• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Jasa Lingkungan dan Biaya Konstruks

C. Analisis Regres

5.4 Pendugaan Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Jasa Lingkungan dan Biaya Konstruks

Setelah mendapatkan nilai luasan tutupan lahan yang memiliki komposisi tanaman dan nilai jasa lingkungan (annual stormwater saving cost) dan biaya konstruksi pada masing-masing kecamatan, uji untuk memprediksi pengaruh variabel bebas (luas tutupan lahan) terhadap variabel terikat (nilai jasa lingkungan dan biaya konstruksi) dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Nilai

annual stormwater saving cost dan biaya konstruksi yang mulanya disajikan

dalam unit Rupiah diubah menjadi unit Rupiah per ha untuk memperoleh nilai manfaat per satu satuan luas. Dalam pengujian analisis regresi berganda, hasil menunjukkan bahwa persamaan tidak dapat memenuhi uji asumsi, sehingga dilakukan alternatif uji, yaitu Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal

Component Analysis (PCA), dan selanjutnya diperoleh Principal Component

Regression (PCR). Sebelum dilakukan uji AKU, transformasi data dilakukan

terlebih dahulu, baik nilai jasa lingkungan maupun biaya konstruksi. Transformasi data variabel dependen menggunakan logaritma natural.

Beradasarkan hasil PCA untuk Jasa Lingkungan, komponen F1 (PC1) memiliki eigenvalue lebih besar dari 1, yaitu 3.2632. PC1 dapat menjelaskan 81,58 persen keragaman data. Tujuan dari uji PCA dalam penelitian ini adalah untuk menghilangkan korelasi, bukan untuk mereduksi variabel yang tidak berkorelasi, maka PC1-PC4 digunakan untuk diregresikan dengan faktor scores. Hasil regresi PC1-PC4 didapatkan maka data ln (y) dapat ditransformasi kembali menjadi bentuk variabel bebas (X1-X4).

Berdasarkan hasil PCR, variabel X2 (Pertanian Lahan Kering) dan X4 (Rumput) menunjukkan variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Y (Jasa Lingkungan) karena nilai t kurang dari 0.05 sebesar 0.0102 sedangkan variabel X1 dan X3 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap Y (Jasa Lingkungan). Berdasarkan hasil uji PCR, maka diperoleh persamaan sebagai berikut:

ln (y) = -0,12881-0,00017X1 - 0,00117X2 - 0,00149X3 + 0,04643X4 y = expy

y = exp(-0,12881-0,00017X1 - 0,00117X2 - 0,00149X3 + 0,04643X4)

Keterangan :

Y Nilai Jasa Lingkungan (juta rupiah/ha) X1 Hutan (ha)

X2 Pertanian Lahan Kering (ha) X3 Sawah (ha)

X4 Rumput (ha)

Persamaan ini dapat diartikan bahwa:

 Apabila tidak terjadi perubahan pada X1, X2, X3, dan X4, maka nilai jasa lingkungan (Rp/ha) sebesar Rp 702,645.9.

 Apabila ada perubahan satu satuan luas pada X1, maka nilai jasa lingkungan (Rp/ha) sebesar Rp 701,722.4.

 Apabila ada Perubahan satu satuan luas pada X2, maka y yang dihasilkan akan mengalami perubahan sebesar Rp 703,570.7

 Apabila ada Perubahan satu satuan luas pada X3, maka y yang dihasilkan akan mengalami perubahan sebesar Rp 705,236.7

 Apabila ada Perubahan satu satuan luas pada X4, maka y yang dihasilkan akan mengalami perubahan sebesar Rp 712,260.8

Karena variabel X2 dan X4 menunjukkan pengaruh yang signifikan maka variabel X2, X4 dan ln(y) diregresikan kembali untuk mendapat persamaannya, sehingga diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 12.

Tabel 10 Uji Regresi Linier Sederhana X2, X4, dan ln(y)

Source Value Standar d error t Pr > |t| Lower bound (95%) Upper bound (95%) Inter Cept - 0.179 0.131 - 1.369 0.189 -0.455 0.097 X2 - 0.001 0.000 - 2.530 0.022 -0.002 0.000 X4 0.038 0.008 4.590 0.000 0.021 0.055

Berdasarkan tabel 12, variabel luas Pertanian Lahan Kering (X2) dan variable Rumput (X4) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap nilai jasa lingkungan, karena nilai yang diperoleh secara berturut-turut yaitu 0,022 dan 0.000, kurang dari 0.05. Variabel Hutan (X1) dan Sawah (X3) menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai jasa lingkungan di DAS Ciliwung hulu akan sangat berpengaruh apabila ada perubahan pada luas tutupan pertanian lahan kering dan luas rumput. Sehingga persamaan yang diperoleh dari hasil uji regresi linier sebagai berikut.

ln (y) = 0.179267546583153-1.20401403111476E-03*X2+3.79394992974372E-02*X4 y = exp 0.179267546583153-1.20401403111476E-03*X2+3.79394992974372E-02*X4

nilai jasa lingkungan = exp 0.179267546583153-1.20401403111476E-03(pertanian lahan kering)

+3.79394992974372E-02*(rumput)

Dari persamaan ini, dapat diinterpretasikan bahwa:

 Apabila tidak terjadi perubahan pada X2 dan X4, maka nilai jasa lingkungan (Rp/ha) adalah Rp 835,882.2.

 Apabila ada satu satuan luas (Rp/ha) pada X2, maka nilai jasa lingkungan (Rp/ha) sebesar Rp834,876.4

 Apabila ada satu satuan luas (Rp/ha) pada X4, maka nilai jasa lingkungan (Rp/ha) sebesar Rp868,204.5

Sama halnya dengan nilai jasa lingkungan, pengujian dilanjutkan antara variabel bebas (luas RTH) terhadap variabel terikat (biaya konstruksi). Transformasi data K (biaya konstruksi) dilakukan ke dalam bentuk logaritma natural. Kemudian, uji PCA dilakukan untuk menghilangkan variabel yang tidak berkorelasi.

Beradasarkan hasil PCA untuk biaya Konstruksi, komponen F1 (PC1) memiliki eigenvalue lebih besar daei 1, yaitu 3.2632. PC1 dapat menjelaskan 81,58 persen keragaman data. Sama halnya dengan uji pada nilai jasa lingkungan, PC1-PC4 digunakan untuk diregresikan dengan faktor scores. Hasil regresi PC1- PC4 didapatkan maka data ln (K) dapat ditransformasi kembali menjadi bentuk variabel bebas (X1-X4). Sehingga diperolah hasil uji PCR antara luas RTH dengan biaya konstruksi. ln (k) = 2,08683 + 0,00032*X1 - 0,00132*X2 + 0,00368*X3 + 0,01359*X4

k = exp

k k = exp2.08683+0.00032X1 - 0,00132X2 + 0,00368X3 + 0,01359X4 Keterangan :

K Nilai Biaya Konstruksi (juta rupiah/ha) X1 Hutan (ha)s

X2 Pertanian Lahan Kering (ha) X3 Sawah (ha)

X4 Rumput (ha)

Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa:

 Apabila tidak terjadi perubahan pada X1, X2, X3, dan X4, maka biaya konstruksi (Rp/ha) sebesar Rp 8,059,290.

 Apabila ada perubahan satu satuan luas pada X, maka biaya konstruksi (Rp/ha) sebesar Rp 8,061,890.

 Apabila ada perubahan satu satuan luas pada X2, maka y yang dihasilkan akan mengalami perubahan sebesar Rp 8,048,697.

 Apabila ada perubahan satu satuan luas pada X3, maka y yang dihasilkan akan mengalami perubahan sebesar Rp 8,089,005.

 Apabila ada perubahan satu satuan luas pada X4, maka y yang dihasilkan akan mengalami perubahan sebesar Rp 8,169,572.

Setelah mengetahui bahwa variabel Pertanian Kering (X2) berpengaruh signifikan terhadap y, pengujian regresi linier sederhana dapat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara luas pertanian lahan kering dengan Biaya Konstruksi.

Tabel 11 Uji Regresi Linier Sederhana X2 dan ln(k)

Value Standard error t Pr > |t| Lower bound (95%) Upper bound (95%) Intercept 2.315 0.190 12.211 < 0.0001 1.917 2.713 X2 0.001 0.000 3.033 0.007 0.000 0.001

Berdasarkan tabel 15, variabel luas Pertanian Lahan Kering menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap biaya konstruksi, karena nilai yang diperoleh 0,007, kurang dari 0.05. Sehingga. persamaan yang diperoleh dari hasil uji regresi linier sebagai berikut.

ln(K) = 2.31515412115499 + 8.10810123404262E-04X2 K = exp2.31515412115499 + 8.10810123404262E-04X2

Biaya Konstruksi = exp2.31515412115499 + 8.10810123404262E-04(pertanian lahan kering) Dari persamaan ini, dapat diinterpretasikan bahwa:

 Apabila tidak terjadi perubahan pada X2, maka biaya konstruksi(Rp/ha) adalah Rp 10,126,484.

 Apabila ada satu satuan luas (ha) pada X2, maka biaya konstruksi (Rp/ha) sebesar Rp10,134,697.

5.5Rekomendasi

Hasil penelitian ini telah menunjukkan adanya penurunan kapasitas simpanan volume air pada DAS Ciliwung hulu dari tahun 1989 hingga 2014. Untuk itu, rekomendasi diperlukan untuk mengendalikan aliran permukaan yang rentan terhadap resiko banjir. Penambahan ruang terbuka hijau merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ruang resapan air. Akan tetapi, implementasi penambahan ruang terbuka hijau secara masif di DAS Ciliwung hulu merupakan hal yang tidak mudah. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya faktor kepentingan, politik, sosial, ekonomi, kelembagaan, kepemilikan lahan, dan lain-lain. Meskipun begitu,ada banyak pihak-pihak terkait yang telah berusaha untuk melakukan mitigasi resiko banjir pada DAS Ciliwung hulu baik pemerintah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, komunitas, dan masyarakat setempat, salah satunya adalah kegiatan penanaman pohon dan pembongkaran villa yang berada pada area yang seharusnya dikonservasikan.

Menurut Quinn et al. (2010) dalam Suwarno et al. (2011), wilayah hulu merupakan sumber utama layanan jasa ekosistem dan memainkan peranan penting untuk penyimpanan air guna mencegah banjir di wilayah hilirnya. Nilai jasa lingkungan perlu diperhatikan secara penting sebagai tolak ukur manfaat ekologis yang diberikan kepada manusia dan lingkungannya yang dianalogikan dalam nominal uang. Nilai jasa lingkungan juga dapat menjadi tolak ukur keberlanjutan

(sustainability) pada sebuah lanskap. Menurut Suwarno et al. (2011), status

keberlanjutan DAS Ciliwung Hulu pada kondisi saat ini tergolong kurang berkelanjutan. Dimensi ekologi, sosial dan kelembagaan menunjukkan hasil yang kurang berkelanjutan. Hal ini senada dengan hasil penelitian ini dimana nilai-nilai aktual terkait pengendalian aliran permukaan sebagai nilai ekologis mengalami penurunan.

Ada satu istilah yang saat ini sedang dikembangkan yaitu pasar jasa lingkungan (environmental service market). Pasar jasa lingkungan didefinisikan sebagai bentuk kreasi dari sistem insentif yang menyediakan hubungan antara pemberi dan penerima jasa lingkungan (Landell-Mills and Porras 2002) dalam (Suyanto et al. 2005). Ada paradigma baru bahwa kebijakan lingkungan untuk mempertimbangkan dan memberi penghargaan penyedia jasa lingkungan. Sistem ini dilihat sebagai pembayaran jasa lingkungan sebagai persetujuan untuk berbagi manfaat yang akan diterima dari penyediaan jasa tersebut. Keluaran dari mekanisme ini adalah transformasi utama pada suatu kawasan, dimana masyarakat dapat termotivasi dalam melakukan regenerasi vegetasi,

meningkatkan produksi pertanian dan menaikkan pendapatan (Suyanto et al.

2005). Melihat sistem ini, hasil annual stormwater saving cost pada penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Ciliwung apabila mekanisme tersebut akan diimplementasikan.

Melalui hasil penelitian ini, beberapa rekomendasi lanskap yang dapat diberikan adalah:

1. Pembangunan taman lingkungan dan taman kecamatan di masing-masing kecamatan yang memerhatikan konservasi air sehingga dapat berfungsi sebagai simpanan air. Menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 mengenai Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan Umum, setiap 250 jiwa diharuskan memiliki Taman Lingkungan di lingkungan pemukiman. Selain itu, Setiap kecamatan harus memiliki satu Taman Kecamatan untuk setiap 120.000 jiwa.

2. Peningkatan manajemen kualitas riparian landscape atau lanskap tepi sungai pada DAS Ciliwung hulu. Menurut hasil penelitian dari Noviandi (2016), prioritas fungsi lanskap riparian Sungai Ciliwung adalah manajemen sumberdaya air (resapan air dan stabilisasi lereng), fungsi konservasi biodiversitas (konservasi tumbuhan dan satwa), dan fungsi estetika lanskap (taman tepi sungai) pada segmen hulu. Pembuatan taman tepi sungai dapat menjadi usulan terbaik demi menjaga resapan air.

3. Implementasi kegiatan penghijauan, misalnya penanaman pohon dapat dilakukan pada kecamatan yang memiliki kapasitas simpanan air yang rendah. Saat ini, ada banyak kegiatan penghijauan di kawasan DAS Ciliwung hulu yang diadakan oleh pemerintah, swasta (melalui program Corporate

Social Responsibility), organisasi sukarela, maupun individu, sehingga lokasi

penghijauan dapat memperhatikan pada kondisi lahan dalam menyimpan simpanan air tanah.

4. Implementasi konservasi kawasan dalam upaya mitigasi banjir dapat mempertimbangkan pada nilai CN (Curve Number) aktual, dimana kecamatan Sukaraja memiliki nilai CN yang tinggi, sehingga tindakan konservasi atau penghijauan harus lebih diperhatikan dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

5. Penyadartahuan masyarakat lokal dan pemangku kebijakan yang lebih agresif mengenai pentingnya DAS Ciliwung hulu sebagai sumber utama dalam memberikan jasa lingkungan dan juga manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang diberikan. Hasil CITYgreen ini dapat memberikan gambaran yang jelas dan aktual mengenai kondisi kawasan setempat. CITYgreen ini juga diharapkan mampu menjadi alat untuk memfasilitasi pendidikan lingkungan bagi pemimpin masyarakat lokal dan grup lingkungan dengan menyediakan output dan pilihan dalam pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dijelaskan oleh Bruns DA dan Fetcher N (2008).

Dokumen terkait