• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Geografis dan Administratif

Secara geografis DAS Kali Bekasi bagian hulu berada di antara 106°49’0” BT sampai 107°07’00” BT dan 06°26’00” LS sampai 06°41’00” LS dan terletak pada kisaran ketinggian 50 sampai 1.662 mdpl. Luas DAS Kali Bekasi bagian hulu adalah 26.912,17 ha dengan batas-batas : di sebelah utara adalah DAS Kali Bekasi bagian tengah, di sebelah timur adalah DAS Citarum, dan di sebelah selatan dan barat adalah DAS Ciliwung.

Wilayah yang termasuk ke dalam DAS Kali Bekasi bagian hulu secara administratif terdiri dari enam kecamatan yaitu Babakan Madang, Citeureup, Jonggol, Kelapa Nunggal, Sukamakmur, dan Sukaraja (Tabel 4 dan Gambar 2).

Tabel 4 Luas kecamatan di wilayah penelitian

Kecamatan Luas (ha)

Babakan madang 6.886,61

Citeureup 4.170,24

Jonggol 4.515,11

Kecamatan Luas (ha)

Sukamakmur 3.711,38

Sukaraja 934,97

Gambar 2 Lokasi administratif wilayah penelitian

Karakteristik Fisik Wilayah Penelitian Kemiringan Lereng

Peta kemiringan lereng dibuat dari peta kontur dengan interval 12,5 meter yang diperoleh dari data SRTM 30 meter. Kelas kemiringan lereng dibagi menjadi 5 kelas, yaitu lebih kecil dari 8% (datar), 8% - 15% (landai), 15% - 30% (agak curam), 30% - 45% (curam), dan lebih besar dari 45% (sangat curam). Peta kemiringan lereng di wilayah penelitian disajikan pada Gambar 3, dan sebaran luas kemiringan lereng pada wilayah penelitian ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran luas kemiringan lereng di wilayah penelitian

Kemiringan Lereng Luas

Ha % <8% (Datar) 12.192,03 45,30 8-15% (Landai) 2.212,88 8,22 15-30% (Agak Curam) 6.576,32 24,44 30-45% (Curam) 1.597,69 5,94 >45% (Sangat Curam) 4.333,26 16,10 Total 26.912,17 100,00

Berdasarkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa kemiringan lereng < 8% memiliki luasan yang tertinggi yaitu sebesar 45,30% dari luas total wilayah penelitian, sedangkan kemiringan lereng 30-45% memiliki luasan yang terendah yaitu 5,94% dari luas total wilayah penelitian.

Gambar 3 Peta kemiringan lereng di wilayah penelitian

Curah Hujan

Data curah hujan yang dibuat diperoleh dari data curah hujan tahunan BPDAS Citarum-Ciliwung. Secara umum, keadaan iklim di wilayah penelitian relatif sama dengan keadaan iklim Kabupaten Bogor. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di DAS Kali Bekasi bagian hulu termasuk iklim tipe A (sangat basah) di bagian Selatan dan tipe B (basah) di bagian Utara. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.800 - 2.400 mm, dimana curah hujan tinggi terjadi pada wilayah yang memiliki bentuklahan pegunungan, yaitu di Kecamatan Citeureup, Babakan Madang, dan Sukamakmur. Peta sebaran curah hujan wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Peta sebaran curah hujan di wilayah penelitian

Geologi

Informasi geologi wilayah penelitian diambil dari Peta Geologi Lembar Bogor skala 1:100.000 yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Secara umum jenis batuan di DAS Kali Bekasi bagian hulu dibagi menjadi 6 (enam) kategori, yaitu Claystone, Konglomerat, Lava dan Breksi Vulkanik, Limestone, Piroklastik, dan Sandstone (Gambar 5 dan Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran luas geologi di wilayah penelitian

Geologi Luas

Ha %

Claystone 10.950,39 40,69

Konglomerat 394,09 1,46

Lava dan Breksi Vulkanik 5.378,82 19,99

Limestone 9.938,96 36,93

Piroklastik 85,34 0,32

Sandstone 164,61 0,61

Gambar 5 Peta sebaran geologi di wilayah penelitian

Berdasarkan pengklasifikasian batuan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, terdapat 4 jenis batuan utama yaitu batuan vulkanik, batuan sedimen, batuan endapan, dan terobosan. Batuan vulkanik terdiri atas satuan batuan Qvk; batuan sedimen terdiri atas satuan batuan Mdm, Mk, Tmj, Tmk, Tmp, dan Tms; satuan batuan endapan terdiri dari Qa, Qav, dan Qoa; dan satuan batuan terobosan terdiri dari satuan batuan a.

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa luas satuan batuan yang paling dominan adalah batuan batu liat (claystone) dan batuan batu kapur (limestone) yaitu sebesar 10.950,39 hektar atau 40,69% dari luas total wilayah penelitian, sedangkan batuan yang paling sedikit adalah batuan Piroklastik dan Sandstone yaitu hanya 85,34 ha dan 165,61 ha atau 0,32% dan 0,61% dari luas total wilayah penelitian.

Bentuklahan

Dari hasil interpretasi dan pekerjaan lapang, bentuklahan daerah penelitian dapat dipilih menjadi 6 jenis asal proses geomorfik, yaitu denudasional, fluvial, karst, plutonik, vulkanik, dan vulkanik denudasional (Tabel 7 dan Gambar 6) Tabel 7 Sebaran luas bentuklahan di DAS Kali Bekasi bagian hulu

Bentuklahan Luas

ha %

Denudasional 11.102,29 41,81

Bentuklahan Luas ha % Karst 5.854,05 22,05 Plutonik 152,05 0,57 Vulkanik 339,95 1,28 Vulkanik denudasional 7.942,53 29,91 Total 26.912,17 100,00

Proses pembentukan lahan yang terjadi di daerah penelitian dapat dijelaskan melalui proses awal dan proses lanjutan. Proses awal terjadi secara

endogenetic (diastrophysme dan volcanisme) dan proses lanjutan terjadi secara

exogenetic (degradation dan aggradation). Proses endogenetik yang terdapat di daerah penelitian adalah berupa proses tektonik lipatan dan gejala vulkanisme.

Berdasarkan data pengamatan lapang, bentuklahan yang dihasilkan oleh proses exogenetic adalah jalur sungai, tebing sungai, lembah, dan teras-teras sungai. Tenaga yang berperan pada proses tersebut adalah air yang mengalir melalui proses erosi dan deposisi. Proses aggradasi terjadi pada daerah-daerah lembah yang dijumpai di daerah lipatan yakni berupa dataran deposisional (alluvial).

Gambar 7 Landform pegunungan di daerah penelitian

Gambar 8 Landform perbukitan di daerah penelitian

Penutupan Lahan

Berdasarkan hasil analisis citra satelit Google Earth tahun 2011 dan peta RBI dari BIG (Badan Informasi Geospasial) di wilayah penelitian, diperoleh 6 kelas penutupan lahan, yaitu hutan dan perkebunan, permukiman, pertambangan, tegalan dan sawah, semak, dan perairan. Peta penutupan lahan di wilayah DAS Kali Bekasi bagian hulu disajikan pada Gambar 9.

Berdasarkan data penutupan lahan yang didapatkan, terlihat bahwa penutupan lahan terluas adalah tegalan dan sawah yaitu sebesar 47,36%, kemudian diikuti hutan dan perkebundan sebesar 27,92%, dan permukiman sebesar 11,12% dari luas total daerah penelitian. Sebaran luas penutupan lahan do wilayah penelitian disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran luas penutupan lahan di DAS Kali Bekasi bagian hulu

Land Cover Luas

Ha %

Hutan dan Perkebunan 7.514,86 27,92

Permukiman 2.991,98 11,12

Tegalan dan Sawah 12.745,40 47,36

Semak 2.682,60 9,97

Perairan 4,91 0,02

Grand Total 26.912,17 100,00

Gambar 9 Peta sebaran penutupan lahan di wilayah penetlitian

Gangguan Lereng

Parameter gangguan (pemotongan) lereng pada penelitian ini dilihat dari seberapa besar tingkat pemotongan lereng yang terjadi pada wilayah penelitian ini. Peta gangguan lereng ini didapatkan dengan membuat rata-rata pemotongan lereng di tiap satuan lahan (land unit) kemudian dikalikan dengan jumlah kejadian gangguan lereng yang terjadi di lapangan dalam satuan lahan yang sama. Apabila tingkat pemotongan lereng besar, maka semakin berpotensi menghasilkan bencana longsor di daerah tersebut. Peta gangguan lereng dibagi menjadi 3 kelas, yaitu ringan (pemotongan lereng 20 – 137m), sedang (138 – 255m), dan tinggi ( > 256m).

Berdasarkan peta gangguan lereng dan data yang didapatkan, dapat dilihat bahwa gangguan lereng ringan tampak dominan di wilayah penelitian, yaitu sebesar 55,76% dari luas total daerah penelitian, sedangkan gangguan yang berat hanya sebesar 8,22%. Peta dan sebaran luasan gangguan lereng pada wilayah penelitian disajikan pada Gambar 10 dan Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran luas gangguan lereng di DAS Kali Bekasi bagian hulu

Gangguan Lereng Luas

ha %

Ringan 15.006,70 55,76

Sedang 9.694,35 36,02

Berat 2.211,19 8,22

Grand Total 26.912,17 100

Gambar 10 Peta gangguan lereng di wilayah penelitian

Dokumen terkait