• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. Analisis, Interpretasi, dan Komunikasi Data

6.2 Analisis data

6.2.3 Penyajian data –

untuk dimengerti dibanding tabel, kecuali tabel hanya berisi beberapa baris data saja. Peta sangat berguna untuk menginterpretasi data dalam tingkat lokasi dan perubahan besar pada ekosistem terumbu pada daerah tertentu akan dengan mudah dan cepat dilihat, misalnya kedekatan dengan suatu desa atau daerah penangkapan ikan yang diketahui.

Zona Larang

khusus dari pertanyaan pengelola lokasi tersebut, jumlah lokasi, tahun terkumpulnya data, dan tren atau pola menarik lainnya yang muncul pada lokasi Anda. Oleh sebab itu, protokol ini tidak dapat memberikan yang disarankan telah disediakan yang berfungsi untuk menunjukkan status dan tren dari komunitas ikan dan bentik dalam beragam zona dari waktu ke waktu.

dari KKP, dengan membuat rata-rata dari semua lokasi (Gambar 4, 6, dan 7). Akan tetapi, tampilan tren dan status dari suatu lokasi juga dapat dibuat.

-masing lokasi disertakan untuk data bentik (Gambar 5);

“perbedaan-dalam-perbedaan” (difference-in-difference) untuk membandingkan kinerja dari zona-zona pengelolaan yang berbeda-beda dibandingkan dengan data awal (Gambar 8).

Tren yang diamati dalam ringkasan data dari variabel terikat dapat memberikan banyak informasi, misalnya tren peningkatan biomassa ikan, akan tetapi, kadang- -rata dapat menyesatkan jika kita tidak memahami variasi dalam data. Variasi dapat ditunjukkan dengan menggunakan batang kesalahan atau nilai dalam tabel, oleh sebab itu, langkah tersebut sangat direkomendasikan.

-Gambar 4. Persentase tutupan rata-rata (±SE) untuk kategori-kategori bentuk utama dalam zona larang tangkap dan zona pemanfaatan pada suatu KKP tahun 2009-2011 (NTZ = Zona Larang Tangkap,

Pemanfaatan= Zona pemanfaatan tradisional).

* Komposisi dari komunitas bentik dalam setiap zona dan setiap tahun pengamatan ditunjukkan dalam Gam bar 4. Perbandingan perubahan komunitas bentik dalam tipe zona yang berbeda dari waktu ke waktu me nunjukkan adanya sedikit perbedaan antar zona, tetapi perbedaan cukup banyak pada tahun-tahun pengamatan.

Hal tersebut dapat diduga karena rencana zonasi belum diterapkan dan ditegakkan hingga Oktober 2011, setelah pengamatan dilakukan pada bulan Maret 2011, dan terumbu-terumbu dalam KKP sangat mirip. Fitur utama dari komunitas bentik meliputi:

Persentase tutupan karang keras lebih tinggi pada lokasi-lokasi di dalam Zona Larang Tangkap,

di-bandingkan dengan Zona Pemanfaatan.

Tutupan makroalga di semua lokasi rendah.

Jumlah substrat tersedia meningkat setiap tahun di Zona Larang Tangkap. Dalam zona pemanfaatan, substrat tersedia meningkat pada 2009-2010, tetapi selanjutnya stabil. Terdapat lebih sedikit substrat bergerak (pecahan karang) dalam zona larang tangkap dibandingkan zona pemanfaatan, dan nilainya di kedua zona selalu stabil dari waktu ke waktu.

Dengan penerapan rencana zonasi, kita dapat mengharapkan bahwa tutupan karang keras dan substrat ter sedia dalam komunitas bentik di Zona Larang Tangkap akan meningkat.

Gambar 5. Tutupan karang keras yang menampilkan tutupan karang bercabang dan karang meja pada

* Komposisi komunitas karang bervariasi dari satu lokasi dengan lokasi lainnya, dengan proporsi bentuk hidup karang berupa karang bercabang dan karang meja yang membentuk 10-70% komunitas karang. Tutup-an karTutup-ang keras dTutup-an karTutup-ang bercabTutup-ang serta karTutup-ang meja secara umum lebih rendah pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan 2009 dan 2011. Hal tersebut kemungkinan adanya perubahan tim pemantau pada 2010. Akan tetapi, pada beberapa lokasi, seperti lokasi 2227 dan 2228, komunitas bentiknya tetap pada sepanjang periode pengambilan sampel. Lokasi-lokasi dengan proporsi spesies-spesies karang bercabang dan karang meja menyediakan habitat yang baik bagi ikan dan organisme lainnya. Akan tetapi, spesies-spesies tersebut juga rentan terhadap pemutihan dan penyakit karang sehingga harus menjadi prioritas pemantauan ketika ada tekanan termal (suhu).

Gambar 6. Rata-rata biomassa ikan herbivora (±SE) dalam suatu lokasi pada Zona Pengelolaan yang

berbeda dari suatu KKP pada tahun 2009-2011.

nomis yang lebih detil menunjukkan bahwa (b) Acanthuridae dan (c) Scaridae yang memberikan perubahan sumbu Y karena data diplot dalam skala yang berbeda. Pengamatan lainnya yang dapat dibuat adalah ketiga suku ikan menunjukkan pola serupa pada Zona Larang Tangkap berupa penurunan populasi pasca 2009. Hal tersebut kemungkinan berarti adanya gangguan yang berdampak negatif pada ketiga suku ikan tersebut atau Zona Larang Tangkap tidak ditegakkan.

Gambar 7. Rata-rata biomassa ikan karnivora (±SE) di seluruh lokasi dalam Zona Larang Tangkap dan Zona

Pemanfaatan dari suatu KKP dari tahun 2009-2011.

-2011 di Zona Larang Tangkap dan Zona Pemanfaatan. Lutjanidae yang membentuk sebagian besar biomassa karnivora juga menunjukkan adanya peningkatan setelah tiga tahun pengamatan. Karena Lutjanidae membentuk se-ba gian besar biomassa, maka suku tersebut dapat menutupi tren pada suku ikan yang lain, jika kita hanya melihat biomassa karnivora secara keseluruhan. Akan tetapi, pola yang berbeda berhasil diamati pada suku Serranidae dan Haemulidae. Haemulidae memiliki populasi rendah dalam Zona Larang Tangkap dengan populasi yang bervariasi pada Zona Pemanfaatan. Serranidae memiliki populasi yang tetap baik di Zona Larang Tangkap dan Zona Pemanfaatan. Dalam waktu pemantauan yang singkat, KKP tersebut terlihat telah memberikan dampak positif pada populasi Lutjanidae di seluruh KKP, walaupun suku Haemulidae dan Serranidae tidak memiliki tren biomassa yang dapat dikenali dari waktu ke waktu. Analisis data tersebut menggunakan resolusi taksonomis yang lebih tinggi menunjukkan bahwa ikan yang berbeda memberikan tanggapan yang berbeda terhadap pengelolaan.

Gambar 8. “perbedaan-dalam-perbedaan” (difference-in-difference) yang menunjukkan contoh lain tentang cara analisis data untuk menggambarkan efektivitas pengelolaan. Sumbu x mewakili tahun

pemantauan dan sumbu y mewakili

rata-menunjukkan nilai yang berbeda untuk zona yang berbeda, yang relatif dibandingkan dengan data dasar (2009). Setiap garis mewakili rezim (Larang Tangkap, Pemanfaatan, Kontrol). Nilai data dasar mewakili nilai

rata-rata untuk variabel tersebut pada tahun pertama pemantauan (tahun 2009, pada kasus ini). Nilai data dasar akan berbeda untuk setiap rezim pemanfaatan (kecuali mereka kebetulan memiliki nilai rata-rata yang

sama), akan tetapi, semua nilai tersebut akan dinormalisasi menjadi “0” atau nilai dasar (lihat Boks 6). Untuk menjelaskan konsep “perbedaan-dalam-perbedaan”

Perbedaan-perbedaan tersebut kemudian akan dibandingkan antar rezim pengelolaan untuk mendapatkan perbedaan kedua. Dua contoh dari “perbedaan-dalam-perbedaan”

dasar) dengan membandingkan Zona Larang Tangkap, Pemanfaatan, dan Kontrol. Panel kedua digunakan tersebut merupakan contoh hipotesis dan dapat mewakili variabel terikat apa pun (misalnya, persentase tu tupan karang, biomassa ikan).

Variabel persentase tutupan karang (HC) yang digunakan dalam contoh dihitung dengan rumus di bawah ini untuk mengetahui nilai “perbedaan-dalam-perbedaan”:

= (Rata-rata.HC Zona Larang TangkapNilai dasar–Rata-rata.HC Tutupan2011)- (Rata-rata.HC Kontrolnilai dasar –Rata-rata.HC Kontrol2011)

Nilai positif menunjukkan adanya dampak positif pada persentase tutupan karang karena intervensi pengelolaan dalam Zona Larang Tangkap (yang merupakan hal positif) dan sebaliknya.

Satu hal yang harus ditunjukkan adalah dalam kasus tersebut pemeriksaan data tanpa lokasi kontrol akan menunjukkan adanya peningkatan pada persentase tutupan karang keras pada tahun 2011 di Zona Pemanfaatan. Akan tetapi, karena adanya penurunan kondisi di luar KKP, maka hal tersebut menunjukkan adanya dampak positif yang terjadi di dalam Kawasan Konservasi Perairan.

Dokumen terkait