• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik

Gambar 3.11

Skor Unsur Humas/Kerjasama

2. Kondisi Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik

Kondisi sosial, ekonomi dan politik adalah dimensi di luar organisasi yang memberikan pengaruh terhadap keberadaan serta kinerja organisasi kemasyarakatan. Dimensi ini terdiri atas lingkungan sosial, lingkungan ekonomi dan lingkungan politik yang melingkupi OMS sebagai bagian masyarakat. Berdasarkan pengukuran Indeks diketahui bahwa skor untuk dimensi lingkungan sebesar 3,1. Secara umum skor ini

organisasi kemasyarakatan. Jika dikaji lebih detail terpapar pada gambar 4.8. Dari data tersebut diketahui bahwa lingkungan sosial yang memiliki skor tertinggi sebesar 3,5. Sedangkan lingkungan politik di angka 3,1 dan yang terendah adalah lingkungan ekonomi sebesar 2,7.

Gambar 3.12

Skor Variabel Lingkungan

Skor 3,5 pada variabel Lingkungan sosial dapat dianalisis lebih mendalam melalui beberapa variabel yaitu: penerimaan masyarakat terhadap OMS, kepercayaan masyarakat terhadap OMS, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan OMS dan bantuan masyarakat (tenaga dan materi) terhadap kegiatan OMS. Pada gambar 4,9 skor unsur

27 tertinggi terdapat pada penerimaan masyarakat sebesar 3,6. Berikutnya berturut-turut unsur kepercayaan masyarakat dan keterlibatan masyarakat masing-masing sebesar 3,5 dan yang terendah adalah dukungan dan keterlibatan perguruan tinggi dalam kegiatan OMS sebesar 3,3.

dan memberikan dukungan kepada OMS. Bahkan angka keterlibatan juga cukup tinggi hingga di angka 3,5. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah dukungan dan keterlibatan institusi pendidikan/akademis dalam hal ini perguruan tinggi justru berada pada skor terendah. Pengukuran mengenai dukungan institusi akademis dilakukan untuk mengetahui peran dan fasilitasi kalangan intelektual dalam kerja-kerja sosial, khususnya dalam OMS. Data ini konsisten dengan angka fasilitasi dan pendampingan dari lembaga diluar OMS yang memang rendah.

Gambar 3.13

Skor Unsur Lingkungan Sosial

Lingkungan politik diukur melalui beberapa variabel yaitu: penerimaan institusi pemerintah/negara terhadap OMS, dukungan/bantuan institusi pemerintah/negara terhadap kegiatan OMS, keterlibatan aktif pemerintah/negara dalam kegiatan OMS. Berdasarkan data yang disajikan pada gambar 4.10 ketahui penerimaan institusi negara/instansi pemerintah terhadap OMS sebesar 3,2. Sedangkan dukungan dan keterlibatan institusi negara/instansi pemerintah terhadap kegiatan OMS masing-masing skornya diangka 3,1.

menerima/mengesahkan keberadaan OMS namun masih rendah dalam pemberian dukungan atau bahkan terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan OMS. Data ini dapat dimaknai dalam dua perspektif. Pertama, rendahnya dukungan dan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan OMS dapat dimaknai bahwa institusi negara (state) tidak ingin terlalu campur tangan dan intervensi terhadap ruang-ruang sosial yang menjadi

28 kemandirian masyarakat. Kedua, skor yang rendah berkaitan dengan dukungan institusi negara menggambarkan ketidakpedulian negara terhadap OMS.

Dua pemaknaan tersebut akan sangat tergantung dengan jenis OMS yang bersangkutan. Termasuk juga berkaitan dengan latar belakang dan tujuan pembentukan OMS. Ada sebagian OMS yang justru tidak ingin menerima bantuan dari negara karena akan mengganggu independensinya. Namun tidak sedikit juga yang memang berharap bantuan dari negara.

Gambar 3.14

Skor Unsur Lingkungan Politik

Lingkungan ekonomi diukur melalui beberapa variabel yaitu: penerimaan kalangan swasta/perusahaan terhadap OMS, dukungan/bantuan kalangan swasta/perusahaan terhadap kegiatan OMS, keterlibatan swasta dan perusahaan dalam kegiatan OMS. Berdasarkan gambar 4.11 skor per unsur untuk lingkungan ekonomi memiliki nilai paling rendah jika dibandingkan dengan lingkungan sosial dan politik. Skor penerimaan kalangan swasta/perusahaan terhadap OMS sebesar 3. Sedangkan dukungan dan keterlibatan swasta/perusahaan terhadap OMS masing-masing diangka 2,7 dan 2,6. Rendahnya dukungan dan keterlibatan swasta dalam kegiatan OMS sangat tergantung pada kesamaan dan kepentingan pihak swasta. Apabila memiliki kesamaan tujuan sangat mungkin pihak swasta mendukung kegiatan OMS. Di sisi yang lain, skema corporate social responsibility (CSR) terkadang tidak secara maksimal dirasakan oleh OMS. Dikarenakan rendahnya kesadaran korporasi serta minimnya dorongan dari institusi negara.

29 Gambar 3.15

Skor Unsur Lingkungan Ekonomi

3. Efektifitas

Dimensi efektifitas fokus pada dampak OMS terhadap anggota serta kehidupan sosial kemasyarakatan. Dimensi ini diukur untuk mengetahui kontribusi OMS secara riil baik untuk anggotanya maupun masyarakat (lingkungan sosial, ekonomi dan politik). Dari penghitungan yang telah dilakukan skor efektifitas OMS adalah sebesar 3 atau yang terendah jika dibandingkan dengan dimensi kondisi organisasi dan lingkungan OMS. Beberapa variabelnya yaitu kemampuan mempromosikan nilai-nilai organisasi kepada masyarakat, kemampuan merespon isu dan permasalahan anggota/masyarakat,

kemampuan memperjuangkan aspirasi anggota/masyarakat, kemampuan

memberdayakan anggota/masyarakat dan kemampuan mempengaruhi kebijakan publik, kemampuan meningkatkan tanggungjawab sosial pemerintah dan swasta.

Berdasarkan gambar 4.11 efektifitas kinerja OMS yang tertinggi adalah kemampuan mempromosikan nilai-nilai organisasi baik pada anggota maupun masyarakat sebesar 3,4. Kemampuan merespon isu dan permasalahan 3,3; kemampuan memperjuangkan aspirasi anggota dan masyarakat 3,2; kemampuan memberdayakan anggota dan masyarakat 3,2; kemampuan mempengaruhi kebijakan publik 2,6 dan kemampuan meningkatkan tanggungjawab sosial pemerintah dan swasta 2,6. Data tersebut memberikan gambaran bahwa kinerja OMS memiliki efektfitas yang cukup tinggi hanya di internal anggota OMS dan masyarakat (lingkungan sosial). Sedangkan di lingkungan pemerintah dan swasta sangat rendah diangka 2,6 yang jika dikonversikan

30 Gambar 3.16

Skor Variabel Efektifitas OMS

Belum tercapainya target Indeks Organisasi Kemasyarakatan (Indeks Masyarakat Sipil) antara lain disebabkan oleh faktor kebijakan (peraturan perundangan-undangan) yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dinamika kemasyarakatan pasca reformasi. Undang-Undang No 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan sudah tidak mampu mengakomodir euphoria kebebasan pasca reformasi dimaksud. Potensi permasalahan akan muncul ketika OMS masih sangat rentan terhadap godaan eksternal dan mudah terseret dalam permainan politik, dan masih lemahnya kemampuan OMS dalam memobilisasi sumber pendanaan secara mandiri serta masih rendahnya kesadaran OMS dalam menata organisasinya secara lebih baik, lebih berkualitas dan modern sehingga lebih kredibel dimata masyarakat. Diharapkan masalah tersebut dapat diselesaikan dengan telah ditetapkannya Undang-Undang No 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan sehingga Indeks Kesehatan Organisasi Kemasyarakatan akan mengalami perbaikan secara berarti pada masa yang akan datang.

Langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan dimaksud adalah dengan mengoptimalisasikan fungsi pemerintah sehingga dapat masuk kedalam agenda-agenda penting OMS, terutama dalam rangka penguatan ideologi, tata kelola dan pengelolaan keuangan OMS sehingga kedepan OMS lebih mandiri, dan lebih mampu mengembangkan organisasinya menjadi organisasi yang modern serta lebih akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan.

31 SASARAN 2

Meningkatnya komitmen pemangku kepentingan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

Dokumen terkait