5.2.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer berupa sampel data untuk mengecek hasil interpretasi citra sesuai atau tidak dengan kenyataan di lapangan yang dilakukan melalui observasi lapangan. Data sekunder berupa peta-peta digital dan dokumen-dokumen dari berbagai instansi seperti P4W-IPB, Bappeda, BIG, Biotrop dan BPS.
5.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer berupa sampel data dilakukan dengan cara mencatat koordinat tutupan lahan terbangun di lapangan dengan GPS yang tersebar meliputi seluruh kecamatan dalam wilayah penelitian. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui kunjungan ke instansi, telaah dokumen dan elektronik serta mengunduh dari media elektronik. Data sekunder berupa peta digital yaitu peta tutupan lahan 1982, 1992, 2000,2005, 2010 yang didapatkan dari hasil interpretasi citra LandSat TM, RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025 (Perda
No 19 Tahun 2008), RTRW Kota Bekasi tahun 2011-2031 (Perda No 13 Tahun 2011) dan RTRW Kota Depok tahun 2012-2032 (belum diperdakan). Data sekunder lainnya berupa data kependudukan, fasilitas sosial dan ekonomi di wilayah penelitian.
5.2.3 Analisis Dinamika Pertumbuhan Tutupan Lahan Kawasan Permukiman
Analisis dinamika pertumbuhan tutupan lahan kawasan permukiman dilakukan terhadap 3 bagian wilayah penelitian (Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor, Kecamatan Jati Sampurna Kota Bekasi dan Kecamatan Tapos serta Cimanggis Kota Depok) dan seluruh wilayah penelitian. Metode yang digunakan untuk melihat dinamika pertumbuhan penggunaan lahan dilakukan dengan melakukan analisis perubahan penggunaan lahan kawasan permukiman dalam kurun waktu tahun 1982 -2010 melalui analisis citra tahun liputan 1982, 1992, 2000, 2005 dan 2010 yang berbasis sistem informasi geografis (SIG) dengan perangkat lunak ArcGIS dan ERDAS IMAGE 8.6. Selanjutnya dilakukan analisis model pertumbuhan dan penghitungan nilai index sprawl yang digunakan untuk melihat kecenderungan dan besaran pertumbuhan penggunaan lahan kawasan permukiman. Dalam penyusunan model kecenderungan pertumbuhan penggunaan lahan kawasan permukiman di wilayah penelitian sebagai variabel tak bebas adalah persentase rasio lahan kawasan permukiman dan sebagai variabel bebas adalah tahun pengamatan. Index sprawl (Staley 1999) merupakan indikator besarnya lahan yang diambil oleh kegiatan perkotaan dalam hal ini kawasan permukiman yang dapat menunjukkan kecepatan perubahan laju suburbanisasi dan ukuran besarnya tekanan pembangunan wilayah. Perhitungan nilai index
sprawl di wilayah penelitian dilakukan dengan membandingkan persentasi
pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan tingkat suburbanisasi dalam hal ini pertumbuhan kawasan permukiman selama periode tahun 2005-2010. Rumus
index sprawlyang digunakan adalah sebagai berikut:
Index Sprawl= % pertumbuhan kawasan permukiman
5.2.4 Analisis Konsistensi Kawasan Permukiman dengan Arahan RTRW Metode yang digunakan untuk melihat konsistensi penggunaan lahan saat ini dengan arahan rencana tata ruang yang telah ditetapkan yaitu melalui proses
overlay antara peta penggunaan lahan eksisting dengan peta rencana tata ruang,
menggunakan sistem informasi geografis dengan perangkat lunak ArcGIS. Peta penggunaan lahan eksisting yang digunakan merupakan peta yang dihasilkan dari interpretasi citra Landsat TM liputan tahun 2010. Peta arahan rencana tata ruang yang ada dihasilkan dari peta rencana pola ruang untuk masing wilayah administrasi yang termasuk dalam wilayah penelitian.
Sebelum dilakukan proses overlay dilakukan terlebih dahulu penentuan wilayah sebagai wilayah penelitian dengan arahan rencana tata ruang yang digunakan yaitu untuk Kecamatan Gunung Putri berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005 -2025, Kecamatan Jati Sampurna berdasarkan RTRW Kota Bekasi tahun 2011– 2031, Kecamatan Tapos dan Cimanggis berdasarkan RTRW Kota Depok tahun 2012 – 2032. Tahap selanjutnya dilakukan pengelompokkan nomenklatur/legenda yang ada pada setiap arahan rencana pola pemanfaatan ruang menjadi dua kelompok yaitu kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun. Hal ini dilakukan karena dalam tahap overlay yang akan digunakan adalah dua kelompok kawasan terbangun dan tidak terbangun dan istilah nomenklatur/legenda yang digunakan dalam jenis pemanfaatan ruang pada setiap arahan rencana tata ruang yang ada berbeda serta skala rencana tata ruang tersebut berbeda. Proses pengelompokan nomenklatur ini tercantum dalam Lampiran 6.
Berdasarkan tahapan integrasi antara peta tutupan lahan tahun 2010 dengan peta arahan pola ruang, dihasilkan 4 kategori kawasan sebagai berikut: 1. Kawasan penggunaan lahan terbangun tahun 2010 yang sesuai dengan
arahan rencana RTRW.
2. Kawasan penggunaan lahan tidak terbangun tahun 2010 yang sesuai dengan arahan rencana RTRW
3. Kawasan penggunaan lahan terbangun tahun 2010 yang tidak sesuai dengan arahan rencana RTRW
4. Kawasan penggunaan lahan tidak terbangun tahun 2010 yang tidak sesuai dengan arahan rencana RTRW
Berdasarkan hasil integrasi ini maka untuk kawasan kategori 3 yaitu kawasan dengan penggunaan lahan terbangun tahun 2010 yang tidak sesuai dengan arahan RTRW merupakan kawasan yang telah terjadi penyimpangan (inkonsisten). Hal ini karena seharusnya kawasan kategori 3 ini diarahkan sebagai kawasan penggunaan lahan tidak terbangun tetapi pada kenyataannya kondisi saat ini merupakan kawasan terbangun (permukiman). Kawasan kategori 4 yaitu kawasan dengan tutupan lahan tidak terbangun tetapi diarahkan sebagai kawasan terbangun menunjukkan bahwa kawasan kategori 4 ini merupakan lahan potensial untuk pengembangan kawasan permukiman di wilayah penelitian.
5.2.5 Analisis Variabel yang Mempengaruhi Dinamika Tutupan Lahan Dalam penelitian ini, untuk memperoleh variabel-variabel yang diduga mempengaruhi perubahan penggunaan lahan kawasan permukiman maka dibangun persamaan melalui analisis regresi linear berganda (Walpole 1988). Analisis regresi berganda adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh dari variabel penduga (independent variable) terhadap variabel tujuan (dependent variable). Sasaran dari metode regresi berganda adalah penggunaan variabel penduga untuk memprediksi variabel tujuan. Persamaan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penduga yang baik jika asumsi-asumsi dipenuhi yaitu :
a. Rata-rata galat adalah nol.
b. Tidak ada autokorelasi antara galat pengamatan yang satu dengan galat pengamatan yang lain.
c. Setiap galat pengamatan memiliki ragam yang sama
d. Tidak ada multikolinearitas, artinya variabel-variabel penjelas saling bebas. e. Galat pengamatan menyebar normal dengan rata-rata nol.
Persamaan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah : Y = A0+ A1X1+ A2X2+ A3X3+ ...+AnXn
Dimana Y : Variabel tak bebas (dependent variable) A : Koefisien Regresi
X : Variabel bebas (independent variable)
Selanjutnya dilakukan uji serempak (Uji F) dan uji parsial (Uji t) pada model regresi berganda tersebut. Uji serempak dilakukan untuk mengetahui
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dan uji parsial dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara individu. Adapun variabel- variabel yang digunakan dalam analisis regresi berganda adalah persentase penggunaan lahan kawasan permukiman tahun 1990– 2010 sebagai variabel tak bebas dan sebagai variabel bebas adalah jumlah penduduk dalam satuan jiwa, jumlah fasilitas sosial (Rumah Sakit, Puskesmas dan fasilitas peribadatan), jumlah fasilitas ekonomi (industri, pasar, mall dan hotel) dan jumlah fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi) masing-masing dalam satuan unit.