• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.2 Intepretasi Data

4.2.3. Kondisi Kesejahteraan Ketika Bertani Padi

4.2.2.1 Kondisi Ekonomi keluarga ketika bertani padi

Kondisi ekonomi dalam hal ini menyangkut pendapatan serta kepemilikan harta benda serta terpenuhinya kebutuhan sandang pangan pangan dan papan Ketika masih bertani padi para petani di kelurahan Ujung Padang biasanya hanya bisa panen sebanyak dua kali dalam setahun. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap keluarga petani padi yang melakukan peralihan dari bertani padi ke kelapa

sawit didapati bahwa ketika bertani padi, petani pada umumnya mereka memiliki pendapatan rata-rata sekitar Rp. 600.000 / bulan seperti yang dikatakan Pak Subadi :

“Dulu bapak waktu musim panen besar kalau tidak ada kena hama padinya ya hasilnya lumayan, tapi karena mengerjakannya bersama sama ya hasilnya harus dibagi-bagi buat bayar upah panen biaya perawatan dan pendapan bersih kalau di bagi perbulannya ya sekitar Rp. 500.000 sampai Rp. 600.000 soalnya kan panennya Cuma dua kali setahun dan luas sawahnya Cuma 0,8 Ha, tapi itu pun susah kerjanya apalagi kalau banjir atau kena hama. Dengan pendapatan segitu ya pande pandelah, kalo dibilang cukup cukup untuk kebutuhan rumah tangga tapi untungnya kan anak-anak juga masih kecil waktu itu jadi ga terlalui terasa kali , tapi kalo sekarang dengan uang segitu ya bapak rasa ya udah ga bisa lagilah ”

(Sumber : Hasil Wawancara 3 Januari 2015)

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh bapak Suyanto Ginting dimana beliau mengatakan bahwa :

“Pendapatan saya saat bertani padi sekitar Rp. 550.000 sampai Rp.600.000 lah kurang lebih.Jujur dengan uang segitu harus dicukup-cukupkan untuk biaya rumah tangga. Jadi untuk nambah –nambah Ya waktu itu juga sambil nanam padi sampingannya ya ada juga tpi ya ga tentu, misalnya ada yang mau cari lembu atau kereta kita bisa bantu nanti kita dapat persenaan dari situ. Itulah buat tambah-tambah. Alhamdulilah sampe sekarang juga masih” (Sumber : Hasil Wawancara 4 Januari 2015)

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh bapak Mispan dimana beliau mengatakan bahwa :

“Pendapatan bapak paling sekitar Rp. 500.000 sampai Rp. 600.000 lah kurang lebih. Mau gimana lagi coba,Bapak dulu juga gak berpendidikan tinggi. Tapi Alhamdulillah dengan pendapatan segitu waktu itu ya kita cukup-cukupkan lah. Jadi kalau untuk nabungpun waktu itu agak susah karna cuman cukup buat makan sehari-hari aja.

(Sumber hasil Wawancara tanggal 4 Januari 2015)

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh bapak Kusmin dimana beliau mengatakan bahwa :

“waktu masih nanam padi kalau sebulan itu bisa dapat Rp. 500.000 sampai Rp. 750.000. biasanya itu normalnya kalau hasil panennya lancar ya segitu. Dari pendapatan itulah digunakan untuk keperluan sehari hari. Buat makan

dan biaya yang lain. Untunglah waktu itu dengan uang segitu kita sudah bisa hidup.Alhamdulilahnya ya sikit sikit kita sisihkanlah uangnya buat disimpan. (Sumber hasil wawancara tanggal 3 januari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak M.Salimi dimana beliau mengatakan bahwa :

“waktu masih bertani padi dulusebenarnya relative juga namanya orang bertani ga ad yang pasti pendapatanya tapi kalu di hitung hitung waktu itu kalo sebulan bisa dapat Rp. 400.000-Rp. 500.000. itu untuk keperluan sehari-hari saja. Kalau untuk nabung waktu itu belum ada.

(Sumber hasil wawancara tanggal 3 januari 2015)

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh bapak Sulaiman dimana beliau mengatakan bahwa :

“waktu masih bertani padi dulu pendapatan perbulanya sekitar Rp. 500.000 - Rp. 650.000 sebenarnya ya tergantung hasil panen juga cuman kalau ditaksir-taksir sekitar segitulah. Pendapatan ya dibuat untuk kebutuhan sehari hari.Belum-belum kalau waktu itu belum ada tabungan.

(Sumber hasil wawancara 5 Januari 2015)

Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa pendapatan yang diperoleh dari hasil bertani padi sebenarnya hanya cukup memenuhi untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk memenuhi kebutuhan lain biasanya petani mencari pemasukan lain walaupun pemasukan tersebut tidaklah tetap seperti yang dilakukan oleh pak Suyanto Ginting meskipun tidak semua petani melakukan hal yang sama . Apa yang dilakukan oleh pak suyanto ginting bisa dikatan sebagai sebuah inovasi Inovasi yang terjadi di dalam masyarakat khususnya masyarakat pedesaan yang sebagian besar dari mereka bermatapencaharian sebagai petani bertujuan untuk mendapat sesuatu yang lebih dari apa yang mereka dapatkan sebelumnya baik itu secara sosial dan ekonomi ke arah kesejahteraan yang lebih baik.Dari wawancara diatas juga dapat dilihat bahwa dari sekian informan hanya sebagian kecil saja informan yang juga sebagai petani yang melakukan peralihan yang menabung ketika masih bertani padi sebagian besar lainya tidak mempunyai tabungan ketika masih bertani padi.

Selain itu dapat kita ketahui masyarakat kelurahan ujung padang menganggap bahwasanya lahan pertanian merupakan tempat pemenuhan hidup mereka. Jadi besar kecilnya yang dihasilkan oleh lahan mereka segitulah hasil yang mereka terima setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan hidup anak dan istri mereka. Mereka selalu berharap bahwasanya harga jual dari hasil lahan pertanian padi mereka harus selalu lebih tinggi ketika membeli alat dan bahan untuk bertani. Bagi mereka tanah merupakan tempat satu-satunya mereka bekerja yang lainnya hanya sampingan. Mereka beranggapan bahwasanya kalaulah mereka tidak punya tanah berarti mereka tidak bisa hidup. Selain itu mereka juga telah diajarkan oleh generasi sebelumnya bahwasanya, tanah merupakan sesuatu yang bisa digarap dan menghasilkan sebuah keuntungan yang bisa dijual apabila mencapai musim panennya.

Kondisi rumah yang dimiliki ketika bertani padi juga berbeda dengan kondisi rumah sekarang. Seperti yang dikatakan juga oleh pak Suyanto Ginting:

“ya dulu waktu masih bertani padi rumah saya bukan rumah yang sekarang rumah saya dulu masih stengah batu setengah papan belum dibuat batu kayak sekarang atapnya masik pake daun rumbia itu, nah pas udah ada rezeki lebih baru saya bangun ruamah baru disamping rumah lama ”

(Sumber : Hasil Wawancara 4 Januari 2015)

Seperti juga yang dikatakan oleh pak Subadi mengenai keadaan rumah beliau saat masih bertani padi :

“Kalau sekarang kami udah enak kami punya rumah batu atapnya juga nggak bocor.Saat kami masih bertani padi rumah kami sering bocor saat hujan karena atapnya rumbia jadi harus sabar-sabar saat hujan datang untuk menampung air”.

(Sumber : Hasil Wawancara 3 Januari 2015)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh pak Paimo mengenai kondisi rumah ketika masih bertani padi:

“kondisi rumah bapak dulu ya masih gitulah bukan kayak yang ini sekarang dulu masih papan semua didindingnya, terus masih pake atap dulu memang kan masih kayak gitu yang bapak bisa yakan pelan-pelanlah dibagusi sedikit-sedikit”

(Sumber hasil wawancara tanggal 3 januari 2015)

Begitu juga yang diungkapkan oleh pak Paiman melalui hasil wawancara:

“Dulu rumah masih papan semua dindingnya atapnya juga masih pake atap rumbia dan ada juga yang dipasangi seng sebagianya tapi memang dulu ya kondisinya seperti itu kita memang harus siap tinggal ya habis mau gimana lagi karna itu memang rumah kita.

(Sumber hasil wawancara 3 januari 2015)

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat diketahui bahwa sebagian informan memiliki kondisi rumah yang berbeda beda ketika masih bertani padi pak Suyanto misalnya memiliki kondisi rumah setengah papan setengah batu berbeda dengan kondisi rumah pak Paiman, Paimo dan pak Subadi yang mana kondisi rumah mereka menggunakan papan seluruhnya dan beratap rumbia. Ada juga informan yang memang telah memiliki kondisi rumah yang telah menggunakan batu permanen ketika masih bertani padi yaitu kondisi rumah bapak M salami seperti yang dikatakan melalui hasil wawancara:

“dari dulu rumah bapak ya ini kondisinya ya tetap kayak gini udah pake batu ga ada perubahan, paling ya cuman cat ajalah yang diganti selebihnya ya tetap sama kayak yang dulu. Karna ini juga rumah orang tua jadi dari dulu bapak disuruh nempati sampe sekarang ini.”

(Sumber hasil wawancara tanggal 3 januari 2015)

Kondisi rumah petani yang melakukan peralihan di kelurahan Ujung Padang ketika masih bertani padi pada umunnya masih beratapkan rumbia dan berdinding papan yang juga bisa dikatakan sederhana. Selain jumlah penghasilan dan kondisi rumah juga rata rata para petani ketika itu ternyata juga telah memiliki kendaraan kendaraan tersebut berupa sepeda motor yang mana biasanya digunakan untuk aktifitas mereka sehari-hari seperti yang dikatakan Pak Suyanto Ginting :

“Oh iya dulu memang saya udah punya kreta waktu masih nanam padi juga udah punya, cuman waktu itu masih satu ya buat kerja sama kalau ada undangan atau yang lain lain karna kan anak-anak juga waktu itu jga masih kecil dan juga waktu itu jga belum ada biaya cukup”.

Seperti juga yang dikatakan oleh pak Mispan

oiya dulu masih 2 kereta saya punya waktu masih bertani padi, itulah yang dibuat untuk antar-antar kesana kesini yang satu memang khusus dibuat kerja dan yang satu kalau mau dipake untuk keluarga”

(Sumber hasil wawancara tanggal 4 januari 2015) Hal yang sama juga diungkapkan oleh pak Kusmin

“Dulu waktu masih bertani padi saya masih punya 1 kreta waktu itu, karna ya memang sanggupnya waktu itu cuman bisa belik satu aja, itulah buat untuk kerja dan kegiatan sehari hari”

(Sumber wawancara tanggal 3 januari 2015)

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut dapat diketahui bahwa ketika masih bertani padi para petani yang juga informan telah memiliki kendaraan meskipun jumlah kendaraan waktu itu berbeda jumlahnya ketika para petani tersebut telah beralih menjadi petani kelapa sawit.