• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GANDA PEREMPUAN PADA KELUARGA MASYARAKAT PETANI DI DESA TAMPENG, KECAMATAN KUTAPANJANG, KABUPATEN GAYO LUES TESIS. Oleh HARTATI /SP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN GANDA PEREMPUAN PADA KELUARGA MASYARAKAT PETANI DI DESA TAMPENG, KECAMATAN KUTAPANJANG, KABUPATEN GAYO LUES TESIS. Oleh HARTATI /SP"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GANDA PEREMPUAN PADA KELUARGA

MASYARAKAT PETANI DI DESA TAMPENG, KECAMATAN KUTAPANJANG, KABUPATEN GAYO LUES

TESIS

Oleh

HARTATI 117024009/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERAN GANDA PEREMPUAN PADA KELUARGA

MASYARAKAT PETANI DI DESA TAMPENG, KECAMATAN KUTAPANJANG, KABUPATEN GAYO LUES

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh HARTATI 117024009/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(3)

Judul Tesis : PERAN GANDA PEREMPUAN PADA KELUARGA MASYARAKAT PETANI DI DESA TAMPENG, KECAMATAN KUTAPANJANG, KABUPATEN GAYO LUES

Nama Mahasiswa : Hartati Nomor Pokok : 117024009

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si) (Drs. Agus Suriadi, M.Si Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)

(4)

Telah diuji pada Tanggal 3 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si Anggota : 1. Drs. Agus Suriadi, M.Si

2. Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si 3. Husni Thamrin, S.Sos, MSP

4. Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A

(5)

PERNYATAAN

PERAN GANDA PEREMPUAN PADA KELUARGA MASYARAKAT PETANI DI DESA TAMPENG, KECAMATAN KUTAPANJANG,

KABUPATEN GAYO LUES

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 201 Penulis,

Hartati

(6)

PERAN GANDA PEREMPUAN PADA KELUARGA MASYARAKAT PETANI DI DESA TAMPENG, KECAMATAN KUTAPANJANG,

KABUPATEN GAYO LUES

ABSTRAK

Peran dapat didefinisikan sebagai suatu aspek dinamis dari adanya suatu kedudukan (posisi/status sosial). Aspek dinamis tersebut mencakup rangkaian wewenang, hak dan kewajiban yang menyertai keberadaan dari kedudukan tersebut. Keterlibatan istri petani pada kegiatan ekonomi keluarga di Desa Tampeng memberikan pandangan tersendiri bahwa antara suami maupun istri tidak ada pemabakuan peran bahwa istri hanya mampu berperan di dalam rumah tangga saja (domestik) sedangkan suami bertugas di luar rumah tangga (publik), kenyataannya mayoritas keluarga petani yang ada di Desa Tampeng memiliki semangat kerjasama yang baik dimana antara suami maupun istri turut serta atau ikut berpartisipasi langsung dalam hal mencari nafkah. Ketertarikan peneliti pada fenomena tersebut diangkat dalam penelitian tesis yang berjudul: “PERAN GANDA PEREMPUAN PADA KELUARGA MASYARAKAT PETANI DI DESA TAMPENG, KECAMATAN KUTAPANJANG, KABUPATEN GAYO LUES ACEH”. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana kajian dilakukan untuk mendapat gambaran tentang peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya dan bentuk partispasi yang dilakukan istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya serta untuk mendapat gambaran bagaimana respon masyarakat Gayo Lues terhadap istri yang bekerja untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Berdasarkan fokus penelitian, maka yang dijadikan sebagai subyek penelitian adalah perempuan (ibu rumah tangga) petani dan telah terdaftar sebagai anggota desa dan termasuk dalam usia produktif, serta berdomisili di Desa Tampeng, Kecamatan Kuta Panjang, Kabupaten Gayo Lues. Subyek penelitian ditentukan secara bertujuan (purposive) yaitu dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, jumlah dan jenisnya dikembangkan menurut prinsip snowball sampling, bergulir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah terkumpul secara tuntas. Lokasi dari penelitian ini adalah Desa Tampeng, Kecamatan Kuta Panjang yang merupakan salah satu desa pertanian di kabupaten Gayo Lues, sehingga fenomena permasalahan penelitian ini justru menjadi sangat nyata pada lokasi penelitian, yakni dimana secara umum mata pencaharian masyarakat di lokasi penelitian ini yakni petani dan tentunya masih memiliki tingkat kesejahteraan yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). Pengumpulan data primer dilaksanakan melalui wawancara mendalam, (2). Observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan secara langsung objek peneliti atau keadaan yang kaitannya dengan masalah peneliti. (3).

Pengumpulan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi dan kejadian data yang dikumpulkan semata- mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji

(7)

penelitian ini adalah sebagai berikut ini: (1). Peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues merujuk pada teori fungsionalisme (teori ini memandang bahwa laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari struktur nilai dalam kehidupan masyarakat ) megalami perubahan sebagai seorang istri/ibu rumah tangga yang membantu suami bekerja mencari nafkah di luar rumah sebagai buruh tani, pedagang makanan keliling, pedagang sayur-mayur, buah-buahan, kopi, palawija. (2). Berdasarkan pandangan Weber tersebut pembagian kerja, dapat digambarkan kondisi sebenarnya mengenai pembagian kerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dalam meningkatkan ekonomi keluarganya. Yaitu para lelaki atau suami bekerja di luar rumah sebagai petani mencari nafkah dan para istri/ibu rumah tangga bekerja di dalam rumah dan di luar rumah untuk membantu suami mencari nafkah.(3). Pendapatan suami berkisar antara <Rp.600.000, Rp.6.00.000.–Rp.1.000.000,Rp.1.000.-Rp.1.500.000 dan Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 setiap bulannya tidak rutin dan tambahan pendapatan keuangan selama satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja mencari nafkah di luar rumah sebagai buruh tani, pedagang makanan keliling, pedagang sayur-mayur, buah-buahan, kopi, palawija, sama halnya dengan pendapatan suami yang bekerja berkisar antara <Rp.600.000, Rp.6.00.000.–

Rp.1.000.000,Rp.1.000.-Rp.1.500.000 dan Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 setiap bulannya tetapi tidak rutin. (4). Bentuk partisipasi seorang istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues adalah bentuk partisipasi horizontal. (5). Respon masyarakat Gayo Lues terhadap istri/ibu rumah tangga yang bekerja untuk meningkatkan ekonomi keluarga mengatakan baik, jika istri/ibu rumah tangga membantu ikut bekerja mencari nafkah dalam upaya membantu ekonomi keluarga

Kata Kunci : Peran, Partisipasi, Istri/Ibu Rumah Tangga, Petani

(8)

DUAL ROLE OF WOMEN ON FAMILY FARMING COMMUNITIES AT TAMPENG VILLAGE, KUTAPANJANG SUBDISTRICT,

GAYO LUES DISTRICT

ABSTRACT

Role can be defined as a dynamic aspect of the existence of a position (position/social status). The dynamic aspects include a series of powers, rights and obligations that accompany the existence of such a position. Farmer's wife's involvement in economic activities of the family gives its own view that between husband and wife there is no standardization of the role that the wife could only play a role in the household only (domestic) husband while on duty outside the household (public), in fact the majority of farming households in Tampeng village has a good spirit of cooperation between husband and wife which participates or participated directly in terms of making a living. Interest in research on the phenomenon raised in the research thesis entitled: "THE ROLE OF WOMEN IN MULTIPLE FAMILY IN VILLAGE COMMUNITY FARMERS TAMPENG, KUTAPANJANG DISTRICT, DISTRICT GAYO LUES ACEH". Design of this study used a qualitative descriptive approach, where the study was to obtain an overview of the role of farmer's wife in the family economy and increasing participation forms made in improving the farmer's wife and the family economy to get an idea of how the public response to the Gayo Lues and wife working to improve family economic . Based on the focus of the research, it is used as study subjects were women (housewives) have been listed as a farmer and village members and included in the productive age, and reside in Tampeng Village, Kuta District Long, Gayo Lues district. Subjects research aims determined (purposive) is selected and adapted to the purpose, amount and the principle of its kind developed by snowball sampling, rolling until it reaches a saturation point where the information has been collected completely. Location of the study is Tampeng Village, Kuta District which is the length of one farming village in the district of Gayo Lues, so the phenomenon of this research problem became very apparent at the study site, which is generally where the livelihoods of the communities in this study, and of course the farmers still has a level of prosperity that needs special attention. The data collection techniques used in this study are as follows: (1).

Primary data collection is carried out through in-depth interviews, (2).

Observation, the authors conducted direct observation of objects researcher or circumstances related to the problem researchers. (3). Secondary data collection.

Data analysis techniques used in the study is a descriptive analysis with a qualitative approach. This study sought to describe the situation and incident data collected purely descriptive so it does not intend to seek clarification, test hypotheses, make predictions and study the implications ". Conclusions in this study are as follows: (1). Farmer's wife role in improving the economic family in the village Tampeng Kutapanjang district of Gayo Lues district refers to the functionalist theory (the theory is the view that men and women are part of the

(9)

husband work outside the home to earn a living as farm laborers, itinerant food vendors, merchants vegetables, fruits, coffee, pulses. (2). Based on Weber's view of the division of labor, can be drawn about the actual condition of the division of labor in the village Tempeng Kutapanjang district of Gayo Lues district in improving the economic family. Boys and men or husbands to work outside the home to earn a living as a farmer and the wife / mother in the household work at home and outside the home to help her husband earn a living. (3). Husband's income ranged from <600,000, Rp.6.00.000.-Rp.1.000.000, Rp.1.000.- Rp.1.500.000 and Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 every month is not routine and additional financial income for one month with the help of his wife working outside the home to earn a living as farm laborers, itinerant food vendors, merchants vegetables, fruits, coffee, grains, as well as their husbands who work ranged from <600,000, Rp.6.00.000.-Rp.1.000.000, Rp.1.000.-Rp.1.500.000 and Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 every month but not routinely. (4). Participation forms a farmer's wife in raising his family in the village economy Tampeng Kutapanjang district of Gayo Lues district is a form of horizontal participation.

(5). Gayo Lues public response to the wife / housewife who work to improve the family's economic well said, if the wife / homemaker help go to work for a living in order to support their families

Keywords: Roles, Participation, Wife / Housewife, Farmers

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini

Penulis dalam penyusunan tesis ini telah berusaha sebaik mungkin, namun demikian penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, mengingat pengetahuan penulis yang masih sangat terbatas. Oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak.

Tesis dan study ini membuat penulis berhutang kepada banyak orang dan celakanya penulis tidak memiliki sesuatu yang cukup berharga untuk membalasnya. Alhasil, yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah menyampaikan banyak terima kasih sambil mengenang budi baik mereka.

Pada kesempatan ini juga, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Program Studi Magisteter Studi Pembangunan sekaligus sebagai dosen Penguji tamu yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan pemikiran, dan dukungan dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si selaku Pembanding I serta sekretaris Program Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

(11)

6. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si. dan Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.Si, selaku Pembaning yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bekal ilmu serta membantu dalam proses penyusunan dan penyelesaian tesis ini.

8. Suami tercinta dan anak-anakku yang selalu memberi semangat yang luar biasa, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, kelak menjadi cemeti untuk kalian, terus belajar dan menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

9. Ayahanda dan Ibunda yang selama ini tak henti-hentinya selalu mendoakan serta memberikan motivasi, semangat dan dukungan baik moril maupun materil selama menjalankan perkuliahan hingga proses penyelesaian tesis ini

10. Seluruh rekan-rekan dan sahabat senasib sepenanggungan pada Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama perkuliahan.

Semoga kita selalu kompak dan semakin solid pada masa-masa yang akan datang.

11. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dorongan, masukan, saran serta kritik dalam menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

Semoga budi baik mereka semua mendapat ganjaran pahala dari ALLAH SWT, dan semoga karya ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalam

Medan, Juli 2013 Penulis,

Hartati

(12)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Hartati

Tempat/tanggal lahir : Perapat Hulu, 20 Mei 1970

Alamat : JL. Muhammadin no. 247 ds. Kampung Jawa Gayo lues Pekerjaan : PNS

Status : Menikah

Nama Suami : Muhammad Amru

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD MIN Kutacane tamat Tahun 1982 SMP Negeri I Kuta Cane Tamat Tahun 1985 SMA Negeri I Kuta Cane Tamat Tahun 1988

S1 Fakultas Ekonomi STIE Gunung Leuser Kuta Cane Tamat Tahun 2005 S2 Studi Pembangunan FISIP USU Medan Tamat Tahun 2013

(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAKS ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... v

RIWAYAT HIDUP... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitin ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Keluarga... 8

2.2 Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam Keluarga………... 16

2.3 Partisipasi ………... 22

2.4. Respon... 44

2.5. Analisis Gender ……..………... 47

2.6 Kerangka Konseptual Penelitian…... 51

2.7 Definisi Konsep ………... 56

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 58

3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 58

3.3 Lokasi Penelitian... 59

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.5 Teknik Analisa Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 62

4.2 Hasil Penelitian ... 67

4.3 Pembahasan... 112

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... ... 133

5.2 Saran/Rekomendasi ... 134

DAFTAR PUSTAKA………... 134

(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

2.1 Tipe-tipe Partisipasi………... 40

4.1 Jenis Kelamin Responden Penelitian ………... 65

4.2 Usia Responden ………..………….... 68

4.3 Tingkat Pendidikan Terakhir …………..………... 69

4.4. Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di desa yang bekerja di luar rumah………... 70

4.5 Tanggapan jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga……….... 73

4.6 Tanggapan mengenai ibu rumah tanggga telah mempergunakan kemampuannya untuk membantu kelancaran pekerjaan suami di rumah………... 75

4.7 Tanggapan mengenai peran ibu rumah tanggga didalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga……….. 78 4.8 Tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam keluarga……….... 80

4.9 Tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam masyarakat…………... 82

4.10 Apakah adat istiadat di daerah ini melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah?... 84

4.11 Kegiatan yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di dalam rumah……… 87

4.12 Kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah……….... 88

4.13 Pendapatan suami selama satu bulan ………... 90

4.14 Tambahan Pendapatan Keuangan Selama Satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja……….... 93

(15)

4.15 Peran yang dilakukan para istri dalam membantu ekonomi keluarga 96 4.16 Usia Responden Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para

perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar rumah

98

4.17 Usia Responden Tanggapan responden jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga

100

4.18 Usia Responden Apakah adat istiadat di daerah ini melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah?

102

4.19 Pendidikan terakhir Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar rumah

105

4.20 Pendidikan terakhir Tanggapan responden jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga

107

4.21 Pendidikan terakhir * Apakah adat istiadat di daerah ini melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah?

109

(16)

PERAN GANDA PEREMPUAN PADA KELUARGA MASYARAKAT PETANI DI DESA TAMPENG, KECAMATAN KUTAPANJANG,

KABUPATEN GAYO LUES

ABSTRAK

Peran dapat didefinisikan sebagai suatu aspek dinamis dari adanya suatu kedudukan (posisi/status sosial). Aspek dinamis tersebut mencakup rangkaian wewenang, hak dan kewajiban yang menyertai keberadaan dari kedudukan tersebut. Keterlibatan istri petani pada kegiatan ekonomi keluarga di Desa Tampeng memberikan pandangan tersendiri bahwa antara suami maupun istri tidak ada pemabakuan peran bahwa istri hanya mampu berperan di dalam rumah tangga saja (domestik) sedangkan suami bertugas di luar rumah tangga (publik), kenyataannya mayoritas keluarga petani yang ada di Desa Tampeng memiliki semangat kerjasama yang baik dimana antara suami maupun istri turut serta atau ikut berpartisipasi langsung dalam hal mencari nafkah. Ketertarikan peneliti pada fenomena tersebut diangkat dalam penelitian tesis yang berjudul: “PERAN GANDA PEREMPUAN PADA KELUARGA MASYARAKAT PETANI DI DESA TAMPENG, KECAMATAN KUTAPANJANG, KABUPATEN GAYO LUES ACEH”. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana kajian dilakukan untuk mendapat gambaran tentang peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya dan bentuk partispasi yang dilakukan istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya serta untuk mendapat gambaran bagaimana respon masyarakat Gayo Lues terhadap istri yang bekerja untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Berdasarkan fokus penelitian, maka yang dijadikan sebagai subyek penelitian adalah perempuan (ibu rumah tangga) petani dan telah terdaftar sebagai anggota desa dan termasuk dalam usia produktif, serta berdomisili di Desa Tampeng, Kecamatan Kuta Panjang, Kabupaten Gayo Lues. Subyek penelitian ditentukan secara bertujuan (purposive) yaitu dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, jumlah dan jenisnya dikembangkan menurut prinsip snowball sampling, bergulir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah terkumpul secara tuntas. Lokasi dari penelitian ini adalah Desa Tampeng, Kecamatan Kuta Panjang yang merupakan salah satu desa pertanian di kabupaten Gayo Lues, sehingga fenomena permasalahan penelitian ini justru menjadi sangat nyata pada lokasi penelitian, yakni dimana secara umum mata pencaharian masyarakat di lokasi penelitian ini yakni petani dan tentunya masih memiliki tingkat kesejahteraan yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). Pengumpulan data primer dilaksanakan melalui wawancara mendalam, (2). Observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan secara langsung objek peneliti atau keadaan yang kaitannya dengan masalah peneliti. (3).

Pengumpulan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi dan kejadian data yang dikumpulkan semata- mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji

(17)

penelitian ini adalah sebagai berikut ini: (1). Peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues merujuk pada teori fungsionalisme (teori ini memandang bahwa laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari struktur nilai dalam kehidupan masyarakat ) megalami perubahan sebagai seorang istri/ibu rumah tangga yang membantu suami bekerja mencari nafkah di luar rumah sebagai buruh tani, pedagang makanan keliling, pedagang sayur-mayur, buah-buahan, kopi, palawija. (2). Berdasarkan pandangan Weber tersebut pembagian kerja, dapat digambarkan kondisi sebenarnya mengenai pembagian kerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dalam meningkatkan ekonomi keluarganya. Yaitu para lelaki atau suami bekerja di luar rumah sebagai petani mencari nafkah dan para istri/ibu rumah tangga bekerja di dalam rumah dan di luar rumah untuk membantu suami mencari nafkah.(3). Pendapatan suami berkisar antara <Rp.600.000, Rp.6.00.000.–Rp.1.000.000,Rp.1.000.-Rp.1.500.000 dan Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 setiap bulannya tidak rutin dan tambahan pendapatan keuangan selama satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja mencari nafkah di luar rumah sebagai buruh tani, pedagang makanan keliling, pedagang sayur-mayur, buah-buahan, kopi, palawija, sama halnya dengan pendapatan suami yang bekerja berkisar antara <Rp.600.000, Rp.6.00.000.–

Rp.1.000.000,Rp.1.000.-Rp.1.500.000 dan Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 setiap bulannya tetapi tidak rutin. (4). Bentuk partisipasi seorang istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues adalah bentuk partisipasi horizontal. (5). Respon masyarakat Gayo Lues terhadap istri/ibu rumah tangga yang bekerja untuk meningkatkan ekonomi keluarga mengatakan baik, jika istri/ibu rumah tangga membantu ikut bekerja mencari nafkah dalam upaya membantu ekonomi keluarga

Kata Kunci : Peran, Partisipasi, Istri/Ibu Rumah Tangga, Petani

(18)

DUAL ROLE OF WOMEN ON FAMILY FARMING COMMUNITIES AT TAMPENG VILLAGE, KUTAPANJANG SUBDISTRICT,

GAYO LUES DISTRICT

ABSTRACT

Role can be defined as a dynamic aspect of the existence of a position (position/social status). The dynamic aspects include a series of powers, rights and obligations that accompany the existence of such a position. Farmer's wife's involvement in economic activities of the family gives its own view that between husband and wife there is no standardization of the role that the wife could only play a role in the household only (domestic) husband while on duty outside the household (public), in fact the majority of farming households in Tampeng village has a good spirit of cooperation between husband and wife which participates or participated directly in terms of making a living. Interest in research on the phenomenon raised in the research thesis entitled: "THE ROLE OF WOMEN IN MULTIPLE FAMILY IN VILLAGE COMMUNITY FARMERS TAMPENG, KUTAPANJANG DISTRICT, DISTRICT GAYO LUES ACEH". Design of this study used a qualitative descriptive approach, where the study was to obtain an overview of the role of farmer's wife in the family economy and increasing participation forms made in improving the farmer's wife and the family economy to get an idea of how the public response to the Gayo Lues and wife working to improve family economic . Based on the focus of the research, it is used as study subjects were women (housewives) have been listed as a farmer and village members and included in the productive age, and reside in Tampeng Village, Kuta District Long, Gayo Lues district. Subjects research aims determined (purposive) is selected and adapted to the purpose, amount and the principle of its kind developed by snowball sampling, rolling until it reaches a saturation point where the information has been collected completely. Location of the study is Tampeng Village, Kuta District which is the length of one farming village in the district of Gayo Lues, so the phenomenon of this research problem became very apparent at the study site, which is generally where the livelihoods of the communities in this study, and of course the farmers still has a level of prosperity that needs special attention. The data collection techniques used in this study are as follows: (1).

Primary data collection is carried out through in-depth interviews, (2).

Observation, the authors conducted direct observation of objects researcher or circumstances related to the problem researchers. (3). Secondary data collection.

Data analysis techniques used in the study is a descriptive analysis with a qualitative approach. This study sought to describe the situation and incident data collected purely descriptive so it does not intend to seek clarification, test hypotheses, make predictions and study the implications ". Conclusions in this study are as follows: (1). Farmer's wife role in improving the economic family in the village Tampeng Kutapanjang district of Gayo Lues district refers to the functionalist theory (the theory is the view that men and women are part of the

(19)

husband work outside the home to earn a living as farm laborers, itinerant food vendors, merchants vegetables, fruits, coffee, pulses. (2). Based on Weber's view of the division of labor, can be drawn about the actual condition of the division of labor in the village Tempeng Kutapanjang district of Gayo Lues district in improving the economic family. Boys and men or husbands to work outside the home to earn a living as a farmer and the wife / mother in the household work at home and outside the home to help her husband earn a living. (3). Husband's income ranged from <600,000, Rp.6.00.000.-Rp.1.000.000, Rp.1.000.- Rp.1.500.000 and Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 every month is not routine and additional financial income for one month with the help of his wife working outside the home to earn a living as farm laborers, itinerant food vendors, merchants vegetables, fruits, coffee, grains, as well as their husbands who work ranged from <600,000, Rp.6.00.000.-Rp.1.000.000, Rp.1.000.-Rp.1.500.000 and Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 every month but not routinely. (4). Participation forms a farmer's wife in raising his family in the village economy Tampeng Kutapanjang district of Gayo Lues district is a form of horizontal participation.

(5). Gayo Lues public response to the wife / housewife who work to improve the family's economic well said, if the wife / homemaker help go to work for a living in order to support their families

Keywords: Roles, Participation, Wife / Housewife, Farmers

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan kesatuan masyarakat yang terkecil, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya (keluarga inti/batih). Pada umumnya sebuah keluarga tersusun dari orang-orang yang saling berhubungan darah dan atau perkawinan meskipun tidak selalu. Saling berbagi atap (rumah), meja makan, makanan, uang, bahkan emosi, dapat menjadi faktor untuk mendefinisikan sekelompok orang sebagai suatu keluarga (Abdullah, 1997:140).

Dalam setiap masyarakat pasti akan dijumpai keluarga batih (nuclear family). Keluarga batih tersebut merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga batih tersebut lazimnya juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dalam proses pergaulan hidup (Soekanto, 1990:1).

Berdasarkan definisi di atas suatu keluarga terbentuk melalui perkawinan, yaitu ikatan lahir batin seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera.

Perilaku yang dilakukan oleh suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera dipandang sebagai perilaku kekeluargaan, ini juga dapat diartikan sebagai perilaku dalam kehidupan bersama yang didasari semangat saling pengertian, kebersamaan rela berkorban, saling asah, asih, dan asuh serta tidak ada maksud untuk menguntungkan diri pribadi dan merugikan anggota lain dalam keluarga tersebut. Seorang laki-laki sebagai ayah

(21)

maupun perempuan sebagai ibu di dalam suatu keluarga memiliki kewajiban bersama untuk berkorban guna kepentingan bersama pula. Kedudukan ayah ataupun ibu di dalam keluarga memiliki hak yang sama untuk ikut melakukan kekuasaan demi keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan seluruh anggota.

Status suami istri dalam keluarga adalah sama nilainya, maksudnya masing- masing dianggap baik dalam bertindak. Suatu keluarga akan kokoh dan berwibawa apabila dari masing-masing anggota keluarga yang ada di dalamnya selaras, serasi dan seimbang. Perbedaan posisi antara ayah dan ibu dalam keluarga pada dasarnya disebabkan oleh faktor biologis. Secara badaniah, wanita berbeda dengan laki-laki. Alat kelamin wanita berbeda dengan alat kelamin laki-laki, wanita memiliki sepasang buah dada yang lebih besar, suara wanita lebih halus, wanita melahirkan anak dan sebagainya. Selain itu secara psikologis, laki-laki akan lebih rasional, lebih aktif, lebih agresif. Sedangkan secara psikologis wanita lebih emosional, lebih pasif (Budiman dalam Sudarwati, 2011).

Keberhasilan suatu keluarga dalam membentuk sebuah rumah tangga dan sejahtera tidak lepas dari peran seorang ibu yang begitu besar. Baik dalam membimbing dan mendidik anak mendampingi suami, membantu pekerjaan suami bahkan sebagai tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah. Namun demikian kebanyakan dari masyarakat masih menempatkan seorang ayah sebagai subyek, sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Sedangkan ibu lebih ditempatkan sebagai objek yang dinomor duakan dengan kewajiban mengurus anak di rumah.

Oleh karenanya terdapat pembagian kerja antara ayah dan ibu, ayah memiliki areal pekerja publik karena kedudukannya sebagai pencari nafkah utama

(22)

di dalam keluarga, sedangkan ibu memiliki areal pekerja domestik yang dapat diartikan oleh sebagian masyarakat yang menyatakan secara sinis bahwa seorang ibu hanya sekedar wanita yang memiliki tiga fungsi yaitu memasak, melahirkan anak, berhias, atau hanya memiliki tugas dapur, sumur, dan kasur (Notopuro, 1984 : 51).

Faktor sosial budaya yang dikemukakan di atas kadangkala menjadi penghalang ruang gerak bagi istri, akibatnya kesempatan bagi kaum ibu di dalam dunia bisnis tidak mendapat kepercayaan dari masyarakat terhadap kesempatan bagi kaum ibu di dalam dunia bisnis, pada akhirnya membuat kaum ibu sulit untuk mengaktualisasikan dirinya di dalam masyarakat terutama dalam area pekerja publik.

Berdasarkan struktur sosok wanita yang dikonsepkan oleh faktor sosial di atas maka kita akan mempertanyakan mengapa wanita mendapatkan peran dalam rumah tangga saja atau pekerja domestik? Pemberian fungsi rumah tangga bagi para perempuan lebih disebabkan karena kaum perempuan harus melahirkan. Ini adalah peran yang diberikan alam kepada mereka dan fungsi ini tidak dapat diubah. Sesuai dengan anggapan umum masyarakat, seorang wanita atau seorang ibu dianggap tabuh atau menyalahi kodratnya sebagai seoarang wanita apabila terlalu sering di luar rumah. Terlebih lagi apabila keluar rumah tanpa memperhatikan alasan mengapa dan untuk apa perbuatan itu di lakukan. Namun jika kita mau melihat dari fakta yang ada dilapangan sering kali kaum ibu menjadi penyelamat perekonomian keluarga. Fakta ini terutama dapat terlihat pada keluarga-keluarga yang perekonomiannya tergolong rendah, banyak dari kaum ibu yang ikut menjadi pencari nafkah tambahan bagi keluarga. Pada keluarga yang

(23)

tingkat perekonomiannya kurang atau pra-sejahtera peran ibu tidak hanya dalam areal pekerja domestik tetapi juga areal publik. Ini dimungkinkan terjadi karena penghasilan sang ayah sebagai pencari nafkah utama tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga.

Rumah tangga petani tradisonal adalah salah satu contoh nyata dari keluarga pra-sejahtera yang ada di masyarakat. Rumah tangga petani sudah lama diketahui tergolong miskin, selain rumah tangga petani tradional, buruh tani, dan pengrajin (Sayogya, 1978: 1991). Istri petani ternyata memiliki peranan yang penting dalam menyiasati serta mengatasi kemiskinan yang dialaminya sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya.

Masyarakat petani Desa Tampeng, Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues Aceh adalah salah satu bukti nyata yang ada di dalam masyarakat mengenai peran ganda kaum perempuan pada masyarakat petani sebagai salah satu desa yang di kelilingi oleh pegunungan dan perbukitan. Pada keluarga masyarakat Desa Tampeng justru membawa dampak terhadap peranan wanita dalam kehidupan keluarga. Di satu pihak, wanita bekerja dapat berperan membantu ekonomi keluarga dan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga, disisi lain peranannya dalam urusan rumah tangga (domestik) menjadi berkurang karena lamanya waktu yang digunakan untuk aktivitas di luar rumah tangga (publik).

Desa Tampeng, Kecamatan Kuta Panjang, Kabupaten Gayo Lues yang mempunyai 2 mukim, sebanyak 12 desa diantaranya berkatagori 5 desa swadaya, 3 swakarsa, dan 3 berkatagori swasembada. Desa Tampeng yang mempunyai bilangan penduduk yang kebanyakannya dari kaum Gayo ini sedang berusaha

(24)

untuk mencapai pembangunan. Potensi yang dikembangkan adalah pertanian, seperti lada besar, budidaya nilam, tembakau virginia dan koko di samping kopi Arabika.

Dengan rancangan pembangunan Jalur Ladia Galaska (Lautan Hindi, Gayo, Alas dan Selat Melaka) yang menghubungkan Lautan Hindi dengan Selat Melaka, meski mendapat tentangan dari kalangan pelestari lingkungan hidup, diharapkan ekonomi masyarakat Gayo Lues secara umum dan khususnya masyarakat desa yang sebelumnya tertinggal akan meningkat. Kabupaten ini berada di gugusan pegunungan Bukit Barisan, sebagian besar wilayahnya merupakan area Taman Nasional Gunung Leuser yang telah dicanangkan sebagai warisan dunia. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang paling terisolasi di NAD.

Sebagai salah satu dari anggota keluarga, seorang ibu dituntut untuk ikut berperan aktif dalam mencapai tujuan tersebut, sehingga tidak hanya tergantung dari apa yang dilakukan dan diperoleh suami. Hal inipun berlaku juga pada keluarga petani yang berada di Desa Tampeng. Di kehidupan keseharian, perempuan memiliki peran yang lebih besar ketimbang kaum laki-laki, dimana di satu sisi mereka ditempatkan pada posisi domestik, pada sisi yang lain mereka memegang peranan sosial-ekonomi juga.

Keterlibatan istri petani pada kegiatan ekonomi keluarga di Desa Tampeng memberikan pandangan tersendiri bahwa antara suami maupun istri tidak ada pemabakuan peran bahwa istri hanya mampu berperan di dalam rumah tangga saja (domestik) sedangkan suami bertugas di luar rumah tangga (publik),

(25)

semangat kerjasama yang baik dimana antara suami maupun istri turut serta atau ikut berpartisipasi langsung dalam hal mencari nafkah. Walaupun terkadang istri petani juga merasakan bahwa bekerja mencukupi kebutuhan rumah tangga adalah kewajiban, meskipun mereka kadang merasakan ada yang tidak adil dalam hidup ini. Namun mereka juga tidak mampu berbuat apa-apa untuk melawan. Sebab mereka telah terbiasa disosialisasi bagaimana menjadi istri petani yang baik, jika mujur, mereka menikah, mempunyai anak dan kaya. Sebaliknya jika mereka tidak mujur, maka hal itu merupakan nasib mereka. Proses konstruksi sosial dari lingkungan masyarakat petani berdasar dari status orang tua mereka sebagai petani juragan atau buruh tani diterima sebagai suatu kewajaran.

2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues?

2. Bagaimana bentuk partisipasi seorang istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues?

3. Bagaimana respon masyarakat Gayo Lues terhadap istri yang bekerja untuk meningkatkan ekonomi keluarga?

(26)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai Peran Ganda Perempuan pada Keluarga Masyarakat Petani di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues. Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk partispasi yang dilakukan istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis respon masyarakat Gayo Lues terhadap istri yang bekerja untuk meningkatkan ekonomi keluarga

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan fikiran dan manfaat, di antaranya :

1. Untuk pengembangan akademik, diharapkan dapat dijadikan bahan pemikiran untuk penelitian selanjutnya.

2. Sebagai bahan masukan, bagi pemerhati gender mengenai pemahaman bagi masyarakat tentang peranan istri dalam keluarga yang umumnya hanya dipandang sebagai teman hidup bagi seorang pria yang hanya bertugas untuk mengurus anak dan rumah dapat dirubah bahwa seorang istri juga memiliki potensi atau kemampuan yang dapat dikembangkan guna meningkatkan ekonomi keluarganya.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Keluarga 2.1.1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.

Para sosiolog berpendapat bahwa asal-usul pengelompokkan keluarga bermula dari peristiwa perkawinan. Akan tetapi asal-usul keluarga dapat pula terbentuk dari hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan status yang berbeda, kemudian mereka tinggal bersama memiliki anak. Anak yang dihasilkan dari hidup bersama memiliki anak. Anak yang dihasilkan dari hidup bersama ini disebut keturunan dari kelompok itu. Dari sinilah pengertian keluarga dapat dipahami dalam berbagai segi. Pertama, dari segi orang yang melangsungkan perkawinan yang sah serta dikaruniai anak. Kedua, lelaki dan perempuan yang hidup bersama serta memiliki seorang anak, namun tidak pernah menikah. Ketiga, dari segi hubungan jauh antara anggota keluarga, namun masih memiliki ikatan darah. Keempat, keluarga yang mengadopsi anak orang lain (Suhendi, 2001 : 41)

Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam keluarga terdapat hubungan fungsional di antara anggotanya. Yang perlu diperhatikan disini ialah faktor yang mempengaruhi hubungan itu, yaitu struktur keluarga itu sendiri. Struktur keluarga banyak menentukan pola hubungan dalam keluarga. Pada keluarga batih hubungan antara anggota mungkin saja lebih kuat karena terdiri dari jumlah anggota yang terbatas. Akan tetapi, pada keluarga luas, hubungan antaranggota

(28)

keluarga sangat renggang karena terdiri dari jumlah anggota yang banyak dengan tempat terpisah.

Dengan memperhatikan berbagai definisi di atas, Horton dan Hurt memberikan beberapa pilihan dalam mendefinisikan keluarga yaitu :

a) Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama.

b) Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah dan perkawinan.

c) Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak.

d) Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak.

e) Para anggota suatu komunitas yang biasanya mereka ingin disebut sebagai keluarga (Horton dan Hurt, 1996 : 267)

1. Fungsi Keluarga

Setelah sebuah keluaraga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya memiliki tugas masing-masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga.

Fungsi disini mengacu pada peran individu dalam mengetahui, yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis. Munculnya krisis dalam rumah tangga dapat juga sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga.

Fungsi keluarga terdiri dari fungsi biologis, fungsi pendidikan, fungsi keagamaan, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi anak, fungsi rekreatif, dan fungsi ekonomis. Sementara itu, dalam tulisan Horton dan Hurt, fungsi keluarga

(29)

meliputi, fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan, dan fungsi ekonomi.

Di antara semua fungsi tersebut, ada tiga pokok fungsi keluarga yang dulu diubah dan digantikan orang lain, yaitu fungsi biologis, fungsi sosialisasi anak, dan fungsi afeksi :

a. Fungsi Biologis

Fungsi biologis berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan seksual suami istri. Keluarga adalah lembaga pokok yang secara absah memberikan uang bagi pengaturan dan pengorganisasian kepuasan seksual. Namun, ada pula masyarakat yang memberikan toleransi yang berbeda-beda terhadap lembaga yang mengambil alih fungsi pengaturan seksual ini, misalnya tempat-tempat hiburan dan panti pijat. Kenyataan ini pada dasarnya merupakan suatu kendala dan sekaligus suatu hal yang sangat rumit untuk dipikirkan. Kelangsungan sebuah keluarga, banyak ditentukan oleh keberhasilan dalam menjalani fungsi biologis ini. Apabila salah satu pasangan kemudian tidak berhasil menjalankan fungsi biologisnya, dimungkinkan akan terjadinya gangguan dalam keluarga yang biasanya berujung pada perceraian dan poligami.

a. Fungsi Sosialisasi Anak

Fungsi sosialisasi anak menunjuk pada perana keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mepersiapkan bekal selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka. Dengan demikian, sosialisasi berarti melakukan proses pembelajaran terhadap seorang anak. Belajar

(30)

tidak selalu diartikan sebagai suatu aktivitas yang sifatnya semata-mata intelektual, tetapi juga mencakup hal lain, yaitu pengamatan. Sejalan dengan itu, baik atau buruknya sosialisasi dalam keluarga akan berpengaruh terhadap anggotanya.

Abdullah Nasikh Ulwan (1989 : 17) berpendapat bahwa anak adalah amanat yang berada pada pundak orang tuanya. Kalbunya yang murni bersih, seperti mutiara yang tak ternilai. Bila dibiasakan dan dididik kebaikan, dia akan tumbuh menjadi orang baik dan berbahagia di dunia dan akhirat. Apabila dibiarkan pada kejelekan seperti layaknya hewan, niscaya dia akan rusak dan menderita. Kalau sudah begitu keadaannya, sukar untuk dididik dan mengarahkan.

Apabila orang tua tidak menjalankan fungsi sosialisasi dengan baik, problem yang muncul adalah anak kehilangan perhatian. Setelah itu dia mencari tokoh lain selain orang tuanya untuk ditiru.

Semua masyarakat sangat menggantungkan diri kepada keluarga dalam hal sosialisasi sebagai persiapan untuk memasuki usia dewasa agar anak dapat berperan secara positif di tengah-tengah masyarakat. Salah satu caranya adalah melalui pemberian model bagi anak. Anak belajar menjadi laki-laki, suami, dan ayah dengan keluarga yang betul-betul dipimpin oleh seorang laki-laki. Sosialisasi akan menemukan kesulitan apabila model semacam itu tidak ada dan bila anak harus mengandalkan diri pada model yang disaksikan dalam keluarga lain. Dalam proses sosialisasi tidak ada peran pengganti ayah dan ibu yang betul-betul memuaskan. Sejumlah studi mutakhir menyimpulkan bahwa alasan utama perbedaan prestasi intelektual anak adalah suasana dalam keluarga. Studi

(31)

semacam ini semakin menegaskan bahwa keluarga merupakan faktor penentu utama bagi sosialisasi anak.

b. Fungsi Afeksi

Salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan kasih sayang atau rasa dicinta. Pandangan psikiatrik mengatakan bahwa penyebab utama gangguan emosional, perilaku dan bahkan kesehatan fisik adalah ketiadaan cinta , yakni tidak adanya kehangatan dan hubungan kasih sayang dalam suatu lingkungan yang intim. Banyak fakta menunjukkan bahwa kebutuhan persahabatan dan keintiman sangat penting bagi anak. Data-data menunjukkan bahwa kenakalan anak serius adalah salah satu cirri khas dari anak yang tidak mendapat perhatian atau merasakan kasih sayang.

Belakangan ini banyak muncul kelompok sosial yang mampu memenuhi kebutuhan persahabatan dan kasih sayang. Tentu saja kelompok ini secara tidak langsung merupakan perluasan dari fungsi afeksi dalam keluarga. Akan tetapi, perlu diwaspadai apabila kebutuhan afeksi itu kemudian diambil alih oleh kelompok lain di luar keluarga. Kecendrungan dewasa ini menunjukkan bahwa, fungsi afeksi telah bergeser kepada orang lain, terutama bagi mereka yang orang tuanya bekerja di luar rumah. Konsekuensinya, anak tidak lagi dekat secara psikologis karena anak akan menganggap orang tuanya tidak memiliki perhatian.

Lebih buruk lagi istri yang bekerja diluar rumah, senantiasa memanjakan anak- anaknya dengan barang-barang mewah (benda yang bersifat materialistis), padahal kebutuhan sesunggunhya bagi anak bukanlah hal itu, melainkan keintiman, perhatian, dan kasih sayang tulus dari ibunya. Lebih jauh lagi, seorang ibu yang bekerja di luar rumah akan memanjakan anaknya. Hal itu dilakukan

(32)

karena adanya “rasa bersalah” terhadap anaknya akibat tidak bertemu seharian.

Oleh karena itu, dampak lain yang muncul adalah longgarnya nilai control orang tua terhadap anak dan pemberian toleransi terhadap perbuatan anak yang melanggar etika.

2. Bentuk-Bentuk Keluarga

Bentuk keluarga sangat berbeda antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya. Bentuk di sini dapat dilihat dari jumlah anggota keluarga, yaitu keluarga batih dan keluarga luas, dilihat dari sistem yang digunakan, yaitu keluarga pangkal (sistem family) dan keluarga gabungan (joint family), dan dilihat dari segi status individu dalam keluarga, yaitu keluarga prokreasi dan keluarga orientasi.

a. Keluarga Batih (Nuclear Family)

Keluarga batih ialah kelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak- anaknya yang belum memisahkan diri dan membentuk keluarga tersendiri.

Keluarga ini bisa juga disebut sebagai keluarga conjugal (conjugal family), yaitu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri bersama anak-anaknya.

Menurut Hutter, keluarga inti (nuclear family) dibedakan dengan keluarga konjugal (conjugal family). Keluarga conjugal terlihat lebih otonom, dalam arti tidak memiliki keterikatan secara ketat dengan keluarga luas, sedangkan keluarga inti tidak memiliki otonomi karena memiliki ikatan garis keturunan, baik patrilineal maupun matrilinieal (Suhendi dkk, 2001 : 54).Hubungan intim antara suami dan istri lebih mendalam, namun biasanya dikaitkan dengan suatu hubungan pertukaran yang menyenangkan. Apabila suami mampu memberikan suasana kepuasan batin dan materi, hubungan suami dan istri menyebabkan mekanisme pertukaran sosial tidak berjalan, terbuka peluang bentuk berpisah.

(33)

b. Keluarga Luas (Extended Family)

Keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek dan nenek yang sama termasuk keturunan masing- masing isteri dan suami. Dengan kata lain, keluarga luas adalah keluarga batih ditambah kerabat lain yang memiliki hubungan erat dan senantiasa dipertahankan.

Sebutan keluarga yang diperluas (Extended Family) digunakan bagi suatu sistem yang masyarakatnya menginginkan beberapa generasi yang hidup dalam satu atap rumah tangga. Sistem semacam ini ada pada orang-orang China yaitu bila seorang laki-laki telah menikah, ia tinggal bersama dengan keluarga yang telah menikah dan bersama anak-anaknya yang lain yang belum menikah, juga bersama cicitnya dari garis keturunan laki-laki.

Istilah keluarga luas seringkali digunakan untuk mengacu pada keluarga batih berikut keluarga lain yang memiliki hubungan baik dengannya dan tetap memelihara dan mempertahankan hubungan tersebut. Keluarga luas tentu saja memiliki keuntungan tersendiri. Pertama, keluarga luas banyak ditemukan di desa-desa dan bukan pada daerah industri.

Keluarga luas sangat cocok dengan kehidupan desa, yang dapat memberikan pelayanan sosial bagi anggota-anggotanya. Kedua, keluarga luas mampu mengumpulkan modal ekonomi secara besar. Proses pengambilan keputusan dalam keluarga luas terlihat sangat berbelit-belit. Penyelesaian masalah waris yang dikehendaki jatuh pada anak yang paling tua sering mengakibatkan benturan dan gesekan pada istri-istri muda lainnya. Peraturan mengenai hal itu tidak secara terperinci memuaskan mereka. Inilah posisi kehidupan keluarga yang

(34)

memperlihatkan segi-segi kooperatif pada satu sisi dan pertentangan pada sisi lainnya.

c. Keluarga Pangkal (Stem Family)

Keluarga pangkal, yaitu sejenis keluarga yang menggunkan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua. Keluarga pangkal ini banyak terdapat di Eropa zaman feodal. Para petani imigran AS dan di zaman Tokugawa Jepang. Pada masa tersebut seorang anak yang paling tua bertanggung jawab terhadap adik-adiknya yang perempuan sampai menikah, begitu pula terhadap saudara laki-lakinya yang lain. Dengan demikian, pada jenis keluarga ini pemusatan kekayaan hanya pada satu orang.

d. Keluarga Gabungan (Joint Family)

Keluarga gabungan, yaitu keluarga yang terdiri atas orang-orang yang berhak atas hasil milik keluarga, antara lain saudara laki-laki setiap generasi. Di sini, tekanannya hanya pada saudara laki-laki karena menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak kelahirannya mempunyai hak atas kekayaan keluarga. Walaupun antara saudara laki-laki itu tinggal terpisah, mereka manganggap dirinya sebagai suatu keluarga gabungan dan tetap menghormati kewajiban mereka bersama, termasuk membuat anggaran perawatan harta keluarga dan menetapkan anggaran belanja. Lelaki tertua yang menjadi kepala keluarga tidak bisa menjual harta milik bersama itu.

e. Keluarga Prokreasi dan Keluarga Orientasi

Keluarga prokreasi adalah sebuah keluarga yang individunya merupakan orang tua. Adapun orientasi adalah keluarga yang individunya merupakan slah seorang keturunan. Ikatan perkawinan merupakan dasar bagi terbentuknya suatu

(35)

keluarga baru (keluarga prokreasi) sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Namun demikian, perkawinan ini tidak dengan sendirinya menjadi sarana bagi penerimaan anggota dalam keluarga asal (orientasi). Hubungan suami dan istri dengan keluarga orientasinya sangat erat dan kuat.

2.2. Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam Keluarga

Definisi peran dalam perspektif ilmu Sosiologi. Mengenai definisi peran, Pratama, Fauzi, Setiawan, Zafriady & Fallo (2008) dan Tangkilisan (2005) mengungkapkan bahwa peran dapat didefinisikan sebagai suatu aspek dinamis dari adanya suatu kedudukan (posisi/status sosial). Aspek dinamis tersebut mencakup rangkaian wewenang, hak dan kewajiban yang menyertai keberadaan dari kedudukan tersebut. Lebih lanjut, Pratama dkk. menyebutkan bahwa suatu peran mencakup tiga hal, yaitu:

a) Peran meliput i norma-norma terkait posisi dan tempat (kedudukan) dalam masyarakat,

b) Peran merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu (atau organisasi) dalam masyarakat.

c) Peran sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

Struktur sosial sendiri dapat diartikan sebagai suatu jalinan atau pola hubungan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu antara lain kelompok- kelompok sosial, institusi sosial, norma sosial dan stratifikasi sosial (Henslin, 2007). Dalam istilah yang lebih sederhana, peran merupakan perilaku individu

(36)

Henslin (2007) mendefinisikan peran (role) sebagai perilaku, kewajiban dan hak yang melekat pada suatu status. Lebih jauh, Henslin menyebutkan bahwa arti penting sosiologis dari suatu peran adalah “…memaparkan apa yang diharapkan dari (sese)orang“. Jika masyarakat dianalogikan sebagai sebuah pementasan drama, maka peran diibaratkan sebagai aturan yang “...mengekang orang – mengatakan kepada mereka kapan harus ‘masuk’ dan kapan harus

‘keluar’…“. Dengan kata lain, peran dapat diartikan sebagai batasan-batasan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh, patut dan tidak patut dilakukan oleh seseorang (atau suatu institusi) di tengah masyarakat di sekitarnya.

Pada umumnya kedudukan dan peranan wanita pada zaman dahulu menduduki tempat kedua dalam masyarakat. Kedudukan wanita lebih rendah bila dibandingkan dengan laki-laki. Hal seperti ini hanya ditemukan dikalangan masyarakat biasa tapi banyak juga ditemukan pada masyarakat kalangan atas.

Kadang-kadang dibedakan antara pengertian-pengertian kedudukan dengan kedudukan sosial, untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan bahwa kedudukan diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan, adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya

(37)

Peranan yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan (Soekanto, 2002:243).

Kaum perempuan memiliki kodrat kehidupan yang berupa: kodrat perempuan sebagai ibu, sebagai istri, sebagai individu perempuan, dan sebagai anggota masyarakat. Setiap unsur kodrat yang dimiliki memerlukan tanggung jawab yang berbeda dengan peran dirinya sebagai anggota masyarakat, dan akan berbeda pula dengan peran dirinya sebagai individu. Meskipun demikian masing- masing unsur tersebut tidak boleh saling bertentangan (Sujarwa, 2001:91).

Adapun dalam pembahasan ini lebih mengutamakan pada potret fenomena sosial berdasarkan analisis kasus kodrat perempuan yaitu :

1. Peran dan citra perempuan sebagai ibu

Karateristik perempuan sebagai ibu bukan saja terletak pada peran kodrat perempuan yang dapat mengandung dan melahirkan, melainkan juga terletak pada kemampuan seorang ibu dalam mengasuh anak-anaknya sejak lahir hingga dewasa. Dalam kehidupan modern, banyak kaum ibu rumah tangga mengabaikan atau bahkan enggan mengasuh perkembangan dan pertumbuhan anaknya sendri, sehingga tidak jarang pertumbuhan perkembangan anak-anak di kota besar itu lebih didasarkan pada kemampuan fasilitas finansialnya dengan menyerahkan sepenuhnya pada pembantu rumah tangga atau panti-panti penitipan anak.

(38)

2. Peran dan citra perempuan sebagai istri

Dalam pandangan islam, hubungan suami istri diibaratkan sebagai pakaian antara yang satu bagi yang lain. Suami merupakan pakaian bagi istri dan istri merupakan pakaian bagi suami. Laki-laki merupakan kepala dan rumah merupakan pelabuhannya. Dalam kehidupan modern, peran suami istri dalam gambaran diatas masih dimungkinkan. Meskipun mereka memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibanding dengan kehidupan keluarga tradisional, keluarga modern masih didasarkan pada pandangan romantis, maternal, dan domestik. Cinta romantis adalah konsep yang menunjang prinsip modernisme keteraturan, untuk tiap pria ada satu orang perempuan yang menjadi pasangannya, demikian pula yang sebaliknya. Cinta material dipandang sebagai perwujudan tugas seorang ibu dalam mencintai dan merawat anak-anaknya. Persepsi cinta, romantis, material, dan domestic dapat diartikan sebagai suatu kehidupan keluarga yang dapat berada dalam satu nilai kebersamaan.

Dalam kehidupan pasca modern, tampaknya ada perbedaan, kekhususan, dan ketidakberaturan yang mendasari kehidupan keluarga mereka. Konsep tentang keluarga inti dengan satu bapak yang bekerja mencari nafkah dan satu ibu yang yang mengayomi anak-anak dirumah sudah sulit dipertahankan sebagai realitas kehidupan. Keluarga pasca modern diwarnai dengan kehidupan kedua orang tua yang sama-sama bekerja mencari nafkah diluar rumah, akibatnya angka perceraian semakin tinggi, banyak keluarga dengan satu orang tua saja sehingga anak-anak harus bertahan dan berjuang dijalan.

(39)

3. Peranan Perempuan Dalam Ekonomi Keluarga

Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dilakukan melalui upaya stabilisasi ekonomi, pemanfaatan sumber daya dalam negeri yang potensial, dan upaya promosi ekspor yang merupakan tendensi pembangunan dunia saat itu.

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa periode ini sentrum aktivitas pembangunan masih terpusat di darat, terhadap lapisan masyarakat yang menjanjikan potensi produksi yang tinggi, dan unit aktivitas yang sanggup mendatangkan akumulasi modal dan devisa negara terbesar. Kecendrungan ini belum berjalan secara proporsional bila dikaitkan dengan luas wilayah, dan luas kelompok masyarakat yang menguntungkan nasib pada pengelolahan sumber daya laut.

Permasalahan petani dan kemiskinan memiliki akar yang cukup kompleks.

Terdapat banyak hal yang turut mempengaruhi kehidupannya. Namun, dalam hal ini dikemukakan empat masalah dasar yang dihadapi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat petani, paling tidak dipengaruhi oleh empat hal pokok :

a. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh masyarakat petani.

Kualitas hidup yang dimaksud dapat dalam arti luas yang meliputi kualitas pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan aspek sosial lainnya. Acuan yang digunakan pada kajian ini adalah kualitas SDM yang berkaitan langsung dengan tingkat produktivitas dan kualitas hasil kerja yang dipunyai. Hal yang terakhir ini berkaitan langsung dengan keterampilan yang dimiliki kelompok masyarakat petani tersebut.

b. Keterbatasan daya jangkau pemasaran hasil produksi sumber daya hasil pertanian yang dipunyai oleh para petani. Keterbatasan daya jangkau

(40)

pemasaran dapat berkaitan erat dengan masalah dasar sebelumnya yang berakibat pada mutu hasil produksi yang rendah, skala produksi yang tidak ekonomis, dan ketepatan distribusi. Kelompok petani, di samping memiliki keterbatasan sumber daya manusia, juga memiliki keterbatasan asset produksi, serta kekuatan organisasi dan manajemen yang lemah.

c. Keterbatasan akses kelompok masyarakat petani terhadap sumber daya finasial, teknologi, dan informasi, melengkapi kedua masalah dasar sebelumnya. Kelambatan adaptasi teknologi kelompok masyarakat petani bukan merupakan keterbatasan melekat pada diri petani, melainkan terbatasnya kemudahan yang diberikan untuk beradaptasi.

d. Keterbatasan kualitas kelembagaan yang dimiliki.Keterbatasan kelembagaan bukan hanya bersumber dari sisi internal kalangan petani, melainkan juga berasal dari faktor eksternal, seperti perangkat hukum melindungi, pengembangan organisasi, tingkat kemajuan koperasi petani, dan atau lingkungan yang menempatkan kelembagaan petani khususnya pada saat berhadapan dengan kekuatan kelembagaan swasta nasional dan asing, pada kondisi yang tidak berimbang.

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.

Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat lokal yang lahir dan berada didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka ke arah pendewasaan (Khairuddin, 1985:10).

(41)

Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang berarti tata pelaksanaan rumah tangga yang berupa kegiatan unutk memenuhi kebutuhan pokok yaitu makanan,peralatan rumah tangga, pakaian, dan perumahan. Berbicara mengenai ekonomi selalu dikaitkan dengan manajemen serta pola pengambilan keputusan dalam keluarga serta upaya pemenuhan ekonomi. Manajemen didalam sebuah keluarga akan melibatkan suami maupun istri sebagai pengendali dalam keluarga.

Aktivitas dalam sebuah keluarga tidak akan berjalan lancar tanpa adanya kerja sama diantara anggota keluarga dibawah pimpinan suami selaku pencari nafkah dan bekerja sama dengan istri. Peran perempuan dalam ekonomi petani tidak terbatas pada aspek sumbangan tunai saja, tetapi juga pada aspek manajemen dalam keluarga. Di dalam sebuah manajemen keuangan ekonomi keluarga petani sebahagian besar berada di tangan perempuan atau istri khususnya, dan kemudian suami pada umumnya tidak ikut campur tangan dalam urusan rumah tangga.

2.3. Partisipasi

2.3.1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta tau keterlibatan yang berkitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro;1995). Participation becomes, then, people's involvement in reflection and action, a process of empowerment and active involvement in decision making throughout a programme, and access and control over resources and institutions (Cristóvão, 1990).

Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap

(42)

sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM PPK, 2007).

Hoofsteede (1971) menyatakan bahwa patisipasi adalah the taking part in one ore more phases of the process sedangkan Keith Davis (1967) menyatakan bahwa patisipasi “as mental and emotional involment of persons of person in a group situation which encourages him to contribute to group goals and share responsibility in them” Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa, partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.

Theodorson dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau response atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo, 1961).

(43)

Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan mereka. Conyers (1991) menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakata, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep man- cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi perbaiakan nasib manusia.

2.3.2. Tipologi Partisipasi

Penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyrakat serngkali terhambat oleh persepsi yang kurang tepat, yang menilai masyarakat “sulit diajak maju” oleh sebab itu kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyrakat juga disebabkan karena sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa. Berikut adalah macam tipologi partisipasi masyarakat

(44)

1. Partisipasi Pasif / manipulatif dengan karakteristik masyrakat diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi, pengumuman sepihak oleh pelkasan proyek yanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan informasi yang diperlukan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

2. Partisipasi Informatif memilki kararkteristik dimana masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, masyarakat tidak diberikesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penelitian dan akuarasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.

3. Partisipasi konsultatif dengan karateristik masyaakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, tidak ada peluang pembutsn keputusan bersama, dan para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan masyarakat (sebagi masukan) atau tindak lanjut

4. Partisipasi intensif memiliki karakteristik masyarakat memberikan korbanan atau jasanya untuk memperolh imbalan berupa intensif/upah.

Masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pembelajan atau eksperimen- eksperimen yang dilakukan dan asyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah intensif dihentikan.

5. Partisipasi Fungsional memiliki karakteristik masyarakat membentuk kelompok untuk mencapai tujuan proyek, pembentukan kelompok biasanya setelah ada keptusan-keputusan utama yang di sepakati, pada tahap awal masyarakat tergantung terhadap pihak luar namun secara bertahap menunjukkan kemandiriannya.

6. Partisipasi interaktif memiliki ciri dimana masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan penguatan

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul pengaruh person organization fit dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada karyawan koperasi

[r]

Hanabilah berpendapat bahwa hukuman bagi pelaku pembunuhan tidak hanya qishash tetapi wali korban mempunyai dua pilihan, yaitu mereka menghendaki qisash,

Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, sehingga menemukan tiga (3) perbedaan pendapat, yaitu pertama melarang adanya perkawinan beda agama

Secara teknis, pengunaan faktor produksi benih, pupuk kandang, pupuk NPK dan tenaga kerja sudah efisien, sedangkan penggunaan faktor produksi lahan belum efisien

Abstrak: Kinerja perawat merupakan tindakan yang dilakukan seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, dimana kinerja yang

Tabel tersebut menunjukkan bahwa antar calon GMJ terdapat perbedaan yang nyata pada karakter tinggi tanaman, panjang malai, berat 1000 butir dan umur

posisi keuangannya, karena dalam laporan keuangan tersebut berisi berbagai informasi yang berguna bagi pengguna laporan keuangan untuk mengambil suatu keputusan.Laporan keuangan