• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena pertumbuhan permukiman yang tidak terencana pada wilayah pinggiran kota metropolitan dapat ditemui di seluruh bagian perbatasan Provinsi DKI Jakarta dengan kabupaten dan kota yang berada di provinsi sekitarnya (Banten dan Jawa barat) serta kota metropolitan lainnya dengan kabupaten atau kota sekitarnya. Untuk mewakili fenomena ini maka dipilih wilayah penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut : 1) terjadinya proses suburbanisasi dan fenomenaurban sprawlyang paling cepat yaitu sepanjang jalur transportasi utama dalam hal ini adalah daerah di sekitar koridor jalan tol Jakarta - Bogor dengan jarak antara 15 km sampai 30 km dari pusat kota Jakarta (Zain 2001, JICA 2003, Hidajat 2004), 2) merupakan kawasan pinggiran yang meliputi beberapa wilayah adminstratif kabupaten/kota yang saling berbatasan.

Wilayah Penelitian terdiri dari Kecamatan Gunung Putri (Kabupaten Bogor), Kecamatan Cimanggis dan Kecamatan Tapos (Kota Depok), serta Kecamatan Jatisampurna (Kota Bekasi). Secara geografis wilayah penelitian terletak pada 106 º 21’ 35’’- 106 º 56’ 21’’ Bujur Timur dan 6 º 21’ 35’’- 6 º28’ 37’’ Lintang Selatan dengan luas wilayah keseluruhan 13.840 hektar. Wilayah penelitian membentang dari utara – selatan memiliki kondisi topografi berupa dataran rendah dan berbukit dengan derajat kemiringan tidak besar, memiliki elevasi antara 55–150 meter diatas permukaan laut. Secara administratif, wilayah penelitian berbatasan langsung dengan :

• Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Pondok Melati dan Kecamatan Jatiasih (Kota Bekasi) dan berbatasan dengan Kota Jakarta Timur

• Sebalah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Cileungsi (Kabupaten Bogor)

• Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Sukmajaya (Kota Depok)

• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Citeureup (Kabupaten Bogor)

Kondisi hidrologi di wilayah penelitian dibedakan menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan mencakup kondisi air hujan yang mengalir ke sungai-sungai. Sungai yang melintasi wilayah penelitian yaitu Satuan Wilayah Sungai Besar yaitu Sungai Cipinang, Sungai Cikeas dan Sungai Ciliwung. Situ merupakan sebagai penyedia air bagi penduduk sekitarnya maupun cadangan air untuk cakupan yang lebih luas, di wilayah penelitian terdapat 8 buah situ yang dalam kondisi kurang terpelihara. Kondisi air tanah di wilayah penelitian cukup baik dan potensial digunakan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat.

Peningkatan luas kawasan permukiman diperlihatkan oleh peningkatan tutupan lahan permukiman. Berdasarkan hasil interpretasi citra maka didapatkan komposisi tutupan lahan di wilayah penelitian dari kurun waktu tahun 1983 – 2010 seperti yang disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Luas tutupan lahan di wilayah penelitian tahun 1983 - 2010

No. Jenis Tutupan Lahan Tahun

(dalam ha) 1983 1992 2000 2005 2010 1. Badan Air 54,12 52,37 59,78 53,43 42,41 2. Permukiman 451,07 1.175,29 4.882,21 6.751,32 9.353,16 3. Hutan 413,07 401,31 6,40 2,17 0,00 4. Kebun campuran 7008,52 8.044,75 7.281,29 5.657,48 2.169,73 5. Lahan terbuka/ladang 4162,89 2338,93 794,93 805,65 1.778,62 6. Rumput/semak 448,59 566,11 330,12 108,19 85,39 7. Sawah (tergenang) 1.302,73 1.211,93 486,05 462,54 410,67 Jumlah 13.840,96 13.840,96 13.840,96 13.840,96 13.840,96

Perubahan tutupan lahan di wilayah penelitian dipengaruhi oleh daya tarik kawasan sebagai wilayah pinggiran kota yang menjadi tempat tampungan berbagai macam kegiatan sebagai akibat pertumbuhan kota Jakarta. Dengan adanya pembangunan pesat yang diikuti oleh pembangunan prasarana perhubungan tersebut menyebabkan faktor jarak tidak lagi menjadi persoalan.

Kenaikan tutupan lahan permukiman di wilayah penelitian dari tahun ke tahun tumbuh dan berkembang semakin pesat dan diimbangi dengan cepat penurunan luasan tutupan lahan hutan/vegetasi lebat, kebun campuran dan lahan terbuka/ladang. Pertumbuhan tutupan lahan permukiman yang pesat dan

signifikan disebabkan oleh adanya pembangunan dan pengembangan kawasan perumahan dalam skala sedang dan besar. Keberadaan kawasan perumahan ini menjadi pemicu pengembangan pada wilayah sekitarnya yaitu pembangunan perumahan diluar kawasan pengembang perumahan tersebut dan pembangunan fasilitas-fasiltas penunjang lainnya.

4.2 Wilayah Penelitian dalam Kebijakan Tata Ruang

Wilayah penelitian yang meliputi bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Bogor (Kecamatan Gunung Putri), Kota Bekasi (Kecamatan Jati Sampurna) dan Kota Depok (Kecamatan Cimanggis dan Tapos) dalam kebijakan tata ruang secara makro (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) diarahkan sebagai bagian dari wilayah terdepan ibukota negara yang merupakan pengembangan KSN Jabodetabekpunjur untuk mendorong pengembangan PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek. Tujuannya adalah untuk menjamin keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar daerah guna mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan.

Dalam arahan struktur ruang kawasan tertentu Jabodetabek, wilayah penelitian diharapkan menjadi pengimbang pertumbuhan kota Jakarta, hal ini menjadikan wilayah penelitian memiliki posisi strategis dalam pengembangan wilayah makro, selain itu juga merupakan bagian dari pengembangan kawasan terbangun dengan pola koridor di sepanjang jalan tol. Hal ini karena karakteristik wilayahnya yang memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi dan prasarana pelayanan yang memadai serta merupakan kawasan komuter.

Sebagai kawasan yang cepat tumbuh, wilayah penelitian memerlukan arahan spasial yang tepat sebagai dasar pelaksanaan pembangunan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor memuat bahwa Kecamatan Gunung Putri diarahkan sebagai sistem pusat permukiman perkotaan orde II, termasuk dalam kawasan pengembangan jaringan nasional jalan tol dan bukan tol serta jaringan jalan provinsi Gunung Putri – Bojongkulur - kota Bekasi. Kecamatan Gunung Putri merupakan kawasan strategis kabupaten yaitu kawasan strategis industri yang berfungsi sebagai kawasan pusat kegiatan industri yang didukung oleh sistem

jaringan dan terintegrasi dengan pusat-pusat hunian serta terhadap pusat kegiatan nasional lainnya. Kebijakan Pengembangan industri diarahkan sebagai industri pengolahan hasil pertanian serta meningkatkan aksesibilitas dari sentra-sentra produksi pertanian ke perkotaan .

Kecamatan Jati Sampurna dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi merupakan Bagian Wilayah Kota (BWK) Pusat kota Bekasi. Kecamatan Jati Sampurna diarahkan sebagai kawasan pengembangan permukiman skala besar kepadatan sedang dan kepadatan rendah dengan ketentuan KDB sebesar 50 sampai 60 % dan ketinggian bangunan 1 sampai 3 lantai. Perkembangan kawasan permukiman di Kecamatan Jati Sampurna menjadikan kawasan ini diarahkan sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala regional dan kota melalui pemanfaatan keunggulan kompetitifnya yaitu tingkat aksesibilitas yang tinggi dan strategis.

Kecamatan Cimanggis dan Tapos dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok merupakan sub pusat pelayanan kota (SPK) yaitu sebagai pusat pelayanan sekunder yang melayani sub wilayah Kota Depok. SPK Tapos dan SPK Cimanggis diarahkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala regional, industri, jasa pergudangan, perumahan dengan kepadatan sedang dan rendah, kawasan pertahanan dan keamanan negara, serta RTH kota.

4.3 Kependudukan 4.3.1 Jumlah Penduduk

Penduduk migran secara umum lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan penduduk asli di wilayah penelitian. Hal ini merupakan konsekwensi dari wilayah penelitian sebagai wilayah yang menampung limpahan pertambahan penduduk dari Jakarta. Jumlah penduduk di wilayah penelitian tahun 2005 sebesar 877.389 jiwa (Tabel 3). Selama kurun waktu 2005 -2010 rata-rata laju pertumbuhan penduduk di wilayah penelitian adalah sebesar 6,09 %/tahun. Sedangkan dilihat dari tiap kecamatan dalam wilayah penelitian ternyata rata-rata laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah di Kecamatan Gunung Putri, diikuti oleh Kecamatan Jati Sempurna dan Kecamatan Cimanggis dan Tapos (Tabel 4).

Tabel 3 Jumlah penduduk wilayah penelitian tahun 2005 - 2010

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Kec Gunung Putri Kec Cimanggis&Tapos Kec Jati Sempurna Wilayah Penelitian

2010 315.516 458.795 103.078 877.389 2009 306.839 421.630 99.456 827.925 2008 300.828 412.388 85.333 798.549 2007 242.460 403.037 78.774 724.271 2006 225.780 392.512 71.750 690.042 2005 204.305 379.487 69.759 653.551 Sumber: BPS (2012)

Tabel 4 Laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2010

Sumber : BPS (2012) dan hasil perhitungan

Kepadatan penduduk di wilayah penelitian pada tahun 2010 sebesar 7.085 jiwa/km2 (Tabel 5), dimana kepadatan tertinggi berada pada Kecamatan Cimanggis dan Tapos sebesar 8.569 jiwa/km2, diikuti oleh Kecamatan Jati Sampurna dan Kecamatan Gunung Putri. Jumlah orang per KK di wilayah penelitian pada tahun 2010 sebanyak 4,34 jiwa atau berkisar antara 4 – 5 jiwa , dimana rata-rata jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jati Sampurna yaitu 6 jiwa.

4.3.2 Kondisi Sosial-Ekonomi Penduduk

Tingkat pendidikan penduduk di wilayah penelitian pada tahun 2010 didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SD sebesar 38,29 %. Kecamatan Jati Sampurna merupakan kecamatan dengan tingkat pendidikan penduduk tamat perguruan tinggi yang relatif cukup besar (13 % ) dibandingkan dengan kecamatan lain dan juga kecamatan yang relatif cukup besar juga untuk

Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan

2005 653.551 - 2006 690.042 5,58 2007 724.271 4,96 2008 798.549 10,25 2009 827.925 3,67 2010 877.389 5,97

tingkat pendidikan penduduk tidak tamat SD (13 %) dibandingkan dengan kecamatan lainnya (Tabel 6).

Tabel 5 Kepadatan penduduk dan rata-rata jumlah jiwa per KK tahun 2010

Sumber : BPS (2012)

Tabel 6 Tingkat pendidikan penduduk di wilayah penelitian tahun 2010

Tingkat Kec GunungPutri Kec Cimanggis&Tapos Kec Jatisampurna Wilayah Penelitian

Pendidikan jiwa % jiwa % jiwa % jiwa %

Tdk tamat SD 1.662 0,79 18.992 6,2 12.624 13 33.278 5,42 Tamat SD 144.995 68,88 68.558 22,4 21.387 22 234.940 38,29 Tamat SLTP 45.595 21,66 76.305 24,93 13.756 14 135.656 22,11 Tamat SLTA 16.356 7,77 108.827 35,55 36.440 38 161.623 26,34 Akademi/PT 1.894 0,9 33.414 10,92 12.772 13 48.080 7,84 Jumlah 210.502 100 306.096 100 96.979 100 613.577 100 Sumber : BPS (2012)

Mata pencaharian penduduk di wilayah penelitian didominasi oleh dengan kegiatan di sektor industri (Tabel 7). Di Kecamatan Jati Sampurna kegiatan penduduk didominasi oleh kegiatan jasa, di Kecamatan Cimanggis dan Tapos kegiatan penduduk didominasi oleh kegiatan perdagangan, sedangkan di Kecamatan Gunung Putri kegiatan penduduk didominasi oleh kegiatan di bidang industri.

Keadaan ekonomi penduduk di wilayah penelitian menunjukkan jumlah keluarga miskin pada tahun 2010 sebesar 8,7 % dari jumlah kepala keluarga (KK) yang ada di wilayah penelitian. Menurut kecamatan proporsi terbanyak berada di Kecamatan Gunung Putri sebesar 9,15 % dari jumlah kepala keluarga (KK) yang ada di Kecamatan Gunung Putri, diikuti oleh Kecamatan Cimanggis dan Tapos di Depok sebesar 8,48 % dan Kecamatan Jati Sampurna sebesar 8,12 % (Tabel 8).

Kecamatan Kepadatan penduduk (jiwa/km2) Rata-rata jumlah jiwa per KK (jiwa)

Gunung Putri 5.634 4

Cimanggis dan Tapos 8.569 5

Jati sampurna 7.114 6

Tabel 7 Mata pencaharian penduduk wilayah penelitian tahun 2010

Sumber : BPS (2012)

Tabel 8 Jumlah KK miskin di wilayah penelitian tahun 2010

Kecamatan Jumlah KK %

Jatisampurna 1.395 8,12

Gunung Putri 7.789 9,15

Cimanggis & Tapos 10.496 8,48

Wilayah Penelitian 19.680 8,7

Sumber : BPS (2012)

Dokumen terkait