan survei hanya perlu dilakukan menggunakan metode

Kerapatan ikan dalam daerah berarus kuat biasanya bervariasi tergantung dengan fase pasang-surut. Waktu terbaik dan teraman untuk survei harus ditentukan, dicatat dan pemantauan harus selalu dilaksanakan pa-da fase pasang-surut yang sama papa-da lokasi tersebut. Walaupun kerapatan ikan diketahui kemungkinan lebih tinggi pada fase pasang-surut lainnya, penyelam disarankan untuk melakukan survei di daerah berarus kuat pada saat surut (pastikan bahwa keselamatan diutamakan).

Tim harus menentukan apakah mereka mau melakukan survei untuk spesies-spesies pesisir-pelagis seperti hiu, kuwe, dan lain sebagainya atau spesies-spesies terumbu karang, seperti kerapu atau keduanya. Spesies-spesies pesisir-pelagis harus disurvei pada kedalaman sekitar 5-8 m, sedangkan kerapu harus disurvei pada kedalaman 15 m atau lebih. Satu kedalaman dapat disurvei oleh dua pengamat/penyelam sehingga dua keda laman membutuhkan empat pengamat/penyelam. Jika dalam satu tim hanya terdapat dua penyelam, tetapi ingin melakukan survei di dua kedalaman, maka kemungkinan kedua penyelam tersebut akan terpisah karena kelerengan pada terumbu.

Menyelam sendirian tidaklah aman, terutama pada survei renang jauh atau

daerah berarus kuat, dan pasangan penyelam harus dapat saling melihat.

Setelah spesies target, fase pasang-surut, lokasi dan kedalaman diketahui, tim harus merencanakan posisi turun dan naik ke permukaan dengan hati-hati.

Penyelam harus masuk ke dalam air dari jarak 50-100 m dari poin atau tepi kanal dan mencatat posisi turun dengan GPS (Gambar 3). Penyelam kemudian mengikuti metode survei renang jauh, dan berenang dengan lambat pada kedalaman yang dipilih melewati area tersebut dan mencatat semua ikan yang panjangnya >35 cm yang terdapat dalam daftar spesies/suku survei renang jauh (Lampiran 3). Ikan harus dicatat pada 10 m di setiap sisi pengamat dan penyelam kemudian berenang di sekitar poin untuk mencari tempat yang aman untuk dijemput oleh kapal. Titik akhir survei harus ditandai dengan menggunakan boya atau koordinat GPS di atas kapal jika arus tidak kuat. Penyelam harus berenang dengan durasi maksimal selama 20 menit, terutama jika tim melakukan pengamatan pada kedalaman 15 m. Jarak yang ditempuh ketika berenang perlu diukur atau dihitung seperti pada penjelasan di atas (lihat kembali subbab 5.2.2.)

5.2.4 Meminimalkan gangguan ke komunitas ikan ketika mendata

Kita perlu untuk meminimalkan gangguan pada populasi ikan yang akan dihitung dengan cara tidak mengen-darai kapal di atas area yang disensus, memosisikan pengamat ikan untuk menjadi yang pertama berenang dan melakukan survei, berenang dengan tenang ketika survei, dan menunggu paling tidak 5 menit setelah masuk ke air sebelum memulai survei (Green & Bellwood, 2009). Pita transek harus dibentangkan oleh asis-ten yang mengikuti para pengamat, bukan dibentangkan terlebih dahulu oleh pengamat karena banyak spe-sies ikan yang terganggu oleh lewatnya penyelam.

Pada situasi-situasi tertentu, kemungkinan diperlukan untuk mensurvei transek lebih dari sekali, misalnya jika hanya terdapat satu pengamat ikan, maka dua kali survei pada transek dibutuhkan untuk menghitung ikan besar kemudian dilanjutkan dengan ikan kecil. Ketika hal tersebut dibutuhkan, spesies yang kemungkinan besar akan terganggu oleh lewatnya penyelam harus dihitung pada perjalanan pertama melewati transek (misalnya ikan kakatua berukuran besar, kerapu dan lain-lain). Penghitungan-penghitungan ikan (misalnya pada setiap perjalanan dalam transek) harus dipisahkan dengan waktu tunggu selama 5-10 menit antar peng hitungan.

Pita transek harus diambil kembali pasca survei bentik pada lokasi tersebut telah usai (lihat penjelasan di bawah).

Dokumen terkait