• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian .1. Kondisi geografis

4.1.3. Kondisi Demografi

Daerah Letak di atas permukaan Laut

Medan 0-14 m Binjai 28m Tebing Tinggi 26-34 m Pematang Siantar 400m Tanjung Balai 0-4 m Sibolga 0-100 m Padang Sidempuan - Deli Serdang 0-1500 m Langkat 0-1200 m Simalungun 20 0-1500 m Karo 140-1400 m Dairi 400-1700 m Asahan 0-1500 m Labuhan Batu 0-1300 m Toba Samosir 0-1300 m Tapanuli Utara 300-800 m Tapanuli Tengah 0-1266 m Mandailing Natal 0-500 m Tapanuli Selatan 0-1915 m Nias 0-800 m

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar atau aset pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku pembangunan. Sementara itu jumlah penduduk yang besar bukan jaminan keberhasilan suatu pembangunan. Peningkatan jumlah penduduk yang besar tanpa adanya peningkatan kesejahteraan justru bisa menjadi bencana, yang pada gilirannya dapat menimbulkan gangguan terhadap program- program pembangunan yang sedang dilaksanakan. Selain itu juga akan dapat pula menimbulkan berbagai kesulitan bagi generasi yang akan datang.

Sumatera Utara yang didiami penduduk dari berbagai suku, seperti : Batak, Melayu, Nias, Minangkabau, dan Jawa ini merupakan propinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk tahun 2006, penduduk Sumatera Utara berjumlah 12.643.494 jiwa dan tahun 2007 sebanyak 12.834.400 jiwa.

Tabel 4.3

Perkembangan Jumlah Penduduk dan

Angka Beban Tanggungungan Hidup Sumatera Utara Tahun 1988 - 2007

Tahun Jumlah Angka beban tanggungan hidup (%) 1988 10.115.860 86.38 1989 10.330.091 84.77 1990 10.252.311 82.05 1991 10.322.091 84.74 1992 10.685.200 77.76 1993 10.813.400 75.60 1994 10.981.100 73.33

1995 11.145.300 71.17 1996 11.306.300 65.56 1997 10.685.200 64.80 1998 11.754.100 62.24 1999 11.955.400 60.44 2000 11.476.272 60.44 2001 11.722.397 63.48 2002 11.847.075 62.10 2003 11.890.390 64.68 2004 12.123.360 59.81 2005 12.326.678 58.77 2006 12.643.494 54.28 2007 12.834.400 56.37

Sumber : Sumatera Utara Dalam angka 1988 - 2007, BPS Sumatera Utara (diolah)

Hasil Sensus Penduduk tahun 1988, struktur umur penduduk Sumatera Utara tergolong ”muda” dengan proporsi penduduk usia muda (di bawah 15 tahun) masih sekitar 79, 89 persen dan proposi penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) tercatat 6,49 persen. Proporsi penduduk usia muda terus turun sehingga pada tahun 2006 hanya sekitar 48.51 persen (4.146.445 jiwa) yang kemudian mengalami sedikit kenaikan tahun 2007 menjadi 50.29 persen ( 4.128.300 jiwa) . Sedangkan Penduduk usia produktif (15-64 tahun) mengalami pergeseran proposinya dari sekitar 53,65 persen (5.427.455 jiwa) pada tahun 1988, dan di tahun 2006 menjadi 63,70 persen (8.053.975 jiwa), dan naik lagi di tahun 2007 menjadi 63,94 persen (8.207.400 jiwa). Dan proporsi penduduk usia lanjut pada tahun 1988 adalah 6,49 persen (352.301 jiwa) dan tahun 2006 mencapai 4,59 persen (493.074 jiwa), pada tahun 2007 naik mencapai 6,07 persen (498.700 jiwa), angka tersebut masih jauh dibawah 10 persen yang merupakan ciri penduduk “tua” sebagai mana yang terjadi pada negara –negara maju. Sebagai konsekuensi meningkatnya penduduk usia muda (0-14 tahun) dan usia

lanjut (≥65 tahun) mengakibatkan proposi penduduk usia produktif (15 -64 tahun) mengalami penurunan. Dengan demikian beban tanggungan penduduk usia produktif (15-64 tahun) terhadap penduduk usia tidak produktif (0-4 tahun dan 65+ tahun) meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan angka Dependency Ratio atau Angka Beban Ketergantungan , yaitu 86,38 persen pada tahun 1988, dan menurun menjadi 54,29 persen di tahun 2006, tetapi tahun 2007 naik menjadi 56,37 persen.

Dari data yang ada dapat dilihat perkembangan kondisi penduduk Sumatera Utara. Pada tahun 1988 angka beban tanggungan masyarakat sangat tinggi yaitu 86,38 persen, angka ini memiliki arti dari 100 orang peduduk yang produktif harus menanggung atau membiayai sekitar 86 orang penduduk yang tidak produktif. Tingginya angka ini menjadikan pendapatan yang didapat oleh masyarakat produktif belum dapat dinikmati secara maksimal untuk konsumsi dan tabungan. Dan dengan angka tingkat beban tanggungan hidup penduduk yang tinggi kegiatan ekonomi akan stagnan. Pendapatan yang seharusnya dapat meningkatkan konsumsi dan daya beli masyarakat menjadi berkurang. Dan pendapatan yang semestinya dapat disisihkan untuk tabungan guna pembiayaan investasi juga menurun. Mereka harus membagi pendapatan itu pada penduduk usia non produktif. Untuk itu pemerintah sebagai pihak yang memiliki wewenang untuk mengatur dan membuat kebijakan berupaya mengatasi hal ini. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan wujud nyata kebijakan itu. Dengan program KB ini maka tingkat kelahiran anak dapat di tekan. Karena anak merupakan penyumbang terbesar dalam angka beban tanggungan hidup penduduk. Dan dari upaya ini penurunan angka beban tanggungan hidup pun mulai

dapat dilihat. Pada tahun 1989 angka ini berkurang menjadi 84,76 persen atau berkurang sebesar 1,62 persen. Dalam kurun waktu 20 tahun yaitu pada tahun 2007 angka beban tanggungan hidup penduduk Sumatera Utara menjadi 56,37 persen atau turun sebesar 30,01 persen. Dan dari penurunan ini kita dapat melihat laju rata - rata penurunan angka beban tanggungan hidup tersebut sebesar 1,5 persen per tahunnya.

Dan apabila kita melihat penduduk Sumatera Utara pada tahun 2007 dari segi jenis kelamin, proporsi penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah laki – laki. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 6.452,5 ribu jiwa sedangka laki – laki berjumlah 6.381,9 ribu jiwa. Dan dari jumlah tersebut terdapat selisih 70.600 jiwa antara penduduk perempuan dan laki – laki .

Pada tahun 2007 terdapat sebanyak 3.541.900 jiwa orang yang berusia produktif (usia 15 – 64 tahun) yang berjenis kelamin laki – laki dan sebanyak 3.615.200 jiwa penduduk usia produktif perempuan. Dan dari angka ini kita mengetahui bahwa angkatan kerja akan lebih banyak dari penduduk perempuan.

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Sumatera Utara Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Rasio Kelamin

Tahun 2007 Golongan Umur Laki-laki (000 jiwa) Perempuan (000 jiwa) Laki-laki + Perempuan (000 jiwa) Rasio Jenis Kelamin/ Sex Ratio

0-4 699,9 674,4 1374,3 103,78 0-5. 681,4 663,5 1344,9 102,7 10-14. 713,6 695,5 1409,1 102,6 15-19 706,6 682,6 1389,2 103,52 20-24 655,1 637,5 1292,6 102,76 25-29 554,3 566,5 1120,8 97,85 30-34 454 492,3 946,3 92,22 35-39 405,1 439,4 844,5 92,19 40-44 373 394,4 767,4 94,57 50-54 267,7 266,3 534 100,53 60-64 126,1 136,2 262,3 92,58 65+ 224,3 274,4 498,7 81,74 total 6381,9 6452,5 12834,4 100

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2008, BPS (diolah)

Piramida Penduduk

Grafik proporsi penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur dan jenis kelamin seperti di bawah mengandung informasi setidak-tidaknya 3 aspek, yaitu:

1. Aspek demografi, yaitu menggambarkan trend fertilitas dengan memperhatikan penduduk usia 0–4 tahun.

2. Aspek Sosial, yaitu dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan dengan memperhatikan angka harapan hidup pada penduduk usia 65+.

3. Aspek ekonomi, dengan memperhatikan dependency ratio (beban ketergantungan penduduk belum dan tidak berusia produktif (0–14 tahun dan 65+) terhadap penduduk usia produktif (15-64 tahun).

Sumber : Sumatera Utara dalam Angka 2008, BPS (diolah) Penjelasan:

1. Grafik penduduk usia 0-4 tahun, sebagai dasar analisis yaitu angka fertilitas. Perlu diperhatikan bahwa populasi sebanyak itu segera memasuki usia sekolah, sehingga harus mempersiapkan sarana pendidikan.

Penduduk Sumatera Utara pada tahun 2007 memiliki 1.374,3 ribu jiwa penduduk yang akan memasuki usia sekolah. Tingginya angka fertilitas menunjukan semakin majunya fasilitas kesehatan dan tenaga medis pada masyarakat Sumatera Utara.

2. Penduduk usia 10 - 14 tahun, segera memasuki usia kerja yaitu 15-19 tahun, sehingga lapangan kerja harus dipersiapkan. Sementara itu, penduduk usia 60-64 segera memasuki usia 65+ (usia lansia/non produktif). Sehingga kesempatan kerja yang harus dipersiapkan adalah sebanyak selisih antara penduduk usia 10-14 tahun dengan 60-64 tahun. Jika lapangan kerja tidak terpenuhi, akan muncul masalah sosial.

Masih banyak informasi yang dapat digali dari gambaran Piramida penduduk tersebut. Dengan demikian, informasi melalui piramida penduduk dapat dipakai untuk masukan utama pada perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan bidang kependudukan.

Dokumen terkait