Desa Kamasan terletak di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung pada ketinggian tempat wilayah desa ± 75 m diatas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah secara administratif sebagai berikut:
timur : Desa Tangkas selatan : Desa Gelgel
barat : Tukad Haa dan Desa Tojan
utara : Tukad Cau dan Kelurahan Semarapura Klod
Secara adat, Desa Kamasan termasuk dalam wilayah Desa Adat Gelgel yang terdiri dari tiga desa administratif yaitu, Desa Gelgel, Desa Kamasan, dan Desa Tojan. Desa adat ialah desa yang bertanggung jawab dengan kegiatan adat dan keagamaan yang berlaku di wilayah tersebut. Sedangkan desa administratif ialah desa yang menangani urusan kepemerintahan dan dinas, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Klungkung. Desa Kamasan merupakan desa administratif yang didukung oleh empat dusun atau biasa disebut dengan banjar dinas, yaitu Dusun Kacangdawa, Dusun Sangging, Dusun Pande Mas, dan Dusun Tabanan. Desa Kamasan sendiri merupakan bagian dari Desa Adat Gelgel yang memiliki tiga desa administratif yang melingkupi sepuluh banjar adat dimana tiap banjar adat merupakan bagian dari dusun. Pembagian wilayah banjar adat pada Desa Kamasan sebagai berikut:
Dusun Kacangdawa : Banjar Kacangdawa Banjar Siku
Dusun Sangging : Banjar Sangging Banjar Geria Banjar Celagi Dusun Pande Mas : Banjar Pande Mas Banjar Peken Banjar Pande Kaler Dusun Tabanan : Banjar Tabanan Banjar Pande
Tanah yang digunakan sebagai permukiman dan kegiatan adat maupun agama merupakan tanah adat, sedangkan lahan persawahan/perkebunan merupakan tanah milik pribadi. Sehingga dapat dilihat pembagiannya seperti pada Gambar 4.
14
Gambar 4 Pembagian banjar dinas/dusun Desa Kamasan
Berdasarkan data dari Profil Desa Kamasan tahun 2013, luas wilayah desa ini ialah sekitar 220ha dengan penggunaan lahan yang dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu, tanah sawah, tanah tegal, tanah pekarangan, dan lain-lain. Sebagian besar wilayah Desa Kamasan masih belum terbangun. Sekitar 70% lahan yang ada merupakan tanah sawah dan tanah tegal. Gambar 5 menunjukkan presentase penggunaan lahan sedangkan Gambar 6 merupakan peta penggunaan lahan di Desa Kamasan.
63.82 9.67 4.58 18.30
Lahan (%)
Tanah Sawah Tanah Tegal Tanah Pekarangan Lain-lainGambar 5 Persentase penggunaan lahan Desa Kamasan Sumber : Profil Desa Kamasan 2014
15
Sumber : Profil Desa Kamasan 2014
Gambar 6 Peta penggunaan lahan Desa Kamasan Orbitasi
Desa Kamasan terletak di sebelah selatan pusat Kota Semarapura dengan jarak sekitar 4 km dan dapat diakses melalui jalan primer Kabupaten Klungkung. Adapun jarak Desa Kamasan terhadap ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten, ibu kota provinsi dan fasilitas umum dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 10 Jarak tempuh menuju Desa Kamasan dari beberapa lokasi
Sumber : Profil Desa Kamasan 2013
Fisiografi
Wilayah Desa Kamasan sebagian besar merupakan daerah dataran rendah dengan bentuk morphologi lahan pada saat ini relatif bervariasi dari daerah datar dengan perkiraan kemiringan lereng berkisar 0% s.d 3% dan beberapa lahan dengan perkiraan kemiringan lereng berkisar antara 3% s.d 10%, sehingga secara umum topografi wilayah Desa Kamasan relatif landai.
Keadaan iklim di Desa Kamasan dapat diuraikan sebagai berikut : temperatur rata-rata : 270C
kecepatan angin : 1,75 km/jam kelembaban relatif : 95 %
No. Lokasi Jarak
1. Puskesmas 1 km
2. Rumah Sakit Umum Daerah 2 km
3. Pasar Umum 0,5 km
4. Ibu kota Kecamatan/Kabupaten Klungkung 4 km
5. Ibu kota Provinsi Bali 40 km
6. Bandar Udara Ngurah Rai 55 km
16
penyinaran rata-rata : 40,75 %
rata-rata curah hujan : 2.287 mm per tahun Demografi
Kamasan termasuk desa yang berpenduduk cukup padat, dengan luas wilayah 220ha memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.542 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kepadatan penduduk di Desa Kamasan adalah 2065 orang per km2. Rata-rata pemilikan lahan pertanian 0,36 ha per Kepala Keluarga (KK), sedangkan rata-rata pemilikan tanah secara keseluruhan adalah 0,075ha per orang. Mata pencaharian yang dominan ialah sebagai pengrajin, petani dan pedagang, masing-masing sebanyak 648 orang, 322 orang, dan 261 orang. Desa Kamasan dikenal sebagai desa pengrajin berupa lukisan, emas, perak, ukir dan tenun yang sudah ada turun temurun sejak zaman Kerajaan Waturenggong (kurang lebih pada tahun 1600 masehi), terutama seni lukis wayang Desa Kamasan yang khas san hanya ada di sini. Para pengrajin memajang barang dagangannya di rumah masing-masing sehingga Desa Kamasan tampak seperti jejeran-jejeran toko kesenian (art shop) atau juga bias disebut dengan galeri.
Tabel 11 Mata pencaharian Penduduk Desa Kamasan
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Petani 322 10.5 2. Seniman 241 7.86 3. Pengrajin 648 21.15 4. Tukang 80 2.61 5. Pedagang/Wiraswasta 261 8.51 6. PNS/TNI 135 4.4 7. Lain-lain 98 3.19 8. Belum bekerja 2757 47.78 Jumlah 4542 100
Sumber : Profil Desa Kamasan 2014
Sejarah Desa
Keberadaan suatu desa atau wilayah pada umumnya mempunyai nama yang mengandung makna tertentu, hal ini dimaksudkan untuk mengenang suatu peristiwa atau hal-hal lain yang dianggap penting dan terkait dengan berdirinya desa tersebut. Di Bali khususnya, nama suatu desa sangat erat kaitannya dengan sejarah Raja-raja Bali di jaman dulu yang dapat ditemukan dalam sebuah prasasti.
Berdasarkan monografi desa, tertulis sejarah Desa Kamasan diketahui dari sumber prasasti yang telah ditemukan sampai saat ini serta dari penjelasan para sesepuh atau tokoh masyarakat, latar belakang sejarah Desa Kamasan tercantum dalam Prasasti Anak Wungsu Tahun 994 Saka atau Tahun 1072 Masehi. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa kata atau nama Kamasan secara etimologi terdiri dari kata Kama yang berarti bibit dan san yang berarti indah.
Dari pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa Kamasan sebagai nama desa sekarang ini mengandung makna bahwa setiap kelahiran anak manusia di Desa Kamasan diharapkan merupakan manusia-manusia yang memiliki sumberdaya
17 yang berbobot dan disertai nilai keindahan yang tinggi. Hal tersebut memang terbukti, dimana Desa Kamasan sejak jaman dahulu menyimpan potensi yang cukup besar terutama di bidang kerajinan.
Pada mulanya para pengrajin desa ini mulai dikenal dan difungsikan oleh Raja Ida Dalem sejak kerajaan berpusat di Gelgel (1380-1651) dengan memerintahkan membuat kerajinan sebagai perlengkapan untuk upacara adat, seperti seni ukir pada logam emas atau perak yang berbentuk pinggan (bokor, dulang dll) untuk dijadikan perlengkapan barang-barang perhiasan Keraton Suweca Linggaarsa Pura Gelgel. Seiring dengan berjalannya waktu, kerajaan melihat bahwa hasil kerajinan tersebut bernilai ekonomi. Kemudian, mulai berkembanglah hasil kerajinan yang dijual untuk umum. Selain seni ukir, berkembang pula seni lukis wayang yang dijadikan sebagai hiasan di atas kain dalam bentuk bendera dan umbul-umbul, ider-ider dan parba yang menjadi pelengkap dekorasi di tempat-tempat suci (pura) atau bangunan di komplek Keraton. Desa ini mengalami masa keemasan pada saat Raja Dalem Waturenggong memerintah (1460-1550).
Banjar-banjar yang ada terutama Sangging dan Pande Mas dapat dikatakan banjar Gilda, dengan didirikannya rumah-rumah serta bengkel-bengkel dimana para warganya tinggal, bekerja dan mengabdi kepada sang Raja hingga pada akhir hayat mereka. Lukisan wayang tradisional Kamasan, tenun, seni ukir emas perak dan kuningan atau kelongsong peluru tidak hanya terkenal di daerah Bali dan wilayah Indonesia pada umumnya, bahkan juga sudah terkenal sampai di mancanegara.
Salah satu kerajinan yang sudah berusia 400 tahun masih tersimpan baik. Lukisan tersebut menjadi bukti sejarah bahwa Desa Kamasan merupakan desa yang memiliki corak lukisan khas yang lahir dari desa tersebut. Hingga saat ini masyarakat masih melestarikan kerajinan tersebut dalam dan menjualnya di art shop- art yang terdapat di Desa Kamasan maupun dengan mengikuti pameran serta membuka sanggar.
Sumber : survei lapang
Gambar 7 (a) salah satu art shop di Desa Kamasan (b) Wayang Lukis Khas Kamasan yang berusia lebih dari 400 tahun
18