• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V.1.1. Kondisi Fisik

V.1.1.1. Lokasi, Luas dan Batas Tapak

Tapak berada di pusat kota dan merupakan bagian dari kawasan tepian Sungai Martapura dengan penggunaan lahan sekitar tapak yang merupakan kawasan perdagangan, perkantoran, sekolah dan sarana peribadatan. Kawasan tepian sungai berpotensi sebagai ruang terbuka bagi masyarakat untuk beristirahat, berolahraga dan berekreasi. Kondisi tapak yang berada pada pusat kota ini juga akan memungkinkan pengguna untuk lebih mudah dalam mengunjungi taman, sehingga dapat berguna secara efektif untuk memenuhi kebutuhan ruang rekreatif bagi masyarakat kota. Selain itu juga taman ini dapat menambah nilai estetika Kota Banjarmasin.

Pada tapak masih terdapat sisa-sisa puing dan bongkahan kayu yang mengganggu dan dapat menjadi bad view pada tapak. Untuk bagian utara tapak masih terdapat permukiman yang mengokupasi badan sungai dan juga menjadi kendala pada tapak. Gambar 16 merpakan gambar analisis fisik tapak.

V.1.1.2. Aksesibilitas dan Sirkulasi

Potensi letak tapak yang beradi di pusat kota dan tepian sungai sehingga tapak dapat diakses melalui jalur darat maupun sungai. Oleh karena itu potensi ini perlu dimanfaatkan dalam pengembangan tapak nantinya. Untuk jalur darat, tapak dapat diakses melalui jalan-jalan primer karena letaknya di pusat kota. Kondisi jalan sekitar tapak cukup baik dan memadai sehingga memudahkan pengunjung untuk mengunjungi tapak. Sedangkan untuk jalur sungai, tapak dapat diakses dengan mudah karena letaknya yang berada di tepian Sungai Martapura.

Tidak adanya entrance pada tapak yang jelas khususnya untuk jalur sungai menjadi kendala tersendiri bagi tapak. Pada jalur darat diperlukan main entrance sebagai pintu masuk utama dan berfungsi sebagai welcome area tapak nantinya selain itu secondary entrance juga diperlukan. Untuk mengakomodasi pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor pada tapak perlu dikembangkan area

parkir. Sedangkan untuk jalur sungai pada tapak perlu dikembangkan dermaga yang berfungsi sebagai pintu masuk ke dalam tapak. Dermaga ini juga berfungsi sebagai tempat naik-turun pengunjung dan tempat parkir perahu. Gambar 17 merupakan gambar analisis sirkulasi tapak.

V.1.1.3. Visibilitas dan Akustik

Pada tapak, sungai merupakan good view yang menjadi objek pandang utama bagi tapak dan dapat dimanfaatkan sebagai borrowing scenery. Selain itu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terdapat di sebelah barat tapak juga menjadi potensi view sebagai penambah nilai estetika tapak. Potensi-potensi ini dapat dimaksimalkan dengan cara antara lain tidak membatasi atau menutup pandangan/view, membingkai view dengan elemen lanskap, memberikan aksen untuk menonjolkan view

Kendala atau bad view yang ada pada tapak antara lain masih terdapat sisa-sisa puing dan bongkahan kayu yang mengganggu serta masih adanya permukiman pada tapak dan sekitar tapak. selain itu karena letak tapak yang barada bersebelahan dengan jalan berpotensi menyebabkan bising dan polusi pada tapak sehingga diperlukan penanaman vegetasi pembatas dan pereduksi. Gambar 18 merupakan gambar analisis visibilitas dan akustik tapak.

V.1.2 Kondisi Biofisik

V.1.2.1 Topografi dan Kemiringan

Dengan kondisi permukaan tapak adalah datar dengan ketinggian yang relatif sama hampir seluruh area tapak potensial untuk dikembangkan. Menurut Nurisjah (2004), umumnya lahan yang mempunyai topografi dan kemiringan lahan yang relatif datar akan memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan dan rekreatif manusia dan juga untuk peletakan sarana penunjangnya.

Secara umum, tapak memiliki kemiringan yang relatif datar untuk itu diperlukan modifikasi untuk memecah kemonotonan pada tapak. Namun di bagian selatan tapak lokasi didapatkan adanya pemasangan beton siring tanggul membuat perbedaan level ketinggian permukaan tanah dan beton yang cukup tinggi sebesar ± 100 cm-150 cm, seperti pada gambar 19. Sehingga dalam pengembangan tapak nantinya diperlukan grading yaitu dengan mengurug beberapa bagian area tapak sehingga didapat kondisi yang maksimal untuk dibangun taman tepian sungai.

Gambar 19. Ilustrasi Kendala Perbedaan Level Ketinggian Permukaan

Pada waktu pasang air sungai sebagian besar tapak berada dibawah permukaan air/terendam. Oleh karena itu pengembangan retaining wall sangat diperlukan pada tapak, selain sebagai penahan erosi tanah juga penahan air pasang agar tidak masuk merendam permukaan tapak. Dengan kondisi tersebut diperlukan juga sistem drainase yang baik. Pengembangan sistem drainase ini dapat dilakukan baik secara alami maupun buatan. Perbaikan secara alami ialah dengan penggemburan atau pencampuran bahan organik pada tanah agar tanah

± 0 m ± 1.5 m

SEMPADAN SUNGAI

SUNGAI SIRING JALAN P.TENDEAN BANGUNAN

bersifat lebih porus, sehingga memungkinkan air dapat masuk ke tanah dan tidak langsung terbuang ke sungai. Untuk sistem drainase buatan dibuat dengan menggunakan pipa-pipa yang diletakan dalam tanah yang akan mengalirkan air dari dalam tapak ke sungai dan sistem drainase kota yang ada di tepi jalan. Pengembangan sistem drainase ini sebaiknya dirancang dengan baik sehingga air yang dibuang telah melewati penjernihan (penyaringan) sehingga tidak mencemari tanah dan sungai. Gambar 20 merupakan gambar analisis topografi, kemiringan dan hidrologi tapak.

V.1.2.2 Tanah

Tanah yang tedapat pada tapak memiliki tingkat kandungan hara yang tinggi dan banyak tergantung pada bahan induknya. Namun untuk dikembangkan sebagai media tanam, tanah harus diperlakukan secara khusus terlebih dahulu dengan menambahkan bahan organik sehingga tanah menjadi lebih gembur dan porus sehingga tidak saja baik untuk tanaman tetapi juga untuk sistem drainase dan udara di dalam tanah.

Tabel 6. Analisis Sifat Fisik Tanah

Peruntukan Keterangan Deskripsi

Konstruksi / Bangunan Tanah berstruktur kokoh/keras

Tanah jenis ini baik untuk pengembangan bangunan / konstruksi

Media tanam dan tanaman Tanah berbahan organik tinggi

Kondisi tanah yang keras haruslah diberi penambahan bahan organik agar tanah lebih gembur dan porus sehingga baik untuk ditanami tanaman.

Tanah yang porus memiliki sirkulasi udara dan air yang baik, tanah juga mampu menyerap air secara maksimal sehingga dapat membantu dalam pemenuhan hara dan mineral tanaman. Akar tanaman juga dapat berfungsi sebagi pencegah erosi.

V.1.2.3. Vegetasi dan Satwa

Kondisi vegetasi yang ada pada tapak yang tidak terawat sehingga menimbulkan kesan semak belukar, khususnya pada area bekas Banjarmasin Park. Oleh karena itu perlu dilakukan rencana penanaman ulang dan pembersihan tanaman pengganggu.

Kemudian kondisi tapak yang panas membutuhkan penanaman vegetasi memperbaiki iklim mikro khususnya mereduksi radiasi sinar matahari yang masuk ke tapak (Gambar 21). Selain untuk memperbaiki iklim mikro, vegetasi yang ditanam juga harus mempertimbangkan fungsi yang ingin dicapai oleh tapak. Pemilihan vegetasi pada tapak harus didasarkan pada fungsi-fungsi arsitektural, seperti peneduh, penaung, pembatas dan estetik. Letak tapak yang berada di pinggir jalan memiliki kendala bising dan polusi debu, oleh karena itu perlu dilakukan penanaman vegetasi sebagai penjerap bising dan polusi, seperti pada gambar 22.

Gambar 21. Keefektifan Vegetasi dalam Menjerap Radiasi Sinar Matahari (Sumber: Brooks, 1988)

Penanaman vegetasi untuk membuat ruang pada tapak juga perlu diperhatikan. Seperti yang ditulis dalam Time Saver Standards for Landscape Architecture, perlu diperhatikan bahwa jenis vegetasi yang digunakan sebaiknya mendukung karakter visual tapak dan fungsi ekologis dalam konteks regional, hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vegetasi lokal dan tanaman yang digunakan sebaiknya bersifat minim perawatan atau low maintenance untuk mempermudah perawatan.

Adanya satwa burung seperti elang laut dan walet yang terbang melintas di sekitar tapak merupakan elemen akustik yang dapat menambah nilai estetik dari

(b) Pohon berdaun lebat (a) Pohon berdaun jarang (c) Pohon berdaun jarum

tapak. Hal ini nantinya juga dapat dijadikan objek pemandangan tersendiri bagi pengunjung.

Gambar 22. Pohon dan Semak sebagai Peredam Bising dan Penjerap Polusi Debu (Sumber : Harris dan Dines, 1998)

V.1.2.4. Iklim Mikro

Angin yang berasal dari koridor sungai dan jalan merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai elemen modifikasi iklim mikro pada tapak. Namun angin yang berasal dari koridor jalan juga berpotensi membawa debu dan udara polusi. Tingginya intensitas penyinaran sinar matahari di dalam tapak mempengaruhi kenyamanan terutama karena pada kondisi tapak yang terkena pancaran sinar sepanjang hari di semua wilayah tapak sehingga menjadi lebih panas (kurang nyaman). Oleh karena itu diperlukan perancangan yang matang khususnya dalam pemilihan dan pemakaian elemen lanskap yang dapat meminimalkan pancaran sinar matahari guna memberikan keteduhan dan kenyamanan bagi pengguna tapak.

Modifikasi iklim mikro tapak salah satunya dapat dilakukan dengan pemilihan dan pemakaian vegetasi yang tepat. Menurut Grey dan Deneke (1978), salah satu fungsi vegetasi ialah sebagai kontrol radiasi sinar matahari. Pohon berdaun lebat sangat efektif untuk perlindungan terhadap radiasi sinar matahari. Gambar 23 merupakan gambar analisis iklim mikro pada tapak.

Tanaman Screening/Border

Dokumen terkait