• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Analisis Regres

4.2 Kondisi Iklim dan Hidrolog

Besar curah hujan di DAS Ciliwung termasuk pada kategori nilai curah hujan yang tinggi. Berdasarkan Klasifikasi Schmidth dan Ferguson, tipe iklim di DAS Ciliwung adalah tipe iklim A, dimana memiliki Bulan Basah (CH >100 mm/bulan) sebanyak 10 bulan dan Bulan Lembab sebanyak 2 bulan (CH 60-100 mm/bulan), sedangkan tidak memiliki bulan kering. Menurut tipe iklim Oldeman DAS Ciliwung juga memiliki tipe iklim A karena memiliki Bulan basah 9 bulan berturut-turut (BP DAS Citarum Ciliwung 2013). Curah hujan rata-rata tahunan selama periode 1978-2008 di bagian hulu (Pos Pengamatan Gunung Mas) disajikan dalam Gambar 12.

Gambar 12 Curah Hujan Tahunan di Bagian Hulu DAS Ciliwung (Sumber : BP DAS Citarum Ciliwung)

Data debit rata-rata di DAS Ciliwung adalah sekitar 3200 mm/tahun (di wilayah bagian hulu SPAS Katulampa). Menurut hasil pengukuran lapang infiltrasi di DAS Ciliwung Hulu dan prediksi infiltrasi DAS, dugaan infiltrasi kumulatif tahunan yang diperoleh sebesar 70 sampai 74 persen dari total curah hujan. Prediksi erosi di Ciliwung Hulu didapatkan masih lebih tinggi dari erosi yang diperbolehkan (sebesar antara 20 – 43 ton/ha/tahun) yang utamanya terjadi pada lahan tegalan, semak dan perkebunan, yang meliputi lebih dari 50 persen dari luas Ciliwung Hulu (BP DAS Citarum Ciliwung 2013).

4.3 Kondisi Topografi

Keadaan topografi ini memiliki peranan yang penting dan erat kaitannya dengan proses infiltrasi, kecepatan aliran permukaan, besar aliran permukaan dan erosi yang terjadi pada DAS tersebut. DAS Hulu didominasi oleh lereng agak terjal, dan pada bagian selatan didominasi oleh kelerengan > 40% yang sangat curam. Wilayah ini dibentuk oleh beberapa pegunungan, antara lain: Gunung

Gede Pangrango, Gunung Mandalawangi, Gunung Kencong dan lain-lain. Topografi DAS Ciliwung di bagian hulu dengan bentuk lereng agak curam (15- 25%), curam , dan sangat curam (> 40%). Ketinggian tempat yang terdapat pada bagian ini dimulai dari 400 mdpl sampai dengan 2.640 mdpl (Departemen Kehutanan, 2007). Aliran sungai Ciliwung pada topografi datar tersaji pada Gambar 13.

Gambar 13 Aliran Sungai Ciliwung di kecamatan Cisarua

Bagian hulu DAS Ciliwung merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 300 m sampai 3.000 m dpl. Di bagian hulu paling sedikit terdapat tujuh Sub DAS yaitu: Tugu, Cisarua, Cibogo, Cisukabirus, Ciesek, Ciseuseupan, dan Katulampa. Bagian hulu dicirikan oleh sungai pegunungan yang berarus deras, variasi kemiringan lereng yang tinggi, dengan kemiringan lereng 2-15% (70,5 km2 ), 15-45% (52,9 km2) dan sisanya lebih dari 45%. Di bagian hulu masih banyak dijumpai mata air yang bergantung pada komposisi litografi dan kelulusan batuan (BP DAS Ciitarum-Ciliwung, 2013).

Bagian hulu DAS Ciliwung dibangun oleh formasi geologi vulkanik yaitu komplek utama Gunung Salak dan Komplek Gunung Pangrango. Deskripsi litologi Kawasan DAS Ciliwung bagian hulu adalah tufa glas lhitnik kristal, tufa fumice dan batu pasiran tufa sedangkan kondisi fisiografi bagian hulu merupakan daerah pegunungan dan berbukit. Elevasi umumnya di atas 150 m dpl dan terdiri atas daerah lungur volkan tua dan muda. Bahan induk tanah yang terdapat di DAS Ciliwung bagian hulu adalah berupa tufa volkanik dan derivatnya merupakan bahan dasar pembentuk tanah jenis latosol coklat kemerahan yang mendominasi jenis tanah. Adanya pencampuran bahan vulkanik tua dan yang lebih muda memungkinkan terbentuknya jenis-jenis tanah lain yang berasosiasi dengan latosol antara lain adalah tanah andosol dan regosol (BP DAS Ciitarum-CIliwung 2013) Dari tingkat kekritisan lahan, mayoritas lahan DAS Ciliwung hulu termasuk ke dalam kategori agak kritis dan potensial kritis. Dilihat dari tingkat bahaya erosi, lebih dari 50% area DAS Ciliwung hulu masuk ke dalam kategori Bahaya Sedang. Tingkat kekritisan lahan DAS Ciliwung hulu tersaji pada tabel 4 sedangkan tingkat erosi bahasa DAS Ciliwung hulu tersaji pada tabel 5.

Tabel 4 Tingkat Kekiritisan Lahan DAS Ciliwung Hulu (dalam Hektar) Kab/ Kota Tidak Kritis Kritis Agak Kritis Potensial Kritis Sangat Kritis Luas (Ha) Kabupaten Bogor 1054.72 1668.37 7761.60 4400.94 56.06 14941.69 Kota Bogor 185.84 97.59 283.43

Tabel 5 Tingkat Erosi Bahaya DAS Ciliwung Hulu (dalam Hektar)

Wilayah

DAS Kota/Kab Ringan Sedang Berat

Sangat

Berat Luas (Ha)

Ciliwung Hulu Kabupaten Bogor 4478.1 6 10463.53 14941.69 Kota Bogor 19.52 114.11 149.80 283.43 4.4 Kondisi Vegetasi

Berdasarkan hasil kajian Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Ditjen RRL, Dephut (1997), pola penggunaan lahan di wilayah DAS Ciliwung bagian hulu dan bagian tengah secara garis besar dibedakan menjadi empat jenis pemanfaatan lahan yaitu hutan, pertanian, pemukiman (termasuk diantaranya industri, perdagangan, dll), dan lain-lain (termasuk situ). Baik DAS bagian hulu maupun bagian tengah masih didominasi oleh kawasan pertanian yaitu masing-masing sebesar 63,9% dan 72,2%. Kawasan hutan yang ada di DAS Ciliwung bagian hulu sebagian besar merupakan hutan lindung yang berstatus hutan negara. Kawasan hutan ini didominasi oleh vegetasi hasil suksesi alami. Menurut data pada BRKLT Ciliwung-Cisadane (1986) dalam BP DAS Citarum Ciliwung (2013), kerapatan vegetasi pada hutan lindung tersebut makin lama makin berkurang. Pada wilayah hutan lindung, penyebaran vegetasinya tidak merata, sehingga terdapat daerah gundul (tanah kosong) yang perlu segera direhabilitasi. Sekitar 30 % kawasan hutan di DAS bagian hulu merupakan hutan produksi yang didominasi oleh tanaman Pinus sp. yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dan tanpa pengelolaan yang baik sehingga keberadaan tanaman Pinus makin berkurang, penutupan hutan tersebut sebesar 25 % dari total DAS bagian hulu. Kawasan pertanian di DAS Ciliwung bagian hulu, didominasi oleh persawahan (25,4%) yang hampir seluruhnya menggunakan sistem pengairan (baik teknis, maupun pengairan sederhana) dan hanya sekitar 5 % yang menggunakan sistem tadah hujan. Perkebunan yang ada di wilayah ini (16,2%) didominasi oleh perkebunan teh dan cengkeh (BP DAS Citarum Ciliwung 2013).

Perubahan pola penggunaan lahan yang terjadi di DAS Ciliwung bagian hulu mempunyai kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun ke arah penggunaan yang karakteristik resapannya lebih kecil dan mengakibatkan berkurangnya fungsi konservasi dari areal Ciliwung bagian hulu. Berkurangnya luasan hutan menjadi areal lain terutama lahan terbuka, pemukiman dan penggunaan lain menyebabkan fungsi hidrologis terganggu. Pemukiman di bagian hulu cenderung menyebar meskipun ada juga kecenderungan memusat ke arah sepanjang jalan raya Ciawi - Cisarua. Kawasan pemukiman di daerah hulu ini cenderung meningkat pesat dari tahun ke tahun baik jumlah maupun jenisnya,

akan tetapi kecenderungan tersebut mengarah pada berkembangnya daerah ini menjadi kawasan wisata. Kawasan pemukiman di wilayah DAS Ciliwung bagian hulu tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal (hunian) tapi juga berfungsi sebagai tempat peristirahatan yang hanya dihuni pada saat-saat tertentu saja. Selain itu, sebagian pemukiman penduduk setempat masih mencerminkan tipe pemukiman pedesaan yaitu tempat tinggal yang digabung dengan kebun (BP DAS Citarum Ciliwung 2013).

Dokumen terkait