• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM PEMBINAAN MENTAL SISWA DI SEKOLAH LUAR

BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA TINGKAT NASIONAL

MALANG

SKRIPSI

Oleh Amien Indrawati

04120031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

(2)

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN MENTAL SISWA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

NEGERI PEMBINA TINGKAT NASIONAL MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu

Sarjan Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh Amien Indrawati

04120031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN MENTAL SISWA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

NEGERI PEMBINA TINGKAT NASIONAL MALANG

SKRIPSI

Oleh Amien Indrawati

04120031

Telah disetujui oleh Dosen pembimbing,

Dr.M Zainuddin, MA NIP. 150275502

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM PEMBINAAN MENTAL SISWA DI SLB NEGERI

PEMBINA TINGKAT NASIONAL MALANG

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh Amien Indrawati (04120031)

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 13 April 2009 dengan nilai B+

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

pada tanggal, 13 April 2009

Prof. Dr. H. M Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

(5)

MOTTO

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,

yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa

kepada Allah dan hendaklah

mereka mengucapkan

Perkataan yang

benar.

(6)

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, tiada kata yang layak untuk senantiasa terucap melainkan pujin dan Syukur yang tak terputus sebagaimana semesta bertahmid, bertasbih pada Nya, sebagaimana ni’mat yang senantiasa dicurahkan Nya bagi hamba yang sedikit syukur ini.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan atas Nabiyyuna wa Syafi’una Muhammad SAW dengan segenap rasa rindu yang senantiasa bersemayam. semoga kita memperoleh Syafaat kelak.

“tak ada langit yang berawan, tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang berduri, tak ada manusia yang sempurna. Semuanya berjalan mengalir dan bergulir saling melengkapi. Begitu pula karya tulis ini tak dapat terselesaikan dengan lancer +tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu selain ucapan syukron katsit, karya kecil ini selayaknya saya persembahkan pada orang-orang yang tercinta yang andil dalam penyelesaian karya tulis ini”:

Ibunda tercinta yang dengan kemuliaannya, kesabarannya, kasihnya yang tulus, beserta doa-doanya yang suci, Ibunda terkasih yang dengan mencintainya, aku menjadi tau jalan yang lurus untuk menggapai ridho Nya, Ibunda tersayang yang dengan dukungannya baik materiil maupun moril sangat besar pengaruhnya terhadapku.

Ayahanda tercinta yang dengan ketabahannya, bercucuran keringat bersimbah peluh selalu berusaha melakukan yang terbaik demi keberhasilan dan kebahagiaan anaknya yang sedikit pengertiannya ini.

Bapak/Ibu guru yang telah menyampaikan ilmu padaku, semoga ilmu yang disampaikan padaku dapat bermanfaat pada diriku dan orang lain di dunia sampai akherat kelak.

Adik-Q tersayang (M. Syuhadak) keceriannmu selau menjadi inspirasi buat-Q.

(7)

menasehatiku, memberiku berbagai solusi bijak, mengajarkan aku tentang arti berbagi. Semoga tali persaudaraan ini selalu terjaga sampai akhir hayat nanti

Dr. M. Zainuddin, MA Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Malang, 04 April 2009

Lamp : 4 (Satu) Eksemplar Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di

Malang

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa, maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Amien Indrawati NIM : 04120031

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

Pembinaan Mental siswa di Sekolah Luar Biasa (SLB)

negeri Pembina Tingkat Nasional Malang

maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu'alikum Wr. Wb

(8)

Dr. M.Zainuddin, MA 150275502 SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepankang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 04 April 2009

(9)

KATA PENGANTAR

Assalmu’alikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ilahi Robbi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayahnya serta inayahnya kepada kita semua. Dengan seizin-Mu, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan (skripsi) ini yang berjudul Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan mental siswa SLB Pembina Tingkat Nasional Malang. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, Rosul yang membawa kita dari zaman yang penuh dengan kebiadaban, menuju zaman yang penuh dengan peradaban dan semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti. Amin

Dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah berjasa dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah dan bunda tercinta yang telah mendukung dengan penuh rasa ketulusan yang tak kenal batas dan waktu.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku rektor UIN Malang yang telah memberikan wadah belajar bagi keilmuan kita.

3. Bapak Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghoni selaku dekan Fakultas Tarbiyah

4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.PdI selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 5. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA selaku dosen pembimbing yang telah

(10)

6. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak memberikan waktunya untuk saling berbagi pengalaman dalam proses perkuliahan

7. Bapak Drs. H. Teguh. Santoso, SH. M.M, selaku kepala sekolah SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Malang, yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian, serta berbagi pengalaman dan ilmu yang sangat berharga

8. Semua Teman-temanku dan saudara-saudaraku, motivasi dan dukungan kalian sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini

9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Maka dengan iringan doa semoga Allah SWT akan membalas semua amalan mereka dengan pahala berlipat ganda, di dunia dan akhirat. Penulis menyadari walaupun telah berusaha dengan maksimal, akan tetapi masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, para pembaca dapat memperbaiki dan melanjutkan sebagai pengembangan dan perbaikan yang lebih lanjut.

Akhirnya, penulis berharap apa yang dipersembahkan dalam bentuk karya llmiah ini dapt bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca umumnya. Amin.

Malang, 04 April 2009

(11)

DAFTAR ISI

Cover

Halaman judul Halaman persetujuan Halaman pengajuan Halaman pengesahan Halaman persembahan Halaman Motto Kata pengantar Daftar isi Abstrak

BAB I : PENDAHULUAN

(12)

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

B. Konsep strategi pengajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian strategi pengajaran

2. Ragam strategi pengajara 3. Fungsi

4. Faktor pendukung strategi pengajaran PAI 5. Faktor penghambat strategi pengajaran PAI C. Konsep pembinaan Mental agama islam

1. Pengertian kesehatan mental

2. Faktor pengaruh pembinaan mental agama islam 3. Hambatan-hambatan pembinaan mental

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis penelitian B. Kehadiran Penelii

C. Lokasi Penelitian D. Sumber data

E. Prosedur pengumpulan data F. Analisis data

(13)

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Latar belakang obyek

1.sejarah berdirinya SLB Negeri Pembina Malang 2.Visi, Misi dan tujuan lembaga

3.Kebijakan mutu 4.Profil lembaga

B. Paparan dan Analisis Data

BAB V : PEMBAHASAN

A. Kondisi Mental Siswa SLB Negeeri Pembina Malang B. Penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam pembinaan mental siswa di SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Lawang

BAB VI : PENUTUP

1. Kesimpulan 2. Saran DAFTAR PUSTAKA

(14)

ABSTRAK

Indrawati, Amien. Strategi Pembelajaran pendidikan Agama Islam dalam

Pembinaan Mental Siswa di SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Malang.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Dr M. Zainuddin, MA.

Strategi merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, terlebih terkait erat dengan proses pembinaan mental siswa. Dalam proses pembinaan mental siswa, seorang guru agama Islam dalam menyampaikan materi harus memiliki strategi yang tepat karena dengan adanya strategi maka proses pembinaan mental siswa dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Dengan begitu siswa dapat mengerti dan memahami tentang semua materi keagamaan. Jiwa atau mentral manusia perlu di bina guna menanamkan nilai-nilai agama pada dirinya. Tujuan pembinaan mental melalui pendidikan Agama Islam adalah berusaha membina akhlak, mengembangkan akal dan mengadakan perilaku-perilaku pada pribadi siswa sehingga mempunyai kepribadian yang sesuai dengan ajaran Agama Islam. Pendidikan akhlak mampu menjadi tolak ukur bagi perkembangan mental seorang anak. Anak merupakan salah suatu anugerah dan amanah dari Allah SWT, kepada kedua orang tuanya, Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai bentuk, ada yang normal jasmani dan rohani, ada pula yang diciptakan dengan segala kekurangan seperti kecacatan fisik. Akan tetapi dalam hal ini, Allah SWT tidak membatasi umat-Nya menggunakan segala kemampuannya untuk mengembangkan akal dan nalar pikirnya. Oleh karena itu, meskipun seorang anak itu memiliki kelainan fisik, maka anak itu berhak untuk mendapatkan pengajaran. Dengan adanya Sekolah Luar Biasa sangatlah membantu bagi orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental, karena SLB merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan khusus bagi anak yang berkebutuhan khusus, seperti cacat netra, cacat rungu, cacat grahita dan cacat daksa.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis melakukan penelitian di SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Madang dengan mengambil rumusan masalah: (1) bagaimana kondisi mental siswa SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Madang? (2) Bagaimana Penerapan Strategi Pembelajara Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan mental siswa di SLB Negeri Pembina Malang? Sebagai rumusan masah penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kondisi mental siswa SLB negeri Negeri Pembina Tingkat Nasional madang. (2) Mengetahui Strategi Pembelajara Pendidikan Agama Islam yang diterapkan guru di SLB Negeri Pembina Malang dalam pembinaan mental siswa.

(15)

data. Penulis melakukan pengecekan dengan membandingkan data yang diperoleh dari informan yang berbeda, juga dengan metode penelitian yang berbeda. Dari perbandingan tersebut akan didapatkan data yang valid.

Dari hasil yang diperoleh dapat penulis simpulkan bahwa kondisi mental siswa SLB Negeri Pembina Malang selain mengalami keterbelakangan mental, mereka juga mengalami keterbelakangan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Disamping itu tidak sedikit yang mengalami gangguan kejiwaan atau disebut dengan gangguan mental, tapi masih belum sampai pada gangguan sakit jiwa. Gangguan mental tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku yang berkebutuhan khusus, hal ini ditandai dengan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan, masih sulit bergaul, minder, rendah diri, sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan tertutup. Oleh karena itu, pribadi yang abnormal tersebut dikatakan memiliki mental yang tidak sehat. Dalam hal ini guru agama islam memegang peran yang pertama dan utama dalam proses pembinaan mental siswa. Untuk keberhasilan proses pembinaan tersebut, maka seorang guru agama Islam harus menggunakan beberapa strategi dalam penyampaian materi. Oleh karena itu guru Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Malang perlu melakukan Dalam penerapan strategi pembelajaran, guru Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Malang melakukan berbagai macam komponen seperti : memilih metode dan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi. Agar proses pembinaan mental siswa bisa mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mencapai kemandirian anak.

Kata kunci: Strategi Pembelajaran , pembinaan mental

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pendidikan dan pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan bahkan pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, baik kehidupan keluarga, diri sendiri maupun kehidupan dalam masyarakat dan negara. Dalam buku pengantar dasar-dasar kependidikan, dijelaskan bahwa pendidikan adalah suatu aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian anak dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir, cipta, rasa dan budi nurani) dan jasmani (panca indra dan ketrampilan). Sedangkan dalam buku paradigma pendidikan islam disebutkan bahwa pendidikan adalah pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.1 Dari sini dapat dipahami bahwa dalam kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan terkandung makna pendidikan.

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan suatu bangsa. Setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu membutuhkan orang lain. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia senantiasa berusaha untuk mengembangkan akal dan segala kemampuannya. Oleh

1

(17)

karena itu, manusia dalam menghadapi problema kehidupan tidak pernah statis, sejak lahir sampai meninggal selalu mengalami perubahan. Pada perkembangan zaman sekarang ini, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Metodologi Islam dalam melakukan pendidikan adalah dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun segi rohani baik kehidupannya secara fisik maupun kehidupannya secara mental dan segala kegiatannya di bumi ini2.2

Pembelajaran sendiri merupakan bagian dari pendidikan yang berusaha memberikan pengetahuan dengan binaan dari segi kognitif dan psikomotor pada anak, agar mereka lebih banyak pengetahuan, lebih cakap berfikir kritis, sistematis dan obyektif serta terampil dalam mengerjakan sesuatu, misalnya terampil menulis dan menjadi manusia yang berkualitas.

Dalam pembentukan manusia yang berkualitas memang tidak lepas dari peran pendidikan dan pembelajaran, karena dengan pendidikan dan pembelajaran itulah manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan sekaligus untuk meningkatkan kemajuan bangsa dan negara. Hal itulah kemudian Drs. Amin Daim Indrakusuma dalam bukunya pengantar ilmu pendidikan dengan tegas menyatakan maju mundurnya suatu bangsa dan negara sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan itu sendiri.

2

Tirtonirmolo, urgensi pendidikan islam dalam membina mental anak tuna Grahita.

(18)

Pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.3 Oleh karena itu, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan mental spiritual, maka anak didik perlu mendapatkan penyelenggaraan pendidikan agama sebagai pegangan hidup yang akan membawanya pada kehidupan yang lurus, sebab dalam fitrahnya manusia itu adalah makhluk homo religius (makhluk beragama), sehingga kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk berketuhanan atau beragama adalah karena di dalam jiwa manusia itu sudah terdapat sesuatu

instik religius atau naturaliter religius.

Melihat realita sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak selalu membawa dampak positif bagi kehidupan manusia. Namun sebaliknya dalam realita kehidupan sehari-hari manusia banyak dihadapkan pada perubahan dan dinamika sosial cultural. Perkembangan Iptek ini mempengaruhi anak untuk cenderung mengikuti arus perkembangan tanpa memperhatikan dampak negatifnya bagi kehidupan sehari-hari yang mempengaruhi pengembangan mental anak, Meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia, tapi ia bukanlah satu-satunya dan bukan pula segala-galanya. Ilmu pengetahuan dan teknologi akan dapat berkembang dan

3

Muhaimin, Strategi Belajar mengajar penerapannya dalam pembelajaran Pendidikan

(19)

mengembangkan mental seseorang jika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu dibarengi dengan nilai-nilai agama.

Pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam mengembangkan mental anak, hal ini dikarenakan pendidikan Islam memiliki nilai-nilai Islam yang bersumber langsung dari kitab suci Al-Quran dan Aal-hadits. Pada dasarnya pendidikan Islam itu sendiri memiliki peran yang kongkrit dalam pembentukan kepribadian anak, terlebih lagi dengan pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak mampu menjadi tolak ukur bagi perkembangan mental seorang anak. Melihat fenomena yang ada akibat berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan teknologi bagi perkembangan mental anak, pendidikan Islam memiliki peran yang kongkrit dalam pembentukan kepribadian anak.4

Pada dasarnya pendidikan Islam harus diasaskan atas dasar pokok yaitu bahwa manusia itu adalah makhluk Allah dan diamanati tugas untuk memikul amanah. Dalam permasalahan pendidikan, kita tidak boleh membedakan antara anak yang normal perkembangan jasmani dan rohaninya, dengan anak yang mengalami kecacatan baik fisik maupun mental. Pendidikan dan pengajaran adalah hak bagi seluruh masyarakat baik yang normal maupun yang cacat Lebih lanjut dari hal-hal yang fundamental seperti yang tercantum dalam batang tubuh UUD 1945 Bab XIII tentang pendidikan pasal 31 Ayat 1 menyatakan bahwa tiap-tiap Warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.5 Oleh sebab itu, Kesempatan untuk menjadi manusia mulia sebagai orang yang bertaqwa diberikan kepada

4

Op.cit

5

(20)

semua manusia, baik kaya, miskin, cacat atau tidak, semuanya sama di hadapan Allah S.W.T.

Sebagai warga negara, seseorang yang mengalami kelainan cacat fisik maupun mental (abnormal), tidak didiskriminasikan untuk memperoleh pendidikan. Kelainan ini menjadi penting untuk diperhatikan dalam pemberian layanan pendidikan dan pengajarannya, oleh karena itu sangat dibutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus yaitu sekolah luar biasa (SLB) yang disesuaikan dengan kondisi objektivitasnya. Disamping hak-hak yang di miliki oleh seseorang yang memiliki kecenderungan abnormal dalam memperoleh layanan pendidikan dan pengajaran, juga sebagai anggota masyarakat yang hidup dan berinteraksi dengan lingkungan, keluarga dan sosial kemasyarakatan. Untuk itu sangat diperlukan adanya adaptasi sosial sebagai konsekuensi logis dari masing-masing individu sebagai makhluk sosial.

Oleh karena itu orang-orang yang menderita cacat atau kelainan juga mendapatkan perlindungan hak seperti yang tertuang pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau social berhak memperoleh pendidikan khusus.6 Pendidikan khusus dalam hal ini biasa disebut dengan Pendidikan Luar Biasa. Oleh karena itu, meskipun seorang anak itu memiliki kelainan fisik, maka anak itu berhak untuk mendapatkan pengajaran. Dengan adanya Sekolah Luar Biasa sangatlah membantu bagi orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental, karena SLB merupakan salah satu bentuk pelayanan

6

(21)

pendidikan khusus bagi anak abnormal, seperti cacat netra, cacat rungu, cacat grahita dan cacat daksa. Dalam kurikulum SLB komponen-komponen Mata pelajaran yang diajarkan adalah sama seperti yang terdapat dalam kurikulum pendidikan pada umumnya termasuk didalamnya adalah pendidikan agama. Dengan demikian kehadiran Sekolah Luar Biasa (SLB) secara esensial merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mengelola dan mendidik siswa jasmani dan rohani, yang saat ini berkembang dan meningkat sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyarakat, layaknya disambut agar program pendidikan nasional dapat tercapai. Namun dalam kenyataannya prosentase anak cacat yang mendapatkan layanan pendidikan jumlahnya amat sedikit. Hal ini dikarenakan masih adanya hambatan pada pola pikir masyarakat kita yang mengabaikan potensi anak cacat. Pada umumnya masyarakat memandang kecacatan sebagai penghalang untuk berbuat sesuatu, telah banyak bukti bahwa orang cacat mampu melakukan sesuatu dengan berhasil. Karena banyak orang yang tidak memiliki tangan namun mereka dapat menghasilkan lukisan dengan baik. Ada orang yang tidak bisa berjalan tetapi dapat menjadi ahli fisika seperti Stephen Hopkins dan lain sebagainya.

(22)

lazimnya disebut kegiatan pemilihan strategi pembelajaran. Dalam upaya untuk merealisasikan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang memadai dan cara-cara mengajar yang baik agar ia mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien atau dapat mencapai hasil yang diharapkan. Persoalan ini menurut pendapat Nana Sudjana membawa implikasi (1) guru harus mempunyai pegangan asasi tentang mengajar dan dasar-dasar teori belajar, (2) guru harus dapat mengembangkan sistem pengajaran, (3) guru harus mampu melakukan proses belajar yang efektif dan (4) guru harus mampu melakukan penilaian hasil belajar sebagai umpan balik bagi seluruh proses yang ditempuh.7

Strategi pembelajaran secara substansial berwujud jenis dan prosedur kegiatan yang merupakan implikasi dari jenis dan prosedur yang menyertainya. Dalam hal ini makna strategi tidak diletakkan pada jenis dan prosedur kegiatan itu sendiri, tetapi pada nilai strategis-fungsional, berkenaan dengan fungsinya sebagai alat pencapai tujuan pembelajaran. Nilai strategis fungsional yang dimaksud, diukur atas dasar kadar keefektifan dan keeksistensinya sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jenis dan prosedur kegiatan yang tidak bernilai strategis-fungsional untuk mencapai tujuan tidak dinamakan fundamental.

Dalam pengelolaan pendidikan dan pembelajaran menyangkut kegiatan perencanaan pembelajaran (termasuk strategi pembelajaran) sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Terlebih pada pembelajaran

7

(23)

pendidikan agama, yang terkadang titik tekannya hanya mengutamakan pada aspek afektif. Strategi pembelajaran pendidikan agama sangat erat hubungannya dengan materi pelajaran, metode yang digunakan, alat peraga serta evaluasi hasil pengajaran pendidikan agama. Oleh karena itu sebagai seorang guru pendidikan agama harus terampil dan menguasai strategi pembelajaran dalam hubungannya dengan anak didik agar tujuan pembelajaran pendidikan dapat tercapai secara maksimal, sehingga siswa terutama siswa luar biasa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

Sesuai dengan tujuan pendidikan bahwasannya strategi pembelajaran merupakan prosedur yang sangat penting untuk tercapainya tujuan pendidikan dan merupakan salah satu unit yang tidak dapat dipisahkan dari unit-unit pendidikan yang lain. Sementara itu, apabila kita perhatikan masih banyak guru agama yang kurang memperhatikan bahkan kurang terampil dalam menerapkan strategi, pembelajaran sehingga tujuan pendidikan agama islam jauh yang diharapkan. Sesuai dengan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan oleh guru agama di SLB Pembina tingkat Nasional Lawang yang menyangkut pembinaan mental siswa. Peneliti mengambil judul sebagai berikut: STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN MENTAL SISWA

DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA TINGKAT

(24)

B. Rumusan Masalah

Merujuk dari pemaparan yang dikemukakan sebelumnnya maka rumusan masalah yang dikemukakan penulis adalah Sbb:

1. Bagaimana kondisi mental siswa di SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Malang?

2. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan mental siswa di SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Malang ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sbb:

1.Mengetahui kondisi mental siswa di SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Malang

2.Mengetahui strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan oleh guru di SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Malang

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:

a.Bagi peneliti

(25)

2.Mengetahui upaya-upaya guru Agama Islam dalam mengefektifkan strategi pembelajaran khususnya pelajaran Agama Islam untuk membina mental siswa di SLB Negeri Pembina Tingkat Nasional Malang

b.Bagi lembaga

1.Untuk mengetahui dan menilai kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu dan teori yang didapat di bangku kuliah

2.Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang

c. Bagi pihak sekolah

1.Untuk menjadikan bahan pertimbangan dalam penerapan Strategi yang tepat untuk pembinaan mental siswa di SLB Negeri Pembina di Malang 2.Untuk mengevaluasi kembali berhasil tidaknya strategi pembelajaran

Pendidikan Agama Islam yang diterapkan oleh guru agama dalam pembinaan mental siswa di SLB Lawang selama ini

E. Ruang lingkup

(26)

F. Definisi Operasional

Banyak kalangan yang memberikan makna yang sama terhadap kata strategi, taktik dan metode, agar pengertian judul dapat dipahami maka penulis jelaskan istilah kata-kata dalam judul sbb:

Strategi pembelajaran :Tindakan guru dalam melaksanakan rencana mengajar.8

Pendidikan Agama Islam : Upaya mendidik Agama Islam atau ajaran islam dan nilai-nilainya agar menjadi Way of life ( pandangan dan sikap hidup seseorang).9

Pembinaan Mental : Perhatian dan pengarahan terhadap perkembangan kejiwaan seseorang.

Siswa SLB : Peserta didik Sekolah Luar Biasa

8

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar(jakarta: PT. Sinar Baru Algensindo,1989). hlm. 147

9Muhaimin

, dkk. Paradigma pendidikan Islam ,upaya mengefektifkan pendidikan

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Satu diantara penelitan yang bisa disebutkan disini adalah penelitian yang dilakukan oleh Mamnunah tentang Penggunaan Media Pembelajaran PAI Bagi Anak Tuna Rungu Di SDLB Tuna Rungu Yayasan Pendidikan Tunas Bangsa Malang. penelitian yang penulis lakukan adalah termasuk penelitian kualitatif deskriptif. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi, observasi dan interview. Responden dalam penelitian ini berjumlah 7orang yang terdiri dari 6 guru dari kelas 1-6 dan 1 kepala sekolah. Sedangkan untuk analisis datanya, penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu berupa data-data yang tertulis ataupun lisan dari orang yang diamati secara menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

(28)

perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan lingkungan sekitar dapat pula menjadi sumber dari kesalah pahaman.10

Selanjunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Pipin Puri Prasasti tentang strategi Guru Agama Islam dalam pembinaan Akhlakul karimah siswa MTs. Hidayatussalihin Turus Gurah Kediri. Metode yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif deskriptif. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa pembinaan akhlakul karimah siswamenggunakan berbagai macam metode, diantaranya: metode keteladanan, ceramah, diskusi, pemberian tugas, kisah-kisah dan anjuran. Disamping itu ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru Agama Islam dalam pembinaan Aklakul Karimah adalah seperti dengan cara melakukan kegiatan baca doa bersama sebelum dan berakhirnya pelajaran, sholat Dhuha pada jam oistirahat, Sholat Dhuhur berjamaah, serta melakukan kegiatan hari besar islam (PHBI). Dalam pelaksanaan pembinaan akhlakul karimah siswa tidak menutup kemungkinan terdapat beberapa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat, dalam hal ini faktor yang mendukung adalah adanya kerjasama guru antar lembaga, adanya kesadaran para siswa, adanya motivasi dan dukungan dari orang tua. Sedangkan yang menjadi hambatannya adalah latar belakang siswa yang kurang mendukung, lingkungan masyarakat/pergaulan yang minus, kurangnya sarana dan prasarana serta adanya pengaruh negatif dari tayangan Televisi dan media cetak. Dari hal

10

Mamnunah, Penggunaan Media Pembelajaran Pai Bagi Anak Tuna Rungu Di Sdlb

Tuna Rungu Yayasan Pendidikan Tunas Bangsa Malang (Skripsi program Studi Pendidikan

(29)

tersebut dapat diketahui bahwa keberhasilan strategi guru agama islam dalam pembinaan Akhlakul karimah siswa MTs. Hidayatussalihin Turus Gurah Kediri selain menggunakan beberapa metode dalam pembelajaran, juga didukung oleh adanya kegiatan-kegiatan yang sudah diprogramkan guna pembinaan akhlakul karimah siswa.11 Dengan demikian jelas adanya bahwa guru Agama islam merupakan barometer siswa dalam suksesnya pendidikan. Agar pelaksanaan pembinaan Akhlakul karimah siswa bisa berjalan dan terwujud dengan baik, maka kuncinya terletak pada kesiapan, kemauan dan kemampuan guru serta hal tersebut juga dapat didukung dengan adanya strategi yang lebih terfokus pada pemberian materi dan kegiatan yang lebih menitik beratkan pada pembinaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Azizah Perwitasari tentang Strategi pembelajaran dalam pengembangan jiwa keagamaan Anak di TK Aisyiyah 5 Gedeg Mojokerto menggunakan metode kualitatif deskriptif. Untuk mendapatkan data tersebut maka peneliti menggunakan beberapa metode yaitu wawancara, observasi, serta dokumentasi. Obyek wawancaranya adalah kepala Sekolah dan guru di TK tersebut. Sedangkan hasil penelitiannya dapat disimpulkan sebagai berikut: penerapan strategi pembelajaran pengembangan jiwa keagamaan anak sangatlah dibutuhkan supaya hasil yang diinginkan bisa tercapai dengan maksimal. Problem yang biasanya dihadapi oleh guru khususny guru TK tersebut adalah anak didiknya memiliki sifat seperti: keras

11

Pipin puri Prasasti, Strategi Guru Agama dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa

MTs Hidayatus Shalihin Turus Gurah Kediri (Skripsi program Studi Pendidikan Agama Islam.

(30)

hati, keras kepala, manja, anak yang penakut dan suka berdusta serta antara guru dan orang tua peserta didik tidak ada kerja sama. Adapun strategi yang dilakukan dalam pengembangan jiwa keagamaan Anak di TK Aisyiyah 5 Gedeg Mojokerto menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, bermain, dan certia serta bisa juga pemeliharaan dan juga pengawasan.12

Penelitian yang dilakukan oleh Pipin Puri Prasasti dan Nur Azizah Perwita Sari adalah senada dengan fokus ini, sebagaimana dikaitkan dengan konteks pembinaan mental, dengan demikian tidak semua individu yang berkenaan dengan perasaan dan perilaku sebagai akibat dari apa yang didapatkan individu tersebut. Berhubungan dengan masalah siswa (anak didik), walaupun mereka mempunyai perbedaan dengan yang lain yaitu mempunya kecenderungan cacat mental ataupun tuna rungu bukan berarti seorang pendidik tidak bisa memberikan kasih-sayang dan bimbingan untuk mencapai masa depan yang baik bagi mereka. Penting bagi seorang pendidik untuk menyadari bahwa segala usaha yang mereka lakukan adalah untuk memperbaiki kondisi anak didik mereka. Dengan demikian posisi peneliti adalah untuk melengkapi penelitian tentang penyesuaian diri dan memberikan sumbangan pemikiran untuk penelitian selanjutnya.

12

Nur Azizah Perwitasari, Strategi pembelajaran dalam pengembangan jiwa keagamaan

Anak di TK Aisyiyah 5 Gedeg Mojokerto (Skripsi program Studi Pendidikan Agama Islam.

(31)

B. Konsep Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Dalam proses pelaksanaaan suatu kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non operasional harus disertai dengan perencanaan yang memiliki strategi yang baik dan sesuai dengan sasaran. Sedangkan peran strategi dalam mengembangkan jiwa keagamaan peserta didik ini sangat diperlukan. Oleh karena itu dalam menyampaikan strategi yang baik dan mengena pada sasaran.

Sebelum lebih jauh kita mengartikan strategi Strategi pembelajaran, terlebih dahulu akan menjelaskan tentang trategi. Kata “strategi” dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai arti, antara lain:

a. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapai musuh

dalam kondisi yang menguntungkan

c. Ilmu dan seni mengembangkan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.

d. Tempat yang baik menurut siasat perang.13

Dalam bahasa inggris, “strategi “ berarti ilmu siasat.14 Secara sederhana strategi merupakan hasil buah pikiran seseoramg terhadap analisis obyek disebabkan ada sesuatu yang ingin dicapai.

13

Tim penyisun kamus Besar, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka. 1990)hlm 859

14

(32)

Secara umum, kata “Strategi” mengandung makna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dan pengertian lain dari kata strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam mencapai sasaran yang telah ditentuakan. Untuk memahami makna “strategi” atau “teknik” secara mantap, maka penjelasannya biasanya dikaitkan dengan istilah “pendekatan” dan “metode”.15

Secara singkat dapatlah kita katakana bahwa “Strategi atau teknik” merupakan prosedur-prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan16. Mc.Leod mengutarakan bahwa “secara harfiah dalam bahasa Inggris, kata strategi dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan

stratagem yakni siasat atu rencana”.17

Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana sebagai berikut: “strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi pesereta didik untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien”. 18

Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan

15

Henry Guntur Tarigan, Strategi pengajaran dan pembelajaran (bandung:Angkasa.1993)hlm2

16

Ibid, hlm 4

17

Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.2003)hlm 214

18

(33)

guru-murid dalam perwujudan kegiatan mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Strategi digunakan sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik.

Strategi adalah sebuah istilah popular dalam istilah psikologi kognitif, yang berarti prosedur mental y berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi berupa upaya yang bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan kognitif atau pilihan kebiasaan belajar (kognitif preferences) siswa.19

Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan anak didik agar dapat mempelajari sesuatu yang rekevan dan bermakna bagi diri mereka, disamping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar dimana anak didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh.

Pembelajaran dalam arti lain adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Dan kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien.20

Secara umum dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru.21 Istilah pembelajaran

19

Muhibbin Syah, Op.cit. hlm 50

20

Muhaimin, dkk, Strategi Belajar mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996)hlm 157

21

(34)

lebih tepat digunakan karena dapat menggambarkan upaya untuk membangkitkan prakarsa belajar siswa.

Dengan demikian, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.22 Oleh karena itu sebelum menentukan strategi perlu dirumuskannya sebuah tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah masalah penting dalam implementasi sebuah strategi.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah siasat, cara yang dilakukan guru dalam menyederhansakan kajian yang akan diajarkan dalam kelas, atau dengan kata lain cara yang dilakukan oleh guru dalam menetapkan langkah-langkah utama mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Strategi belajar mengajar dalam setiap setiap usaha meliputi:

a. mengindentifikasikan dan menetapkan kekhususan perubahan perilaku peserta didik yang diharapkan.

b. Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan cita-cita dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan tuganya.

22

(35)

d. Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi (penilaian).23

Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, antara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bisa dipisahkan.

2. Ragam strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah siasat, cara yang dilakukan guru dalam menyederhanakan materi yang akan diajarkan di dalam kelas, atau dengan kata lain, suatu cara yang dilakukan oleh guru dalam menetapkan langkah-langkah utama mengajar sehingga hasil dari proses belajar-mengajar itu dapat benar-benar sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Dalam usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik,antara lain: a. seorang guru perlu bersifat cermat dalam mengajarkan dan

mengembangkan materi serta metode yang telah dirancang. Kurangnya kreativitas guru dapat menyebabkan penyampaian materi menjadi kurang menarik dan kurang berkembang sehingga tujuan penguasaan materi pembelajaran dan metode kurang berhasil.

b. Seorang guru dengan yakin dan mantap melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditetapkan. Namun demikian, tidak

23

(36)

tertutup kemungkinan bagi guru untuk mengubah langkah-langkah tersebut sehingga lebih cocok dengan kebutuhan pembelajaran. Bahkan, bila ternyata langkah-langkah yang sudah ditetapkan tidak sesuai dengan kebutuhan kelas, seorang guru memiliki wewenang untuk mengubah atau menggantikannya dengan langkah lain secara seketika. Hal terpenting dalam melaksabakan langkah pembelajaran adalah prinsip ketercapaian pembelajaran itu sendiri.

c. Seorang guru dikelas perlu memberikan dan membangun suasana pembelajaran yang diwarnai oleh suasana keterbukaan, kesejajaranenghargai pendapat, rasa keingin tahuan yang tinggi, serta suasana yang menyenangkan dan bersahabat antara guru dan murid. Suasana seperti ini mutlak diperlukan untukmengembangkan semangat belajar dan membangun rasa keingin tahuan siswa secara mendalam tentang keterkaitan antara kedua materi tersebut, disamping akan menciptakan rasa semangat dan keberanian siswa untuk bertanya dan memberikan tanggapan secara aktif terhadap penjelasanguru.24

Selain strategi pembelajaran di dalam kelas yang lebih menekankan pada upaya mengaktifkan dan menghidupkan suasana didalam melas sesuai dengan langkah-langkah yang ditetapkan, seorang guru juga perlu mengembangkan berbagai keadaan yang mendukung kelancaran dan terwujudnya kompetensi yang ditetapkan. Keadaan yang dituntut

24

(37)

tersebut diantaranya adalah keadaan yang mempermudah terwujudnya proses dan hasil pembelajaran yaitu:

1) metode keteladanan

kurikulum pendidikan yang disempurnakan telah dibuat dengan rancangan yang jelas bagi perkembangan manusia melalui sistematisasi bakat, psikologis, emosi, mental dan potensi manusia. Namun, tidak dapat dipungkiri jika timbul masalah bahwa kurikulum seperti itu masih tetap memerlukan pola pendidikan realistis yang dicontohkan oleh seorang pendidik melalui perilaku dan metode pendidikan yang diberikan kepada anak didiknya sambil sambil tetap berpegang pada landasan, metode, dan tujuan kurikulum pendidikan.25

Keteladanan atau percontohan merupakan suatu upaya memberikan contoh perilaku yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pemberian contoh atau teladan harus dilakukan oleh seluruh pegawai yang terkait dengan pelaksana pendidikan, yang meliputi guru, kepala sekolah. Dalam hal ini guru merupakan orang yang paling utama dan pertama yang berhubungan langsung dengan siswa. Dengan demikian, peran guru agama dengan segenap pola perilaku kesehariannya menjadi bernilai sangat penting dalam pembentukan kepribadian anak itu sendiri.

25

(38)

keteladanan dalam pendidikan adalah metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak dalam moral spiritual dan social. Hal ini karena pendidikan adalah contoh terbaik dalam pandangan anak sehingga terkadang anak itu akan menjadikan figure guru untuk ditiru dalam segala tindak-tanduknya. Penanaman nilai keagamaan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya. Baik buruknya perilaku guru terutama guru pendidikan Agama dapat mempengaruhi secara kuat anak didiknya .

Rasulullah saw adalah seorang rasul yang telah diutus Allah untuk menyebarkan dan memperbaiki risalah-Nya ketika banyak umatNya yang telah menyimpang dari ajaran tauhid yang sebenarnya. Beliau adalah seorang yang memiliki sifat-sifat yang lihur baik spiritual, moral maupun keintelektualan sehingga umat manusia memandang rasul sebagai panutan dan teladan dalam segala aspek kehidupannya. Oleh karena itu Allah mengutus sebagai teladan bagi umat khususnya umat muslim.

(39)

dan pembahasan oleh anak-anak akan lebih meresap dalam jiwanya. Dan kecenderungan mencontoh itu sangat besar peranannya pada anak-anak, sehingga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan.26

Dalam pemberian keteladanan tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Yang bersifat langsung misalnya: pendidik memberikan contoh bagaimana sikap membaca Al-Quran yang baik, sikap sholat yang benar, dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat tidak langsung misalnya: tampilan fisik dan pribadi pendidik dan tenaga lainnya yang sesuai dengan suasana agamis. Pendidik hendaknya harus memiliki sikap yang penuh sopan santun, disiplin serta selalu menyambut anak didiknya ketika masuk dengan sambutan yang ramah.

2) Metode pembiasaan

Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan persiapan. Karena kecenderungan dan naluri anak-anak usia SMP kebawah dalam pembiasaan ini sangat besar dibanding usia lain. Pembiasaan merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka membiasakan siswa untuk berperilaku atau bertindak sesuai dengan tujuan pembelajaran atau tujuan atau tujuan sekolah. Dalam kaitan ini, sekolah harus memerankan diri sebagai pusat dan pelaku kebudayaan. Sekolah dituntut memasyarakatkan, menanamkan dan membangun nilai dan kebiasaan positif yang bermanfaat bagi

26

(40)

kehidupan mereka kelak di masyarakat.misalnya dalam pembelajaran agama, sekolah perlu secara ajeg dan terus-menerus membangun kebiasan “hidup bersih dan sehat baik jasmani maupun rohani” dengan berbagai cara. Misalnya membiasakan warga (siswa, guru, kepala sekolah, staf dan sebagainya)untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, berpakaian rapid an sopan, tidak merokok disekolah untuk selalu menjaga kejujuran, dan sebagainya.

Oleh karena itu, para pendidik perlu memperhatikan pada anak tentang upaya pembiasaan ini. Sebagaimana dikemukakan oleh Jalaluddin bahwa:

Sikap dan keteladanan guru sebagai pergaulan pendidik serta pergaulan antar antara teman disekolah dinilai lebih berperan dalam menanamkan kebiasaan baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.27

Maka dari itu, pembiasaan hendaknya dilakukan secara kontineu, dalam arti melatih dengan tidak ada waktu tenggangnya dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuan bisa tercapai.. Pembiasaan yang perlu ditanamkan melalui proses pendidikan adalah kebiasaan yang bersifat otomatis dan kebiasaan atas dasar pengertian dan kesadaran akan manfaat atau tujuannya.

3) Metode nasehat dan cerita

Nasehat dan cerita adalah cara mendidik yang mengandalkan interaksi antara pendidik dengan anak didik. Cara ini banyak ditemui

27

(41)

dalam Al-Quran, karena dengan nasehat dan cerita pada dasarnya bersifat menyampaikan pesan dari sumbernya kepada pihak yang memerlukaan. Demikian banyak cerita yang mengandung naseha, pelajaran yang dapat diambil hikmahnya sewrta petunjuk yang sungguh-sungguh efektif untuk dipergunbakan dalam interaksi pendidikan.

Cerita dan nasehat itu jika disampaikan secara baik akan besar pengaruhnya pada perkembangan psikologi anak. Metode ini dapat membukakan mata anak didik. Pada hakekatnya sesuatu yang mendiorongnya menuju situasi luhur b dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia dan prinsip islam. Al-Quran juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide-ide yang dikehendakinya.

Dari segi psikologi pendidikan, pemberian nasehat itu menimbulkan beberapa perkara, diantaranya:

(42)

b) Membangkitkan keteguhan untuk senantiasa berpegang pada pemikiran ketuhanan yang sehat, yang sebelumnya telah dikembangkan dalam diri obyek nasehat. Pemikiran ketuhanan itu dapat berupa imajinasi sehat tentang kehidupan dunia dan akhirat, peran dan tugas manusia di alam semesta ini.

c) Dampak terpenting dari sebuah nasehat adalah penyucian dan pembersihan diri yang merupakan salah satu tujuan utama dalam pendidikan islam. Dengan terwujudnya dampak tersebut, kedudukan masyarakat meningkat dan mereka menjauhi berbagai kemungkaran dan kekejian, sehinga seseorang tidak berbuat jahat kepada orang lain. Dengan kata lain, semuanya menjalankan perintah Allah dengan ma’ruf, adil, baik, bijaksana.

4) Metode pemeliharaan.

Pemeliharaan adalah mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak terhadap pendidikan yang telah diterimanya. Perhatian dengan menyediakan waktu yang cukup untuk bergaul dengan anak-anaknya. Kasih saying yang diberikan secara tulus, sehingga menampilkan kerelaan dalam memelihara dan melindungi anak dengan pendidik. Kewibawaan diartikan dengan rasa hormat dan segan yang menimbulkan kepatuhan.

(43)

dilakukan. Metode ini dadasarkan atas fitrah (sifat kejiwaan) manusia, yaitu sifat keinginan kepada kesenangan, keselamatan dan tidak menginginkan kepedihan dan kesengsaraan.

5) Metode kedisiplinan

Disiplin sebagai salah satu upaya pendidikan pada dasarnya merupakan upaya menciptakan keadaan yang dapat mempengaruhi atau mengarahkan siswa untuk senantiasa menaati peraturan yang ditetapkan oleh sekolah. Untuk membangun kedisiplinan disekolah, guru agama dan seluruh pegawai (kepala sekolah, staf dan lain-lain) secara bersama-sama dan serempak dituntut mampu memberikan contoh sebagai sosok yang ‘bersisiplin” yang senantiasa berperilaku sesuai aturan atau tata tertib sekolah. Dengan adanya contoh kongkrit kedisiplinan tersebut, maka cenderung lebih mudah “didisiplinkan”, karena secara langsung siswa mengalami bagaimana ajaran disiplin itu sendiri.28

Di dalam kebiasaan dan kegiatan yang dilakukan secara rutin oleh manusia, itu terdapat nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi tolak ukur tentang benar tidaknya pelaksanaannya oleh seseorang. Norma-norma itu terhimpun menjadi aturan yang harus dipatuhi. Dengan demikian berarti manusia dituntut untuk mampu mematuhi berbagai ketentuan atau harus hidup secara disiplin, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat.

28

(44)

Peserta didik harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu sebagai ketentuan tata tertib hidup secara berdisiplin, dalam arti mampu mematuhi dan mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku dilingkungan keluarga, bangsa dan negaranya.

Ketentuan dan kepatuhan dalam menjalankan tata tertib kehidupan, tidak akan dirasa memberatkan bila dilaksanakan dengan kesadaran bila dilaksanakan dengan kesadaran akan penting dan manfaatnya. Akan tetapi dalam keadaan seseoranmg belum memiliki kesadaran untuk metuhi tata tertib, yang sering dirasakannya memberatkan atau tidak mengetahui manfaat dan kegunaanny, maka diperlukan tindakan memaksakan dari luar atau dari orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan atau mewujudkan disiplin.

Kondisi itu sering ditemui pada kehidupan peserta didik yang mengharuskan pendidiknya melakukan pengawasan agar tata tertib kehidupan dilaksanakan, yang sering kali mengharuskan juga untuk memberikan sanksi atau hukuman karena pelanggaran yang dilakukan anak didinya.29sebaliknya bagi siswa yang menunjukkan perilaku baik, sehat, bersih sesuai dengan muatan materi pendidikan agama islam, siswa tersebut hendaknya mendapat pujian, dukungan, penguatan,

29

(45)

sehingga dapat mempertahankan perilaku yang positif tersebut dan dapat dijadikan teladan bagi murid-muridnya yang lain.

6) Metode pengawasan

Pendidikan yang disertai dengannpengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk aqidah dan moral, dan mengawasinya dalam mempersiapkannya secara psikis dan social, dan menanyakan secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam hal pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya.

Pendidikan dengan pengawasan ini termasuk dasar terkuat dalam mewujudkan manusia yang seimbang, yang dapat menjalankan kewajiban-kewajinbannya dengan baik dalam kehidupan ini. Dari sisnilah ia akan menjadi seorang muslim yang hakiki.

Hal penting lain yang yang perlu diketahui dan disadari seorang pendidik bahwa pengawasan ini tidak terbatas pada satu atau dua aspek pembentukan jiwa, tetapi ia juga mencakup berbagai segi: kimanan, intelektual, moral, psikis dan social kemasyarakatan, sehingga pendidikan ini akan meberikan hasil positif insan muslim yang seimbang dalam menunaikan tugas dan kewajibannya dalam hidup ini. 7) Metode sosio drama dan bermain peran

(46)

dedua metode iiikadang disebut dengan Dramatisasi.30 Metode semacam ini dapat digunakan dalam pendidikan agama, terutama dalam bidang akhlak dan sejarah islam, karena dengan metode ini peserta didik akan lebih bisa menghayati tentang pelajaran yang diberikan.

C. Konsep Pembinaan Mental 1. Pengertian Pembinaan Mental

Sebelum membahas lebih lanjut tentang pembinaan mental, perlu diketahui beberapa pengertian tentang kesehatan mental

Kesehatan mental alih bahasa dari Mental Hygiene atau Mental

Health.menurut World Health Organization (WHO) disebutkan:

Sehat adalah suatu keadaan berupa kesrjahteraan fisik, mental dan social secara penuh dan bukan semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu. Definisi ini memberikan gambaran kancah yang luas dalam keadaan sehat, mncakup berbagai aspek sehingga diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan hidup.31 Dalam definisi diatas disebutkan semata-mata absensinya dari penyakitatau lemah. Hal ini berate tidak sekedar bebas dari penyakit. Selanjutnya, ditekankan orang yang sehat mentalnya dapat menyesuaikan diri dan memanfaatkan potensi serta mencapai keharmonisan jiwa. Jadi yang bersangkutan mengalami keseimbangan atau tidak berat sebelah dan tidak goncang.mempunyai kestabilan emosi dalam menghadapi persoalan serta mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan jasmani, rohanii, social dan

30

Zuhairini,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Biro Ilmiah fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang , 1981)hlm 102

31

(47)

metafisis. Kestabilan/keseimbangan masing-masing individu berbeda, karena diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang berbeda.32

Menurut Zakiah Darajat, dalam sundari yang merangkum dari beberapa definisi para ahli sebagai berikut: kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan menbawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.33

Darajat mengatakan kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.34 Definisi ini lebih luas dan bersifat umum, karena dihubungkan dengan kehidupan secara keseluruhan. Kesanggupan untuk menyesuaikan diri itu akan akan membawa orang pada kenikmatan dan kebahagiaan hidup dan terhindar dari kecemasan, kesedihan dan ketidak puasan. Agar dapat menyesuaikan dengan diri sendiri, harus lebih bisa mengenal dirinya dahulu dan menerima sebagaimana adanya, lalu bertindak sesuai dengan kemampuan dan kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga akan terhindar dari tekanan-tekanan atau hal-hal yang membawa frustasi.

Menurut Moeljono, dalam memberikan pengertian mental yang sehat ada beberapa cara.35 Pertama, sehat mental karena tidak mengalami

Zakiah Darajat, Kesehatan Mental (Jakarta CV . Haji Masagung, 1990) hlm 11

35

(48)

gangguan mental, bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau terbatas dari sakit dan gangguan jiwa. Orang yang mengalami gangguan jiwa (Neorosa) dan penyakit jiwa (Psycosa). Dapat dikatakan tidak sehat. Kedua, sehat mental jika tidak sakit akibat adanya Stressor, menurut Clausen orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri agar tidak jatuh sakit akibat stressor (pembuat stress). Pengertian ini sangat menekankan pada kemampuan individu untuk merespon lingkungannya. Ketiga, sehat mental jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya, Michael dan Kirk Patrik memandang bahwa individu itu berfungsi secara optimal dalam lingkungan sosialnya. Seseorang yang sehat mental itu, jika sesuai dengan kapasitas mentalnya diri sendiri dapat hidup tetap selaras dengan lingkungan. Keempat, sehat mental karena tumbuh dan berkembanga secara positif, Frank, L.K. mengemukakan bahwa kesehatan mental merupakan orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian dalam berpartisipasi dalam memelihara aturan social dan tindakan dalam budayanya.

(49)

asing lagi dan bukan merupakan hal yang baru. Orang sudah dapat menilai apakah seseorang sudah baik mentalnya atau tidak.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pembinaan diartikan sebuah proses, perbuatan, cara membina, pembaharuan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna, untuk memperoleh hasil yang lebih baik.36 Sedangkan pengertian mental dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan dengan hal-hal yang menyangkut batin dan watak manusia yang bukan sifat, badan atau tenaga.37 Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsure-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan perasaan mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya.38

Dalam hal ini john M. Echlos dan Hassan Shadily dan kamus inggris indonesia menjelaskan pengertian kata mental sebagai sesuatu yang berhubungan dengan jiwa baik kesehatan jiwa maupun penyakit jiwa.39

Mental merupakan suatu kesatuan yang utuh psikomatis, kesatuan jiwa dan raga atau kesatuan jasmani dan rohani secara utuh, sehingga terbentuk kepribadian yang utuh secara terintegrasi dan menunjukka adanya suatu

36

DEPDIKBUD, kamus besar bahasa Indonesia, 1990, hal 117

37

Ibid, hal 574

38

zakiah darajat, pendidikan Agama dan kesehatan Mental, ( Jakarta:PT Bulan Bintang, 1975)hlm 35

39

(50)

susunan yang hierarkis, teratur dan kerjasama yang harmonis antara fungsi-fungsi kejiwaan atau aspek-aspek rohani.

Menurut Kartini kartono dan Jenny Andari” kesehatan mental itu tidak hanya memanifestasikan diri dalam penampakan tanda-tanda tanpa ada gangguan hati saja, akan tetapi pribadinya harmonis dan baik, selaras dengan dunia luar dan dirinya sendiri, serta baik pula dengan lingkungannya.40

Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi pembinaan mental adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh orang-orang atau lembaga yang mempunyai tujuan terhadap perkembangan seseorang untuk diarahkan pada sasaran yang dituju, yang berhubungan dengan semua unsure jiwa yaitu emosi, fikiran, dan sikap dan perasaan yang semuanya itu akan berpengaruh terhadap tingkah laku.

Dengan demikian orang yang sehat mentalnya secara mudah bisa melakukan adaptasi, selalu aktif berpartisipasi, bisa menerapkan diri dengan lancar pada setiap perubahan social.

Menurut perhitungan ahli jiwa, fase pertumbuhan yang dilalui oleh sesorang, merupakan bagian dari pembinaan pribadinya. Pembinaan mental harus diulang-ulang karena pengalaman-pengalaman yang sedang dilalui dapat mempengaruhi dan merusak mental yang telah terbina itu. Seandainya pembinaan mental yang ada pada seseorang tidak terjadi pada umur pertumbuhan yang dilaluinya dan dia dewasa tanpa mengenal agama dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, maka ia akan menjadi dewasa tanpa

40

(51)

kecenderungan mengenal nilai-nilai agama, bahkan ia akan merasa kesukaran merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Ia akan menjadi acuh tak acuh terhadap agama yang dianutnya. Orang-orang seperti inilah yang seringkali memandang agama dari segi-segi negative dan disangkanya menjadi penghalang kemajuan serta berat bagi pelaksanaannya.

Dalam hal ini maka pembinaan mental bukanlah suatu proses yang dapat terjadi dengan cepat dan dipaksa, tapi haruslah secara berangsur-angsur wajar, sehat dan sesuai dengan pertumbuhan, kemampuan dan keistimewaan umur yang sedang dilalui. Dalam surat Al-baqarah ayat 256:

ω

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa

yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka

Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang

tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

(52)

Jiwa atau mental manusia perlu dididik atau dibina guna menanamkan nilai-nilai agama pada dirinya. Dan ketika Allah SWT menciptakan jiwa manusi, bersamanya Dia menciptakan kekuatan persiapan untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Dia juga menjadikan manusia mampu menggunakan anggota tubuh yang dikaruanianya

Kalau kita berbicara tentang seorang anak yang sedang menginjak remaja, memang memerlukan suatu hal yang menarik untuk dibicarakan. Karena boleh dikatakan bahwa perilaku mereka berbeda dari yang lainnya. Secara ringkas ciri anak remaja sebagai berikut:

1. Pertentangan batin paling menuncak dalam hidupnya

2. Masa pubertas ini benar-benar merupakan periode penuh kontras, badai persoalan dan gelora-gelora jiwa yang sering berlawanan 3. Mengakibatkan timbulnya banyak kekecewaan dan kebingungan

pada anak muda.

4. Stanley Hall juga mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan kesinambungan, tyang tercakup dalam “stroms and Stress”. Dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Pada saat itu remaja diombang ambing oleh munculnya, antara lain:

a. kekecewaan dan penderitaan

b. meningkatnya konflik, pertentanmgan-pertentangan dan krisis penyesuaian

(53)

d. pacaran dan percintaan

e. keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan41 Untuk mengatasi hal tersebut, semua pihak baik itu keluarga, sekolah dan masyarakat ikut berperan dalam memberikan usaha preventif terhadap semua perilaku remaja.

Melihat banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh remaja, maka usaha pembinaan mental melalui pendidikan Agama Islam adalah suatu cara yang efektif dalam membentuk kepribadian remaja, segala kegiatan remaja yang sesuai dengan ajaran islam, sehingga terwujud perilaku baik.

Pada dasarnya tujuan pembinaan mental remaja melalui pendidikan Agama Islam adalah peningkatan diri remaja, yaitu berusaha membina akhlak, mengembangkan akal serta mengadakan perilaku-perilaku yang baik pada pribadi remaja sehingga mempunyai kepribadian yang sesuai dengan ajaran Agama Islam dan dalam menjalankan agama pun mereka mempunyai kepribadian yang mantap. Sedangkan menurut Sundari ada berbagai macam tujuan, 42yaitu:

a. Memiliki dan membina jiwa yang sehat

b. Berusaha mencegah timbulnya kepatahan Jiwa (mental Breakdown), mencegah berkembangnya berbagai macam penyakit mental dan sebab timbulnya penyakit tersebut.

c. Mengusahakan penyembuhan dalam stadium permulaan terhadap gangguan dan penyakit mental.

41

Singgih Gunarsa, Yulia Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan anak dan remaja (Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 1989)hlm 205

42

(54)

d. Menegakkan kepribadian yang terintegrasi dengan baik, serta

e. Mampu memecahkan segala kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan keberanian.

3. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Mental

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling sempurna, sebagaimana firman Allah dalam surat At-Tin:4

ô

Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya .

Dalam kesmpurnaan manusia tersebut, tidak luput juga mengalami perubahan baik itu jasmani maupun rohani, lebih-lebih pada saat remaja yang sudah terpengaruh oleh berbagai hal baik itu positif maupun negative. Sehubungan dengan ini zakiah Darajat berpendapat: ”kalau ingin membawa moral anak-anak yang sesuai dengan hakekat agama, maka ketiga pendidikan (keluarga, sekoilah dan masyarakat) harus bekerjasama dan berjalan seirama, tidak bertentangan satu sama yang lainnya.” 43

a. factor Intern

43

(55)

factor inter merupakan factor yang terdapat pada diri sendiri, seperti ketidak sempurnaan jasmani, sifat, watak dan bakat yang dimilikinya. Ketidak sempurnaan yang dimiliki dapat menimbulkan hambatan dan pergaulan seorang anak, misalnya seperti rendah diri, iri hati dan kompensasi. Ketiga hal tersebut memerlukan perhatian dan bimbingan seperti kompensasi yang diarahkan dapat berubah menjadi positif karena kekurangan pada dirinya dan dapat berubah menjadi positif karena kekurangan pada dirinya dan diimbangi dengan prestasi dibidang lain. Akan tetapi bila tidak tersalur, rendah diripun dapat menimbulkan ketakutan untuk bergaul dan iri dapat menimbulkan dendam sedangkan kompensasi berupa kekayaan dan kesombongan.

b. Factor ekstern

Factor ekstern merupakan factor yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dimana seorang anak tumbuh dan dibesarkan. Yang termasuuk factor ekstern ini adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman bergaul, norma-norma yang ada dilingkungan masyarakat, dan lain-lain. a. Pendidikan di lingkungan rumah tangga (keluarga)

(56)

keluarga yang terdapat dalam hidup, yang sangat mempengaruhi jiwa sianak”.44

Pendidikan dilingkungan keluarga hendaknya dilakukan dengan cara:

1) penanaman jiwa taqwa,harus dimulai sejak dini.

2) Orang tua diharapkan menjadi contoh yang baik dalam segala aspek kehidupan bagi si anak.

3) Orang tua harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya karena pendidikan yang diterima dari orang tualah yang akan menjadi dasara dari pembinaan kepribadian anak.

4) Perlu disadari bahwa pendidikan yang diterima oleh si anak seharusnya sejalan antara rumah dan sekolah.

5) Cara menanamkan jiwa taqwa dan iman yang akan menjadi penggali dalam kehidupan si anak dikemudian hari, hendaklah sesuai dengan perkembangan dan cita-cita khas usia anak.

Dari hal tersebut diatas jelas bahwa keluarga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi proses pembinaan mental anak. Pengaruh itu tidak terbatas pada waktu masih kecil (balita), akan tetapi juga mempengaruhi kehidupan selanjutnya, oleh karena itulah ditanamkan nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama didalam jiwanya mulai sejak kecil. Hal ini membawa pengaruh yang lebih besar dan akan menentukan

44

Gambar

Tabel. 2
Tabel 3 Data Kuantitatif Siswa

Referensi

Dokumen terkait

a) Pondoksari village score 275 in the category moderate with vulnerability level is slightly susceptible, the highest vulnerability value on activity of conservation and

 Kredit yang tidak ditunjang oleh Kredit Likuiditas Bank Indonesia, diantaranya : Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit ekspor, Kredit Kepada Kontarktor Nasional, Kredit Produksi, Impor

Sesuai dengan isu strategis dan arahan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau yang mendukung misi ke-2 yang harus dijalankan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Pentaan Ruang Pertanahan Provinsi

Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat. Teknologi dapat mempermudah pekerjaan. Contohnya, pekerjaan cepat selesai dan hasil yang meningkat. Teknologi adalah

Peranan koperasi wanita dalam penyediaan kemampuan dana bagi perempuan sangat di perlukan , melihat masih banyaknya perempuan yang sangat membutuhkan kredit yang nantinya

Menjelaskan ja waban siswa-siswi tentang siswa-siswi senang jika guru menggunakan model pe mbela jaran kooperatif STAD dala m mengajar, dapat di ketahui sebanyak

Belq Assistant Professot, Applied Engineering program, Drexel University,

Konsep karya yang dimaksudkan lebih pada bentuk yang diinginkan, sehingga untuk mempermudah proses penciptaan ini, konsep karya yang telah terpikirkan akan ditulis