• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Kondisi Ikan Karang dan Ikan Kerapu

4.4.1 Kondisi Ikan Karang

Dari hasil visual sensus di lokasi penelitian dari 9 stasiun terdapat 37 famili ikan karang, 234 spesies ikan karang dan 2.110 individu ikan karang, dengan tingkat keanekaragaman ikan karang menurut Indeks Shannon sebesar 4,75. Hal ini menunjukan bahwa ikan karang di lokasi penelitian termasuk kategori

-0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 ST6 ST7 ST8 ST9 In de ks m o rt al it as (%) Stasiun penelitian

keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi, kestabilan komunitas tinggi dan tekanan ekologi yang rendah. Dari 2.110 jumlah individu ikan karang yang tercatat selama penelitian ada 5 kelompok terbesar ikan karang yang mendominasi di tempat penelitian, yaitu ikan dari famili Pomacentridae (855 individu), Labridae (308 individu), Chaetodone (181 individu), Acanthuridae (147 individu) dan Caesionidae (134 individu). Gambar 13 adalah jumlah dan komposisi dari 5 kelompok terbesar ikan karang hasil visual sensus di lokasi penelitian.

Gambar 13 Jumlah dan komposisi dari 5 kelompok terbesar ikan karang yang mendominasi di lokasi penelitian.

Berdasarkan gambar 13 terlihat jelas bahwa ikan famili Pomacentridae ditemukan dalam jumlah yang sangat besar hal ini disebabkan dari sifat ikan famili Pomacentridae mempunyai sifat yang mudah beradaptasi pada kondisi lingkungan yang berbeda serta ikan famili ini termasuk ikan omnivore yaitu pemakan semua jenis yaitu memakan berbagai jenis invertebrata, zooplankton dan alga (Fishbase 2010), sehingga sangat mungkin ikan ini ditemukan dalam jumlah besar.

Labridae sebagai kelompok kedua terbesar ditemukan umumnya menyukai struktur terumbu karang yang kompleks yang mampu menyediakan tempat tinggal bagi berbagai ukuran dan kelompok invertebarta. Labridae umumnya sebagai karnivor dengan memakan hewan-hewan invertebrata seperti krustase, dan molluska serta ikan-ikan kecil (Fishbase 2010).

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Chaetodone Acanthuridae Pomacentridae Caesionidae Labridae

ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6 ST 7 ST 8 ST 9

Chaetodontidae sebagai kelompok terbesar ketiga diketahui memiliki berbagai variasi makanan mulai dari karang, plankton, invertebarata, spons dan berbagai jenis alga (Fishbase 2010), sehingga famili ikan ini ditemukan hampir di semua stasiun penelitian.

Acanthuridae merupakan kelompok terbesar keempat dari ikan karang yang ditemukan di lokasi penelitian. Kelompok ikan ini merupakan ikan herbivore karena memakan alga yang menutupi batuan dan karang di dasar perairan. Adanya alga di terumbu karang dapat mendukung ikan-ikan herbivore (Fishbase 2010).

Caesionidae sebagai kelompok terbesar kelima yang ditemukan selama penelitian merupakan ikan jenis plaktivore yaitu ikan pemakan jenis plankton (zooplankton) (Kuiter 1992) dan ikan ini ditemukan dalam jumlah besar karena sifatnya yang schooling (bergerombol) dalam mencari makan.

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem unik perairan tropis dengan tingkat produktifitas dan keanekaragaman biota yang sangat tinggi. Peranan biofisik ekosistem terumbu karang sangat beragam, diantaranya sebagai tempat tinggal, tempat berlindung, tempat mencari makan dan berkembang biak bagi beragam biota laut, di samping berperan sebagai penahan gelombang dan ombak serta sebagai penghasil sumberdaya hayati yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan karang adalah salah satunya. Terumbu karang mendukung keanekaragaman yang tinggi pada komunitas ikan karang. Struktur komunitas dapat ditujukan pada struktur biologi dari suatu komunitas, yang meliputi komposisi jenis, kelimpahan, perubahan temporal dan hubungan antar spesies dalam suatu komunitas.

Secara umum, ikan karang akan menyesuaikan pada lingkungannya. Setiap spesies memperlihatkan preferensi/kecocokan habitat yang tepat yang diatur oleh kombinasi faktor ketersediaan makanan, tempat berlindung dan variasi parameter fisik. Sejumlah besar spesies ditemukan pada terumbu karang adalah refleksi langsung dari besarnya kesempatan yang diberikan habitat (Allen & Steene 1996

4.4.2 Kondisi Ikan Kerapu

1. Kelimpahan Ikan Kerapu

Dari hasil visual sensus yang dilakukan di semua stasiun pengamatan selama penelitian, terdapat 4 genus dan 10 spesies ikan kerapu. Dari 4 genus ikan kerapu yang diamati adalah : Aethaloperca sp., Cephalopholis sp., Chromileptes

sp., Chromileptes sp., sedangkan 10 spesies ikan kerapu yang berhasil diamati yaitu : Aethaloperca roga, Cephalopholis cyanostigma, Cephalopholis argus, Cephalopholis miniata, Cephalopholis urodeta, Chromileptes altivalis,

Epinephelus fuscoguttatus, Epinephelus merra, Epinephelus fasciatus dan

Epinephelus ongus.

Kelimpahan ikan kerapu di setiap stasiun pengamatan berdasarkan hasil visual sensus berkisar antara 40–440 ekor/ha (Tabel 7). Intensitas kemunculan tertinggi ditemukan di stasiun pengamatan Pasir Panjang yaitu sebesar 440 ekor/ha sedangkan yang terendah di stasiun pengamatan Hansisi dan Pulau Kambing yaitu masing-masing sebesar 40 ekor/ha.

Tabel 7 Kelimpahan dan keanekaragaman ikan kerapu hasil visual sensus di lokasi penelitian.

Spesies Kerapu Stasiun Pengamatan

ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 ST6 ST 7 ST 8 ST 9 Aethaloperca roga 0 1 0 0 0 0 0 0 0 Cephalopholis cyanostigma 0 1 0 0 0 0 0 1 0 Cephalopholis argus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Cephalopholis miniata 2 0 0 0 0 0 0 0 0 Cephalopolis urodeta 2 0 0 0 2 2 2 1 1 Chromileptes altivalis 0 0 1 0 0 0 0 0 0 Epinephelus fuscoguttatus 2 1 0 1 1 1 0 3 0 Epinephelus merra 0 0 0 0 2 0 1 2 2 Epinephelus fasciatus 0 1 0 0 0 0 0 2 2 Epinephelus ongus 1 2 0 0 0 0 1 2 0 Jumlah Individu 8 6 1 1 5 3 4 11 5 Jumlah Spesies 5 5 1 1 3 2 3 6 3 Kelimpahan (ind/Ha) 320 240 40 40 200 160 160 440 200

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa lokasi Pasir Panjang (Stasiun 8), ditemukan kelimpahan ikan kerapu yang paling tinggi di bandingkan dengan stasiun lainnya, hal ini mengindikasikan bahwa daerah di Pasir Panjang masih baik untuk mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan kerapu dan biaota lainnya, hal ini patut diduga bahwa kondisi terumbu karang di Pasir Panjang adalah yang terbaik di semua lokasi penelitian, Menurut Gomes & Yap (1998) terumbu karang di Pasir Panjang termasuk dalam kategori “baik” dengan persentase tutupan karang hidup sebesar 70,33%. Dengan kondisi terumbu karang sedemikian rupa merupakan kondisi yang ideal untuk mendukung penuh kehidupan biota laut (ikan) yang berfungsi sebagai tempat feeding ground, spawning ground dan nursery ground. Stasiun pengamatan Pulau Kambing dan Hansisi adalah stasiun dengan kelimpahan ikan kerapu terendah dibandingkan stasiun pengamatan lainnya, hal ini disebabkan dari kondisi habitat terumbu karang di daerah tersebut yang sudah mengalami kerusakan yang diakibatkan dari pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan bahan peledak (bom) yang dilakukan secara massive dan intensif. Sehingga fungsi terumbu karang sebagai habitat, tempat mencari makan dan tempat perlindungan bagi komunitas ikan akan rusak dan mengakibatkan kelimpahan ikan kerapu menjadi kurang/sedikit. May (2003) menyatakan bahwa aktivitas penangkapan menjadi penyebab utama penurunan jumlah ikan piscivore dan ikan komersial di sekitar lokasi studi di Pulau Kaledupa, Wakatobi.

Aethaloperca roga biasa disebut redmouth grouper, ikan kerapu ini hidup di daerah terumbu karang dengan kedalaman 1-60 meter, sering berada di celah-celah karang. Makanan ikan kerapu ini adalah ikan dan krustase. (Heemstra & Randall 1993).

Epinephelus fucoguttatus banyak dikenal dengan nama kerapu macan

merupakan spesies ikan kerapu yang hidup di daerah terumbu karang dan bebatuan di dasar perairan, hidup hingga kedalaman 60 m, kerapu muda (juvenile) banyak ditemukan di daerah padang lamun, setelah dewasa akan beruaya ke daerah terumbu karang. Makanan spesies kerapu ini adalah ikan, crabs dan

Philipina dtemukan sampai dengan ukuran 120 cm. Masuk dalam daftar IUCN Red List Status (Heemstra & Randall 1993).

Epinephelus ongus biasa disebut White-strake grouper, hidup di daerah pantai dan terumbu karang serta daerah payau, hidup di kedalaman sampai dengan 20 meter. Total panjang yang diketemukan sampai dengan 40 cm. Masuk dalam daftar IUCN Red List Status (Fishbase 2010).

Epinephelus merra jenis ikan kerapu yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang pada kedalaman sampai dengan 0,5-50 m, makanan ikan kerapu ini adalah ikan dan krustase. Panjang ikan sampai dengan 31 cm (Fishbase 2010)

Epinephelus fasciatus hidup berasosiasi dengan terumbu karang dan

perairan payau, dengan kedalaman 4-160 m, total panjang tubuh 40 cm. Makanan utama ikan ini adalah ikan, kepiting, udang dan cumi-cumi. Masuk dalam daftar IUCN Red List Status (Heemstra & Randall 1993).

Cephalopolis miniata disebut juga Miniata grouper, Coral cod, terdapat di perairan laut tropis, Indo-barat dan Pasifik tengah. Habitat hidup berassosiasi dengan terumbu karang, merupakan ikan non-migratory, hidup pada kedalaman 2-150 m. Makanan utamanya ikan (80%, jenis Pseudanthias squamipinnis) dan krustase. Panjang total ikan kerapu ini bisa mencapai 45 cm, dan merupakan ikan ikan hias karena keindahan dari bentuk dan warna tubuhnya (Fishbase 2010).

Cephalopolis urodeta hidup di daerah terumbu karang dengan kedalaman 1-60 m, panjang mencapai 28 cm, serat makanan ikan kerapu ini adalah ikan kecil dan krustase (Fishbase 2010). Cephalopolis cyanostigma hidup di daerah terumbu karang dengan kedalaman 1-50m, makanan utama ikan dan krustase, panjang tubuh ikan bisa mencapai 40 cm. Masuk dalam daftar IUCN Red List Status (Fishbase 2010).

Cephalopolis argus dikenal dengan nama Blue-spotted Grouper, Peacock Hind, Peacock Grouper atau Peacock Rockcod. Panjang maksimal tubuhnya bisa mencapai 60 cm. Makanan utama adalah ikan, cephalopods (Fishbase 2010).

Cromileptes altivalis merupakan jenis ikan kerapu yang dikenal dengan sebutan Kerapu Bebek, Barramundi Cod (Australia), Humpback grouper atau Panther Grouper. Ikan ini memiliki sifat protogony hermaphrodite, yaitu berubah kelamin dari betina menjadi jantan (Heemstra & Randall 1993).

2. Struktur ukuran

Distribusi ukuran panjang kerapu yang tercacah berdasarkan hasil visual sensus berada pada kisaran 10 – 20 cm hingga 35 – 50 cm (Tabel 9).

Tabel 9 Kelimpahan ikan kerapu berdasarkan ukuran panjang (cm) Range Ukuran Ikan

(Cm)

Jumlah Ikan Kerapu per Stasiun

Jumlah ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 ST6 ST 7 ST 8 ST 9 10 – 20 3 0 0 1 3 3 1 5 3 19 20 – 35 4 6 0 0 2 1 3 6 2 24 35 – 50 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 Jumlah Ind/250m2 8 6 1 1 5 4 4 11 5 45

Dari tabel 9 terlihat bahwa kelimpahan ikan kerapu didominasi ikan kerapu dengan ukuran 10–20 cm sebesar 42,22% dan 20-35 cm juga sebesar 53,33%. Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa seluruh lokasi penelitian sebanyak 95,56% ditemukan ukuran ikan kecil yaitu kisaran 10–35 cm. Hal ini diduga berkaitan dengan siklus hidup jenis-jenis kerapu pada umumnya, dimana ikan kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5-3 m, selanjutnya menginjak dewas beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7-40 m. Selain itu, hal ini mengindikasikan di lokasi sudah terjadi growth over fishing

yaitu ikan ditangkap sebelum ikan sempat tumbuh ukuran dimana peningkatan lebih lanjut dari pertumbuhan akan mampu membuat seimbang dengan penyusutan stok yang diakibatkan oleh mortalitas alami. Lokasi stasiun 1 dan stasiun 3 hanya ditemukan ikan dengan ukuran 35–50 cm, hal ini diduga lokasi tersebut sudah terjadi recruitment over fishing yaitu pengurangan melalui penangkapan terhadap suatu stok sedemikian rupa sehingga jumlah stok induk tidak cukup banyak untuk memproduksi telur yang kemudian menghasilkan rekrut terhadap stok yang sama (Widodo & Holbrook 1999 in White 2007). Reproduksi ikan kerapu pada umumnya adalah secara seksual yaitu protogynous hermaprodite, di mana individu betina akan berubah kelamin menjadi jantan pada ukuran panjang tubuh 100-110 cm. Apabila ikan kerapu besar keberadaannya sudah jarang di lokasi penelitian maka siklus reproduksi ikan kerapu akan terganggu, sehingga mengakibatkan stock ikan kerapu akan menurun.

4.4.3 Hubungan Ikan Kerapu dengan Karakteristik Habitat Terumbu

Dokumen terkait