• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Perkembangan Seni Rebana Biang

PERKEMBANGAN SENI REBANA BIANG PADA MASYARAKAT KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

C. Kondisi Perkembangan Seni Rebana Biang

Tidak dapat dipungkiri, masuk dan berkembangnya seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa secara tidak langsung bersamaan dengan berkembangnya agama Islam di Indonesia. Seni rebana biang di DKI Jakarta saat ini yang masih eksis di tengah masyarakat Kecamatan Jagakarasa adalah Sanggar Pusaka Rebana Biang di Ciganjur di bawah pimpinan H. Abd. Rahman. Keberadaan Sanggar Pusaka Rebana Biang telah diakui sebagai kelompok seni Betawi hingga kini. Dewasa ini keberadaannya tidak terlepas dari keterlibatan sebuah yayasan di Solo yang berinisiatif mendaftarkan sanggar ini ke Taman Ismail Marzuki di tahun 2002.8

Ketua Sanggar Pusaka Rebana Biang, H. Abd Rahman, menuturkan, bahwa pada generasi pertama hingga ke generasi ketiga rebana biang hanya memiliki satu set alat musik saja, bahkan itu pun pusaka yang diwariskan oleh orang tua. Para pemain dan penerusnya pun hanya dari kalangan keluarga saja.9 Akan tetapi lain halnya dengan kondisi perkembangan rebana biang yang dipimpin oleh H. Abd. Rahman. Kondisi perkembangan rebana biang dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan.

8

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Betawi dalam Seni Sastra dan Seni Suara di DKI Jakarta, Jakarta h.112-113

9

Hasil wawancara dengan H. Abd. Raman (ketua Sanggar Pustaka Rebana Biang Ciganjur), pada 2 Mei 2016.

Hal ini terlihat ketika di masa H. Abd Rahman, rebana biang tidak hanya memiliki satu set alat musik saja, akan tetapi bapak dari lima anak ini juga menduplikatkan rebana biang turunan dari yang asli sebagai warisan dari orang tuanya. Hal ini dimaksudkan agar rebana biang yang dipusakakan oleh ayahnya,

Alm H. Sa’aba, tidak rusak dan tetap terjaga kelestariannya.

Tidak hanya dari alatnya saja yang berkembang tetapi juga dapat dilihat dari segi sarana fisik, jumlah pemain, serta kemampuan sumber daya manusianya, perkembangan rebana biang Ciganjur terlihat cukup signifikan. Hal ini terlihat dari perkembangan sanggarnya yang semula tidak memiliki tempat khusus untuk berlatih kini memiliki sanggar. Bapak dari lima anak tersebut menuturkan bahwa sanggar ini dibangun secara perlahan-lahan dengan uang hasil kerjanya serta didapatnya dari bantuan dana dari pihak Pemerintah Daerah.

Dari segi para pemainnya dapat dilihat perkembangan rebana biang mengalami kemajuan, terlihat dari jumlah pemain yang dimilikinya yang semula hanya satu kelompok terdiri dari empat pemain yang para pemainnya berasal dari satu keluarga yakni H. Abd Rahman, kedua putranya dan satu orang adiknya yang sebaya dengan H. Abd rahman kini telah membentuk kelompok rebana biang menjadi tiga kelompok. Kelompok ini sekurang-kurangnya terdiri dari empat orang, belum termasuk para penarinya.

Kemampuan para pemainnya terlihat kemajuan yang cukup signifikan, yakni terutama H. Abd Rahman setelah beliau ikut terjun langsung sebagai pemimpin sanggar serta sekaligus pelaku seni dalam sanggar dan bahkan beliau merangkap sebagai pelantun atau vokalis. Disamping itu, H. Abd. Rahman juga merangkap sebagai pekerja seni atau membuat rebana-rebana yang dari awal

sampai tahap akhir pembuatan rebana. Pesanannya pun beragam baik yang berasal dari berbagai pihak dalam maupun pihak luar. Bahkan beliau pernah menceritakan bahwa pemesan pembuatan rebana biang bisa berasal dari luar Pulau Jawa seperti di Bali. Pengerjaan pembuatan rebana atau alat musik dilakukan beliau dengan bantuan dari anak buahnya. Selain itu beliau juga menerima servis untuk rebana-rebana buatannya yang dibeli oleh pihak lain. Kemampuan untuk melakukan hal tersebut beliau peroleh dari belajar secara otodidak, dengan cara belajar mempraktikkannya.

Sebagai sebuah organisasi kesenian, proses regenerasi adalah hal yang tidak dapat ditinggalkan atau terlupakan. Proses regenerasi bertujuan agar kesenian tersebut dapat bertahan sampai kapan pun. Kata regenerasi merupakan

gabungan dari dua kata, yakni “re” dan “generasi”. Kata “re” dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) dapat diartikan sekali lagi atau kembali. Sedangkan ,

untuk makna kata “generasi” yakni sekalian orang yang kira-kira sama waktu hidupnya, angkatan, dan masa orang seangkatan hidup. 10 Oleh dari itu berdasarkan dua makna tersebut, maka makna regenerasi merupakan proses mempertahankan sesuatu dengan cara mewariskannya kembali kepada generasi selanjutnya. Dengan kata lain regenerasi sama maknanya dengan proses pewarisan suatu hal, termasuk juga di dalamnya seni dan budaya kepada generasi penerus agar kesenian tersebut dapat terus bertahan.

Hal tersebut pun terjadi dengan seni rebana biang Ciganjur. Melalui proses regenerasi ini, diharapkan agar seni musik Islam ini dapat terus bertahan

10

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,2007), h. 368

keberadaannya. Meskipun pada awal kemunculannya seni rebana biang anggotanya hanya dari keturunan keluarga.

Perkembangan regenerasi pada masa kepempimpinan H. Abd. Rahman terlihat sangat jelas. Mengingat bahwa kesenian rebana biang tidak hanya dari keluarga saja yang menjaga dan melestarikan tetapi juga harus berasal dari masyarakat sekitarnya. Pada masa kepemimpinan H. Abd. Rahman telah dibuat pengembang rebana biang. Usulan untuk adanya pengembang rebana biang sudah diajukan oleh Iwan yang merupakan anak tertua dari H. Abd. Rahman. Untuk melestarikan dan menjaga seni rebana biang yang menjadi warisan orang tuanya. Beliau mengusulkan idenya pada Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan juga Pemda agar setiap tempat hiburan menampilkan kesenian Betawi. Tepatnya di tahun 2014 telah dibentuk rebana biang pengembang. Pengembang rebana biang ini dipegang langsung oleh Iwan.

Iwan menuturkan bahwa peran dari pengembang ini cukup berarti karena memiliki progam-program khusus. Program ini dirancang untuk menjaga dan melestarikan rebana biang. Program tersebut terdiri dari pengenalan, penerus, dan bahan hingga pembuatannya. Program pengembangan pengenalan ini merupakan dasar dari inisiatif dari Iwan agar setiap tempat hiburan menampilkan atau mempertunjukan kesenian Betawi yang bertujuan agar kesenian Betawi dikenal oleh masyarakat luas baik dalam maupun luar tidak hanya pada masyarakat perkampungan saja.11

Untuk program pengembangan penerus sanggar ini merekrut dari berbagai kalangan baik remaja maupun dewasa. Para muridnya pun beragam tidak

11

Hasil wawancara dengan Bapak. Iwan (Ketua Pengembang Sanggar Pustaka Reabana Biang),pada 15 Mei 2016.

hanya berasal dari keturunan keluarga tetapi juga dari luar, bahkan usianya pun berkisar antara 20 sampai 30 tahun dan ada yang sudah menikah. Iwan menambahkan bahwa siapa saja boleh belajar rebana biang asalkan orang tersebut memiliki kemauan untuk belajar dan memiliki jiwa seni tanpa dipungut biaya apa pun.

Pengembangan dari segi bahan dan pembuatan rebana biang ini dimaksudkan untuk membuat dan menservis rebana. Hal ini bertujuan agar pemainnya selain mengerti cara memainkan rebana biang mereka juga mengetahui cara pembuatan rebana biang dari tahap awal higga tahap akhir. Untuk saat ini pembuatan rebana hanya dilakukan oleh golongan keluarga. Menurut penuturan Iwan, untuk mempelajari cara pembuatan rebana biang seseorang harus tekun dan telaten dalam mempelajarinya sama halnya dengan belajar menabuh rebana biang. Masa belajar seseorang tidak pernah ditentukan karena, cara belajarnya terkadang tergantung waktu luang muridnya. Jika ada waktu mereka berkumpul untuk latihan yang dilakukan setiap minggu tapi jika tidak ada waktu luang terkadang sebulan sekali mereka melakuknnya.

Selain pengembangan di tempat hiburan, sanggar-sanggar serta lingkungan masyarakat Kecamatan Jagakarasa pengembangan rebana biang juga dilakukan pada sekolah-sekolah. Pengembangan rebana biang di sekolah merupakan program dari sekolahnya. Iwan menambahkan, program tersebut bertujuan mengenalkan dan mengajarkan kesenian-kesenian Betawi rebana biang pada murid-murid SMA.

Dengan status pensiunan dari pegawai negeri sipil (PNS), H. Abd. Rahman memiliki waktu banyak. Peran dari ketua sanggar pun sangat membantu

dalam melestarikan kesenian ini. Ketua yang sekaligus sebagai pemain ini memastikan segala hal yang terkait dengan kepastian pementasan. seperti waktu dan anggaran yang diberikan pada kelompok rebana biang. Meskipun peran H. Abd. Rahman lebih dominan tetapi ia tetap menerima masukan serta saran dari para anggotanya.

Suatu organisasi atau lembaga kesenian tidak akan lengkap tanpa dibentuknya manejemen yang baik yang bertugas untuk mengatur, merencanakan, pengkoordinasian dan mengarahkan tujuan organisasi agar berjalan lancar serta seimbang. Hal ini pun terjadi pada sanggar seni rebana biang pimpinan H. Abd. Rahman. Dalam hal ini, beliau menuturkan bahwa ada beberapa manejemen sanggar pustaka rebana biang seperti ketua sanggar rebana biang dipegang langsung oleh H. Abd Rahman, untuk bagian seketaris atau administasi diserahkan pada adik beliau yaitu H. Abd Aziz, dari segi keuangan atau bendaharanya kepada H. M.Nasir, untuk bagian pengembang diserahkan kepada anak tertua H. Abd Rahman yaitu Bapak Iwan, untuk bagian pengasuh kepada H. Engkos dan H. Mansub, sedangkan untuk bagian vokal dan musik langsung kepada pada H. Abd Rahman dan H.Engkos sebab mereka merupakan sesepuh dari rebana biang.12

Berkaitan permasalahan tentang pemasaran atau mempromosikan rebana biang ke masyarakat luas H. Abd. Rahman mengatakan bahwa, ketika itu masih sangat tradisional yaitu melalui cara lisan seperti dari mulut kemulut, sebab saat itu sanggar seni rebana biang masih sangat sederhana. Seiring dengan perkembangan zaman pemasaran seni rebana biang pun mengalami kemajuan.

12

Hasil wawancara dengan H. Abd. Rahman (ketua Sanggar Pusaka Rebana Biang), pada hari Rabu 12 Oktober 2016.

Salah satunya melalui media elektronik dan media sosial. Peran dari pimpinan H. Abd. Rahman sangatlah besar dalam kegiatan seni rebana biang. Sebab semua informasi yang berhubungan dengan seni rebana biang, baik yang berasal dari Lembaga Kebudayaan Betawi atau Sudin DKI Jakarta akan langsung disampaikan kepada ketua atau pimpinan sanggar, yang kemudian beliau informasikan kembali kepada para anggota.

Sanggar Pusaka Rebana Biang tidak hanya menyediakan seni musik rebana biang saja, akan tetapi sanggar ini pun mempertunjukkan kesenian tradisional lainnya seperti, mengkombinasikannya dengan adat palang pintu Betawi, adat pernikahan Betawi, acara Khitanan yang diringi dengan delaman serta ondel-ondel. Hal ini dimaksudkan agar seni rebana biang dikenal masyarakat luas.

Dalam perkembangannya hingga dewasa ini, kelompok sanggar rebana biang ini relatif tidak menghadapi permasalahan yang cukup pelik. Permasalahan muncul apabila ada order yang pelaksanaanya bersamaan dengan hari kerja, mengingat sebagian anggota timnya yang berusia produktif memiliki pekerjaan.

Seiring dengan keberadaan dan perkembangan rebana biang hingga sekarang, sanggar ini pun tidak pernah memberikan syarat-syarat tertentu dalam rekruitmen anggotanya. Bahkan dari usia hingga suku pun tidak dipermasalahkan, asalkan mereka tekun dan mau mengembangkan serta melestarikan kesenian ini. Animo masyarakat dalam mengapresiasi seni dan tradisi rebana biang dinilai cukup besar dalam melestarikan seni rebana biang.

Dokumen terkait