• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Mental Siswa SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional

Dalam dokumen PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN (Halaman 99-104)

BAB II KAJIAN TEOR

SLB PEMBINA TK NASIONAL BAG.C MALANG

B. Paparan Dan Analisis

1. Kondisi Mental Siswa SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional

Berdasarkan hasil beberapa wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa kondisi mental siswa SLB Negeri pembina Tingkat Nasional Malang khususnya Siswa Tuna Grahita, selain mengalami keterbelakangan mental, mereka juga mengalami keterbelakangan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Mereka kurang

cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka mengalami terbelakang atau ketidak berhasilan itu bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, selain itu bukan hanya dalam satu dua hal saja, tetapi untuk segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran mereka sehari-hari. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Teguh selaku kepala sekolah:

”Tuna Grahita atau terbelakang mental merupakan, kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Melihat keadaan siswa yang mempunyai kekurangan seperti tuna grahita dan tuna rungu, kami menekankn kepada mereka walaupun memepunyai kekurangan tapi kita tidak diperbolehkan menyalahkan kepada Allah karena menciptakan dengan keadaan yang kekurangan. Kami disini menekankan bahwa kita harus bangga dengan keadaan yang yang diberikan oleh Allah karena banyak sekali siswa yang berprestasi walaupun mengalami kecacatan, dan disamping itu kita juga selalu menekankan kepada mereka bahwa banyak juga orang yang sukses walaupun mengalami kecacatan mental dan cacat rungu…”59

Hal senada juga dipaparkan oleh Bapak Ahsan selaku Humas&kemitraan:

“Kalau dilihat dari kondisi mental secara umum bahwa memang kan…,kondisi mereka itu mempunyai keterbatasan keterbelakangan mental jadi mereka itu cenderung memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri baik itu di disekolah, keluarga dan dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan dan bimbingan secara khusus. Sebab gini mbak…, Anak Tuna grahita itu cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, bahkan bereka juga lebih senang menyendiri, mereka itu tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksan, dalam artian seperti anak-anak normal, sehingga mereka harus dibimbing dan selalu diawasi. Mereka itu memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Disamping itu mereka juga tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu

59

yang lama. Sedangkan kalau dalam konteks mental keagamaannya mereka ini kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah.jadi secara umum saya melihat kondisi mental mereka seperti itu mbak…,jadi mereka itu memang sangat perlu adanya pembinaan mental keagamaan sejak dini.60

Disamping itu kondisi mental siswa SLBN Pembina Malang juga tidak sedikit yang mengalami gangguan kejiwaan atau disebut dengan gangguan mental, tapi masih belum sampai pada gangguan sakit jiwa. Gangguan mental tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang menyimpang, hal ini ditandai dengan tidak sedikit siswa SLB N Pembina Malang yang yang mengalami kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan, masih sulit bergaul, minder, rendah diri, sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan tertutup, seperti yang dipaparkan oleh bapak Teguh:

“…diantara anak-anak kita betapapun kecilnya, ada juga yang mengalami gangguan-gangguan kejiwaan, tapi belum sampai yang pada gangguan sakit jiwa. Gangguan-gangguan jiwa itu secara dini harus kita berikan pelayanan psikologis contohnya: kadang- kadang ada anak yang tertutup “introvert”, anak tertutup itu kan juga termasuk gejala gangguan psikologis, jadi kita buka jendela ketertutupan itu supaya mereka menjadi terbuka.”61

Dengan kondisi mental yang dimiliki oleh siswa SLB N Pembina Malang tersebut, maka memang diperlukan adanya pembinaan mental sejak dini untuk menumbuhkan rasa percaya diri, tidak malu dalam bergaul, dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.penjelasan dari bapak Teguh:

60

Wawancara dengan Bapak Ahsan, humas dan kemitraan, tanggal 27 Januari 2009

61

“Jadi ada beberapa anak dengan keterbatasannya itu, jadi mereka kadang-kadang sulit bergaul,e….minder, lalu rendah diri, dsb. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut kita berikan rehabilitasi social, bentuk kegiatannya adalah pelayanan- pelayanan yang sifatnya sosialisasi kepada anak-anak kita itu hingga mereka tumbuh rasa percaya diri, tidak malu bergaul, tidak takut dsb.”

Jika dilihat dari kondisi mental keagamaannya, siswa SLB N Pembina Malang masih dalam kondisi yang yang bagus bila dibandingkan dengan yang lainnya, berdasarkan penuturan bapak teguh:

“….Jadi secara umum kondisi mental keagamaan mereka cukup bagus bila dibandingkan dengan yang lain, ya… dalam arti sampai dengan saat ini belum pernah terjadi kasus yang berhubungan dengan mental spiritual.”62

Lain halnya dengan penjelasan dari ibni Aminah selaku guru PAI di SLBN Pembina Malng:

“Kalau siswa di SLB masalah tentang keagamaan, ilmunya masih sedikit mbak…, jadi anak belum begitu bisa membedakan ini baik, ini buruk, tidak seperti kalau anak-anak yang normal begitulo. Jadi kondisinya tidak labil, ya..kadang kalau pas oke ya..oke, kalau pas endak ya..endak. jadi kalau siswa SLB itu tentang mental keagamaannya itu masih minim sekali mbak..”63 Kondisi mental Siswa SLBN Pembina Malang baik secara umum maupun keagamaan, perlu adanya proses pembinaan mental secara bertahab. Pembinaan mental Siswa di SLBN Pembina Malang bukanlah sekedar mengisi otak anak didik dengan ilmu pengetahuan, tetapi tujuannya ialah mendidik dan menbina akhlak dengan memperhatikan segi-segi kesehatan, pendidikan fisik dan mental, perasaan dan praktek, serta mempersiapkan anak-anak menjadi anggota masyarakat yang

62

Wawancara dengan Bapak Teguh, kepala sekolah, tanggal 04 pebruari 2009

63

berakhlaq mulya, seperti yang dipaparkan oleh ibu Aminah: “Agar bisa tau tentang pendidikan agama, tentang sholat, mengenal Allah, tentang perilaku yang baik dan buruk. Kalau di SLB itu ndak tinggi-tinggi mbak pokoknya bisa tau ini baik…,ini buruk..,”64

Menurut pemaparan dari ibu Aminah, dalam pembinaan mental siswa di SLB Negeri Pembina Malang aspek yang dibina lebih ditekankan pada tingkah laku anak serta bagaimana mereka bisa mengenal adanya Allah SWT, bagai mana cara sholat, wudhu, puasa.

“aspek yang dibina dalam hal ini adalah Sholat, terus tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, kan anak-anak itu gini mbak.., cenderung kalau pada kelas B cenderung anaknya mungkin lo mbak selama ini yang saya lihat, mengambil barang punya temannya, nah..yang seperti ini penanganannya saya agak kesulitan, terus biasanya kalau yang besar-besar, seperti yang SMP-SMP e……e..,kasarannya pacaran itu lho mbak, kan anak yang seperti itu juga punya keinginan sama seperti anak normal, memang kan masanya SMP-SMA seperti itu jadi walaupun dikasih tahu, dinasehati, tapi sulitnya minta ampun. Jadi nasehat itu walaupun anak-anak jarang ngreken ya mbak.. tapi selalu saya lakukan, nanti lama kelamaan mereka akan nurut mbak.., memang anak SLB itu lama mbak..kalau dalam menerima reaksi…”

Proses pembinaan mental tidak dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat, tapi memerlukan waktu yang cukup lama agar anak didik tujuan dari pembinaan tersebut bisa dikatakan memperoleh hasil, walaupun tidak secara signifikan, memgingat bahwa yang dibina itu adalah anak yang mengalami kekurangan.

“Kalau perubahan yang kuetok drastik itu belum, jadi perubahan itu bisa dilihat pelan-pelan, mungkin bisa dilihat kurang lebih 3-4 tahunan, tidak secepat di sekolah umum. Ya…memang kan

64

melihat kondisinya siswa di SLB itu kan memang gini mbak perlu dengan bimbingan yang khusus ndak seperti siswa-siswa normal.”

Setelah adanya pembinaan mental siswa dapat dilihat perbedaan antara kondisi mental sebelum adanya pembinaan dengan sesudah adanya pembinaan, walaupun tidak secara drastis tapi secara bertahap.

“Kondisinya ya ada perubahan dari dulu yang kurang begitu tau tentang agama seperti tingkah laku yang baik, baik itu dengan orang tua, guru, dan teman sekarang jadi tau mana yang baik dan mana yang buruk , walaupun belum begitu sempurna tapi setidaknya ada perubahan dari sebelum dia dapat pembinaan ini, misalnya juga mereka jadi tahu bagaimana kita mengetahui bahwa Allah itu ada, ya… bisa dilihat dari seperti itu mbak.. yang sederhana-sederhana dulu.”65

2. Penerapan Strategi Pembelajaran dalam Pembinaan Mental siswa

Dalam dokumen PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN (Halaman 99-104)