• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL INVENTARISASI

IV.1. Kondisi Umum Kota Banjarmasin 1. Kondisi Fisik

IV.1.3. Kondisi Sosial dan Budaya

IV.1.3.1. Ekonomi Sosial

Struktur perekonomian kota Banjarmasin selama tahun 2008 telah didominasi sektor perdagangan, restoran dan perhotelan mencapai 23,24% yang menggeser sektor industri pengolahan kemudian selanjutnya menyusul sektor pengangkutan dan komunikasi (21,33%), sektor industri pengolahan (18,55%) yang sampai tahun 2005 merupakan sektor tertinggi dalam pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Banjarmasin.

Tabel 3. Pertumbuhan PDRB Kota Banjarmasin 2006-2008

Sumber : BPS, Banjarmasin dalam Angka 2008

IV.1.3.2. Budaya

Banjarmasin dihuni oleh berbagai macam suku dan didominasi oleh suku Banjar yang merupakan suku asli kota ini. Selain itu juga didiami oleh para pendatang yang berasal dari daerah belakang (Hulu Sungai) dan dari luar provinsi seperti Kalimantan Tengah, Jawa, Sulawesi dan Sumatera (Soenarto et al., 1985). Secara umum budaya masyarakat Banjar tidak jauh berbeda dengan masyarakat Indonesia pada umumnya yang mempunyai garis patriliniar. Kondisi alam yang berawa-rawa dan mengandung gambut menyababkan rumah-rumah di kota ini berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu, selain itu pula rumah-rumah banyak berada di sepanjang aliran sungai karena pada mulanya sungai merupakan sara utama transportasi. Lebih dari 90% masyarakat Banjar beragama Islam dan selain itu beragama Kristen, Budha serta Hindu yang kebanyakan merupakan pendatang (Hayati, 2004).

Budaya masyarakat banjar mempunyai keterikatan erat dengan air. Hal ini dikarenakan Kota Banjarmasin yang pada mulanya berbentuk muara sungai dan sungai merupakan aksesibilitas utama pada saat itu. Keterikatan ini ditunjukan dengan banyaknya nama kampung dan ungkapan sehari0hari yang dekat dengan istilah air. Namaun pada saat ini keterikatan tersebut sudah mengalami degradasi seiring dengan perubahan orientasi hidup masyarakat yang terus bergeser ke arah darat.

No Lapangan Usaha Tahun

2006 2007 2008

1 Pertanian 0,88 0,88 0,83

2 Pertambangan dan Penggalian - - -

3 Industri Pengolahan 23,70 20,94 18,55

4 Listrik dan Air Minum 1,46 1,47 1,34

5 Bangunan dan Konstruksi 9,09 10,14 10,07 6 Perdagangan, Restoran dan Perhotelan 18,80 20,05 23,24 7 Pengankutan dan Komunikasi 22,17 22,04 21,33

IV.1.3.3. Kependudukan

Berdasarkan data tahun 2008 penduduk kota Banjarmasin 627.245 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 313.489 jiwa dan 313.756 jiwa penduduk perempuan. Pertumbuhan penduduk dalam lima tahun terakhir sebesar 6,87 % atau rata-rata pertumbuhan penduduk 1,37% pertahun. Berdasarkan wilayah kecamatan, kepadatan penduduk terbesar terdapat pada kecamatan Banjarmasin Barat yang mencapai 11.201 jiwa/km.

Tabel 4. Luas, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan

Kecamatan Luas (Km²) Jumlah Penduduk Kepadatan

(jiwa/Km²) Banjarmasin Utara 15,25 94.409 6.209 Banjarmasin Timur 11,54 118.278 10.249 Banjarmasin Tengah 11,66 114.584 9.827 Banjarmasin Barat 13,37 149.753 11.201 Banjarmasin Selatan 20,18 150.221 7.444 Total 72,00 627.245 8.712

Sumber : BPS, Banjarmasin dalam Angka 2008

Tabel 5. Jumlah Penduduk Banjarmasin menurut Jenis Kelamin

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Banjarmasin Utara 47.184 47.225 94.409 Banjarmasin Timur 59.113 59.165 118.278 Banjarmasin Tengah 57.268 57.316 114.584 Banjarmasin Barat 74.845 74.908 149.753 Banjarmasin Selatan 75.079 75.142 150.221 Total 313.489 313.756 627.245

IV.2. Kondisi Tapak IV.2.1. Kondisi Fisik

IV.2.1.1. Lokasi, Luas dan Batas Tapak

Lokasi penelitian ini berada pada daerah administratif dua kelurahan yaitu Kelurahan Gedang dan Kelurahan Seberang Masjid, Kecamatan Banjarmasin Tengah, tepatnya berada disepanjang Jalan Piere Tendean, di tepian Sungai Martapura. (Gambar 7)

Gambar 7. Lokasi Penelitian, View Mata Burung (Sumber : Dok. Dinas Sungai & Drainase Kota Banjarmasin)

Secara geografis tapak berada pada 3º18’43,83’’ LS - 3º19’13,12’’ LS dan 114º35’37,45” BT - 114º35’39,32’’ BT. Tapak ini berbatasan oleh beberapa kawasan. Batas sebelah utara adalah Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jembatan Pasar Lama, batas sebelah timur adalah Kelurahan Gedang, batas sebelah barat adalah Sungai Martapura dan Siring Sudirman dan batas sebelah selatan Jalan Vetreran dan Jembatan Merdeka.

Tapak memiliki luas sekitar 24.340 m2 dengan bentuk linier mengikuti sepanjang Jalan Piere Tendean ataupun menyusuri Sungai Martapura sepanjang ± 1,8 km dari Jembatan Merdeka sampai dengan Jembatan Pasar Lama. Kondisi tapak saat ini sebagian telah dibebaskan oleh pemerintah kota sebagian dari kawasan ini telah dibangun konstruksi siring beton yaitu sepanjang 550 m dan sebagian lagi masih digunakan sebagai rumah tinggal penduduk, toko kayu dan warung makan yang pada tahap berikutnya akan segera dilakukan pembebasan lahan. Pada area bekas permukiman yang baru dilakukan pembebasan masih terdapat puing, sisa-sisa perlengkapan rumah dan bongkahan kayu disekitarnya.

Pada tapak terdapat bangunan tua yang hingga saat ini belum dapat diketahui bangunan tersebut termasuk kedalam benda bersejarah atau benda cagar

budaya. menurut informasi yang didapat dari hasil wawancara terhadap pejabat setempat bangunan tersebut bukanlah benda bersejarah ataupun benda cagar budaya. Bangunan tersisa yang terdapat pada tapak seperti pada umumnya bangunan permukiman di pinggir sungai yang ada kawasan lain di Banjarmasin, dimana bangunan didirikan di sepanjang sempadan sungai dan mengokupasi badan sungai hingga ± 10–15 meter dari daratan/sempadan sungai. Gambar 8 merupakan kondisi tapak dilihat dari jembatan pasar lama dan jembatan merdeka.

Gambar 8. Kondisi Tapak dilihat dari (A) Jembatan Pasar Lama dan (B) Jembatan Merdeka (Sumber : Dok. Dinas Sungai & Drainase, Dok. Pribadi dan Geo Eye,

2009)

VI.2.1.2. Tata Guna Lahan Sekitar

Tapak berada pada Jalan Piere Tendean yang merupakan salah satu jalan utama penghubung Jalan Provinsi yaitu Jalan A.Yani. Kawasan sekitar Jalan Piere Tendean ini didominasi oleh permukiman dan rumah toko (ruko) atau rumah kantor (rukan). Karena letaknya yang berada dekat dengan pusat kota sebagian besar penggunaan lahan di kawasan ini adalah penggunaan campuran (mixed use), perkantoran, perdagangan, fasilitas umum seperti tempat ibadah, sekolah, kantor

A A B B B A Tanpa skala Peta Orientasi

pemadam kebakaran dan lainnya. Pola penggunaan lahan pada tapak setelah pembebasan lahan oleh pemerintah kota, sebagian besar telah menjadi lahan terbuka dan sisanya masih merupakan permukiman penduduk, pertokoan dan warung makan (Gambar 9).

Sejarah perkembangan kawasan permukiman pada sekitar tapak sangat dipengaruhi perkembangan masyarakat etnis cina yang ada pada sekitar tapak. Sehingga dahulu kawasan ini terkenal sebagai Pecinan. Seiring dengan perkembangan kota, saat ini kawasan pecinan telah bergeser dan hanya dapat ditemui di sebelah timur tapak dimana kawasan ini juga telah mengalami perubahan yang sangat pesat dari segi budaya dan arsitektur bangunan asli.

VI.2.1.3. Aksesibilitas dan Sirkulasi

Lokasi tapak yang berada pada jalan utama dan di pusat kota serta ditepian Sungai Martapura merupakan potensi dalam hal aksesibilitas. Untuk menuju ke dalam tapak dapat menggunakan dua jenis transportasi, yaitu transportasi darat dan transportasi sungai.

1. Transportasi Darat

Untuk transportasi darat dapat diakses melalui beberapa jalur jalan yaitu melalui Jalan Piere Tendean yang berada di sebelah timur tapak, melalui Jembatan Merdeka jika pengunjung yang datang berasal dari Jalan Lambung Mangkurat atau Jalan Sudirman dan melalui Jembatan Pasar Lama bagi pengunjung yang datang dari Jalan Pasar Lama maupun Jalan Perintis Kemerdekaan. Adapun jenis moda transportasi yang bisa digunakan ialah kendaraan roda dua, seperti motor, sepeda kemudian kendaraan roda empat, seperti mobil pribadi dan angkutan umum (Gambar 10). Selain itu becak juga sering melintas di sekitar tapak.

Gambar 10. Akses Jalan Menuju Tapak

2. Transportasi Sungai

Untuk transportasi melalui sungai dapat diakses dari dua arah yaitu dari utara maupun selatan Sungai Martapura. Adapun moda transportasi yang bisa digunakan adalah dengan perahu klotok (perahu motor) maupun perahu jukung (perahu dayung). Perahu-perahu ini biasa melintasi kawasan Sungai Martapura dengan berbagai kepentingan seperti berjualan, pariwisata, maupun sebagai alat trasnportasi sehari-hari bagi masyarakat Banjarmasin. Namun saat ini jumlah perahu jukung yang ada telah berkurang ini dikarenakan perahu klotok lebih dipilih oleh mayoritas masyarakat dikarenakan perahu ini lebih cepat dibanding perahu jukung (Gambar 11). Adapun harga sewa untuk tiap jenis perahu tentu berbeda, untuk jenis perahu klotok harga rata-rata yang ditawarkan pengusaha berkisar Rp 100.000,00 – Rp 200.000,00 untuk sekali jalan dengan hitungan per paket jalan mengelilingi Sungai Martapura hingga Sungai Barito. Sedangkan untuk jenis perahu jukung harga yang ditawarkan pengusaha rata-rata berkisar Rp 5000,00 – Rp 10.000,00 sekali jalan dengan jarak yang lebih dekat.

VI.2.1.4. Visibilitas dan Akustik

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapang melalui survei didapat data visual di sekitar tapak yang berpotensi sebagai good view dan bad view. Adapun view utama dari lokasi penelitian ini yang dapat dilihat dan dinikmati yaitu pemandangan Sungai Martapura. Untuk good view di dalam tapak terdapat di sebelah barat tapak yakni Sungai Martapura, Siring Sudirman dan kawasan Ruang Terbuka Hijau Masjid Sabilal Muhtadin. Selain itu pada tapak juga dapat terdengar suara kicauan burung walet yang merupakan potensi akustik (suara).

Pemandangan yang kurang baik (bad view) terdapat pada area bekas Banjarmasin Park yang terletak di tengah tapak. Di area ini sebagian besar tanamannya tumbuh tidak terawat sehingga menimbulkan kesan semak belukar. Kemudian untuk bad view sekaligus sumber bising ke tapak terdapat pada sebelah timur tapak yakni Jalan Piere Tendean yang sering dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat. Pada area ini juga terdapat zona rawan bahaya karena terjadi pertemuan jalur kendaraan. Untuk bad view lainnya ialah kawasan mixed used seperti ruko dan rukan serta area bekas pembebasan lahan yang masih tersisa puing-puing dan bongkahan kayu serta material bangunan lainnya.

VI.2.2. Kondisi Biofisik

VI.2.2.1. Topografi dan Kemiringan

Secara umum kondisi permukaan tapak adalah datar dengan ketinggian yang relatif sama, sejalan dengan itu berdasarkan data yang bersumber dari data Bappeda Kota Banjarmasin, hampir sebagian besar wilayah Kota Banjarmasin relatif datar dengan kemiringan 0% – 2 % dan wilayah daratannya berada 0,16 m di bawah permukaan laut saat pasang. Dengan kondisi topografi dan kemiringan tersebut hampir seluruh area tapak potensial untuk dikembangkan. Menurut Nurisjah (2004), umumnya lahan yang mempunyai topografi dan kemiringan lahan yang relatif datar akan memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan dan rekreatif manusia dan juga untuk peletakan sarana penunjangnya.

Topografi dan kemiringan lahan sangat mempengaruhi sirkulasi air dan sistem drainase pada tapak, karena topografi akan menentukan bagaimana aliran

air mengalir melewati tapak dan air limpasan (berlebih) dikeluarkan dari dalam tapak. Pada saat air surut air hujan yang turun mengalir ke arah sungai namun air akan tertahan apabila air sungai pasang.

VI.2.2.2. Tanah

Berdasarkan data sekunder yang telah didapat kondisi tanah secara umum di wilayah Kecamatan Banjarmain Tengah ialah aluvial yang memiliki ciri-ciri khusus yaitu kandungan bahan organiknya rendah, reaksi tanahnya masam sampai netral, struktur tanahnya pejal dan memiliki sifat struktur yang keras pada kondisi kering dan teguh pada kondisi lembab. Secara umum tanah ini memiliki kesuburan yang cukup namun karena sering terendam oleh air sungai dan hujan menyebabkan tanah ini kurang baik jika langsung digunakan sebagai media tanam.

VI.2.2.3. Vegetasi dan Satwa

Vegetasi yang ada di tapak didominasi oleh tanaman introduksi bekas pembangunan taman Banjarmasin Park antara lain, Angsana (Pterocarpus indicus), Pohon Flamboyan (Delonix regia), Palem Raja (Roystonia regia), Batavia (Jatropha pandorifolia), Dadap Merah (Erithriyna cristagalii), Ketapang (Terminilia catappa), Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan Rumput gajah mini (Axonopus compresus). Adapun vegetasi lain yang terdapat pada tapak ialah tanaman yang telah ada sebelum pembangunan Banjarmasin Park seperti, Pohon Beringin (Ficus benjamina), Pohon Mangga (Mangifera indica), Seruni Rambat (Widelia biflora) dan Alang-Alang (Imperata cylindrica) (Gambar12).

Kondisi vegetasi yang ada cukup baik namun karena tidak terawat kesan semak belukar sangat terlihat pada tapak. Hal ini dapat dilihat jelas di kawasan bekas Banjarmasin Park yang berada di tengah tapak. Padahal tanaman yang ada membutuhkan perawatan yang cukup intensif karena merupakan tanaman introduksi dari luar kawasan Kota Banjarmasin (Gambar 13).

Gambar 12. Beberapa Jenis Vegetasi pada Tapak

Pada waktu tertentu dapat dilihat burung elang terbang melintas di sekitar tapak. Burung ini terbang pada waktu pagi dan sore hari, sesekali pada waktu siang dan mereka terbang dari arah barat untuk mencari ikan di sungai. Selain burung elang, burung walet juga terlihat terbang melintas sepanjang sungai. Ketika pagi dan sore hari pada tapak dapat terdengar suara sekumpulan burung walet dan ini dapat menjadi elemen akustik yang dapat menambah nilai dari tapak. Sedangkan pada tapak hanya ditemukan serangga-serangga kecil seperti kupu-kupu dan kumbang.

VI.2.2.4. Iklim Mikro

Secara umum kondisi iklim mikro tapak terasa panas. Pada pagi hari sebagian area tapak mendapat semi naungan dari bangunan yang ada di sebelah timur tapak. Namun pada siang dan sore hari hampir semua area tapak tersinari matahari ini dikarenakan tapak terekspose matahari dan tidak adanya naungan pada tapak yang sebagian besar area terbuka. Area tapak yang mendapat naungan hanya pada area bekas Banjarmasin Park yang ternaungi oleh vegetasi.

Selain itu arah angin pada sekitar tapak dapat diklasifikasi menjadi dua bagian yaitu angin yang berasal dari koridor sungai maupun angin yang berasal dari koridor jalan. Angin yang berasal dari koridor sungai bertiup dari arah selatan menuju tapak sedangkan angin yang berasal dari koridor jalan bertiup dari arah timur menuju tapak.

IV.2.3. Kondisi Sosial dan Budaya

IV.2.3.1. Potensi Pengunjung

Berdasarkan penggunaan lahan di sekitar tapak sebagian besar adalah permukiman dan beberapa bagian yang lain merupakan kawasan perdagangan, perkantoran dan sekolah. Dengan demikian potensi pengguna tapak berasal dari masyarakat atau penduduk sekitar, anak sekolahan, karyawan kantor dan tentunya masyarakat kota.

Keberadaan tapak yang berbatasan langsung dengan Sungai Martapura merupakan potensi eksisting tapak yang secara tidak langsung dapat memberikan keuntungan bagi pengunjung untuk datang melalui dua jalur transportasi yakni jalur sungai dan darat (Gambar 14). Saat ini pengunjung yang datang hanya melalui jalur darat, ini dikarenakan belum adanya fasilitas yang mendukung pengunjung yang menggunakan moda transportasi sungai. Padahal pada waktu tertentu banyak masyarakat yang sengaja menggunakan moda transportasi sungai secara masal melewati tapak (Sungai Martapura) untuk pergi dan pulang berwisata di Kawasan wisata Pasar Terapung dan Sungai Barito. Hal ini dapat merupakan potensi tapak dapat sebagai tempat singgah selepas pengunjung pulang dari Kawasan Pasar Terapung. Jenis aktivitas yang dilakukan pengunjung pada tapak dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Kegiatan yang dilakukan Pengunjung pada Tapak

Dari kondisi eksisting pengguna tapak saat ini, dapat diambil kesimpulan dari segi aktivitas, waktu dan ruang. Masyarakat yang tergolong dewasa umumnya menggunakan ruang yang teduh atau ternaungi oleh pohon atau bangunan. Aktivitas yang dilakukan antara lain, bersantai, berkumpul bersama, beristirahat serta melihat pemandangan. Jenis aktivitas ini tergolong aktivitas rekreasi pasif. Selain itu masyarakat menggunakan ruang terbuka ini untuk melakukan rekreasi aktif seperti, memancing, berenang, mandi dan bersepeda.

Untuk pengguna anak-anak umumnya hanya berlari-lari, jalan-jalan bersama orang tua, berenang dan sebagainya. Khusus untuk pengguna anak-anak perlu diakomodasikan suatu ruang tersendiri agar lebih aman dan nyaman.

Umumnya intensitas tertinggi pengunjung datang pada sore hari, karena suhu udara disekitar tapak cukup nyaman. Pengunjung yang datang dominan berasal dari lingkungan sekitar tapak dan masyarakat Kota Banjarmasin, bahkan ada beberapa pengunjung berasal dari luar Kota Banjarmasin yang sengaja datang untuk hanya sekedar menikmati pemandangan dan suasana Sungai Martapura.

Dokumen terkait