• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Mandailing Natal .1.Topografi

ITEM-TOTAL STATISTICS

4.4 Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Mandailing Natal .1.Topografi

Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari gugusan pegunungan dan perbukitan yang dikenal dengan Bukit Barisan di beberapa kecamatan, juga

daerah pesisir/daerah pantai di Kecamatan Batahan, Natal, dan Muara Batang Gadis. Daerah Kabupaten Mandailing Natal dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Dataran Rendah merupakan daerah pesisir dengan kemiringan 0%–2% dengan luas sekitar 160.500 ha (24,24%).

2. Daerah/dataran Landai dengan kemiringan 2%–15% dengan luas wilayah 36.385 ha (5,49%).

3. Dataran Tinggi dengan kemiringan 15%–40%. Dataran tinggi dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: a). Daerah perbukitan dengan kemiringan 15%–20% dengan luas wilayah 112.000 ha (16,91%), dan b). Daerah pegunungan dengan kemiringan 20%–40% dengan luas 353.185 ha (53,34%).

Kemiringan lahan/lereng merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan tanah. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui kemampuan tanah di suatu daerah adalah derajat kemiringan lahan/lereng. Kemiringan lereng terjadi akibat besarnya tekanan tanah dan tekanan air tanah yang bekerja pada permukaan dinding belakang lereng tersebut.

4.4.2.Morfologi Wilayah

Morfologi Kabupaten Mandailing Natal merupakan satuan perbukitan memanjang dengan arah barat laut-tenggara. Bagian tertinggi mencapai ketinggian 1.915 m dpl, sedangkan bagian terendah berada pada ketinggian 0 m dpl. Jenis batuan yang terdapat di daerah pengukuran adalah batuan metasedimen terutama metalimestone/marmer. Secara umum, morfologi di

wilayah Kabupaten Mandailing Natal dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan morfologi yaitu satuan morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan bergelombang, dan satuan morfologi pedataran.

1. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, dicirikan oleh rangkaian pegunungan yang tingginya antara 800–1.915 m dpl dan keterjalan lebih dari 40%. Aliran sungai mempunyai pola dendritik–sub dendritik, sebagian trellis karena mengikuti pola patahan, dengan lembah sungai yang sempit, biasanya berbentuk V dan sebagian kecil cenderung U, menunjukkan tingkat erosi muda menuju dewasa.

2. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Landai, dicirikan oleh perbukitan dengan ketinggian antara 100–800 m dpl dan kemiringan lereng antara 15%-40%. Pola aliran sungai dendritik, dengan lembah berbentuk U dan sebagian berbentuk V, menunjukkan tingkat erosi dewasa. Satuan ini umumnya ditempati oleh batuan vulkanik dan sedimen.

3. Satuan Morfologi Pedataran merupakan daerah datar atau dengan kemiringan lereng antara 0% hingga 15% dan pola aliran anyaman “braided stream” yang umum terjadi di daerah muara sungai.

4.4.3.Hidrologi

Potensi hidrologi cukup penting untuk menunjang pembangunan, baik untuk kepentingan irigasi, air minum (sanitasi), transportasi, maupun untuk kepentingan lainnya. Sumber air yang terdapat di Kabupaten Mandailing

Natal bagi kebutuhan tersebut di atas berasal dari mata air dan sungai. Kabupaten Mandailing Natal dialiri oleh sungai besar dan kecil. Beberapa sungai yang terdapat di daerah ini di antaranya adalah Sungai Batang Gadis, Batahan, Kun-kun, Parlampungan, Hulu Pungkut, Aek Rantau Puran, Aek Mata dan lain-lain. Luas daerah aliran sungai terbesar yakni Sungai Batang Gadis, yang terletak di ibukota Kecamatan Panyabungan. Aliran sungai sepanjang 180,00 km dan lebarnya 65 m, dengan volume normal sekitar 25.781,11 m3 Secara umum sungai-sungai yang berada di daerah ini biasa digunakan untuk sarana irigasi, perhubungan, MCK (Mandi, Cuci dan Kakus) dan lainnya.

Secara umum, sungai-sungai di Kabupaten Mandailing Natal beraliran pendek, terjal, dan sempit, sehingga sulit untuk digunakan sebagai sarana transportasi. Sebagian sungai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik (hydromini) dan untuk irigasi. Alur sungai senantiasa bergerak secara horisontal dan jalur sungai berpindah-pindah (bergerak) secara terus-menerus pula. Setelah melalui perjalanan hidupnya sebuah sungai yang lurus dalam jangka waktu tertentu akan berkelok-kelok atau membentuk meander. Pola Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat dipengaruhi oleh keadaan morfologis, topografi dan bentuk wilayah disamping bentuk atau corak DAS itu sendiri. Di wilayah Mandailing Natal terdapat 6 (enam) DAS, yaitu:

1. DAS Batang Gadis 2. DAS Batang Batahan 3. DAS Batang Natal

4. DAS Batang Tabuyung 5. DAS Batang Bintuas 6. DAS Batang Toru.

DAS yang terbesar adalah DAS Batang Gadis dengan luas 369.963 Ha atau sekitar 55,88% dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Keenam DAS bermuara ke Pantai Barat (Samudera Indonesia).

4.4.4.Iklim

4.4.4.1.Musim

Wilayah Mandailing Natal mempunyai iklim yang hampir sama dengan sebagian besar Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia. Hanya dikenal dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Musim kemarau terjadi antara bulan Juni sampai bulan September. Arus angin berasal dari Australia yang tidak mengandung uap air, sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret karena arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik. Keadaan ini seperti silih berganti setiap tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April–Mei dan Oktober–November. Frekuensi curah hujan lebih tinggi selama tahun 2008 jika dibandingan dengan tahun 2007.

4.4.4.2.Suhu dan Curah Hujan

Tinggi atau rendahnya suhu udara di suatu tempat dipengaruhi oleh ketinggian daerah di atas permukaan laut. Daerah Mandailing Natal yang terletak di ketinggian antara 0-1.915 meter di atas permukaan laut

mengakibatkan suhunya berkisar antara 230C–320C dengan kelembaban antara 80–85%. Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh iklim, keadaan orografi dan perputaran /pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan wilayah tiap kecamatan. Tahun 2008 rata-rata jumlah curah hujan di Kabupaten Mandailing Natal yakni 2.945 mm/tahun. Curah hujan maksimum terdapat di Kecamatan Muara Sipongi yaitu: 3.288 mm/tahun sedangkan minimum curah hujan 2.603 mm/tahun di Kecamatan Panyabungan Utara.

4.4.5.Jenis Tanah

Jenis-jenis tanah utama di wilayah Kabupaten Mandailing Natal adalah Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol merupakan jenis tanah dengan luas mencapai 223.240 ha. Jenis tanah ini terutama terdapat pada bagian rendah pegunungan tinggi deretan Bukit Barisan, seperti di sebelah kiri dan kanan dari Lembah Semangko dan Lembah Batang Gadis, sebagian besar terdapat pada Kecamatan Natal, Kecamatan Batang Natal, Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Kotanopan dan Kecamatan Muarasipongi.

Jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang paling sedikit jumlahnya, yakni hanya 8.400 ha dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Jenis tanah regosol dapat ditemukan di sepanjang tepi pantai barat yang terputus-putus oleh bukit-bukit kecil dari formasi tua atau dataran rawa dan endapan alluvial sungai.

4.5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mandaling Natal

Angka pertumbuhan sektor ekonomi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan mengingat hal tersebut mencerminkan pertambahan output yang lebih lanjut menjadi pendapatan bagi suatu perekonomian tertentu. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi kabupaten Mandailing Natal cukup tinggi yaitu 6,08% rata–rata pertahun. Angka pertumbuhan ini meskipun fluktuatif namun cenderung meningkat positif. Angka pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 6,50% (BPS Kabupaten Mandailing Natal).

Di Kabupaten Mandailing Natal, sektor Pertanian yang merupakan sektor andalan bagi perekonomiannya, walaupun demikian laju pertumbuhannya paling rendah dibanding sektor-sektor lainnya yakni tumbuh rata–rata pertahun sebesar 3,71%. Pertumbuhan tertinggi yang terjadi dalam kurun waktu 2004–2008 adalah di tahun 2007 sebesar 5,65%. Secara rata–rata subsektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi di sektor Pertanian adalah subsektor Tanaman Perkebunan sebesar 6,48%. Tingkat pertumbuhan paling rendah dibandingkan subsektor lain yang terdapat di dalam sektor Pertanian adalah subsektor Kehutanan pada tahun 2004 dan 2007 tumbuh negatif sebesar -1,86% dan -1,58 dan tahun 2005, 2006 dan 2008 tumbuh positif sehingga secara rata–rata pertahunnya subsektor ini tumbuh hanya sebesar 0,14%.

Pertumbuhan rata–rata pertahun tertinggi berasal dari sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor ini tumbuh sebesar 15,62% rata–rata pertahun. Pertumbuhannya senantiasa meningkat dan bahkan di tahun 2008 laju pertumbuhannya mencapai sebesar 44,86%. Sektor-sektor lainnya (perdagangan,

Hotel dan sektor list komunika fluktuatif Jik 2000) per (pangan) perkebuna sektor per Ta didominas produksi kelapa saw 179.479 to n Restoran, trik, gas d asi serta s per tahunny ka dihitung r subsektor menyumba an sebesar rtanian di K Persentase anaman per si oleh tana 34.615,80 wit dan cok on dan 2.38

pertamban dan air bers

ektor jasa-ya, rata-rata p r tahun 20 ang rata-rat 27,55%. Ga abupaten M e Nilai PDR rkebunan y aman karet ton pada t klat dengan 7 ton. ngan dan pe sih, sektor -jasa) men persentase n 004-2008, ta sebesar ambar 7 m Mandailing N Gam RB Per Subs Tahun yang menon dengan lua tahun 2008 n luas 14.3 enggalian, bangunan, nunjukkan nilai PDRB sub sektor 37,98% k menunjukkan Natal pada t mbar 4.2 sektor Kabu 2004-2008 njol di Ka as tanaman , selanjutny 20 ha dan sektor indu sektor pe angka pert (atas harg tanaman kemudian d n kontribusi tahun 2004-upaten Man abupaten M sebesar 71 ya diikuti d 4.322 ha d ustri pengol engangkutan rtumbuhan ga konstan bahan mak diikuti subs i dari setiap -2008. ndailing Na Mandailing 1.015 ha de dengan tan dan produk lahan, n dan yang tahun kanan sektor p sub atal Natal engan naman ksinya

4.6 Struktur Perekonomian Kabupaten Mandailing Natal

Struktur perekonomian Kabupaten Mandailing Natal pada dasarnya didominasi oleh sektor pertanian. Sektor ini memberikan kontribusi yang besar hampir setiap tahunnya, pada tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 46,36%. Subsektor yang menjadi andalan bagi pembentukan PDRB dari sektor pertanian adalah subsektor tanaman bahan makanan. Subsektor ini memberikan kontribusi selalu lebih dari 17% terhadap seluruh perekonomian kabupaten, namun sebagaimana yang terjadi dalam sektor pertanian secara keseluruhan, penurunan terjadi di subsektor tanaman bahan makanan dari tahun 2004 hingga tahun 2007 dan kemudian meningkat lagi pada tahun 2008. Subsektor berikutnya yang juga mendominasi pembentukan nilai tambah bruto bagi perekonomian kabupaten adalah subsektor tanaman perkebunan. Subsektor yang merupakan bagian dari sektor pertanian ini memberikan kontribusi terhadap perekonomian lebih dari 12% dan secara bertahap dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2008 kontribusi subsektor tanaman perkebunan sebesar 14,77%, hal ini terjadi karena semakin berkembangnya usaha perkebunan di Kabupaten Mandailing Natal terutama untuk komoditi karet dan kelapa sawit.

Perhatian mendalam perlu ditujukan pada sektor industri pengolahan mengingat sektor ini dapat menjadi sektor unggulan yang dapat memberikan nilai tambah bagi produk yang dihasilkan dalam perekonomian. Sektor ini di Kabupaten Mandailing Natal masih belum menjadi sektor yang memberikan kontribusi besar bagi pembentukan nilai tambah perekonomian kabupaten. Dari tahun 2001 hingga tahun 2005, kontribusi yang diberikan cenderung meningkat

meskipun peningkatannya tidak cukup signifikan. Peranan sektor ini yang besarnya dalam kisaran 3,20% hingga 3,53% terhadap total perekonomian kabupaten, sebahagian besar ditunjang oleh subsektor industri makanan, minuman dan tembakau. Subsektor lain belum menunjukkan peranan yang signifikan terhadap sektor industri pengolahan.

4.7 Peranan Subsektor Perkebunan

Subsektor perkebunan merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mandailing Natal. Secara rata–rata subsektor tanaman perkebunan mengalami pertumbuhan tertinggi di sektor pertanian yakni sebesar 6,48%. Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap PDRB sektor pertanian yang signifikan selama lima tahun terakhir (2004–2008), yaitu setelah subsektor tanaman pangan.

Jika dihitung rata-rata persentase nilai PDRB (atas harga konstan tahun 2000) per subsektor tahun 2004-2008, sub sektor tanaman bahan makanan (pangan) menyumbang rata-rata sebesar 37,98% kemudian diikuti subsektor perkebunan sebesar 27,55%.

4.8 Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas

Kualitas hasil penelitian yang baik sudah semestinya diperoleh jika rangkaian penelitian dilakukan dengan baik. Perencanaan yang matang mutlak dengan alat penelitian seperti daftar pertanyaan yang digunakan harus dalam kondisi baik. Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan

instrumen penelitian dapat menjawab tujuan penelitian. Reliabel artinya data yang diperoleh konsisten atau stabil. Agar data yang diperoleh valid dan reliabel maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

4.8.1.Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 19 for windows dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika rhitung positif atau rhitung > rtabel, maka butir pertanyaan tersebut valid.

2. Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel, maka butir pertanyaan tersebut

tidak valid.

3. Nilai rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total

Correlation.

Penyebaran kuisioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 50 orang responden penelitian yaitu petani sawit yang tersebar di kabupaten Mandailing Natal. Nilai tabel r dengan ketentuan tingkat signifikansi sebesar 5%, angka yang diperoleh = 0,361.

Tabel 4.2 Uji Validitas Item-Total Statistics

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 19.0, 2013)

Corrected item total correlation menunjukkan korelasi antara skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Untuk mengetahui validitas pada setiap pertanyaan, maka nilai pada kolom Corrected item total correlation yang merupakan nilai rhitung

dibandingkan dengan rtabel. Adapun pada α = 0,05 dengan derajat bebas df = 30, sehingga r (0,05;30), diperoleh rtabel adalah 0,361.

Tabel 4.2 juga menunjukkan bahwa 15 butir pertanyaan tidak ada yang tidak valid atau berada pada Corrected Item-Total Correlation lebih kecil dari 0,361. Maka disimpulkan semua pernyataan tersebut semua valid karena nilainya berada > rtabel = 0,361, untuk lebih jelasnya interpretasi item total statistic adalah sebagai berikut:

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted VAR00001 54,3667 24,792 ,655 ,879 VAR00002 54,2000 26,855 ,626 ,853 VAR00003 54,1667 26,075 ,434 ,862 VAR00004 54,3333 26,644 ,410 ,862 VAR00005 54,2667 24,064 ,507 ,860 VAR00006 54,1667 25,109 ,602 ,876 VAR00007 54,3667 24,999 ,730 ,848 VAR00008 54,4333 24,599 ,548 ,857 VAR00009 54,1667 24,144 ,556 ,857 VAR00010 54,3000 23,459 ,664 ,852 VAR00011 54,1333 25,292 ,794 ,846 VAR00012 54,3667 25,620 ,806 ,844 VAR00013 54,3667 24,792 ,619 ,854 VAR00014 54,4333 25,289 ,495 ,859 VAR00015 54,7667 25,530 ,668 ,852

1. Scale mean if item deleted menerangkan nilai rata-rata total jika variabel tersebut dihapus, misalnya jika pernyataan (item) 2 dihapus maka rata-rata variabel sebesar 54,2 ; jika pernyataan (item) 3 dihapus maka rata-rata variabel bernilai 54,1 dan seterusnya.

2. Scale variance if item deleted menerangkan besarnya variance total jika variabel (butir) tersebut dihapus. Misalnya item 2 dihapus maka besarnya adalah 24.7 sedangkan jika variabel (butir) item 3 dihapus adalah 26,8 dan seterusnya.

3. Corrected item-total correlation merupakan korelasi antar skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Nilai pada kolom Corrected Item-Total Correlation merupakan nilai rhitung yang akan dibandingkan dengan rtabel untuk

mengetahui validitas pada setiap butir pernyataan. Jumlah kasus adalah 50; nilai tabel r dengan tingkat signifikansi sebesar 5% adalah 0,361.

Tabel 4.3 Validitas Instrumen No. Butir Instrumen Corrected item total correlation R tabel Keputusan 1 ,655 0,361 Valid 2 ,626 0,361 Valid 3 ,434 0,361 Valid 4 ,410 0,361 Valid 5 ,507 0,361 Valid 6 ,602 0,361 Valid 7 ,730 0,361 Valid 8 ,548 0,361 Valid 9 ,556 0,361 Valid 10 ,664 0,361 Valid 11 ,794 0,361 Valid 12 ,806 0,361 Valid 13 ,619 0,361 Valid 14 ,495 0,361 Valid 15 ,668 0,361 Valid

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 19.0, 2013) Ketentuan untuk pengambilan keputusan:

1. Jika rhitung > rtable, maka pertanyaan dinyatakan valid. 2. Jika rhitung < rtable, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

3. rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Penulis melakukan pengujian validitas terhadap semua butir pertanyaan yang diajukan kepada responden terlihat pada Tabel 4.3, seluruh pernyataan telah dinyatakan valid yaitu nilai Corrected item total correlation > rtable. 4.8.2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan atau konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil

yang relatif sama, artinya mempunyai konsistensi pengukuran yang baik, dan suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 19 for windows dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika ralpha positif atau lebih besar dari rtabel maka dinyatakan reliabel. 2. Jika ralpha negatif atau ralpha lebih kecil dari rtabel maka dinyatakan

tidak reliabel.

Hasil pengolahan dari uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.4.dibawah ini:

Tabel 4.4. Uji Validitas II Item-Total Statistics

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 19.0, 2013)

Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa semua variabel reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,361.

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted VAR00001 54,3667 24,792 ,626 ,879 VAR00002 54,2000 26,855 ,405 ,853 VAR00003 54,1667 26,075 ,473 ,862 VAR00004 54,3333 26,644 ,472 ,862 VAR00005 54,2667 24,064 ,753 ,860 VAR00006 54,1667 25,109 ,583 ,876 VAR00007 54,3667 24,999 ,666 ,848 VAR00008 54,4333 24,599 ,732 ,857 VAR00009 54,1667 24,144 ,760 ,857 VAR00010 54,3000 23,459 ,808 ,852 VAR00011 54,1333 25,292 ,610 ,846 VAR00012 54,3667 25,620 ,546 ,844 VAR00013 54,3667 24,792 ,619 ,854 VAR00014 54,4333 25,289 ,495 ,859 VAR00015 54,4634 25,462 ,668 ,852

Tabel 4.5 Reliability Statistic

Cronbach's Alpha N of Items

.878 15

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 19.0, 2013)

Pada Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai ralpha sebesar 0,878 dan rtabel

sebesar 0,60. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai ralpha positif dan lebih

besar dari rtabel (0,914 > 0,60) maka kuisioner tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.

4.9 Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)

Laki-laki 42 84 %

Perempuan 8 16 %

Total 50 100 %

Sumber : Data primer dengan pengolahan (september, 2013)

Hasil pengolahan data pada Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu 42 orang atau sebayak 84%. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya petani sawit lebih banyak digeluti oleh laki-laki disebabkan dalam hampir semua proses dan pengelolaannya membutuhkan tenaga dengan porsi yang cukup berat, sedangkan sisanya perempuan hanya sebesar 16% .

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Responden Persentase (%)

20-30 tahun 13 26 %

31-50 tahun 29 58 %

> 50 tahun 8 16%

Total 50 100 %

Sumber : Data primer dengan pengolahan (september, 2013)

Hasil pengolahan data pada Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa jumlah responden terbanyak berusia 31-50 tahun yaitu 29 responden atau 58 %, hal ini menunjukkan umumnya petani sawit lebih banyak digeluti oleh usia separuh baya, kemudian di ikuti oleh usia 20-30 tahun yang menunjukkan usia produktif dan memiliki tenaga yang prima dalam melakukan kegiatan dalam perkebunan sawit milik keluarga, kemudian di ikuti oleh kelompok usia 50 keatas hal ini lebih kepada petani sawit dengan tipe menyerahkan pengurusan lahan sawit kepada orang lain, dengan sistem mempekerjakan orang untuk kebunnya.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

Agama Jumlah Responden Persentase (%)

Islam 50 100% Kristen Protestan - 0 % Kristen Katolik - 0% Hindu - 0% Budha - 0% Total 50 100 %

Berdasarkan tabel di atas, dari 50 orang yang menjadi responden terlihat bahwa jumlah responden terbanyak yang menjadi sampel berdasarkan agama adalah responden yang beragama islam yaitu sebanyak 50 petani dengan tingkat persentase sebesar 100 % dari jumlah keseluruhan responden. Sedangkan responden yang beragama Kristen Protestan yaitu sebanyak sampel dengan tingkat persentase sebesar nol dengan artian tidak ada, demikian juga responden yang beragama Budha, Kristen Katolik dan Hindu tidak terdapat dalam menjadi responden dalam peani sawit dikarenakan nelitian ini berada di lokasi yang di domisili mayoritas beragama islam dengan demikian sangat besar kemungkinan untuk potensi dan prospek pembiyaan syariah masuk dalam wilayah petani sawit.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat

Pendidikan

Jumlah Responden Persentase (%)

SD - 0 %

SLTP-SLTA 28 56 %

Akademi 7 14% Sarjana 15 30%

Total 50 100 %

Sumber : Data primer dengan pengolahan (september, 20013)

Hasil pengolahan data pada Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa jumlah responden terbanyak pada tingkat pendidikan SLTP-SLTA sebanyak 28 orang atau 56% dari jumlah responden hal ini menunjukkan umumnya petani sawit mengolah sendiri kebun keluarga, mengingat daerah adanya kecenderungan anak muda berkebun untuk mendapatkan penghasilan sendiri

dan menjadi tradisi yang terus menerus di ikuti, untuk tingkat akademik dan sarjana umumnya petani yang sudah memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik cenderung mempunyai lahan yang lebih luas dan mempekerjakan oarang lain dalam urusan kebun sawitnya.

4.10 Distribusi Jawaban Responden

Tabel 4.10

Pendapat Responden terhadap Variabel Bagi Hasil No Item SS 5 S 4 N 3 TS 2 STS 1 Total F % F % F % F % F % F (%) 1 2 4% 27 54% 16 32% 5 10% 0 0% 50 100 2 0 0% 22 44% 23 46% 5 10% 0 0% 50 100 3 1 2% 36 72% 12 24% 1 2% 0 0% 50 100 4 1 2% 28 56% 21 42% 0 0% 0 0% 50 100 5 0 0% 34 68% 14 28% 2 4% 0 0% 50 100

Sumber : Data primer diolah dengan SPSS 19.00 for Windows (September, 2013)

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa:

1. Frekuensi jawaban pernyataan “ Bagi hasil akan membebaskan petani dari bunga/ riba” diketahui bahwa 2 orang menyatakan sangat setuju, 27 orang menyatakan setuju, 16 orang menyatakan netral, 5 orang yang menyatakan tidak setuju dan tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju.

2. Frekuensi jawaban pernyataan “ Besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad” diketahui bahwa tidak ada yang menyatakan sangat

setuju, 22 orang menyatakan setuju, 23 orang menyatakan netral, 5 orang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.

3. Frekuensi jawaban responden tentang “ Bila usaha mengalami kerugian, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak” diketahui bahwa 1 orang menyatakan sangat setuju, 36 orang menyatakan setuju, 12 orang menyatakan netral, 1 orang yang menyatakan tidak setuju dan tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju.

4. Frekuensi jawaban responden tentang “ Pembayaran bunga adalah tetap, seperti yang dijanjikan, tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi tapi bagi hasil tidak demikian” diketahui bahwa 1 orang menyatakan sangat setuju, 28 orang menyatakan setuju, 21 orang menyatakan netral, tidak ada orang yang menyatakan tidak setuju dan tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju.

5. Frekuensi jawaban pernyataan “ Jumlah nisbah bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang telah dicapai” diketahui bahwa tidak ada orang menyatakan sangat setuju, 34 orang menyatakan setuju, 14 orang menyatakan netral, 2 orang yang menyatakan tidak setuju dan tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju.

Tabel 4.11

Pendapat Responden terhadap Variabel Kemitraan No Item SS 5 S 4 N 3 TS 2 STS 1 Total F % F % F % F % F % F (%) 1 1 2% 27 54% 17 34% 5 10% 0 0% 50 100 2 0 0% 25 44% 20 46% 5 10% 0 0% 50 100 3 1 2% 38 76% 8 16% 3 6% 0 0% 50 100 4 3 6% 29 58% 18 36% 0 0% 0 0% 50 100 5 0 0% 32 64% 15 30% 3 6% 0 0% 50 100

Sumber : Data primer diolah dengan SPSS 19.00 for Windows (September, 2013)

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa:

6. Frekuensi jawaban pernyataan “ Pembiyaan syariah melalui kemitraan akan lebih diterima petani sawit dari pada meminjam dari lembaga keuangan konvensional” diketahui 1 orang menyatakan sangat setuju, 27 orang menyatakan setuju, 17 orang menyatakan netral, 5 orang yang menyatakan tidak setuju dan tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju.

7. Frekuensi jawaban pernyataan “ Melalui kemitraan syariah potensi yang dimiliki petani sawit akan lebih berkembang” diketahui bahwa tidak ada orang menyatakan sangat setuju, 25 orang menyatakan setuju, 20 orang menyatakan netral, 5 orang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.

8. Frekuensi jawaban responden tentang “ Kemitraan syariah akan

Dokumen terkait