• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Geografis dan Sejarah Kabupaten Gayo Lues

Daerah Kabupaten Gayo Lues terletak di ketinggian berkisar dari 400-1200 meter di atas permukaan laut (m dpl) yang merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagian kawasan wilayah Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser yang diandalkan sebagai paru-paru dunia.

Luas Kabupaten Gayo Lues adalah 5.719,67 km2, yang terdiri dari 11 kecamatan, 11 mukim, 135 desa dan 1 kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Gayo Lues 1.139,88 km2, sedangkan wilayah yang terkecil adalah Kecamatan Putri Betung 139 km2.

Terbentuknya Kabupaten Gayo Lues

Dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1974, maka status Kewedanaan diganti dengan sebutan Pembantu Bupati. Namun sejak tahun 1975 s.d 1981 status Gayo Lues masih dalam status transisi karena Gayo Lues dijadikan daerah koordinator Pemerintahan untuk 4 Kecamatan. Baru pada tahun 1982 Kewedanaan Gayo Lues dijadikan Wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues dipimpin oleh Pembantu Bupati. Berhubung karena keterbatasan wewenang ditambah lagi luasnya daerah yang harus dikoordinir dan lagi pula minimnya PAD Aceh Tenggara ada kesan kemajuan pembangunan Gayo Lues dianaktirikan. Pada

pertengahan tahun 90-an transportasi Gayo Lues agak mendekati titik terang dengan berfungsinya sarana jalan, sehingga menjadikan Kota Blang Kejeren sebagai simpang empat, yaitu : Blang Kejeren -Takengon ; Blang Kejeren - Aceh Selatan ; Blang Kejeren Kutacane dan Blang Kejeren - Aceh Timur. Hal ini memicu percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah Gayo Lues yang mendukung PMDN dan PMDA untuk menanam modal. Faktor intern di atas ditambah lagi dengan faktor ekstern dengan diresmikannya Pembantu Bupati Simeulu menjadi Kabupaten Administratif, menyusul Pembantu Bupati Bireuen dan Pembantu Bupati Singkil menjadi Kabupaten. Hal inilah yang merangsang masyarakat Gayo Lues untuk mengikuti jejak daerah tersebut di atas. Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, maka pada akhir tahun 1997 beberapa orang tua bermusyawarah di Blang Kejeren untuk memperjuangkan Gayo Lues menjadi Kabupaten Administratif.

Maksud dan tujuan panitia ini disampaikan kepada Bupati Aceh Tenggara.

Dan mendapat respon yang positif, Bupati sangat setuju dan mendukung gagasan yang baik ini. Panitia meminta Bupati agar menyurati Gubernur dan Ketua DPRD I Aceh. Permitaan ini disanggupi Bupati dan Ketua DPRD II Aceh Tenggara dengan mengirim surat kepada Gubernur dan Ketua DPRD Aceh. Petinggi Aceh lalu menyurati menteri yang terkait di Jakarta termasuk pimpinan DPR, pimpinan Parpol dan lain-lain yang di rasa patut. Proses di Jakarta sedikit agak terhambat mengingat situasi negarapun belum begitu stabil. Karena itu Panitia, Pemerintah Daerah Aceh Tenggara masyarakat Gayo Lues yang berdomisili di Jakarta berjuang terus tanpa mengenal lelah, tanpa biaya yang berlimpah, bekerja tanpa pamrih demi terwujudnya sebuah Kabupaten. Tahun 2000 delegasi dikirim ke

Jakarta dari Aceh Tenggara untuk penjajakan dan menemui Menteri Dalam Negri, pimpinan DPR dan Pimpinan parpol untuk mohon bantuan. Setelah melalui proses yang agak panjang akhirnya pada tanggal 30 Agustus 2001 DPOD menetapkan 4 Calon Kabupaten dari Aceh dinyatakan lulus menjadi Kabupaten, sedangkan Gayo Lues dikaji ulang. Masyarakat Gayo Lues, Pemda Aceh Tenggara, Pemda Daerah Aceh, merasa tidak puas dan kecewa, lalu mengirim delegasi lagi ke Jakarta menemui Petinggi di Jakarta termasuk Wapres. Kepada mereka dimohon dengan hormat agar Gayo Lues dapat diluluskan menjadi Kabupaten.

Akhirnya DPOD menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupaten dalam sidangnya pada tanggal 18 Oktober 2001. Tidak lama kemudian pemerintah mengusulkan RUU pembentukan Kabupaten Gayo Lues ke DPR-RI. Dalam sidang Paripurna DPR-RI tanggal 11 Maret 2002 seluruh fraksi menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupaten beserta 21 Kabupaten/Kota lainya.

Pada tanggal 2 Juli 2002 Gayo Lues beserta 21 Kabupaten/Kota lainya diresmikan oleh Mendagri Hari Sabarno sebagai sebuah Kabupaten. Pada tanggal 6 Agustus 2002 Gubernur NAD, Ir. Abdullah Puteh melantik Ir. Muhammad Ali Kasim, MM menjadi Penjabat Bupati Gayo Lues di Kutacane. Dengan demikian selesailah sebuah perjuangan yang suci untuk mewujudkan sebuah Kabupaten yang dicita-citakan. Akhir tahun 2005 di Kabupaten Gayo Lues terbentuk kecamatan baru dari 5 kecamatan menjadi 11 kecamatan, sedangkan jumlah desa masih tetap. Kecamatan Gayo Lues merupakan wilayah yang terbanyak dilakukan pemecahan kecamatan, sedangkan Kecamatan Pining tidak mendapat pemecahan kecamatan.

Kecamatan Kutapanjang dimekarkan menjadi Kecamatan Kutapanjang dan Blang Jerango. Kecamatan Blang Kejeren dipecah menjadi: Kecamatan Blang Kejeren, Putri Betung, Debun Gelang, dan Blang Pegayon. Kecamatan Rikit Gaib dipecah menjadi Kecamatan Rikit Gaib dan Pantan Cuaca, Kecamatan Terangon mekar menjadi Kecamatan Terangon dan Tripe Jaya.

Kecamatan Blang Kejeren merupakan ibukota kabupaten, sedangkan Kecamatan Tripe Jaya yang beribukota kecamatan di Rerebe berjarak 47 kilometer dari Blang Kejeren.

Kabupaten Gayo Lues yang mempunyai 20 mukim, sebanyak 65 desa diantaranya berkatagori swadaya, 43 swakarsa, dan 28 berkatagori swasembada.

Setiap kecamatan membawahi 1-3 kemukiman, dimana Kecamatan Blang Kejeren mempunyai 3 buah kemukiman dan Kecamatan Blang Pegayon, Debun Gelang, Tripe Jaya masing-masing membawahi 1 kemukiman, serta kecamatan lainnya membawahi 2 kemukiman.

Keregenan yang mempunyai bilangan penduduk yang kebanyakannya dari kaum Gayo ini sedang berusaha untuk mencapai pembangunan. Potensi yang dikembangkan adalah pertanian, seperti lada besar di mana Gayo Lues merupakan pengedar utama lada ini di pasar-pasar kota Medan, selain itu terdapat hutan pinus yang berpotensi untuk pengembangan tanaman serai wangi dan di kawasan Terangon yang mulai dihuni transmigrasi dapat mengembangkan budidaya nilam, tembakau virginia dan koko disamping kopi Arabika.

Dengan rancangan pembangunan Jalur Ladia Galaska (Lautan Hindi, Gayo, Alas dan Selat Melaka) yang menghubungkan Lautan Hindi dengan Selat

Melaka, meski mendapat tentangan dari kalangan pelestari lingkungan hidup, diharapkan ekonomi masyarakat Gayo Lues yang sebelumnya tertinggal akan meningkat. Keregenan Gayo Lues merangkumi 57 peratus dari wilayah Aceh Tenggara, dan terdiri dari lima sub-daerah dengan pecahan sebagai berikut:

Dataran Tinggi Gayo adalah daerah yang berada di kawasan pegunungan Aceh Tengah,Bener meriah daan Gayo Lues dengan tiga kota utamanya yaitu Takengon, Blang Kejeren Dan Simpang Tiga Redelong. Jalan yang menghubungkan ketiga kota ini melewati daerah dengan pemandangan yang sangat indah. Mata pencarian masyarakat Gayo yang pada umumnya adalah bertani dan berkebun antara lain padi, sayur-sayuran, kopi dan tembakau.

Kegiatan perkebunan kopi dan tembakau dilakukan dengan membuka wilayah hutan yang ada di wilayah ini.

Pada umumnya mayarakat Nanggroe aceh darussalam, orang Gayo juga dikenal karena sifat mereka yang sangat menentang segala bentuk penjajahan dan daerah ini dulu dikenal sebagai kawasan yang sangat menentang pemerintahan kolonial Belanda. Suku Gayo Terkenal dengan sifat ramah tamah, beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya. Suku Gayo menggunakan bahasa yang disebut bahasa Gayo. Komoditi Utama Masyarakat Gayo adalah Kopi, kopi Gayo yang telah terkenal sampai ke manca negara.di Gayo banyak yang memelihara kerbau, sehingga ada yang mengatakan jika melihat banyak kerbau di Nangroe Aceh Darussalam maka orang itu pasti berada di Gayo. Seperti suku-suku Di Indonesia suku gayo juga memiliki Seni budaya Tersendiri.

Kabupaten ini berada di gugusan pegunungan Bukit Barisan, sebagian

dicanangkan sebagai warisan dunia. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang paling terisolasi di NAD.