• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perubahan Penutupan Lahan d an Kapasitas Pengendalian Aliran Permukaan p ada Lanskap Sub D AS Ciliwung Hulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Perubahan Penutupan Lahan d an Kapasitas Pengendalian Aliran Permukaan p ada Lanskap Sub D AS Ciliwung Hulu"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

DAN KAPASITAS PENGENDALIAN ALIRAN PERMUKAAN

PADA LANSKAP SUB-DAS CILIWUNG HULU

ANNISA HASANAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Kajian Hubungan Perubahan Penutupan Lahan dan Kapasitas Pengendalian Aliran Permukaan pada Lanskap Sub-DAS Ciliwung Hulu

adalah Benar karya saya dengan arahan Dari Komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

(4)

ANNISA HASANAH. Kajian Hubungan Perubahan Penutupan Lahan dan Kapasitas Pengendalian Aliran Permukaan pada Lanskap Sub-DAS Ciliwung Hulu. Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA dan INDUNG SITTI FATIMAH.

DAS Ciliwung merupakan salah satu DAS yang penting dalam menopang kualitas lingkungan bagi kota Bogor dan ibukota negara Indonesia, DKI Jakarta. Perubahan penutupan lahan pada DAS Ciliwung Hulu telah terjadi semakin pesat. Pengembangan areal DAS Ciliwung Hulu sebagai kawasan wisata beserta fasilitas pendukungnya telah meningkatkan kebutuhan lahan terbangun. Banjir merupakan salah satu bencana alam yang terus menjadi sorotan di Indonesia khususnya ibukota Jakarta. Bencana banjir yang terjadi di Jakarta tidak lepas dari kondisi kawasan DAS Ciliwung bagian hulu yang terus mengalami perubahan penutupan lahan. CITYgreen merupakan sebuah ekstensi dalam perangkat lunak berbasis SIG yang memiliki kelebihan dalam alat visualisasi, komunikasi, dan pendidikan pada kemampuan membuat model dan skenario. CITYgreen dapat menghitung manfaat lingkungan yang diberikan oleh suatu lanskap, salah satunya adalah reduksi aliran permukaan. Penelitian ini akan melakukan studi mengenai hubungan antara perubahan penutupan lahan dengan kapasitas pengendalian alian permukaan pada DAS Ciliwung hulu dengan aplikasi CITYgreen. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengkaji perubahan penutupan lahan pada DAS Ciliwung hulu tahun 1989, 2000, 2010 dan 2014, serta pada masing-masing kecamatan, (2) menghitung nilai-nilai aktual pada variabel aliran permukaan (stormwater) berdasarkan pada karakteristik tutupan lahan pada masing-masing tahun, serta pada masing-masing kecamatan dalam 25 tahun terakhir , dan (3) menghitung nilai jasa lingkungan pada kawasan DAS Ciliwung dalam konteks pengendalian aliran permukaan.

Penelitian ini dilakukan di DAS Ciliwung bagian hulu. Penelitian telah dilakukan mulai dari bulan November 2014 hingga Desember 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Penutupan Lahan tahun 1989, 2000, 2010, dan 2014, peta administrasi, dan peta batas DAS. Tahapan penelitian terdiri dari tiga tahap, diantaranya (1) Persiapan (2) Analisis dan (3) Luaran. Analisis dilakukan dengan menggunakan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografi). Model CITYgreen digunakan dalam penelitian ini.

(5)

Pada hasil CITYgreen, telah terjadi kenaikan CN dari tahun 2000 (82) ke tahun 2010 (88), namun penurunan CN tahun 2010 (88) ke tahun 2014 (85). Ini artinya bahwa DAS Ciliwung hulu mengalami peningkatan run-off periode tahun 2000 ke 2010, namun penurunan run-off periode tahun 2010 ke tahun 2014. Pada tingkat kedalaman run-off di kondisi aktual, hasil menunjukkan adanya peningkatan kedalaman run-off dari tahun 2000 (11.43 cm) ke 2010 (14.65 cm), namun kedalaman run-off mengalami penurunan dari tahun 2010 (14.65 cm) ke tahun 2014 (13.03 cm). Hasil terakhir yang diperoleh adalah kapasitas volume penyimpanan air. Hasil menunjukkan bahwa adanya penurunan volume dari tahun 1989, 2000, 2010, dan 2014 secara berturut-turut 1.896e15 , 1.896e15 , 1.7797e13, dan 1.663e12. Ini mengartikan bahwa kemampuan DAS Ciliwung hulu sebagai penyiman volume air untuk reduksi aliran permukaan telah mengalami penurunan. Sama halnya dengan volume simpanan, biaya penghematan dari aliran permukaan menunjukkan penurunan dari periode tahun 1989 ke tahun 2014. Analisis CITYgreen pada masing-masing kecamatan telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang bervariasi.

Nilai jasa lingkungan pada kawasan DAS Ciliwung hulu secara total telah mengalami penurunan dari tahun 1989 ke tahun 2014, namun nilai jasa lingkungan pada tiap-tiap kecamatan menunjukkan hasil yang bervariasi. Pada hasil analisis regresi berganda, variabel Pertanian Lahan Kering menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan nilai jasa lingkungan yang diwakili oleh annual stormwater saving cost. Akan tetapi, persamaan yang dihasilkan tidak memenuhi uji asumsi, sehingga dilakukan uji Analisis Komponen Utama (PCA). Dari hasil PCA, PC1 menunjukkan keragaman data sebesar 86,1% dan varians sebesar 3,2632 sehingga persamaan y dihasilkan dari PC1. Rekomendasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian adalah (1) Implementasi kegiatan penghijauan, misalnya penanaman pohon dapat dilakukan pada kecamatan yang memiliki kapasitas simpanan air yang rendah, (2) Implementasi konservasi kawasan dalam upaya mitigasi banjir dapat mempertimbangkan pada nilai CN (Curve Number) aktual, dan (3) Penyadartahuan masyarakat lokal dan pemangku kebijakan yang lebih agresif mengenai pentingnya DAS Ciliwung hulu sebagai sumber utama dalam memberikan jasa lingkungan dan juga manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang diberikan.

Kata kunci : Banjir, CITYgreen, Jasa Lingkungan, Sistem Informasi Geografi

(6)

ANNISA HASANAH. A Relationship Study between Landcover Change with Stormwater Run off Control Capacity in Ciliwung Upstream Watershed Landscape. Supervised by BAMBANG SULISTYANTARA dan INDUNG SITTI FATIMAH.

Ciliwung watershed is one of important watershed which sustain the environmental quality for Bogor City and the capital city of Indonesia, Jakarta. Land cover change on Ciliwung upstream watershed has been occurred rapidly. The development of upstream watershed as tourism area with its facility has been affected to the increasing of built up areas. Flood is one of national disaster that continues to be highlighted in Indonesia, especially in the capital city of Indonesia, Jakarta. Lack of water catchment area has caused an increasung run-off above the ground which later become a flood.

CITYgreen is an extention inside GIS software which has advantages as a tool for visualization, communication, and education in making model and scenario. CITYgreen can calculate the environmental benefits which are given by a landscape, for example run off reduction. However, there is still lack of research about land cover study in the response of flood disaster in Indonesia with using CITYgreen model. This application can present an illustration of landscape scenario to measure how much run off that can be reduced based on land cover characteristic. A study on relationship between land cover and run off with using CITYgreen model should be done to get a deeper understanding. The objectives of this research are : (1) to analyze land cover changes on Ciliwung upstream watershed year 1989, 2000, 2010, and 2014, and also on each regency, (2) to calculate actual value on stormwater variables based on land cover characteristics on each year, and also on each regency, (3) to calculate environmental service value on Ciliwung upstream watershed in the context of stormwater control.

This research has done in Ciliwung upstream watershed on West Java Province. This research was done from November 2014 to December 2015. The data that are used on this research are land cover change map year 1989, 2000, 2010, and 2014, administration map, and watershed boundary map. The research phase was divided into three steps: (1) Preparation (2) Analysis and (3) Output. Analysis was done with using GIS application. CITYgreen model was used on this research.

(7)

that run-off rate in Ciliwung upstream from year 2000 to 2010 has been increased, but decreased from year 2010 to 2014. In run-off depth for actual condition, the result showed there is an increasing run-off fepth from year 2000 (11.43) to 2010

(14.65 cm), but it’s decreased from year 2010 (14.65 cm) to 2014 (13.03 cm). The

other result that has obtained is storage volume that needed to mitigate in change peak flow. The result showed that there is a decreasing volum from year 1989, 2000, 2010 and 2014 respectively 1.896e15 , 1.896e15 , 1.7797e13, and 1.663e12. This means that the ability of Ciliwung upstream watershed as water storage to reduce stormwater run off has been decreased. As well as storage volume, annual stormwater saving cost has been decreased from year 1989 to 2014. CITYgreen analysis on each regencies showed varied results.

Environmental service value on Ciliwung upstream watershed in total has been decreased from year 1989 to year 2014, but the value on each regencies showed varied results. On multiple regression analysis, Cropland is a variable that showed a significant influence to the environmental service value (annual stormwater saving cost). But, this formula did not meet the classical assumption tests, so then Principal Component Analysis was done. From PCA result, PC1 showed a data variance for 86,1% and variance for 3,2632, so formula of y (environmental service) was obtained from PC1. Recommendation that can be given from the research results are (1) Implementation on tree planting activity, for example tree planting can be done in a regency that has less ability as a water storage, (2) Implementation on conservation for flood mitigation can considerate on actual CN values, and (3) Education and dissemination on awareness to the local community and local government can be done more aggressively about how important Ciliwung upstream watershed as the main source on giving environmental service and also economic benefit from the environmental service that has been given.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016,

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(9)

PADA LANSKAP SUB-DAS CILIWUNG HULU

ANNISA HASANAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada

Program Studi Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Hulu

Nama : Annisa Hasanah NIM : A451120031

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Diketahui oleh Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr

Ketua

Dr. Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi Anggota

Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.ScAgr

(12)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala ridho-Nya

sehingga tesis yang berjudul “. Kajian Hubungan Perubahan Penutupan Lahan dan Kapasitas Pengendalian Aliran Permukaan pada Lanskap Sub-DAS Ciliwung Hulu” dapat terselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr selaku ketua komisi pembimbing, dan Dr. Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi selaku anggota komisi pembimbing atas kesediaan membimbing dan membagi ilmunya selama penulis mengerjakan tesis ini, serta Dr. Ir. Moh. Yanuar Jarwadi Purwanto, MS selaku dosen penguji atas semua masukannya demi perbaikan tulisan ini. Terima kasih juga diberikan kepada Dr. Tri Ratna Sari Dewi yang bersedia memberikan data penelitian untuk diolah ke dalam penelitian ini, serta saudari Monika Agustia, SP yang sudah banyak membantu dalam pengerjaan dengan software CITYgreen.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan Pasca ARL dalam melaksanakan tesis, khususnya Bapak Muhammad Ali, Tri Utomo Zelan Noviandi, Balqis Nailufar, Saputri Sapta, Ray March, Atik Nurwanda atas segala bantuan dan dukungannya. Tidak lupa terima kasih kepada Gigih, Edwine SP. dan Fikriyah W. yang telah membantu dalam penyediaan software ArcGIS. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Erik Mulyana dan Denda Rinaldi Hadinata atas segala bantuan dalam pengerjaan tesis dan pelaksanaan seminar. Ucapan terima kasih yang sangat besar diberikan kepada Dr. Ernan Rustiadi dan Dr. Syarifah Iis Aisyah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan S2 di IPB. Terima kasih diberikan kepada beasiswa Erasmus Mundus dan Bakrie Centre Foundation.

Terakhir, penulis ucapkan terima kepada suami tersayang, Andik Fatahillah, MSc.Agr, ayah Dr Apendi Arsyad, mama Sudarijati, SE, MSi, Inna Rahmawati S.Kpm, Fathia dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa dan dukungan serta kepada rekan-rekan Pascasarjana Arsitektur Lanskap 2012 dan 2013. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2016

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Batasan Penelitian 3

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 4

1.6. Kerangka Pemikiran 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Daerah Aliran Sungai 5

2.2 Aliran Permukaan 6

2.3 Banjir 7

2.4 CITYgreen 7

2.5 Jasa Lingkungan 9

3 METODOLOGI 10

3.1 Waktu dan Tempat 10

3.2 Bahan dan Alat 10

3.3 Data dan Informasi 11

3.4 Tahapan Penelitian 11

4 KONDISI UMUM 21

4.1 Letak Geografis dan Administrasi 21

4.2 Kondisi Iklim dan Hidrologi 22

4.3 Kondisi Topografi 22

4.4 Kondisi Vegetasi 24

4.5 Kondisi Sosial Ekonomi 25

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 26

5.1 Penutupan Lahan 26

5.2 Hasil Analisis dengan CITYGreen 5.4 29

5.3 Pendugaan Manfaat Ruang Terbuka Hijau dalam Pengendalian Aliran

Permukaan Per Kecamatan 30

5.4 Pendugaan Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Jasa Lingkungan dan

Biaya Konstruksi 37

5.5 Rekomendasi 40

6 SIMPULAN DAN SARAN 42

6.1. Simpulan 42

6.2. Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perubahan Penutupan Lahan Tahun 1999 – 2010 1

Tabel 2 Jenis, Bentuk, Sumber, dan Analisis Data 11

Tabel 3 Konversi tutupan lahan ke CG Feature 12

Tabel 4 Tingkat Kekiritisan Lahan DAS Ciliwung Hulu (dalam Hektar) 24 Tabel 5 Tingkat Erosi Bahaya DAS Ciliwung Hulu (dalam Hektar) 24 Tabel 6 Kepadatan penduduk DAS Ciliwung pada masing-masing Kecamatan di

Wilayah Bogor 25

Tabel 7 Perbandingan luas penutupan lahan periode tahun 1989, 2000, 2010, 2014 28 Tabel 8 Tabulasi Hasil CITYgreen DAS Ciliwung hulu 30

Tabel 9 Luas Kecamatan pada DAS Ciliwung hulu 31

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian 5

Gambar 2 Formula perhitungan total volume aliran permukaan pada CITYgreen 8

Gambar 3 Lokasi Penelitian 10

Gambar 4 Tampilan jendela penambahan informasi “CG feature” 13 Gambar 5 Parameter aliran permukaan yang digunakan dalam CITYgreen 14 Gambar 6 Batas DAS Ciliwung hulu pada tampilan ArcView 15

Gambar 7 Study Area Preferences 16

Gambar 8 CITYgreen Preferences 17

Gambar 9 Run Analysis 17

Gambar 10 Tampilan hasil analisis CITYgreen 18

Gambar 11 Bagan Alur Penelitian 20

Gambar 12 Curah Hujan Tahunan di Bagian Hulu DAS Ciliwung 22 Gambar 13 Aliran Sungai Ciliwung di kecamatan Cisarua 23 Gambar 14 Jenis tutupan lahan pada DAS Ciliwung hulu 27 Gambar 15 Luas Penutupan Lahan di DAS Ciliwung Hulu pada masing-masing

tahun 1989, 2000, 2010, dan 2014 28

Gambar 16 Perbandingan Luas Penutupan Lahan Tahun 1989-2014 29 Gambar 17 Perbandingan penutupan lahan per kecamatan pada tahun 1989, 2000,

2010, dan 2014 32

Gambar 18 Tinggi run-off aktual 33

Gambar 19 Tinggi run-off (skenario tanpa pohon) 33

Gambar 20 Curve Number (CN) aktual 33

Gambar 21 Curve Number (skenario tanpa pohon) 34

Gambar 22 Volume simpanan air (m3) 34

Gambar 23 Volume simpanan air per hektar (m3) 35

Gambar 24 Biaya Konstruksi dalam Pengendalian Aliran Permukaan 35

Gambar 25 Biaya Konstruksi per hektar 36

Gambar 26 Annual Stormwater Saving Cost 36

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 CITYGreen Report Tahun 2014 47

Lampiran 2 CITY Green Report Tahun 2010 48

Lampiran 3 CITY Green Report Tahun 2000 49

\Lampiran 4 CITY Green Report Tahun 1989 50

Lampiran 5 Hasil CITYgreen Kecamatan Cisarua Tahun 2014 51 Lampiran 6 Hasil CITYgreen Kecamatan Cisarua Tahun 2010 52 Lampiran 7 Hasil CITYgreen Kecamatan Cisarua Tahun 2000 53 Lampiran 8 Hasil CITYgreen Kecamatan Cisarua Tahun 1989 54 Lampiran 9 Hasil CITYgreen Kecamatan Megamendung Tahun 2014 55 Lampiran 10 Hasil CITYgreen Kecamatan Megamendung Tahun 2010 56 Lampiran 11 Hasil CITYgreen Kecamatan Megamendung Tahun 2000 57 Lampiran 12 Hasil CITYgreen Kecamatan Megamendung Tahun 1989 58 Lampiran 13 Hasil CITYgreen Kecamatan Sukaraja Tahun 2014 59 Lampiran 14 Hasil CITYgreen Kecamatan Sukaraja Tahun 2010 60 Lampiran 15 Hasil CITYgreen Kecamatan Sukaraja Tahun 2000 61 Lampiran 16 Hasil CITYgreen Kecamatan Sukaraja Tahun 1989 62 Lampiran 17 Hasil CITYgreen Kecamatan Jonggol Tahun 2014 63 Lampiran 18 Hasil CITYgreen Kecamatan Jonggol Tahun 2010 64 Lampiran 19 Hasil CITYgreen Kecamatan Jonggol Tahun 2000 65 Lampiran 20 Hasil CITYgreen Kecamatan Jonggol Tahun 1989 66 Lampiran 21 Hasil CITYgreen Kecamatan Pacet Tahun 2014 67 Lampiran 22 Hasil CITYgreen Kecamatan Pacet Tahun 2010 68 Lampiran 23 Hasil CITYgreen Kecamatan Pacet Tahun 2000 69 Lampiran 24 Hasil CITYgreen Kecamatan Pacet Tahun 1989 70 Lampiran 25 Peta Tutupan Lahan DAS Ciliwung Tahun 2014 71 Lampiran 26 Peta Tutupan Lahan DAS Ciliwung Tahun 2010 72 Lampiran 27 Peta Tutupan Lahan DAS Ciliwung Tahun 2000 73 Lampiran 28 Peta Tutupan Lahan DAS Ciliwung Tahun 1989 74

Lampiran 29 Biaya Konstruksi 75

Lampiran 30 Tabel Variabel, Luas RTH, dan Annual Stormwater Saving Cost 76

Lampiran 31 Variabel X, Y dan K 78

Lampiran 32 Hasil Principal Component Analysis & Principal Component

Regression untuk Nilai Jasa Lingkungan 79

Lampiran 33 Hasil Principal Component Analysis & Principal Component

Regression untuk Biaya Konstruksi 82

(17)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang memiliki ekosistem yang lengkap mulai dari bagian hulu hingga hilir. Bagian ekosistem dalam DAS saling mempengaruhi satu sama lainnya. Apabila terjadi perubahan di bagian hulu maka hal ini akan mempengaruhi DAS bagian tengah dan hilir. DAS Ciliwung merupakan salah satu DAS yang penting dalam menopang kualitas lingkungan bagi kota Bogor dan ibukota negara Indonesia, DKI Jakarta. Ekosistem DAS Hulu menjadi bagian penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS (Asdak 2010). Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK. 328/Menhut-II/2009 tentang Penetapan Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas dalam rangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014, DAS Ciliwung termasuk ke dalam daftar DAS Prioritas skala nasional.

Perubahan penutupan lahan pada DAS Ciliwung Hulu telah terjadi semakin pesat. Pengembangan areal DAS Ciliwung Hulu sebagai kawasan wisata beserta fasilitas pendukungnya telah meningkatkan kebutuhan lahan terbangun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruspendi (2014) diketahui bahwa tutupan yang mengalami peningkatan perubahan pada DAS Ciliwung Hulu dari tahun 1999 ke 2010 adalah ruang terbangun yaitu sebesar 11%. Peningkatan ruang terbangun akan mengakibatkan berkurangnya ruang resapan air. Perubahan penutupan lahan dari tahun 1999 hingga 2010 tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1 Perubahan Penutupan Lahan Tahun 1999 – 2010

Tahun 1999 Tahun 2010 Perubahan

Ha % ha % ha %

Hutan 5038 33 4794 31 -243 -2

Kebun teh produktif 1413 9 1659 11 245 2

Kebun teh bera 282 2 235 2 -47 0

Pertanian lahan kering 5303 35 3946 26 -1312 -9

Sawah 2235 15 1885 12 -350 -2

Lahan Terbangum 995 7 2702 18 1707 11

15265 100 15265 100 Sumber : Ruspendi (2014)

(18)

aliran permukaan pada area dataran tinggi yang merupakan kawasan hulu telah menyebabkan tingkat erosi yang lebih tinggi dan juga menaikkan frekuensi banjir yang lebih tinggi di bagian hilir (kota Jakarta). Faktanya, tingkat erosi tanah telah mencapai 193 ton/hektar/tahun. Nilai ini melebihi tingkat toleransi sebesar 14 ton/hektar/tahun. Secara total, aktivitas pertanian telah menghasilkan lebih dari 500.000 ton sedimentasi per tahun yang terkirim oleh sungai Ciliwung, sungai utama di kawasan Jabodetabek (Firman T, Dharmapatni 1994).

Banjir merupakan salah satu bencana alam yang terus menjadi sorotan di Indonesia khususnya ibukota Jakarta. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, bencana banjir di Indonesia memiliki frekuensi kejadian tertinggi (37%) dibandingkan bencana lainnya selama tahun 1985 hingga tahun 2014. Bencana banjir telah menyebabkan terganggunya kegiatan ekonomi dan rusaknya infrastruktur kota di kawasan hilir. Banjir yang terjadi pada tahun 2013 di Jakarta telah menelan 237.109 korban jiwa yang menjadi pengungsi dan 40 korban meninggal dunia (Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta 2013). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dilansir oleh JPNN.com (2014) mencatat bahwa dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana banjir Jakarta mencapai Rp 5 triliun. Dari perhitungan sementara para ahli, angka ini merupakan kerugian bencana terbesar nasional sepanjang Januari-Februari 2014. Selain itu, menurut KADIN yang dilansir oleh CNN Indonesia (2015), kerugian ekonomi dari kejadian banjir selama dua hari di tahun 2015 mencapai Rp 1,5 triliun. Dapat dikatakan, bencana banjir merupakan bencana nasional yang mampu melumpuhkan aktivitas ekonomi yang beresiko sangat tinggi.

Bencana banjir yang terjadi di Jakarta tidak lepas dari kondisi kawasan DAS Ciliwung bagian hulu yang terus mengalami perubahan penutupan lahan. Identifikasi perubahan penutupan lahan perlu dikaji lebih dalam untuk mengukur distribusi penutupan lahan baik yang bersifat mampu meresapkan air maupun yang tidak mampu meresapkan air. Aliran permukaan (run off) merupakan salah satu komponen utama dari hidrograf sungai yang paling diperhatikan dalam analisis banjir (Asdak 2010). Berkurangnya ruang resapan air telah menyebabkan peningkatan aliran permukaan di atas tanah yang kemudian menjadi banjir. Oleh karena itu, kajian antara penutupan lahan dengan run off perlu dilakukan untuk penanggulangan resiko banjir.

(19)

membandingkan dua skenario berbeda pada tapak yang sama (American Forest

2002). Aplikasi CITYgreen dalam kajian penutupan lahan telah banyak

digunakan, diantaranya kajian penutupan lahan dan analisis dampak lingkungan oleh Yuan et al. (2008), penilaian ruang terbuka hijau kota dalam fiksasi karbon dan reduksi aliran permukaan (Peng L et al. 2008), jasa lingkungan dan penilaian hutan kota di Cina oleh Jim dan Chen (2009) dan analisis DAS oleh Bruns DA dan Fetcher N (2008). Aplikasi CITYgreen ini juga digunakan oleh Fatimah (2012) sebagai alat untuk menyusun kebijakan strategis untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dapat disimpulkan, aplikasi CITYgreen dalam menilai jasa lingkungan telah digunakan secara luas di berbagai negara.

Sampai saat ini, ada banyak studi dan kajian lingkungan pada DAS Ciliwung terkait dengan aspek pengendalian aliran permukaan dan banjir secara temporal. Akan tetapi, belum ada studi yang menerapkan aplikasi CITYgreen pada DAS Ciliwung hulu. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan studi mengenai hubungan antara perubahan penutupan lahan dengan kapasitas pengendalian alian permukaan pada DAS Ciliwung hulu dengan aplikasi CITYgreen. Melalui penggunaan aplikasi ini, informasi aktual dan skenario dalam sebuah lanskap terkait dengan pengendalian aliran permukaan berbasis pada karakteristik penutupan lahan dapat diperoleh. Informasi ini kemudian dapat digunakan untuk mengetahui nilai jasa lingkungan. Penghitungan nilai jasa lingkungan ini penting dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai ekonomi suatu lanskap yang diukur dari biaya penghematan simpanan volume air yang disajikan dalam bentuk nilai uang. Dengan diperolehnya informasi jasa lingkungan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi dalam upaya pengendalian aliran permukaan yang rentan terhadap resiko banjir pada DAS Ciliwung hulu.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan penutupan lahan pada l a n s k a p DAS Ciliwung hulu tahun 1989, 2000, 2010 dan 2014, serta pada masing-masing kecamatan 2. Bagaimana nilai-nilai aktual pada variabel aliran permukaan (stormwater) pada

masing-masing tahun, serta pada masing-masing kecamatan dalam 25 tahun terakhir ini

3. Bagaimana nilai jasa lingkungan dan hubungan dengan perubahan penutupan lahan pada lanskap DAS Ciliwung hulu dalam konteks pengendalian aliran permukaan

1.3. Batasan Penelitian

(20)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. mengkaji perubahan penutupan lahan pada l a n s k a p DAS Ciliwung hulu tahun 1989, 2000, 2010 dan 2014, serta pada masing-masing kecamatan 2. menghitung nilai-nilai aktual pada variabel aliran permukaan (stormwater)

berdasarkan pada karakteristik tutupan lahan pada masing-masing tahun, serta pada masing-masing kecamatan dalam 25 tahun terakhir

3. menghitung nilai jasa lingkungan pada lanskap DAS Ciliwung dalam konteks pengendalian aliran permukaan serta hubungannya dengan Ruang Terbuka Hijau

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : mendapatkan informasi perubahan penutupan lahan beserta informasi terkait pengendalian aliran permukaan yang telah terjadi pada lanskap DAS Ciliwung Hulu secara temporal selama empat periode dalam dua empat tahun terakhir, memberikan panduan dalam perencanaan lanskap untuk peningkatan kualitas lingkungan dan konservasi ruang hijau, dan memberikan rekomendasi lanskap dalam penyusunan skenario untuk penanggulangan resiko banjir.

1.6. Kerangka Pemikiran

(21)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah topografi yang dialiri oleh sistem aliran, yaitu total luas lahan yang dialiri ke beberapa titik sungai. DAS adalah unit hidrologi yang dijelaskan dan digunakan sebagai unit fisik-biologis dan juga sebagai unit sosial-ekonomi-politik untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam. Tangkapan (catchment) sering digunakan sebagai sinonim untuk DAS. Tidak ada ukuran yang pasti untuk DAS; mungkin sama besar dengan beberapa ribu kilometer persegi atau berukuran kecil (hanya beberapa kilometer persegi) (Sheng 1990).

Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal berikut merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi,

DAS Ciliwung Hulu DAS Prioritas skala nasional

Fungsi ekologis yang penting bagi kawasan tengah (kota Bogor) dan hilir (ibukota Jakarta)

Perubahan tutupan lahan

Konversi ke lahan terbangun

Penurunan ruang hijau

Penurunan daerah resapan air

Tingginya run-off

Resiko banjir di kawasan hilir

Perubahan penutupan lahan secara temporal

Analisis aliran permukaan

Analisis jasa lingkungan

Kajian Hubungan Antara Perubahan Penutupan Lahan dan Kapasitas Pengendalian Aliran Permukaan pada LanskapSub-DAS Ciliwung Hulu Sistem Informasi

(22)

merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih dari 15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air dipengaruhi oleh pola drainase dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS (Asdak 2010). Semua DAS mengandung berbagai jenis sumber daya alam - tanah, air, hutan, lahan penggembalaan, satwa liar, mineral, dll mengembangkan dan mengelola DAS, penggunaan beberapa sumber daya alam akan melengkapi sementara yang lain akan kompetitif (Sheng 1990).

Berdasaran Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK. 328/Menhut- II/2009 tentang Penetapan Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas dalam rangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2014, sebanyak 108 DAS di seluruh Indonesia ditetapkan sebagai DAS Prioritas. Salah satu diantaranya adalah DAS Ciliwung. Penetapan DAS prioritas ini digunakan sebagai acuan bagi dinas/instansi terkait dalam upaya penetapan skala prioritas kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, termasuk di dalamnya penyelenggaran reboisasi, penghijauan, konservasi tanah dan air, vegetatif, agronomi, struktural, dan manajemen. Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS (Asdak 2010).

Batas DAS merupakan batas ekologis pada suatu kawasan yang ditentukan oleh topografi. Batas DAS adalah punggung perbukitan yang membagi satu DAS dengan DAS lainnya. Garis batas sebuah DAS adalah punggung bukit pada sekeliling sebuah sungai karena aliran air dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah Sebidang lahan dapat disebut sebagai DAS apabila ada suatu titik penyalur aliran air keluar dari DAS tersebut (Agus dan Widianto 2004).

2.2 Aliran Permukaan

Aliran Permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah atau bumi. Bentuk aliran inilah yang paling penting sebagai penyebab erosi. Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan/run off terdiri dari dua kelompok, yakni kelompok meteorologi yang diwakili oleh hujan dan elemen daerah pengaliran yang menyatakan sifat fisik dari daerah pengaliran. Elemen meteorologi terdiri dari jenis presipitasi, intensitas curah hujan, lamanya curah hujan, distribusi curah hujan dalam daerah limpasan, arah pergerakan hujan serta curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah. Elemen daerah pengaliran terdiri dari kondisi penggunaan tanah (land use), luas daerah pengaliran, kondisi topografi daerah pengaliran dan jenis tanah (Arsyad 2006) dalam (Holipah 2011).

(23)

Q = AV

(Q adalah debit air, A adalah luas penampang saluran dan V adalah kecepatan air melalui penampang tersebut).

Debit aliran permukaan berubah menurut waktu yang dipengaruhi oleh terjadinya hujan. Pada musim hujan debit akan mencapai maksimum dan pada musim kemarau akan mencapai minimum. Rasio debit maksimum (Qmax) terhadap debit minimum (Qmin) menunjukkan keadaan DAS yang dilalui sungai. Semakin kecil rasionya, semakin baik keadaan vegetasi dan penggunaan lahan DAS dan sebaliknya (Arsyad, 2006) dalam (Holipah, 2012).

2.3 Banjir

Banjir adalah proses meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi daratan atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Karena sesuai kodratnya, air akan mengalir dan mencari tempat- tempat yang lebih rendah (Yulaelawati dan Usman, 2008).

Menurut Bakornas PB (2007), antara tahun 2003 hingga 2005 telah terjadi 429 kejadian bencana. Dari total kejadian bencana tersebut, bencana hidrometeorlogi merupakan bencana yang paling sering terjadi, yaitu 53,3 % dari total kejadian bencana di Indonesia. Sedangkan dari total bencana hidrometeorologi tersebut, bencana yang paling sering terjadi adalah bencana banjir (34 %).

Menurut Yulaelawati dan Usman (2008), penyebab terjadinya banjir pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 faktor, yaitu:

 Pengaruh aktivitas manusia, diantaranya pemanfaatan banjir untuk pemukiman dan industri, penggundulan hutan yang mengakibatkan pengurangan resapan air tanah, pemukiman di dataran banjir dan pembangunan di daerah dataran banjir dan membuang sampah sembarangan

 Kondisi alam yang bersifat tetap (statis), diantaranya kondisi geografi yang beada pada daerah yang seperti terkena badai atau siklon, kondisi topografi yang cekung, yang merupakan dataran banjir, dan kondisi alur sungai seperti kemiringan dasar sungai yang datar, berkelok- kelok, timbulnya sumbatan dan berbentuk seperti botol (bottleneck), dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau.

 Peristiwa alam yang bersifat dinamis, diantaranya curah hujan tinggi, terjadinya pembendungan, penurunan muka tanah atau amblesan, dan pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi.

2.4 CITYgreen

(24)

kualitas air (American Forests 2002). CITYGreen 5.4 merupakan sebuah ekstensi dalam software ArcView GIS yang dapat menghitung manfaat lingkungan dari suatu tapak, salah satunya adalah mengurangi dampak aliran permukaan dari air hujan. Program aliran permukaan dalam CITYgreen ini memasukkan prosedur dan formula yang dikembangkan oleh USDA Natural Resources Conservation Service (NRCS) untuk mengestimasi volume run off dan juga persentase perubahan pada waktu konsentrasi dan peak flow. Model The

Urban Hydrology for Small Watersheds, umumnya disebut sebagai Technical

Release 55 atau TR-55 dimasukkan ke dalam CITYgreen (American Forest,

2002). American Forest merupakan kelompok konservasi non-profit tertua di Amerika Serikat yang telah berkontribusi besar pada pemahaman akademis terhadap nilai ekologi dan ekonomi pohon dan hutan pada lanskap perkotaan dan Daerah Aliran Sungai (Bruns DA dan Fetcher N, 2008).

Analisis aliran permukaan air hujan dari CITYgreen mampu memetakan fitur tutupan lahan (padang rumput, pohon, bangunan, dan permukaan yang tidak bisa menyerap air) dan menghitung persentase dari masing-masing fitur penutupan lahan. Persentasi penutupan lahan dikombinasikan dengan data rata-rata curah hujan, informasi distribusi air hujan, persen kemiringan lahan, dan kelompok tanah hidrologis. Semua data ini ditujukan untuk mengestimasi bagaimana pohon-pohon mempengaruhi volume aliran permukaan, waktu konsentrasi, dan peak flow. CITYgreen juga mampu memodelkan penutupan lahan yang berbeda-beda dan skenario curah hujan untuk menyusun pembangunan yang dapat diterima atau praktik konservasi.

Total volume aliran permukaan pada analisis CITYgreen dapat dihitung dengan formula pada Gambar 2.

Gambar 2 Formula perhitungan total volume aliran permukaan pada CITYgreen

(Sumber : Peng et al 2008)

Vr : Volume total aliran permukaan

E : Area sampel (hm2)

Q : runoff 2 tahun, 24 jam air hujan (cm)

P : hujan selama 2 tahun, 24 jam air hujan (cm)

S : Retensi maksimum potensial setelah terjadi aliran permukaan

(25)

2.5 Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan adalah pengaturan, penyokong proses alami, dan pelestarian nilai budaya oleh suksesi alamiah dan manusia yang bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan. Jasa lingkungan adalah produk sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau manfaat tidak langsung (intangible). Lingkungan dilihat sebagai sebuah asset yang memproduksi aliran jasa untuk manusia. Jasa yang memiliki manfaat langsung diantaranya aliran air dan mineral, sedangkan yang memiliki manfaat tidak langsung adalah pemandangan indah, penyimpan stok karbon, dan resapan air (Freeman et al. 2014). Dalam penelitian ini, manfaat tidak langsung pada DAS Ciliwung hulu akan dihitung, yaitu simpanan air. Paradigma lama mengenai jasa lingkungan yang tidak dihitung adalah sesuatu yang tidak penting, akan tetapi paradigm baru terhadap manfaat tidak langsung seperti nilai rekreasi dan amenity visual menjadi sumber nilai yang penting (Freeman et al. 2014).

Empat jenis jasa lingkungan yang dikenal oleh masyarakat global adalah: jasa lingkungan tata air, jasa lingkungan keanekaragaman hayati,jasa lingkungan penyerapan karbon, dan jasa lingkungan keindahan lanskap. Penyedia jasa lingkungan adalah perorangan, kelompok masyarakat, perkumpulan, badan usaha, pemerintah daerah, pemerintah pusat, yang mengelola lahan yang menghasilkan jasa lingkungan serta memiliki izin atau hak atas lahan tersebut dari instansi berwenang. Pemanfaat jasa lingkungan adalah perorangan, kelompok masyarakat, perkumpulan. badan usaha, pemerintah daerah, pemerintah pusat yang memiliki segala bentuk usaha yang memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya (World Agroforestry Centre 2009).

Menurut sistem klasifikasi RUPES (Rewarding Upland Poor for Environmental Services) /ABS (Alternative to Slash and Burn), jasa lingkungan terbagi ke dalam empat kategori:

(1) Fungsi Daerah Aliran Sungai (2) Fungsi Keanekaragaman Hayati (3) Stok Karbon

(4) Produktivitas dan manfaat langsung

(5) Kesehatan manusia dan keindahan lanskap (Noordwijk et al. 2004).

Pada fungsi DAS, ada beberapa sub-poin yang diperhatikan dalam jasa lingkungan, diantaranya:

(1) Transmisi air (total air per unit curah hujan)

(2) Pelepasan bertahap dari air yang tersimpan yang mendukung aliran pada musim kemarau

(3) pemeliharaan kualitas air (relative pada curah hujan) (4) Kestabilan lereng, ketidakadaan erosi

(5) Penyanggaan keluarnya air sungai di atas rata-rata per unit curah hujan di atas rata-rata)

(6) Intensitas yang dapat ditoleransi pada kehilangan tanah dari lereng yang disebabkan oleh erosi

(7) Dampak iklim mikro pada kelembapan udara dan suhu (Noordwijk et al.

(26)

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di DAS Ciliwung bagian hulu. Secara geografis terletak pada 60 37’30” – 60 46’10” LS dan 1060 49’36” – 1070 0’15” BT. Wilayah Sub DAS Ciliwung Hulu meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Cianjur. Kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor diantaranya Kecamatan Cisarua, Megamendung, Babakan Madang, Jonggol, dan Sukaraja. Kecamatan yang berada di Kota Bogor adalah Kecamatan Kota Bogor Timur. Kecamatan yang berada di kabupaten Cianjur adalah kecamatan Pacet. Penelitian telah dilakukan mulai dari bulan November 2014 hingga Desember 2015. Lokasi penelitian tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3 Lokasi Penelitian

3.2 Bahan dan Alat

(27)

3.3 Data dan Informasi

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini tersaji pada tabel 2. Tabel 2 Jenis, Bentuk, Sumber, dan Analisis Data

No Jenis Data Bentuk

Data

Sumber Data Analisis Data 1 Peta Penutupan

Lahan tahun 1989, 2000, 2010, dan 2014

Shapefile

(Vektor) Dissertasi Dewi (2015)

Spasial

2 Peta batas administrasi

Shapefile (Vektor)_

Badan Informasi Geospasial (BIG)

Spasial 3 Peta Batas DAS Gambar BPDAS Ciliwung Spasial 4 Data curah hujan

tahunan

Teks BPDAS Ciliwung Tabular

5 Construction cost Teks,

Angka

Satuan Biaya Umum Provinsi Jawa Barat (2015)

Tabular

3.4 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian terdiri dari tiga tahap, diantaranya (1) Persiapan (2) Analisis dan (3) Luaran. Bagan alur penelitian disajikan pada Gambar 11.

Persiapan

Pada tahapan ini, pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan untuk memperoleh data dasar penelitian. Survei juga dilakukan untuk mendapat

gambaran kondisi aktual tutupan lahan pada lokasi studi. Data utama dalam penelitian ini adalah peta penutupan lahan yang sudah terklasifikasi tahun 1989, 2000, 2010, dan 2014. Peta ini berbentuk shapefile (vektor) yang diperoleh dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2015). Data pendukung lainnya diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan DAS Ciliwung. Jenis, bentuk, sumber, dan análisis data yang digunakan dalam penelitian ini tersaji pada Tabel 3.

Setelah data dikumpulkan, data-data spasial diolah terlebih dahulu dengan aplikasi ArcGIS 10.1. Data-data yang sudah berbentuk shapefile perlu dilakukan

(28)

masing-masing kecamatan dalam DAS Ciliwung hulu. Sebelum analisis pertama, semua informasi tutupan lahan dalam DAS Ciliwung hulu akan dipisahkan lebih dahulu dan diberikan informasi tambahan berupa kategori “CG Feature”. ‘CG Feature” akan memberikan tambahan kolom berisi infomasi tutupan lahan yang sesuai dengan standar CITYgreen. Pada penelitian ini, ada tujuh kelas tutupan lahan yang akan digunakan, diantaranya: (1) Hutan, (2) Sawah, (3) Pertanian Lahan Kering, (4) Rumput, (5) Lahan Terbuka, (6) Pemukiman, (7) Badan Air. Konversi kelas tutupan lahan ke kategori “CG Feature” tersaji pada tabel 3. Tampilan jendela penambahan data “CG Feature” tersaji pada Gambar 4.

Tabel 3 Konversi tutupan lahan ke CG Feature

No Kelas tutupan lahan CG Feature

1 Hutan Trees

2 Sawah Cropland : Small Grains

3 Pertanian Lahan Kering Cropland : Row Crops

4 Rumput Open Space/Pasture/Meadow

5 Lahan Terbuka Open Space/Pasture/Meadow

6 Pemukiman Urban

7 Badan Air Water Area

Dari aspek tutupan hijau, ada dua tipe penutupan lahan utama, yaitu area kanopi dan area non- kanopi. Area kanopi adalah area yang ditutupi oleh tutupan hijau misalnya kebun, hutan, sawah, dan lain-lain sedangkan area non-kanopi adalah area yang tidak ditutupi oleh tutupan hijau seperti air, pemukiman, dan lain-lain.

Sebelum dilakukan analisis kedua (kecamatan), seluruh data tutupan lahan pada tahun 1989, 2000, 2010, dan 2014 akan dipotong (clip) dengan data batas kecamatan dengan menggunakan software ArcGIS. Setelah itu, pemisahan kelas tutupan lahan pada masing-masing kecamatan dilakukan. Akhirnya, seluruh data tutupan lahan yang sudah terpisah akan diberikan informasi “CG Feature” , sama halnya seperti persiapan analisis pertama. Setelah semua data mendapat informasi “CG Feature”, data sudah siap untuk dianalisis.

Analisis

Perubahan tutupan lahan

(29)

Gambar 4 Tampilan jendela penambahan informasi “CG feature”

Analisis CITYgreen

CITYGreen 5.4 merupakan sebuah ekstensi dalam software ArcView GIS yang dapat menghitung manfaat lingkungan dari suatu tapak, salah satunya adalah mengurangi dampak aliran permukaan dari air hujan. Program aliran permukaan dalam CITYgreen ini memasukkan prosedur dan formula yang dikembangkan oleh USDA Natural Resources Conservation Service (NRCS) untuk mengestimasi volume run off dan juga persentase perubahan pada waktu konsentrasi dan peak flow. Model The Urban Hydrology for Small Watersheds, umumnya disebut sebagai Technical Release 55 atau TR-55 dimasukkan ke dalam CITYgreen (American Forest 2002). Parameter aliran permukaan yang digunakan untuk mengestimasi beberapa variabel terkait aliran permukaan tersaji pada Gambar 5.

Penelitian ini akan menggunakan analisis pengendalian aliran permukaan (stormwater control analysis) dalam CITYgreen. Nilai output dari analisis ini adalah Curve Number run off (CN), kedalaman Run off (inch), volume penyimpanan (ft3), construction cost (USD) dan annual stormwater saving

(30)

Gambar 5 Parameter aliran permukaan yang digunakan dalam CITYgreen Metode dasar SCS Run off Curve Number dijelaskan sebagai berikut (USDA 1986) :

Q = runoff (in) P = Curah Hujan (in)

S = potensi retensi maksimum setelah runoff dimulai (in) Ia = abstraksi inisial (in)

Ia merupakan semua kehilangan sebelum runoff dimulai. Ini mencakup air yang terserap ke dalam permukaan, air yang diserap oleh tanaman, penguapan, dan infiltrasi. Secara empiris, persamaan Ia berikut:

Ia = 0.2S

S adalah kondisi tanah dan tutupan lahan pada DAS melalui CN. Persamaan S dengan CN sebagai berikut:

(31)

Metode perhitungan Curve Number pada masing-masing wilayah sebagai berikut sebagai berikut (USDA 1986):

CNw = ∑ CN x Ax AT

CNw = weighted Curve Number

CNx = CN pada satu jenis penutupan lahan tertentu Ax = Luas satu jenis penutupan lahan tertentu AT = Total luas wilayah.

CN weighted merupakan nilai CN yang dihasilkan pada satu luasan wilayah

yang memiliki komposisi tutupan lahan dan hydrologic soil group tertentu. Perhitungan dilakukan dengan akumulasi dari pengalian nilai CN pada jenis tutupan lahan dikalikan dengan luas satu jenis tutupan lahan dibagi dengan total luasan wilayah.

Pada tahapan ini, data DAS Ciliwung hulu akan dibagi ke dalam dua analisis: (1) Analisis DAS Ciliwung hulu secara total (2) analisis masing-masing kecamatan dalam DAS Ciliwung hulu.

a. Analisis CITYgreen DAS Ciliwung hulu

Secara umum, tahapan analisis dengan menggunakan CITYgreen 5.4, sebagai berikut:

1. Spesifikasi Area Studi

Area studi pada penelitian ini adalah DAS Ciliwung hulu. Dengan menggunakan data batas administrasi, area studi dapat dispesifikasi (Gambar 6).

Gambar 6 Batas DAS Ciliwung hulu pada tampilan ArcView

(32)

Pada bagian ini, setiap variabel input memerlukan batas area yang akan dikalkulasi sehingga kolom field batas administrasi berisi teks “Ciliwung Hulu”

dipilih (Gambar 7).

Gambar 7 Study Area Preferences

3. CITYgreen Preferences

Setelah memasukkan informasi preferensi area studi, informasi preferensi pada “CITYGreen Preferences” dimasukkan. Informasi yang dimasukkkan adalah intensitas hujan, curah hujan, persentase kemiringan lahan, biaya konstruksi dari pembuangan air hujan, dan kelompok hydrologic soil group (Gambar 8). Informasi preferensi ini diperoleh dari informasi iklim dan jenis tanah pada lokasi administratif, yaitu Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Biaya konstruksi satuan menggunakan standar Satuan Biaya Umum tahun 2015 dan harga material konstruksi bangunan tahun 2015. Biaya konstruksi menghitung biaya yang diperlukan untuk membangun konstruksi bangunan pengendalian banjir.

Hydrologic Soil Group adalah kelompok tanah yang memiliki kesamaan

potensi run off yang berada di bawah hujan dan tutupan lahan yang sama. HSG mempertimbangkan tanah yang berasosiasi dengan Curve Number. Menurut USDA, Hydrologic Soil Group terbagi ke dalam empat kelas, diantaranya:

 Grup A : Tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi yang tinggi (potensi run off yang rendah) ketika dalam kondisi basah. Tanah ini terdiri dari pasir yang berdrainase baik hingga berlebihan atau pasir berkerikil. Tanah ini mengandung laju transmisi air yang tinggi.

 Grup B : Tanah yang mmeiliki tingkat infiltrasi moderat ketika basah. Tanah ini berkondisi drainase cukup baik hingga baik, dan juga memiliki tekstur agak halus ke agak kasar. Tanah ini memiliki tingkat transmisi air yang moderat. DAS Ciliwung hulu termasuk ke dalam grup B.

 Grup C : Tanah yang memiliki tingkat infiltrasi rendah ketika basah. Tanah ini memiliki lapisan yang menghambat gerakan ke bawah air. Tanah bertekstur agak halus ke halus. Tanah ini memiliki tingkat transmisi air yang rendah.

(33)

potensi shrink-swell dan memiliki permukaan air yang tinggi, lapirsan liat di dekat permukaan. Tanah ini memiliki tingkat transmisi air yang sangat rendah.

Gambar 8 CITYgreen Preferences

4. Running Analysis

Setelah input pada CITYgreen preferences selesai, maka analisis dapat dijalankan (Gambar 9).

Gambar 9 Run Analysis

5. Laporan Analisis (Output Model)

(34)

sebanyak empat kali dengan menggunakan data tutupan lahan yang berbeda periode tahun yaitu 1989, 2000, 2010, dan 2014. Contoh CITYgreen analysis

report tersaji pada Gambar 10.

Gambar 10 Tampilan hasil analisis CITYgreen a. Analisis CITYgreen DAS Ciliwung hulu per kecamatan

Untuk masing-masing kecamatan, tahapan analisis CITYgreen tidak jauh berbeda pengerjaannya dengan analisis CITYgreen DAS Ciliwung hulu secara keseluruhan. Data yang sudah di-reprojection akan dipisahkan (intersect) ke masing-masing kecamatan. Ada tujuh kecamatan yang masuk ke dalam DAS Ciliwung hulu diantaranya: Babakan Madang, Sukaraja, Cisarua, Megamendung, Jonggol, Bogor Timur dan Pacet. Bogor Timur tidak dimasukkan ke dalam analisis, karena luasannya yang sangat kecil dan hanya memiliki satu jenis tutupan lahan, yaitu lahan terbangun.

Setelah itu, tutupan lahan pada masing-masing kecamatan ditambahkan informasi field “CG Feature” sesuai dengan kategori CITYgreen. Setelah itu,

proses run analysis pada seluruh kecamatan dilakukan. Running analysis pada semua kecamatan dilakukan sebanyak empat kali pada empat periode tahun: 1989, 2000, 2010, dan 2014. Hasil yang diperoleh pada tahapan ini adalah informasi

stormwater control pada masing-masing kecamatan selama empat periode tahun.

(35)

C. Analisis Regresi

Persamaan regresi adalah persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas (Walpole 1995). Regresi ini membahas tentang masalah pendugaan atau peramalan nilai peubah tak bebas (y) berdasarkan peubah bebas (x) yang telah diketahui nilainya. Data akan diplotkan berbentuk diagram pencar. Dengan mengamati diagram pencar, akan terlihat titik-titik yang mengikuti garus lurus, menunjukkan bahwa kedua peubah tersebut saling berhubungan secara linear. Bila hubungan linear ini ada, maka dapat dinyatakan secara matematik dengan sebuah persamaan garis lurus yang disebut garis regresi linear (Walpole 1995).Garis regresi dapat dinyatakan dalam bentuk

y = a +bx

Model regresi linier sederhana adalah sebuah model dengan sebuah regressor sederhana (x) yang memiliki respon terhadap y berupa garis lurus. (Montgomery DC, Peck EA, Vining GG 2015). Persamaan model sebagai berikut:

Y = β0 + β1x + ε

β0 , β1 = konstanta yang tidak diketahui ε = komponen random acak

(36)

Gambar 11 Bagan Alur Penelitian

Luas RTH (Hutan, Sawah, Rumput, Pertanian Lahan

Kering)

Annual Stormwater Saving Cost

CITYgreen results pada DAS Ciliwung Hulu tahun 1989,2000,2010,

2014

 Perubahan penutupan lahan DAS Ciliwung hulu tahun 1989-2014  Nilai aktual dan kondisi tanpa pohon terkait aliran permukaan pada

DAS Ciliwung hulu

 Nilai jasa lingkungan pada DAS Ciliwung Hulu dalam upaya penanggulangan banjir

Persiapan

Analisis

Luaran

Analisis Statistik

Input variables and preferences

Run analysis

CITYgreen results pada lima kecamatan di DAS Ciliwung Hulu masing-masing tahun

1989,2000,2010, 2014

Cisarua Megamendung Sukaraja Pacet Jonggol

Variabel yang berpengaruh Uji Regresi Linier Berganda

Uji Regresi Linier Sederhana Persamaan Regresi Linier Sederhana dari

Varibale yang berpengaruh

Peta Penutupan Lahan DAS Ciliwung Hulu tahun 1989, 2000,

2010, dan 2014 Reprojection

UTM 48s WGS 1984

Pemisahan kelas tutupan lahan Add Update Data (CITYGreen) Clip tutupan lahan dengan batas

kecamatan Batas DAS Ciliwung

Hulu dan Batas Kecamatan

(37)

Model persamaan regresi linear berganda adalah seperti berikut ini: Y = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn

dimana :

Y = Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent)

X1 dan X2 = Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab (Independent) a = Konstanta

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Pada penelitian ini, analisis regresi berganda akan digunakan untuk mencari tahu apakah variabel independen berupa luasan Ruang Terbuka Hijau pada area studi berhubungan positif atau negative terhadap variabel dependen berupa nilai jasa lingkungan (stormwater saving cost). Selain itu, analisis ini juga akan mengetahui variabel independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Selanjutnya, variabel independen yang berpengaruh akan diuji statistik dengan menggunakan model regresi linier sederhana.

Luaran

Luaran dari penelitian ini adalah informasi perubahan penutupan lahan pada periode tahun 1989-2014 serta pada masing-masing kecamatan, informasi nilai-nilai aktual pada variabel aliran permukaan (stormwater) berdasarkan pada karakteristik tutupan lahan pada masing-masing tahun, serta pada masing-masing kecamatan dalam 25 tahun terakhir ini, dan nilai jasa lingkungan pada kawasan DAS Ciliwung dalam konteks pengendalian aliran permukaan serta pengaruh variabel terhadap nilai jasa lingkungan.

4 KONDISI UMUM

4.1 Letak Geografis dan Administrasi

Secara administrasi, Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung hulu masuk ke dalam beberapa wilayah administratif yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Secara geografis, DAS Ciliwung hulu berada pada 6037’30” – 6046’10” LS dan 106049’36” – 10700’15” BT. DAS Ciliwung hulu memiliki total luasan sebesar 15,214 ha dimana bagian ini memenuhi 39% dari total luas DAS. Ada tujuh kecamatan yang masuk ke dalam DAS Ciliwung hulu diantaranya: Babakan Madang, Sukaraja, Cisarua, Megamendung, Jonggol, Bogor Timur dan Pacet. dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Bogor (Sub-DAS Ciliwung Tengah) Sebelah timur : Kabupaten Bogor dan Kota Bogor (Sub-DAS Cikeas)

(38)

Menurut toposekuensnya, DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: hulu, tengah dan hilir, masing-masing dengan stasiun pengamatan arus sungai di Bendung Katulampa Bogor, Ratujaya Depok, dan Pintu Air Manggarai Jakarta Selatan (Pawitan, 2002).

4.2 Kondisi Iklim dan Hidrologi

Besar curah hujan di DAS Ciliwung termasuk pada kategori nilai curah hujan yang tinggi. Berdasarkan Klasifikasi Schmidth dan Ferguson, tipe iklim di DAS Ciliwung adalah tipe iklim A, dimana memiliki Bulan Basah (CH >100 mm/bulan) sebanyak 10 bulan dan Bulan Lembab sebanyak 2 bulan (CH 60-100 mm/bulan), sedangkan tidak memiliki bulan kering. Menurut tipe iklim Oldeman DAS Ciliwung juga memiliki tipe iklim A karena memiliki Bulan basah 9 bulan berturut-turut (BP DAS Citarum Ciliwung 2013). Curah hujan rata-rata tahunan selama periode 1978-2008 di bagian hulu (Pos Pengamatan Gunung Mas) disajikan dalam Gambar 12.

Gambar 12 Curah Hujan Tahunan di Bagian Hulu DAS Ciliwung (Sumber : BP DAS Citarum Ciliwung)

Data debit rata-rata di DAS Ciliwung adalah sekitar 3200 mm/tahun (di wilayah bagian hulu SPAS Katulampa). Menurut hasil pengukuran lapang infiltrasi di DAS Ciliwung Hulu dan prediksi infiltrasi DAS, dugaan infiltrasi kumulatif tahunan yang diperoleh sebesar 70 sampai 74 persen dari total curah hujan. Prediksi erosi di Ciliwung Hulu didapatkan masih lebih tinggi dari erosi yang diperbolehkan (sebesar antara 20 – 43 ton/ha/tahun) yang utamanya terjadi pada lahan tegalan, semak dan perkebunan, yang meliputi lebih dari 50 persen dari luas Ciliwung Hulu (BP DAS Citarum Ciliwung 2013).

4.3 Kondisi Topografi

(39)

Gede Pangrango, Gunung Mandalawangi, Gunung Kencong dan lain-lain. Topografi DAS Ciliwung di bagian hulu dengan bentuk lereng agak curam (15-25%), curam , dan sangat curam (> 40%). Ketinggian tempat yang terdapat pada bagian ini dimulai dari 400 mdpl sampai dengan 2.640 mdpl (Departemen Kehutanan, 2007). Aliran sungai Ciliwung pada topografi datar tersaji pada Gambar 13.

Gambar 13 Aliran Sungai Ciliwung di kecamatan Cisarua

Bagian hulu DAS Ciliwung merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 300 m sampai 3.000 m dpl. Di bagian hulu paling sedikit terdapat tujuh Sub DAS yaitu: Tugu, Cisarua, Cibogo, Cisukabirus, Ciesek, Ciseuseupan, dan Katulampa. Bagian hulu dicirikan oleh sungai pegunungan yang berarus deras, variasi kemiringan lereng yang tinggi, dengan kemiringan lereng 2-15% (70,5 km2 ), 15-45% (52,9 km2) dan sisanya lebih dari 45%. Di bagian hulu masih banyak dijumpai mata air yang bergantung pada komposisi litografi dan kelulusan batuan (BP DAS Ciitarum-Ciliwung, 2013).

(40)

Tabel 4 Tingkat Kekiritisan Lahan DAS Ciliwung Hulu (dalam Hektar) Kab/

Kota

Tidak

Kritis Kritis

Agak Kritis

Potensial Kritis

Sangat Kritis

Luas (Ha) Kabupaten Bogor 1054.72 1668.37 7761.60 4400.94 56.06 14941.69

Kota Bogor 185.84 97.59 283.43

Tabel 5 Tingkat Erosi Bahaya DAS Ciliwung Hulu (dalam Hektar)

Wilayah

DAS Kota/Kab Ringan Sedang Berat

Sangat

Berat Luas (Ha)

Ciliwung Hulu

Kabupaten Bogor

4478.1

6 10463.53 14941.69

Kota Bogor 19.52 114.11 149.80 283.43

4.4 Kondisi Vegetasi

Berdasarkan hasil kajian Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Ditjen RRL, Dephut (1997), pola penggunaan lahan di wilayah DAS Ciliwung bagian hulu dan bagian tengah secara garis besar dibedakan menjadi empat jenis pemanfaatan lahan yaitu hutan, pertanian, pemukiman (termasuk diantaranya industri, perdagangan, dll), dan lain-lain (termasuk situ). Baik DAS bagian hulu maupun bagian tengah masih didominasi oleh kawasan pertanian yaitu masing-masing sebesar 63,9% dan 72,2%. Kawasan hutan yang ada di DAS Ciliwung bagian hulu sebagian besar merupakan hutan lindung yang berstatus hutan negara. Kawasan hutan ini didominasi oleh vegetasi hasil suksesi alami. Menurut data pada BRKLT Ciliwung-Cisadane (1986) dalam BP DAS Citarum Ciliwung (2013), kerapatan vegetasi pada hutan lindung tersebut makin lama makin berkurang. Pada wilayah hutan lindung, penyebaran vegetasinya tidak merata, sehingga terdapat daerah gundul (tanah kosong) yang perlu segera direhabilitasi. Sekitar 30 % kawasan hutan di DAS bagian hulu merupakan hutan produksi yang didominasi oleh tanaman Pinus sp. yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dan tanpa pengelolaan yang baik sehingga keberadaan tanaman Pinus makin berkurang, penutupan hutan tersebut sebesar 25 % dari total DAS bagian hulu. Kawasan pertanian di DAS Ciliwung bagian hulu, didominasi oleh persawahan (25,4%) yang hampir seluruhnya menggunakan sistem pengairan (baik teknis, maupun pengairan sederhana) dan hanya sekitar 5 % yang menggunakan sistem tadah hujan. Perkebunan yang ada di wilayah ini (16,2%) didominasi oleh perkebunan teh dan cengkeh (BP DAS Citarum Ciliwung 2013).

(41)

akan tetapi kecenderungan tersebut mengarah pada berkembangnya daerah ini menjadi kawasan wisata. Kawasan pemukiman di wilayah DAS Ciliwung bagian hulu tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal (hunian) tapi juga berfungsi sebagai tempat peristirahatan yang hanya dihuni pada saat-saat tertentu saja. Selain itu, sebagian pemukiman penduduk setempat masih mencerminkan tipe pemukiman pedesaan yaitu tempat tinggal yang digabung dengan kebun (BP DAS Citarum Ciliwung 2013).

4.5 Kondisi Sosial Ekonomi

Berdasarkan data sensus BPS tahun 2012, jumlah penduduk di wilayah bagian Hulu DAS Ciliwung, yaitu Kabupaten Bogor adalah 4,353,591 jiwa, yang terdiri atas 2,496,598 laki-laki dan 2,361,014 perempuan. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bogor adalah sebanyak 1824 orang/km2. Bogor dan Depok merupakan bagian hulu dan tengah DAS Ciliwung yang mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi (Tabel 6).

Pergeseran kegiatan ekonomi masyarakat dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan dan jasa telah terjadi secara nyata hampir di seluruh wilayah DAS Ciliwung. Kegiatan ekonomi masyarakat pada sektor pertanian, dimana kegiatan usahanya tergantung pada lahan sudah semakin terbatas, yaitu pada wilayah DAS Ciliwung bagian hulu dan sebagian kecil wilayah DAS Ciliwung bagian tengah. Demikian pula jika melihat perkembangan tingginya alih fungsi (konversi) lahan dan alih pemilikan lahan pada wilayah ini ada kecenderungan yang sangat kuat bahwa kegiatan ekonomi berbasis lahan tidak dapat dipertahankan lagi (BP DAS Citarum Ciliwung 2013).

Tabel 6 Kepadatan penduduk DAS Ciliwung pada masing-masing Kecamatan di Wilayah Bogor

No Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Penduduk Kepadatan / km2

A. Wilayah Bogor

1 Ciawi 2.518 94.806 5.129

2 Cisarua 6.372 110.148 4.926

3 Megamendung 4.006 90.991 4.736

4 Cibinong 4.249 253.339 7.664

5 Sukaraja 4.202 153.520 6.990

6 Kemang 2.341 81.019 4.613

7 Bojonggede 5.561 207.368 3.588

Sumber : BPS 2012

(42)

status lahan yang semula adalah hak garap dari masyarakat petani lokal. Semenjak timbulnya arus komersialisasi lahan yang semakin merebak, banyak masyarakat petani lokal yang tergiur melepaskan sebagian atau seluruh lahan miliknya kepada orang kota yang memiliki modal yang kuat. Pembelian lahan seperti itu semakin mempersempit lahan usaha tani masyarakat petani lokal. Pada kondisi ini sebagian masyarakat mencari pekerjaan di sektor non-pertanian seperti menjadi tukang ojek sepeda motor, penjaga villa peristirahatan milik orang kota, karyawan rumah makan, padang golf, dan sebagainya. Sementara lahan yang telah mengalami perubahan kepemilikan (milik orang kota), biasanya akan segera mengalami konversi ke penggunaan lahan yang bersifat non-pertanian. Hal ini akan menyumbangkan pengurangan penutupan vegetasi pada permukaan lahan yang penting untuk pemeliharaan fungsi wilayah hulu DAS Ciliwung sebagai daerah tangkapan hujan (BP DAS Citarum Ciliwung 2013).

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penutupan Lahan

Penutupan lahan pada DAS Ciliwung dibagi ke dalam tujuh kelas penutupan lahan, yaitu Hutan, Lahan Terbangun, Pertanian Lahan Kering, Sawah, Air, Lahan Terbuka, dan Rumput. Mayoritas tipe pertanian lahan kering pada kawasan DAS Ciliwung hulu berupa kebun teh. Dalam hak guna usaha, kebun teh ini dimiliki oleh PT Gunung Mas, sedangkan hutan dikelola oleh instansi pemerintah: Balai Taman Nasional Gede-Pangrango (Kawasan Taman Nasional), Balai Konservasi Sumberdaya Alam Departemen Kehutanan (Kawasan Hutan Cagar Alam Telaga Warna),dan Perum Perhutani (Kawasan Lindung dan Produksi). Jenis-jenis tutupan lahan pada DAS Ciliwung hulu tersaji pada Gambar 14.

Berdasarkan hasil pengolahan data penutupan lahan, total luasan DAS Ciliwung Hulu adalah 15.214 hektar. Distribusi penutupan lahan pada DAS Ciliwung hulu pada masing-masing periode tahun memiliki persentase yang berbeda-beda. Peningkatan luasan tutupan lahan terbangun terjadi dengan tingkat kenaikan 0.43% pada tahun 1989 ke tahun 2000, 2.17% dari tahun 2000 ke 2010, dan 7.76% dari tahun 2010 ke tahun 2014. Dari perubahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan luas lahan terbangun yang cukup masif dalam empat tahun (2010 ke 2014). Hal ini diduga oleh meningkatnya fungsi kawasan Puncak sebagai kawasan pariwisata. Sebagai imbasnya, pembangunan fisik untuk fasilitas wisata seperti restauran, hotel, pusat belanja ikut meningkat.

(43)

Gambar 14 Jenis tutupan lahan pada DAS Ciliwung hulu

(44)

Gambar 15 Luas Penutupan Lahan di DAS Ciliwung Hulu pada masing-masing tahun 1989, 2000, 2010, dan 2014

Tabel 7 Perbandingan luas penutupan lahan periode tahun 1989, 2000, 2010, 2014

No Kelas

Luas (ha) Jumlah Perubahan (ha)

1989 2000 2010 2014

1989-2000 2000-2010

2010-2014 1 Hutan 4614.064 4521.735 4390.382 4409.484 -92.329 -131.353 19.102

2

Pertanian Lahan

Kering 3257.091 3158.333 3009.071 1746.022 -98.758 -149.262

-1263.048 3 Sawah 725.820 728.213 717.959 813.109 2.393 -10.254 95.150 4 Rumput 124.115 116.924 148.862 113.096 -7.191 31.938 -35.766 5

Lahan

Terbangun 6269.737 6334.670 6665.097 7844.233 64.934 330.427 1179.136 6

Lahan

Terbuka 187.970 276.489 186.346 224.702 88.519 -90.143 38.355 7 Badan Air 35.943 78.083 96.748 64.093 42.140 18.665 -32.655

TOTAL 15214.740 15214.448 15214.465 15214.740

(45)

Gambar 16 Perbandingan Luas Penutupan Lahan Tahun 1989-2014

5.2 Hasil Analisis dengan CITYGreen 5.4

Hasil analisis aspek aliran permukaan dengan CITYgreen terbagi menjadi dua penilaian, yaitu statistik tapak dan manfaat ekologis. Hasil statistik tapak mencakup nama tapak, luas area, dan distribusi penutupan lahan. Manfaat ekologis mencakup Curve Number, kedalaman aliran permukaan (inch), volume aliran permukaan (cu.ft), dan biaya konstruksi dengan standar @ $2.00/ cu ft (melalui perhitungan biaya konstruksi tahun 2014 di Indonesia).

Dari hasil tersebut, CITYgreen dapat melaporkan hasil statistik tapak (distribusi penutupan lahan dan luasan wilayah serta luasan masing-masing penutupan lahan) dan manfaat ekologi (bilangan kurva, kedalaman aliran, biaya konstruksi, dan annual stormwater saving cost. Dari hasil CITYgreen dalam periode 24 tahun terakhir, dapat disimpulkan bahwa kapasitas volume penyimpanan pada DAS Ciliwung hulu telah mengalami penurunan dari tahun 1989 ke tahun 2014. Hal ini dikarenakan oleh perubahan luas penutupan lahan yang berkanopi tanaman (hutan, lahan pertanian) menjadi lahan terbangun. Hal ini didukung juga dengan hasil bilangan kurva (CN) yang cenderung meningkat tiap tahunnya. Semakin tinggi kapasitas volume penyimpanan air pada DAS Ciliwung hulu, maka semakin tinggi biaya penghematan aliran permukaan tahunan (annual

stormwater saving cost). Tabulasi nilai pengendalian aliran permukaan pada DAS

Ciliwung hulu secara total yang diperoleh dari CITYgreen disajikan pada Tabel 8. Ada dua jenis CN yang dihasilkan CITYgreen yaitu CN Current dan CN

Without Trees. CN Current adalah nilai Curve Number aktual berdasarkan kondisi

Gambar

Tabel 1 Perubahan Penutupan Lahan Tahun 1999 –  2010
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 3 Lokasi Penelitian
Gambar 4 Tampilan jendela penambahan informasi “CG feature”
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam membentuk harga pokok penjualan caranya adalah persediaan barang dagangan awal periode ditambah dengan harga pokok pembelian akan membentuk harga pokok barang

Dengan menggunakan teknik metode penelitian observasi, wawancara dan angket, diharapkan mendapatkan hasil data yang akurat sehingga tidak salah langkah dalam menentukan strategi

The ignition temperature of pulverized coal will reduce with pulverized coal fineness thinning; this is because the small pulverized coal particle size can increase

Termasuk aspek-aspeknya adalah hypothesis terjadinya laut/lautan, topografi dan sedimentasi dasar laut, kondisi air laut dengan berbagai fenomena yang ada, biologi serta

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga peneliti mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan

Pembangunan akhir-akhir ini, terlihat secara fakta hasil audit Badan Pemeriksaan Kekuasaan atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan ini sudah mengarah pada

SOCIAL RELATION AND STRATIFICATION REFLECTED IN ANTON CHECKOV’S UNCLE VANYA DRAMA: A MARXIST PERSPECTIVE. MUHAMMADIYAH UNIVERSITY

These experiments showed that ethylene produced by slicing or introduced exogenously had an undesirable effect of accelerating softening of tomato slices.. Key words: