• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONDISI UMUM

4.7 Kondisi Hutan

4.7.1. Topografi Lapangan

Hasil analisis kelas lereng berdasarkan Peta Garis Bentuk dari Potret Udara Skala 1 : 25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja (± 68,50 %) tergolong datar hingga landai. Disamping itu juga terdapat areal dengan kelerengan > 40 % (sangat curam) seluas 705 Ha. Kondisi topografi areal kerja selengkapnya disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber

Klasifikasi Unit I (Ha) Unit II

(Ha) Jumlah Kelas Lereng HP HPT HP Ha % A : 0 - 8 % Datar 33.634 6.741 2.518 43.893 43,91 B : 9 - 15 % Landai 15.304 6.937 1.779 24.020 24,59 C : 16 - 25 % Agak Curam 7.605 6.370 2.593 16.569 16,96 D : 26 - 40 % Curam 2.508 4.956 1.048 8.512 8,71 E : > 40 % Sangat Curam - - 142 705 0,72

Tidak ada data 939 4.053 - 4.992 5,11

Jumlah 59.990 29.620 6.080 97.690 100,00

Sumber : Pengukuran Planimetris Peta Kelas Lereng IUPHHK PT. Ratah Timber yang didasarkan pada peta garis bentuk skala 1 : 25.000

4.7.2. Kondisi Penutupan Lahan

Hasil analisa dan pengukuran planimetris terhadap peta penutupan lahan yang diperoleh dari hasil analisis antara peta interpretasi foto udara yang dikoreksi dengan data hasil penafsiran Citra Landsat skala 1 : 100.000 (mosaik dari liputan Mei 2006, April 2005, Juni 2005 yang dikoreksi Baplanhut sesuai surat No. S.564/VII/Pusin-1/2006) dan realisasi tebangan sampai dengan 2005 menunjukkan bahwa areal IUPHHK PT. Ratah Timber seluas 97.690 Ha terdiri dari areal hutan primer seluas 10.007 Ha (10,24 %), bekas tebangan 78.072 Ha (79,92 %) dan non hutan seluas 9.611 Ha (9,84 %).

Dari hutan primer yang tersisa tersebut seluruhnya adalah hutan prenges/kerangas yang tidak produktif yang mana sampai saat ini tidak dapat dieksploitasi, sehingga dalam penataan dialokasikan untuk areal lindung, yang secara fisik memiliki topografi yang bervariasi dari agak curam sampai dengan curam.

Jika dilihat dari penutupan lahannya, kondisi umum di areal kerja PT. Ratah Timber masih tergolong potensial untuk mendukung tercapainya kelestarian pada periode rotasi berikutnya sebab hasil analisi menunjukkan bahwa dari areal berhutan seluas 88.079 Ha, diperoleh areal berhutan efektif sebesar 64.457 Ha yang dapat diproyeksikan untuk mendukung kelestarian hutan. Luasan penutupan lahan di IUPHHK PT. Ratah Timber dapat dilihat di Tabel 11.

Tabel 11 Luasan menurut penutupan lahan areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber pada setiap fungsi hutan

Penutupan Lahan

Kawasan Budidaya

Kehutanan Total

HP HPT Ha %

A. Hutan Primer 5.657 4.350 10.007 10,24

B. Hutan Bekas Tebangan 53.066 25.006 78.072 79,92

C. Non Hutan 9.347 264 9.611 9,84

Total 68.070 29.620 97.690 100.00

Sumber: Hasil analisa terhadap Peta Penafsiran Citra Landsat liputan Tahun 2006 Skala 1 : 100.000, yang telah diperiksa BAPLANHUT No. 564/VII/Pusin-1/2006, 10 Agustus 2006 dan Interpretasi Foto Udara Skala 1 : 50.000 (1995) serta realisasi tebangan RKT.

4.7.3. Kondisi Potensi Tegakan

Informasi mengenai potensi tegakan baik pohon inti maupun masak tebang, diperoleh berdasarkan beberapa sumber sebagai berikut:

a. Interpretasi Foto Udara

Berdasarkan laporan interpretasi foto udara (1995) diperoleh bahwa potensi tegakan tingkat pohon masak tebang di areal hutan primer rata-rata sebesar 102,41 m³/Ha untuk kelas diameter > 50 cm dan 77,71 m³/Ha untuk kelas diameter > 60 cm, sedangkan di areal hutan sekunder (bekas tebangan) potensi rata-rata untuk kelas diameter > 50 cm sebesar 91,65 m³/Ha dan untuk kelas diameter > 60 cm sebesar 60,82 m³/Ha. Data selengkapnya tercantum pada Tabel 12.

Tabel 12 Potensi tegakan jenis komersial di areal kerja IUPHHK PT. Ratah timber berdasarkan laporan interpretasi foto udara

No. Kelompok Jenis 50 - 59 cm 50 cm up 60 cm up

N V N V N V

HUTAN PRIMER

1 Kel. Jenis Meranti 5.97 15.53 16.32 69.19 10.35 53.66 2 Kel. Kayu Indah 0.59 1.58 1.06 3.70 0.47 2.12 3 Kel. Rimba Campuran 3.05 7.59 7.35 29.52 4.30 21.93 Jumlah 9.61 24.70 24.73 102.41 15.12 77.71

Lanjutan Tabel 12 HUTAN SEKUNDER

1 Kel. Meranti 5.82 25.59 15.77 74.49 9.95 48.90 2 Kel. Kayu Indah 0.24 0.57 0.43 1.41 0.19 0.84 3 Kel. Rimba Campuran 2.10 4.67 4.49 15.75 2.39 11.08 Jumlah 8.16 30.83 20.69 91.65 12.53 60.82 Sumber : Laporan Survey Potret Udara IUPHHK PT. Ratah Timber, 1995

b. Survei Potensi Dengan Intensitas 1 %

Berdasarkan laporan hasil survei potensi dengan intensitas sampling 1 % (dilakukan dalam rangka penyusunan RKPHS) diperoleh data potensi tegakan tingkat pohon di areal hutan primer rata-rata sebesar 107,22 m³/Ha untuk kelas diameter > 50 cm dan 83,09 m³/Ha untuk kelas diameter > 60 cm, sedangkan di areal hutan bekas tebangan potensi rata-rata untuk kelas diameter > 50 cm sebesar 62,59 m³/Ha dan untuk kelas diameter > 60 cm sebesar 48,66 m³/Ha. Data selengkapnya tercantum pada Tabel 13 dan Tabel 14.

Tabel 13 Potensi tegakan di areal hutan primer berdasarkan survei potensi dengan intensitas sampling 1 %

No. Kelompok Jenis/ 50 - 59 cm 50 cm up 60 cm up

Nama Perdagangan N V N V N V

1 Dipterocarpaceae 7.69 19.41 21.21 86.01 13.52 66.60

2 Non Dipterocarpaceae 2.01 4.63 4.97 20.69 2.96 16.06

3 Niagawi Lain 0.06 0.09 0.13 0.52 0.07 0.43

JUMLAH JENIS NIAGAWI 9.76 24.13 26.31 107.22 16.55 83.09

NON NIAGAWI 1.33 3.16 2.18 9.43 0.85 6.27

TOTAL 11.09 27.29 28.49 116.65 17.40 89.36

Sumber : RKPHS IUPHHK PT RATAH TIMBER, 1995

Tabel 14 Potensi tegakan di areal hutan bekas tebangan berdasarkan survei potensi dengan intensitas sampling 1 %

No. Kelompok Jenis/ 50 - 59 cm 50 cm up 60 cm up

Nama Perdagangan N V N V N V

1 Dipterocarpaceae 4.96 11.93 13.15 54.84 8.19 42.91

2 Non Dipterocarpaceae 0.77 2.00 1.82 7.22 1.05 5.22

3 Niagawi Lain - - 0.06 0.53 0.06 0.53

JUMLAH JENIS NIAGAWI 5.73 13.93 15.03 62.59 9.30 48.66

NON NIAGAWI 0.27 0.63 0.58 2.30 0.31 1.67

TOTAL 6.00 14.56 15.61 64.89 9.61 50.33

c. Berdasarkan Realisasi Hasil Tebangan

Kegiatan penebangan sejak tahun 1971 sampai dengan tahun 2005 telah terealisasi seluas 76.123 Ha dengan produksi kayu bulat sebesar 2.271.549,89 m³ sehingga jika dihitung volume produksi rata-rata per hektarnya adalah sebesar 30,16 m³/Ha atau jika digunakan faktor eksploitasi sebesar 0,56 maka ekstraksi potensi volume kayu per hektarnya adalah 53,86 m³/Ha. Pada awal-awal beroperasi sampai dengan periode II pengelolaan hutan PT. Ratah Timber hanya menebang jenis-jenis tertentu saja terutama jenis floater. Dengan demikian sebenarnya potensi (volume) kayu berdiri sebesar 53,86 m³/Ha tersebut belum menunjukkan potensi seluruh jenis komersial di areal tersebut.

Vegetasi hutan di areal IUPHHK PT. Ratah Timber termasuk dalam tipe hutan Hujan Bawah yang didominasi oleh jenis Dipterocarpaceae. Jenis-jenis vegetasi komersial yang dominan di areal kerja antara lain Keruing (Dipterocarpus spp), Meranti (Shorea spp), Kapur (Drybalanops spp), dan Kayu Batu (Irvingia malayana). Kelompok jenis meranti baik di hutan primer maupun bekas tebangan pada umumnya lebih dominan dibandingkan dengan kelompok jenis lainnya yang secara garis besar komposisinya tertuang pada Tabel 15.

Tabel 15 Komposisi kelompok jenis kayu di areal IUPHHK PT. Ratah Timber

No. Kelompok Jenis

Hutan Primer (%) Hutan Sekunder (%) Pohon

Inti 50cm up

Pohon

Inti 50cm up I Kelompok Meranti 62,15 58,94 52,97 66,15 II Kelompok Kayu Indah 4,58 3,83 2,93 1,80 III Kelompok Rimba Campuran 23,80 26,54 31,55 18,83 IV Kelompok Kayu Dilindungi 4,03 5,60 4,82 6,04 V Kelompok Kayu Lainnya 5,44 5,09 7,73 7,17

Semua Jenis 100 100 100 100

Sumber : Laporan Penafsiran Foto Udara Areal IUPHHK PT. Ratah Timber (Th 1995)

Dengan memperhatikan potensi, komposisi dan struktur tegakan jenis komersil yang ada, maka areal konsesi IUPHHK PT. Ratah Timber mempunyai prospek yang baik untuk diusahakan secara optimal dan lestari.

Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timer yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar adalah Rotan (Calamus spp), Durian (Durio spp), Nangka (Arthocarpus integra), dan Tengkawang

(Shorea spp). Di areal IUPHHK PT. Ratah Timber terdapat beberapa jenis pohon yang dilindungi sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 261/Kpts-IV/1990 antara lain Ulin, Tengkawang, Durian, Menggeris (Kempas) dan Jelutung.

Volume tebangan pada rotasi II sangat ditentukan oleh potensi tegakan di areal bekas tebangan yang ada saat ini serta riap tegakan tersebut. Dengan menggunakan data potensi areal bekas tebangan tersebut di atas serta mempergunakan asumsi bahwa riap rata-rata tegakan sebesar 1 m³/Ha/tahun maka diprediksikan potensi rata-rata tegakan pada saat memasuki siklus/rotasi kelestarian hutan ke II (tahun 2006) adalah cukup besar.

Namun demikian, dalam rangka kehati-hatian dalam menetapkan proyeksi JPT volume untuk rotasi II, akan digunakan angka potensi yang lebih konservatif dengan mengabaikan asumsi riap tegakan tinggal tersebut.

Dokumen terkait