• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Keteritorialan

3. Nista Kuburan Desa

Nodes Sesuai

Tabel 20 Analisis mental map Desa Kamasan Elemen Mental

Map

Keterangan Lokasi

Node Pusat kegiatan dimana pengguna

merasakan “keluar” dan “masuk” pada

tempat yang sama.

Node pura desa, pasar desa dan persimpangan jalan desa. Pura sebagai tempat berkumpul pusat aktivitas keagamaan bagi agama hindu dan jalan menjadi titik dua pertemuan jalur berbeda. Perempatan jalan desa menjadi titik kumpul upacara besar agaman hindu. Lapangan juga digunakan debagai titik kumpul upacara keagamaan. Pasar desa menjadi pusat aktivitas perdagangan antar penduduk. Jalan yang lengang dan node lain yang digunakan hanya pada saat tertentu menyebabkan legibility-nya menjadi tinggi.

36

Tabel 21 Analisis mental map Desa Kamasan Elemen Mental

Map

Keterangan Lokasi

Landmark Point of referende, biasanya

disimbolkan sebagai bangunan, tanda, took, dan bangunan yang lebih menonjol dari bangunan lain.

Pura yang merupakan identitas dari masing-masing banjar maupun desa menjadi landmark tersendiri karena tidak memiliki kesamaan satu dengan yang lain. Selain itu merupakan salah satu pusat kegiatan masyarakat yang dominan beragama hindu. Landmark tersebut memiliki legibility yang tinggi.

Path Jaringan jalan yang potensial

menunjukkan arah pergerakan bagi penggunannya di suatu tapak.

Jaringan jalan di Desa Kamasan terdiri dari jalur mayor (jalan desa / lokal) yang dapat dilalui kendaraan roda empat dan jalurnya juga jelas sehingga pergerakannya juga jelas. Jalan minor (gang) merupakan jalan yang lebih sempit karena hanya dapat dilalui kendaraan roda dua. Karena pergerakannya yang kurang jelas menyembabkan legibility-nya cukup rendah.

District Bagian kota dengan ukuran skal sedang hingga sangat besar yang memiliki banyak kesamaan.

Distrik terbagi menjadi empat, dimana banjar dinas/dusun yag dianggap memiliki karakteristik ruang yang hampir mirip satu dengan yang lainnya. Banjar dinas tersebut ialah Banjar Kacangdawa, Banjar Sangging, Banjar Pande Mas, dan Banjar Tabanan.

Edge Garis linier pada batas kawasan yang tidak dimanfaatkan sama sekali di dalam suatu kawasan.

Sempadan Sungai Yeh Unda dan Sungai Haa menjadi tepian yang jelas karena tidak tertutup oleh bangunan. Sumber : survei lapang

37

Sumber : survei lapang

Potensi Vitality Desa Kamasan

Desa Kamasan memiliki potensi vitality yang sangat luar biasa. Setelah melakukan kegiatan inventarisasi hingga analisis dapat ditemukan beberapa potensi Desa Kamasan terkait dengan perilaku keteritorialan. Desa Kamasan yang masih sangat memegang konsep Tri Hita Karana/Sanga Mandala memiliki empat nilai perilaku keteritorialan yang masih terjaga seperti yang dikemukakan oleh Lang (1987). Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat memiliki mekanisme pembatasan dan mekanisme bertahan hidup yang baik.

Selain perilaku keteritorialan, keberadaan fungsi keteritorialan (keamanan, stimulasi, identitas, pertahanan, dan personalisasi) seperti yang diungkapkan oleh Porteous (1977) juga masih dapat ditemukan di Desa Kamasan. Masyarakatnya menilai bahwa dengan perilaku keteritorialan mereka yang masih dipertahakan hingga saat ini mampu mengakomodir fungsi keteritorialan (Tabel 13) serta memberikan kemudahan kepada masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (Maslow 1954). Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh masyarakatnya di Desa Kamasan sendiri. Mulai dari kebutuhan fisik, keamanan, afiliasi, penghargaan dan pengakuan, pengaktualisasian diri hingga kebutuhan kognitif serta dan estetik.

Berdasarkan analisis sendiri dapat dilihat bahwa masyarakatnya mengharapkan untuk mempertahankan lokasi-lokasi yang memiliki nilai-nilai

(a) (b) (c)

(c) (d)

Gambar 21 Lokasi mental map Desa Kamasan (a) nodes, (b) landmark, (c) path, (d) district dan (e) edges

38

sejarah, ekonomi, estetik, spiritual maupun identitas masyarakat serta Desa Kamasan sendiri. Hasil penilaian masyarakat yang disorot ialah keberadaan para pengrajin beserta hasil produksinya yang memiliki nilai ekonomi dan sejarah. Nilai ekonomi sudah tentu didapatkan apabila berhasil menjual hasil produksi kerajinan tersebut sedangkan nilai sejarah sendiri dikarenakan Desa Kamasan sebagai desa pengrajin wayang khas yang awalnya digunakan untuk kepentingan kerajaan hingga dapat dijual. Keberadaannya yang terancam karena pengunjung yang sudah sangat jarang sehingga menurunkan tingkat pendapatan masyarakat Desa Kamasan dari sektor kerajinan. Selain itu, banyak para pengrajin yang memiliki profesi utama lain. Sehingga akan sangat disayangkan apabila potensi yang ada tersebut hilang karena keberadaannya yang terancam dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat.

Desa Kamasan yang masih memiliki tata ruang yang sesuai dengan Tri Hita Karana/Sanga Mandala juga menjadi suatu nilai tersendiri. Bali sebagai salah satu pusat pariwisata mengalami pembangunan yang cukup pesat untuk menarik wisatawan. Sudah banyak daerah-daerah lain yang mengalami pembangunan dan pemanfaatannya tidak sesuai dengan konsep Sanga Mandala. Desa Kamasan yang masih bertahan dengan dengan konsep tersebut terbukti memiliki kemampuan untuk membatasi dan mempertahankan diri dari ancaman luar, bukan berarti mengisolasi diri namun disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya. Di sini Sanga Mandala megambil peran sebagai kearifan lokal yang baik dalam mekanisme pembatasan dan pertahanan yang baik dan patut dipertahankan.

Nilai legibility yang dimiliki oleh Desa Kamasan pun tinggi. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis mental map dari desa maupun banjar dinas (dalam hal ini dapat disebut sebagai district). Pada masing-masing kategori memiliki nilai legibility yang tinggi membuktikan bahwa Desa Kamasan memiliki suatu elemen spesifik yang mudah/jelas untuk dikenali dan memiliki nilai visual yang tinggi (Lynch 1960). Keberadaan mental map erat hubungannya dengan tata ruang suatu wilayah, dalam hal ini Desa Kamasan yang masih bertahan dengan konsep Sanga Mandala tidak mengherankan apabila memiliki nilai legibility dari mental map yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan apabila tata ruangnya terjaga maka nilai legibity-nya juga akan tinggi.

Hal-hal tersebut di atas yang menjadi potensi keteritorialan dari Desa Kamasan. Perilaku keteritorialan yang sangat baik berpengaruh baik pula pada fungsi keteritorialan dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar manusiannya. Selain itu konsep sanga mandala yang masih dipegang teguh menjadi acuan yang harus selalu dipegang dalam pembagian dan penentuan tata ruang yang masih bertahan hingga saat ini. Dalam hal kerajinan, sudah tentu adanya para pengrajin dan seniman dengan galeri-galeri maupun sanggar-sanggar mereka menjadi modal besar untuk kembali menghidupkan nilai ekonomi dan historis dari Desa Kamasan.

Rekomendasi penataan ruang Desa Kamasan

Sebagai desa yang memiliki suatu identitas tersendiri, hal tersebut menjadi potensi yang sangat vital untuk dipertahankan. Namun sayang, dengan berjalannya waktu, ancaman akan bergesernya kebudayaan juga terus memburu. Hal tersebut

39 disebabkan oleh berkurangnya para wisatawan yang hadir ke Desa Kamasan. Jika hal tersebut terus terjadi, tak menutup kemungkinan bahwa kerajinan khas Desa Kamasan akan mulai dilupakan. Kesenian yang memiliki sejarah sangat kuat dengan masyarakatnya akan hilang.

Melihat potensi-potensi yang sudah dijabarkan di subbab sebelumnya, potensi-potensi tersebut dapat dikembangan menjadi sebuah konsep “wisata kerajinan”. Kegiatan wisata dilakukan dengan mengelilingi jalur wisata yang

disusun berdasarkan pertimbangan potensi-potensi yang ada seperti keberadaan para pengrajin, keberagaman display toko, serta kemudahan akses. Wisatawan dapat mengelilingi jalur wisata tak lebih dari sehari. Hal tersebut disebabkan karena luas wilayah memang terbilang kecil. Keberadaan sanggar menjadi potensi yang dikembangkan untuk wisatawan yang inggin belajar membuat suatu kerajinan. Hal tersebut juga menjadi atraksi wisata karena dapat praktek langsung (Gambar 22).

Jalur wisata melewati dua Banjar (Banjar Sangging dan Banjar Pande Mas) yang merupakan dua Banjar dengan pengrajin terbanyak. Tersedia pula pasar wisata yang menfasilitasi para pengrajin yang rumahnya tidak terlewati oleh jalur wisata. Salah satu jalur yang direkomendasikan meliputi kunjungan ke rumah keturunan pelukis asli yang mempelopori terciptanya wayang khas Desa Kamasan. Sedangkan untuk pura desa maupun sumber mata air suci tidak termasuk dalam jalur wisata karena keberadaannya yang sakral dan suci.

40 Ga mbar 22 P eta ja lu r W isata "B uda y a Ke ra ji na n " De sa K amasa n

41

Dokumen terkait