• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH dan INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.8 Temuan dan Interpretasi Data

4.8.3 Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah

4.8.3.3 Infrastruktur

4.8.3.3.1 Kondisi Bangunan Sekolah di Kelurahan Pasar II Natal

Infrastrukstur dalam pendidikan juga mempunyai peran penting dalam menunjang suskesnya pendidikan disuatu daerah, infrastruktur tersebut antara lain adalah bangunan sekolah. Apabila infrastruktur penunjang dalam pendidikan di suatu daerah baik, maka hal itu juga akan dapat menjadi salah satu kunci suksesnya pendidikan di suatu daerah. Pada tabel berikut ini akan dipaparkan mengenai kondisi bangunan sekolah yang ada di Kelurahan Pasar II Natal.

Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden mengenai Kondisi Bangunan Sekolah di Kelurahan Pasar II Natal

Uraian Frekuensi (F) Persentase (%)

Baik 14 100 %

Sedang 0 0 %

Buruk 0 0 %

Total 14 100 %

Sumber : Data Primer (Kuesioner) 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kondisi bangunan sekolah di Kelurahan Pasar II Natal dalam kondisi baik yakni dengan persentase sebanyak 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi bangunan sekolah ataupun infrastruktur yang ada tidak menjadi faktor penyebab utama banyaknya anak putus sekolah yang ada di Kelurahan Pasar II Natal.

4.8.3.3.2. Tingkat Kepuasan terhadap Infrastruktur atau Fasilitas Sekolah

Tabel berikut ini akan menyajikan data mengenai tingkat kepuasan anak – anak putus sekolah di Kelurahan Pasar II Natal terhadap infrastruktur atau fasilitas sekolahnya ketika mereka masih bersekolah.

Tabel 19. Distribusi Jawaban Responden mengenai Tingkat Kepuasan Anak Putus Sekolah terhadap Infrastruktur atau Fasilitas Sekolahnya ketika Masih Bersekolah

Uraian Frekuensi (F) Persentase (%)

Puas 14 100 %

Tidak puas 0 0 %

Total 14 100 %

Sumber : Data Primer (Kuesioner) 2013

Data tersebut diatas menunjukkan bahwa anak-anak putus sekolah di masyarakat nelayan Kelurahan Pasar II Natal tidak merasa ada kendala mengenai infrastruktur ataupun fasilitas di sekolahnya dulu ketika mereka masih bersekolah, mereka semua menjawab puas dengan infrastruktur dan fasilitas yang ada di sekolah mereka dulu. Kemudian menyangkut juga dengan infrastruktur dan fasilitas sekolah berikut ini juga akan dipaparkan mengenai memadai atau tidaknya ketersediaan jumlah guru yang ada di sekolah mereka dulu sewaktu mereka bersekolah. Dalam tabel 20 berikut ini akan dipaparkan mengenai hal tersebut.

Tabel 20. Distribusi Jawaban Responden tentang Memadai atau Tidaknya Ketersediaan Jumlah Tenaga Pengajar di Sekolah

Uraian Frekuensi (F) Persentase (%)

Memadai 14 100 %

Tidak memadai 0 0 %

Total 14 100 %

Sumber : Data Primer (Kuesioner) 2013

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa faktor jumlah tenaga pengajar di sekolah tidak termasuk menjadi penyebab banyaknya anak putus sekolah yang ada di masyarakat nelayan Kelurahan Pasar II Natal, karena dari segi jumlah tenaga pengajar yang ada disekolah semuanya sudah memadai.

BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN

1. Anak – anak putus sekolah yang ada di lingkungan masyarakat nelayan Kelurahan Pasar II Natal mulai putus sekolah pada tingkatan Sekolah Dasar (SD) dan pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan persentase nya berbanding sama yaitu putus sekolah pada tingkat SD (50%) dan putus sekolah pada tingkat SMP (50%).

2. Faktor penyebab utama anak putus sekolah di lingkungan masyarakat nelayan Kelurahan Pasar II Natal adalah disebabkan oleh keinginan mereka sendiri untuk berhenti sekolah yang juga dipicu oleh pengaruh lingkungan sekitar tempat tinggalnya, yakni dengan persentase sebanyak 57,14 %.

3. Tidak ada satu orang tua pun dari seluruh orang tua anak putus sekolah yang menyetujui anaknya untuk berhenti sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor dari orang tua sebagai penyebab anak menjadi putus sekolah.

4. Didalam setiap keluarga dari masing-masing anak putus sekolah terdapat paham atau ajaran tentang arti pentingnya pendidikan dalam kehidupan, tetapi hal tersebut tidak berpengaruh terhadap anak – anak yang putus sekolah di masyarakat nelayan Pasar II Natal, terbukti dengan banyaknya anak yang memilih untuk berhenti sekolah.

5. Didalam setiap keluarga anak putus sekolah di Kelurahan Pasar II Natal, rata – rata ada satu atau lebih anggota keluarga atau saudaranya baik itu kakak maupun adiknya yang juga mengalami putus sekolah, persentasenya ada sebanyak 50 %.

6. Sebanyak 92,85 % dari anak putus sekolah merasa minder atau terasing ketika bergaul dengan teman sebayanya yang masih bersekolah, hal ini menunjukkan adanya penyesalan dalam diri mereka ketika mereka sudah memilih untuk berhenti sekolah.

7. Faktor ketidakmampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya tidak menjadi salah satu penyebab utama anak putus sekolah di masyarakat nelayan Kelurahan Pasar II Natal, hanya sebanyak 35,71 % yang menyatakan orang tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolahnya.

8. Dorongan atau desakan orang tua untuk bekerja mencari nafkah juga tidak termasuk dalam faktor terbesar penyebab banyaknya anak putus sekolah yang ada di Kelurahan Pasar II Natal, dimana persentasenya hanya sekitar 35,71 % yang orang tuanya meminta mereka untuk membantu bekerja mencari nafkah untuk keluarga.

9. Penghasilan orang tua dari anak putus sekolah di lingkungan msyarakat nelayan Kelurahan Pasar II Natal berada pada kisaran Rp 1.600.000 – Rp 2.000.000 yang menunjukkan bahwa tingkat perekonomian orang tua anak putus sekolah ini tidak dalam taraf yang rendah.

10. Kondisi infrastruktur atau bangunan sekolah serta fasilitas sekolah di Kelurahan Pasar II Natal dalam keadaan baik, dari segi jumlah tenaga pengajarnya pun juga sudah memadai dengan persentase sebanyak 100 % yang menyatakan kondisinya baik dan memadai.

11. Faktor utama penyebab anak putus sekolah di lingkungan masyarakat nelayan di Kelurahan Pasar II Natal adalah disebabkan karena keinginan mereka sendiri untuk berhenti sekolah karena ingin menghasilkan uang sendiri dengan persentasenya sebanyak

57,14 %, kemudian diikuti oleh faktor ekonomi dengan persentase sebanyak 35,71 % dan faktor lainnya seperti diberhentikan oleh pihak sekolah yang mendapat persentase sebanyak 7,14 %. Faktor pendukung lainnya yakni juga didukung oleh rendahnya tingkat pendidikan para orang tua yang rata-rata hanya tamatan SD dan SMP.

5.2. SARAN

1. Diharapkan kepada pemerintah daerah dan tokoh masyarakat setempat hendaklah selalu mengupayakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama, karena dengan pengetahuan yang cukup maka pembinaan dan kesadaran masyarakat dalam berbagai hal akan dapat teratasi.

2. Dalam kaitannya dengan pendidikan anak, diharapkan kepada orang tua, tokoh masyarakat, dan tokoh agama serta pendidik untuk selalu memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap perkembangan pendidikan anak. Upaya diatas diharapkan agar tidak putus asa untuk selalu diberikan, hal ini demi terwujudnya kepribadian anak yang baik sehingga suatu saat tidak aka nada lagi dijumpai anak – anak yang putus sekolahnya ditengah jalan.

3. Diharapkan kepada pendidik yang mengajar dan kepada lembaga pendidikan hendaknya tidak bosan – bosannya menerapkan disiplin dalam berbagai hal supaya anak – anak terbiasa melakukan hal – hal yang baik, serta melakukan inovasi dalam kegiatan belajar mengajar agar anak – anak tetap rajin dan tidak bosan dan malas untuk datang ke sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, E.2000. Menyelamatkan Generasi Nelayan.Suara Karya Online.

Anonimous. 2009. Kondisi Nelayan di Sumut (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI))

Sumut

Arifin, H.M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Boediono, dkk. 1999. Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Pendidikan Dasar. Ringkasan

Eksekutif Hasil Studi (Volume 1). Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Danandjaja. 2005. Metode Penelitian Sosial. USU Press : Medan

Ekosusilo Madyo, Kasihadi RB. 1993. Dasar – Dasar Pendidikan. Semarang: Effhar Publishing.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor : Ghalia Indonesia;IKAPI.

Kalyanamitra. 2005. Kuingin Anak Nelayan Pintar. Kompas Cyber Media.

2012.

Media.

Latif, Abdul. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Refika Aditama.

Mansyur, M.Khalil.Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa.Surabaya: Usaha Nasional Indonesia.

Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian.Jakarta: LP3S.

Narbuko & Acmadi. 2004. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara : Jakarta

Nasution, S. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Pangemanan, A.P. 2002. Sumber Daya Manusia (SDM) Masyarakat

Nelayan.http://tumoutou.net/702_05123/group_a_123.htm

April 2012.

. Diakses pada tanggal 26

Ritzer, George. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prenada Media.

Suhana. 2006. Krisis Sumber Daya Manusia Nelayan (Memperingati Hari Pendidikan Nasional.

2 Mei 2006).http://ocean.iuplog.com. Diakses pada tanggal 26 April 2012.

Sulistyowati, L. 2003. Analisis Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber

Daya Alam Gugus Kepulauan.http://tumoutou.net/702_07134/venda_i_pical.htm.

Diakses pada tanggal 26 April 2012.

Jakarta : Prenada Media.

Syani, Abdul. 2007. Sosiologi Skematika, Teori Dan Terapan. Bandung : PT. Bumi Aksara.

Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta : Bumi Aksara.

Sumber Lain :

April 2012 pukul 00.15 WIB.

tanggal 27 april 2012 pukul 00.05 WIB.

April 2012 pukul 23.45 WIB.

WIB. 2012 pukul 21.50 WIB.

DOKUMENTASI LAPANGAN

Gambar 1. Pemukiman masyarakat nelayan di Kelurahan Pasar II Natal

DOKUMENTASI LAPANGAN

Gambar 3. Wawancara dengan Lurah Pasar II Natal, Bapak Amrin.

DOKUMENTASI LAPANGAN

Gambar 5. Tempat penjemuran ikan di lingkungan masyarakat nelayan Pasar II Natal.

DOKUMENTASI LAPANGAN

Dokumen terkait