• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Pasar CPO Nasional dan Internasional 1. Pasar CPO Nasional

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 1. Harga CPO

3.1.3. Kondisi Pasar CPO Nasional dan Internasional 1. Pasar CPO Nasional

Pemasaran CPO Indonesia hasil produksi dari perkebunan negara atau pengusaha perkebunan swasta untuk keperluan dalam negeri diatur melalui SK Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 22/DAGRI KP/T/83, SK ini merupakan perubahan dan penyesuaian dari SK yang pernah ditetapkan sebelumnya (tahun 1979), yaitu tentang Pedoman Petunjuk Teknis SK Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Pertanian, dan Menteri Perindustrian tentang Tataniaga CPO Kebutuhan Dalam Negeri (Susilowati, 1989).

Surat keputusan tersebut antara lain mengatur alokasi CPO untuk masing-masing industri pengolahan CPO dalam kurun waktu enam bulan disesuaikan dengan jumlah minyak kelapa sawit yang disediakan untuk kebutuhan dalam negeri dan kebutuhan masing-masing industri yang bersangkutan. Selanjutnya seluruh alokasi CPO yang disediakan hanya dapat dipergunakan untuk keperluan bahan baku industri penerima alokasi dan tidak dibenarkan untuk diperjualbelikan. Jumlah efektif CPO yang harus didistribusikan kedalam negeri dan penetapan harganya diatur melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, dan Menteri Perindustrian dimana masing-masing Departemen mempunyai tugas-tugas sebagai berikut: Departemen Pertanian menyampaikan jumlah produksi dan rencana ekspor dari masing-masing produsen serta melakukan pengawasan penyaluran CPO kepada industri pengolah didalam negeri, selanjutnya Departemen Perindustrian menyampaikan kapasitas dan kebutuhan

masing-masing unit industri minyak goreng, sabun, dan industri lainnya, serta melakukan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan industri penerima alokasi CPO. Berdasarkan kedua data tersebut barulah ditetapkan jumlah efektif CPO yang dialokasikan untuk kebutuhan industri pengolahan minyak

sawit, sekaligus menetapkan harganya.mmmmm.mmmmmmmmmmmmmmmm Penetapan harga untuk pembelian CPO oleh pabrik industri dalam

negeri diatur melalui SK Menteri Perdagangan dan Industri No. 04/KP/1/1986. harga yang berlaku ditetapkan berdasarkan patokan harga di pasar fisik CPO internasional yaitu FOB Belawan Malaysia. Syarat-syarat penyerahan CPO dari produsen kepada industri dilaksanakan berdasarkan SK Dirjen Perdagangan Dalam Negeri yang pada pokoknya mengatur harga dan cara penyerahan CPO dari produsen kepada industri pengolah menurut lokasi industri masing-masing. Sementara itu saluran pemasaran CPO dari produsen sampai ke konsumen digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Saluran Pemasaran CPO di Pasar Nasional Sumber : dimodifikasi dari Zega (2003) dari Susilowati (1989)

Keterangan : LTC : Long Term Contract (Kontrak Jangka Panjang)

PNP/PTP : Perusahaan Nasional Perkebunan/ PT Perkebunan Tender di KPB PNP/PTP Konsumen Dalam Negeri LTC di KPB Spot di KPB Perusahaan Swasta

CPO yang diperdagangkan berasal dari dua sumber, yaitu dari perusahaan-perusahaan perkebunan milik negara (PNP/PTP) dan dari perusahaan swasta. Sesuai dengan kesepakatan diantara PNP/PTP, CPO yang berasal PNP/PTP tersebut pemasarannya harus melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB).

Sistem pemasaran yang dilakukan adalah dengan sistem tender/ lelang, penawaran langsung (spot) dan kontrak jangka panjang (Long Term Contract) dilakukan oleh KPB dengan PTPN dan perusahaan swasta. Tender/ lelang merupakan suatu sistem penjualan untuk mencari pembeli dengan penawaran tertinggi yang mencapai price idea. Pembeli dengan harga tertinggi inilah yang disebut pemenang tender. Penjualan langsung dilakukan apabila tidak tercapai kesepakatan harga antara pihak penjual dengan pembeli, biasanya ditawarkan pada pembeli dengan harga tetap dengan harga yang sesuai dengan harga pasar. Kontrak jangka panjang juga hampir sama dengan penawaran langsung, namun penawaran yang terjadi untuk masa yang akan datang, biasanya dalam jangka waktu satu bulan atau dengan kata lain merupakan sistem pesanan

(order ) (Zega,2003).). Berdasarkan

3.1.3.2. Pasar CPO Internasional

Pemasaran CPO Indonesia hasil produksi dari perkebunan negara atau pengusaha swasta ke luar negeri seluruhnya ditangani oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB). Saluran pemasaran CPO dari produsen ke konsumen dapat dilihat pada Gambar 3. CPO yang berasal dari Indonesia tersebut dikirim ke importir melalui broker. Tetapi ada pula dari produsen ke importir tanpa melalui broker (Susilowati, 1989). Sesuai dengan kesepakatan diantara PNP/PTP, CPO yang berasal dari PNP/PTP tersebut pemasarannya harus melalui KPB baik untuk konsumen dalam negeri maupun luar negeri.

Pemasaran konsumen luar negeri, semula pemasarannya melalui broker-broker lokal selanjutnya broker-broker tersebut harus berhubungan dengan badan pemasaran di luar negeri, seperti Indoham yang menangani pemasaran di Hamburg dan New York. Namun dewasa ini dengan pertimbangan untuk memotong rantai pemasaran agar lebih pendek, dengan tujuan akhir agar dapat lebih meningkatkan pangsa pasar di luar negeri. Oleh karena itu, penjualan CPO tidak lagi harus melalui badan pemasaran luar negeri, namun dapat

langsung berhubungan dengan importir luar negeri.mmmm... CPO yang berasal dari perusahaan swasta, untuk pemasaran keluar

negeri dapat langsung berhubungan dengan importir atau agen luar negeri. Pada umumnya perusahaan-perusahaan kecil akan bergabung pada perusahaan yang besar, selanjutnya perusahaan besar tersebut yang akan memasarkan ke luar negeri. Untuk keperluan ini mereka memiliki kantor perwakilan diluar negeri, sebagai contoh adalah PT Sucofindo, merupakan eksportir non PTP yang relatif besar. Harga di FOB Malaysia dan CIF Rotterdam menjadi patokan perusahaan PTP dan Swasta didalam menentukan harga ekspor, sebelum terjadinya tawar

Gambar 3. Saluran Pemasaran CPO ke Luar Negeri Perusahaan Swasta KPB Broker Lokal Badan Pemasaran Luar Negeri Konsumen Luar Negeri Importir Luar Negeri PNP/PTP

menawar harga dengan importir atau broker (Susilowati 1989). Pemasaran keluar negeri dilakukan juga melalui pasar berjangka, seperti

yang dilakukan oleh PT PP London Sumatera, selama tahun 2004 sampai tahun 2005 perusahaan ini melakukan penjualan CPO nya melalui pasar berjangka. Penjualan crude palm oil (CPO) hasil produksi PT PP London Sumatera Indonesia TBk (Lonsum) ke pasar dunia relatif stabil karena mekanisme penjualan yang digunakan adalah sistem penjualan berjangka, atau kontrak 6 bulan ke depan. Oleh karena itu, meskipun tren harga CPO di pasar dunia melemah, harga penjualan CPO Lonsum stabil. Mekanisme penjualan kontrak berjangka merupakan strategi yang terbaik disaat menghadapi fluktuasi harga yang tidak menentu. Kontrak penjualan berjangka memakai mekanisme pematokan harga terhadap transaksi suatu komoditas hingga beberapa waktu ke depan. Dalam kaitan itu, harga rata-rata CPO FOB Belawan Lonsum mencapai pada tingkat US$ 380 per metrik ton dengan para importir di luar negeri. Mekanisme penjualan sistem kontrak berjangka itu ditempuh sesuai strategi penjualan sehingga Lonsum dapat memprediksikan fluktuasi harga CPO di pasar internasional dalam 6 bulan ke depan. Selain itu, cara itu cukup aman dalam menjaga biaya yang dikeluarkan dengan sebagian mata uang asing1.