• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

Letak Kota Ambon berada sebagian di dalam wilayah Pulau Ambon. Secara geografis Kota Ambon berada pada 3o – 4o Lintang Selatan dan 128o – 129o Bujur Timur, dimana pada bagian utara berbatasan dengan petuanan Desa Hitu, Hila dan Kaitetu (Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah), sebelah Timur berbatasan dengan petuanan Desa Suli (Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah), sebelah Barat berbatasan dengan petuanan Desa Hatu (Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah), dan sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda.

Kota Ambon mencakup wilayah seluas 377 Km2 dengan luas wilayah daratan 359,45 Km2 yang membujur di sepanjang pantai mengelilingi perairan Teluk Ambon dan Teluk Dalam.

Secara administratif, Kota Ambon terdapat di Provinsi Maluku, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, terdiri dari 5 (lima) Kecamatan, yaitu Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Sirimau, Kacamatan Leitimur Selatan, Kecamatan Teluk Ambon Baguala, dan Kecamatan Teluk Ambon yang meliputi 20 Kelurahan dan 30 desa.

4.2. Kondisi Fisik Dasar 4.2.1. Topografi

Kota Ambon mempunyai wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang berlereng terjal dengan kemiringan di atas 20% seluas kurang lebih 186,9 Km2 atau 73%, dan daerah datar dengan kemiringan sekitar 10% seluas kira-kira 55 Km2 atau 17% dari luas seluruh wilayah daratannya. Kondisi topografi Kota Ambon dikelompokkan dalam 7 lokasi, yaitu:

° Pusat Kota dan sekitarnya (sebagian petuanan Desa Amahusu sampai Desa Latta) dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,36o seluas 13,5 Km2 atau 5,44%.

° Rumah Tiga dan sekitarya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,19o seluas 4,5 Km2 atau 5,57%.

° Passo dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,3o seluas 14,75 Km2 atau 4,74%.

° Laha dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,93o seluas 4,25 Km2 atau 6,18%.

° Hutumuri dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 6,16o seluas 4,25 Km2 atau 9,70%.

° Kilang dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 . dan kemiringan 5,66o seluas 3,5 Km2 atau 9,91%, sedangkan untuk ketinggian 5 – 250 m dengan kemiringan 6,56o seluas 3,25 Km2 atau 10,3%.

° Latuhalat dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 5,4o seluas 4 Km2 atau 8,57%.

Di Kota Ambon terdapat 10 gunung, dan yang tertinggi adalah Gunung Nona, yaitu 600 m diatas permukaan laut, serta dialiri oleh 15 buah sungai, dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Sikula (Way Sikula), yaitu sepanjang 15,5 Km.

4.2.2. Geologi dan Tanah

Berdasarkan peta Geologi dan Topografi Pulau Ambon oleh Veerbek dan Van Bos yang dibuat tahun 1898, jazirah Leitimur tersusun oleh dua bahan induk, yaitu Alluvium dengan luas 61,55 Ha atau 30,87% dari luas jasirah Leitimur, dan Koralkalk dengan luas 10,10 Ha atau 5,06%.

Di jasirah Leitimur terdapat dua bahan asal, yaitu Alluvial dan Denudasional yang terbagi menjadi dataran alluvial, perbukitan denudasional terkikis kecil, perbukitan denudasional terkikis sedang, dan perbukitan denudasional terkikis kuat.

Dataran alluvial merupakan bentuk lahan yang terdapat diantara daerah pantai dan daerah perbukitan.Formasi alluvium dan batu gamping merupakan bahan induk yang menyusun daerah ini dengan asosiasi jenis tanah serperti alluvial, regosol, rensina, podsolik, dan brunizem.

Perbukitan denudasional merupakan bentuk lahan yang paling luas di jasirah Leitimur, yaitu 2589 Ha atau 90,33% yang tersebar di daerah berombak seperti berbukit, Bentuk lahan ini dipengaruhi oleh proses geomorfologi seperti gerakan dalam perut bumi.

4.2.3. Iklim

Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak Pulau Ambon yang dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim disini sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim di daerah ini, yaitu musim Barat atau Utara, dan musim Timur atau Tenggara. Kedua musim ini dikelilingi oleh musim pancaroba yang merupakan musim transisi dari kedua musim tersebut.

Musim Barat pada umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan bulan April adalah masa transisi ke musim Timur. Musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober disusul oleh masa pancaroba pada bulan November yang merupakan transisi ke musim Barat.

Berdasarkan data curah hujan, maka dalam tahun 2001 – 2005, curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 3.674 mm dengan 208 hari hujan. Mengacu pada rata-rata curah hujan bulanan dalam 5 tahun terakhir, maka bulan basah (musim hujan) dengan curah hujan di atas 200 mm terjadi pada bulan April hingga Juli seiring dengan berlangsungnya Musim Timur, sedangkan bulan kering (musim panas) dengan curah hujan dibawah 200 mm terjadi dari bulan Oktober hingga Februari seiiring dengan berlangsungnya Musim Barat.

Sementara itu berdasarkan data Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2001 – 2005, maka rata-rata temperatur di Kota Ambon adalah 26,6oC dengan kisaran suhu minimum adalah 23,8oC dan suhu maksimum 30,4oC; rata-rata kelembaban nisbi sekitar 76,6%; rata-rata lama penyinaran matahari adaah 53,6% dan rata-rata tekanan udara adalah 76,6 MB. Kecepatan angin rata-rata 3 knot dan terbanyak bertiup dari arah Barat Laut dan Tenggara, dengan kecepatan terbesar adalah 20 knot.

4.2.4. Hidrologi 4.2.4.1.Air Permukaan

Di Kota Ambon terdapat cukup banyak sungai yang mengalir dari pegunungan-pegunungan di tengah Pulau Ambon menuju ke arah perairan laut di sekeliling pulau namun kebanyakan sungai-sungai tersebut tidak terlalu besar, sehingga tidak semua sungai tercatat memiliki nama.

Banyak diantara sungai-sungai tersebut yang sudah mengalami pendangkalan akibat endapan pasir, yang sebagian diakibatkan oleh penggunaan lahan non pertanian di kawasan penyangga dan kawasan lindung yang kurang hati-hati sehingga mengakibatkan sedimentasi. Selain itu akibat berubahnya fungsi kawasan resapan air maka fluktuasi debit sungai pada musim kemarau dan musim hujan cukup besar, sehingga pada kawasan tertentu sering mengalami banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Penduduk yang bermukim di sepanjang jalur sungai tersebut pada awalnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi dan cuci, namun dengan semakin menurunnya kualitas air sungai, pemanfaatan tersebut semakin berkurang. Saat ini sungai lebih banyak digunakan sebagai saluran drainase dan tempat pembuangan limbah rumah tangga, yang jika tidak dikendalikan akan semakin memperburuk kualitas air sungai.

Sumber air baku yang sudah dimanfaatkan oleh PDAM Kota Ambon adalah mata air dan sumur dalam. Di Kota Ambon telah termanfaatkan 8 sumber mata air, yaitu: sumber air Wainitu, Air Keluar (Kusu-kusu), Air Besar (Soya), Air Panas Wainiu I dan Wainiu II, Air Besar (Halong), Wainitu, dan Waipompa.

Sumber air yang potensial adalah sumber air Wainitu terletak di Kelurahan Wainitu Kecamatan Nusaniwe untuk daerah pelayanan sekitar Pusat Kota, dan sumber air Waipompa yang terletak di Desa Halong Kecamatan Teluk Ambon Baguala, untuk daerah pelayanan sekitar Desa Halong dan Desa Hative Kecil. Selain itu terdapat beberapa mata air lain dengan kualitas fisik yang relatif bagus. Debit mata air-mata air tersebut fluktuatif antara musim hujan dan musim kemarau, dimana pada musim kemarau debitnya hanya sekitar 60% dari debitnya pada musim hujan.

4.2.4.2.Air Tanah

Penduduk yang yang bermukim pada daerah-daerah yang relatif datar, untuk kebutuhan sehari-harinya sebagian besar menggunakan sumur gali, sumur pompa tangan, atau pompa listrik. Air tanah dangkal pada daerah datar tersebut memiliki kedalaman muka air tanah yang bervariasi namun relatif rendah, yatu antara 1 – 5 meter, namun kualitas air tanah dangkal tersebut kurang baik, karena terindikasi

tercemar oleh limbah rumah tangga. Sementara untuk air tanah dalam banyak terdapat pada kedalaman lebih dari 50 meter dengan kualitas yang cukup baik.

4.2.4.3.Air Bersih

Kota Ambon sudah terlayani oleh jaringan air bersih PDAM. Dari 9 deep weel yang ada, baru 7 yang beroperasi dengan kapasitas rata-rata 5 liter/detik, kecuali di Hative Kecil yang kapasitasnya 15 liter/detik, Rumah Tiga dengan kapasitas 10 liter/detik, serta untuk sumber dari mata air Waipompa di Halong Atas dengan kapasitas 25 liter/detik. Sambungan air bersih yang berasal dari PDAM berupa sambungan rumah tangga maupun sambungan non rumah tangga (sarana sosial, perniagaan, kantor pemerintah).

4.2.5. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kota Ambon sangat bervariasi dari yang mesih berupa hutan sampai kegiatan permukiman yang bercirikan perkotaan. Tercatat bahwa kawasan hutan dan belukar merupakan jenis penggunaan yang paling dominan yaitu mencapai 49% atau sekitar 17.685,60 ha. Sedangkan penggunaan lahan dengan presentase terkecil adalah untuk alang-alang yaitu 2,35% atau sekitar 842,96 ha. Penggunaan lahan untuk permukiman mencapai 5.393,40 ha atau sekitar 15% dari luas Kota Ambon.

Perkembangan penggunaan lahan di Kota Ambon telah mengalami beberapa perubahan atau pergeseran peruntukan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dimana presentase terbesar pada lahan perkebunan dan belukar yang sebelumnya seluas 26.590,91 ha menjadi 22.719,44 ha. Penggunaan lahan akibat pergeseran peruntukan tersebut dialihkan fungsi dan penggunaannya untuk permukiman dan daerah terbangun.

Pergeseran penggunaan lahan menjadi permukiman banyak disebabkan oleh keberadaan pengungsi akibat konflik sosial yang melanda Kota Ambon. Kecenderungan perkembangan ini perlu mendapat perhatian khusus, terutama pada perkembangan permukiman dengan lereng >30% dan pada daerah pusat kota.

4.3. Kependudukan

Data kependudukan Kota Ambon sampai tahun 2006 masih meliputi data yang tersaji dalam 3 kecamatan, sebelum dimekarkan menjadi 5 kecamatan dengan Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006. Namun untuk memudahkan penelitian, data kependudukan dicatat berdasarkan desa dan kelurahan, untuk selanjutnya dikelompokkan dalam 5 kecamatan.

Jumlah penduduk Kota Ambon pada tahun 2007 adalah 271.972 jiwa, yang tersebar di Kecamatan Sirimau 105.010 jiwa, Kecamatan Nusaniwe 82.760 jiwa, Kecamatan Leitimur Selatan 9.063 jiwa, Kecamatan Teluk Ambon Baguala 47.149 jiwa, dan Kecamatan Teluk Ambon 27.990 jiwa.

Jumlah penduduk menunjukkan indikasi meningkat dari tahun ke tahun, dengan laju pertumbuhan sebesar 10,47 % terjadi pada tahun 2001 seiring dengan pulihnya keamanan pasca konflik sosial yang menyebabkan banyak penduduk yang mengungsi kembali lagi ke Kota Ambon.

Tabel 8 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Ambon tahun 2000-2007

Tahun Kecamatan Kota Ambon Laju Pertumbuhan (%) Nusaniwe Sirimau Teluk

Ambon TA Baguala Leitimur Selatan 2000 67.082 73.326 17.952 41.828 8.909 209.097 2001 69.796 89.351 18.598 44.240 9.002 230.987 10,47 2002 73.671 84.361 19.637 46.709 8.921 233.299 1,00 2003 77.496 91.094 22.956 44.630 8.714 244.890 4,97 2004 81.820 98.029 23.411 45.506 9.008 257.774 5,26 2005 83.315 99.831 23.992 46.619 9.210 262.967 2,01 2006 82.550 100.903 26.315 44.503 8.875 263.146 0,07 2007 82.760 105.010 27.990 47.149 9.063 271.972 3,35 Sumber: Kota Ambon Dalam Angka 2000-2008, BPS Kota Ambon (diolah).

Dokumen terkait