• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan seni rebana biang pada masyarakat kecamatan Jagakarsa Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perkembangan seni rebana biang pada masyarakat kecamatan Jagakarsa Jakarta"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Disusun Oleh

Meilanih

NIM: 109022000005

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Jakarta dikenal sebagai ibu kota negara Indonesia dengan ragam suku budaya. Hal ini pun berdampak pada munculnya ragam seni musik pertunjukan tradisional. Salah satunya seni rebana biang. Rebana biang merupakan salah satu seni musik pertunjukan tradisional dalam bentuk kesenian di Indonesia. Kesenian ini merupakan perpaduan dari dua unsur kebudayaan yaitu Betawi dan Sunda. Awal mula perkembangan rebana biang bermula dari sebuah pengajian yang dilakukan dengan proses pewarisan alami, yang kemudian lama-kelamaan menjadi sebuah seni pertunjukan dalam masyarakatnya.

Dari hasil pengamatan, sanggar Pusaka Rebana Biang Ciganjur merupakan satu-satunya wadah yang menampung seni musik tradisional di DKI Jakarta khususnya rebana biang. Kesenian ini tetap bertahan di tengah keberadaan kesenian modern. Seni rebana biang mengalami penyusutan dalam penyebaran maupun perkembangannya. Sangat disayangkan bila seni yang telah diwariskan oleh leluhur ini lama-kelamaan hilang dalam masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai latar belakang serta sejarah seni rebana biang, asal usulnya, kondisi perkembangan hingga pelestarian dari berbagai pihak baik masyarakat maupun pemerintah.

Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, melalui pendekatan sosio-budaya agar dapat merekonstruksi peristiwa yang telah terjadi di masa lampau yang bersifat komprehensif.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga shalawat serta salam tercurah kepada nabi Muhammad SAW, yang telah banyak

memberikan umatnya ke jalan yang terang benderang dan penuh dengan jalan yang mulia di sisi Allah SWT.

Penulis menyadari bahwasanya skripsi yang berjudul “Perkembangan

Seni Rebana Biang Pada Masyarakat Kecamatan Jagakarsa Jakarta” ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari semua pihak baik dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu tak lupa penulis ucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. H. Nurhasan, MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan

Islam UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi ini.

4. Solikhatus Sa’diyah, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang dengan sabar membantu dalam memberikan pelayanan yang penulis butuhkan dalam meyelesaikan studi ini.

5. Drs.H.M. Ma’ruf Misbah, M.A selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik penulis, yang bersedia meluangkan

(7)

iii

6. Bapak Dr. H. M. Muslih Idris, Lc dan Drs. Tarmizy Idris, M.A selaku

Dosen PengujI skripsi.

7. Serta seluruh dosen Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang telah banyak memberikan ilmunya, bimbingan, serta pengalamannya.

8. Seluruh staff dan pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah

memberikan pelayanan dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan penulis.

9. tak lupa penulis sebutkan kepada kedua orangtua dan abang yang selalu memberikan dukungan, memberi semangat, serta doanya yang tak henti-henti diberikan pada penulis hingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

10. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada H. Abd. Rahman selaku ketua Sanggar beserta keluarga besar Sanggar

Pusaka Rebana Biang Ciganjur atas kesediaan serta waktunya untuk diwawancara.

11. Terima kasih pula kepada staff kantor Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan yang membantu penulis dalam mencari sumber referensi yang dibutuhkan serta kepada mereka semua yang banyak memberikan

(8)

iv

Hidayatullah Jakarta, yang selalu menemani penulis dalam mencari bahan referensi penelitian khusunya angkatan 2010.

13. Teman-teman SKI seperjuangan angkatan 2009 yang tak terlupakan atas motivasi dan dukungannya baik materi maupun non materil yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT selalu memberikan kebaikan atas berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 11 Oktober 2016

(9)

v

B.Perumusan dan Pembatasan Masalah………..……9

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 10

D.Tinjauan Pustaka ………... 11

E. Metode penelitian ………..13

F. Sistematika Penulisan……….17

BAB II PENGERTIAN SENI DALAM ISLAM A.Pengertian Seni Musik Islam ……….19

B.Seni Musik dalam Pandangan Islam ………..23

C.Jenis Musik Islami ……….26

1. Musik Gambus………...28

2. Musik Marawis………...30

3. Musik Nasyid……… ……....31

4. Musik Rebana……….32

BAB III POTRET WILAYAH MASYARAKAT KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN A. Kondisi Geografis Kecamatan Jagakarsa ……….…..40

B. Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Kecamatan Jagakarsa…...…42

(10)

vi

BAB IV PERKEMBANGAN SENI REBANA BIANG PADA MASYARAKAT KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

A.Pengertian Rebana Biang ……….………...52

B. Asal Usul Rebana Biang………..………..……53

C.Kondisi Perkembangan Rebana Biang………57

D.Bentuk Penyajian Rebana Biang………...…..64

1. Tata Rias dan Busana Rebana Biang……….…….... 64

2. Para Pemain………...68

3. Kelengkapan Peralatan………..…….….69

4. Tempat Pementasan……….76

E.Usaha dan Upaya dalam Mengembangkan Seni Rebana Biang ……….79

1. Usaha yang Dilakukan Pihak Pemerintah DKI Jakarta………..79

2. Upaya yang Dilakukan Pihak Masyarakat Kecamatan Jagakarsa…...80

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan……….…82

B.Saran ………..83

DAFTAR PUSTAKA ………. 84

(11)

vii

1. Data Tabel Kelurahan di Kecamatan Jagakarsa………41

2. Data Table Sarana Pendididkan di Kecamatan Jagakarsa………44

3. Data Tabel Sarana Peribadatan di Kecamatan Jagakarsa………48

4. Data Tabel Kebudayaan dan Kesenian di Kecamatan Jagakarsa………….49

DAFTAR FOTO DAN PETA 1. Peta Wilayah Kecamatan Jagakarsa……….40

2. Selendang Kain Sarung………...66

3. Celana Panjang………...67

4. Kostum Pemain Rebana Biang………..67

5. Rebana Gendung………70

6. Rebana Kotek……….…………70

7. Rebana Biang………..…………71

8. Tamborin atau Kecrekan………...71

9. Gelung Rebana Biang dari Depan………..72

10. Gelung Rebana Biang dari Belakang………...…..73

11. Kulit Kambing yang belum Haluskan………..….73

12. Kulit Kambing yang sudah Dihaluskan……….74

13.Kayu Rotan dengan diameter 4-5………..74

(12)

viii

16. Stema rebana biang………76

17.Panggung Pementasan………78

(13)

1 A.Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, yang terdiri atas berbagai pulau dan suku bangsa. Setiap suku bangsa di Indonesia pasti memiliki ciri khas

budaya masing-masing. Kata budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa

Sansekerta, yaitu “Buddhayah” yang memiliki arti budi, akal, pikiran, nalar,

akhlak yang dapat diartikan pula sebagai panduan dari seluruh perasaan, pikiran dan ciptaan manusia pada saat tertentu.1 Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kebudayaan adalah kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)

manusia seperti, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.2 Keragaman budaya yang terjadi di Indonesia menghasilkan beragam macam seni budaya.

Perkembangan seni budaya di Indonesia semakin lama semakin berkembang, terlihat dari berbagai macam seni budaya yang dilahirkan manusia. Kreativitas masyarakat sepanjang sejarah meliputi berbagai macam kegiatan, di

antaranya dalam organisasi sosial dan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bidang filsafat, seni, dan bahasa.3 Wujud kebudayaan dalam suatu masyarakat, antara lain meliputi teknologi sistem mata pencarian hidup, sistem kekerabatan, organisasi, bahasa, ilmu pengetahuan dan kesenian. Sekian banyak

1

Dikutip dari alamat web: https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diakses pada tanggal

15 September 2016, 11.30 WIB 2

KBBI, Pusat Bah.asa Edisi Ketiga, (Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 2008), h.

215

3

(14)

wujud kebudayaan yang diciptakan masyarakat, kesenian merupakan salah satu

bagian dari budaya yang diciptakan manusia dan merupakan salah satu unsur dari kebudayaan universal. Perbedaan geografis, suku, bahasa juga akan

mempengaruhi munculnya berbagai apresiasi masyarakat dalam melahirkan budaya. Sebagai mahluk sosial yang memiliki cita rasa tinggi, manusia menciptakan berbagai kesenian. Hampir di setiap wilayah atau daerah di

Indonesia, memiliki bentuk kesenian yang beranekaragam yang menggambarkan ciri khas daerah setempatnya dengan latar belakang sejarah dan konteks sosial

yang berbeda- beda.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman

seni budaya. Banyak macam suku, bangsa dan bahasa di Indonesia. Luasnya kepulauan Nusantara dari Sabang hingga Merauke membuktikan bahwa semua wilayah memiliki seni budaya sendiri yang harus dijaga dan dilestarikan, sebab

peran seni budaya membawa dampak penting dalam membangun identitas daerah serta jati diri suatu bangsa.

Kebudayaan Indonesia senantiasa mengalami perkembangan. Proses

tawar menawar dan tarik menarik antara berbagai unsur budaya dari berbagai lapisan masyarakat baik dalam maupun dari luar mempengaruhi perkembangan

tersebut.4 Bila dilihat dari sudut pandang antropologi-budaya suku bangsa Indonesia yang berada di daerah pedalaman belum banyak mengalami pencampuran jenis bangsa dan budaya luar, seperti India, Arab dan Eropa.

Sebaliknya hal ini terbanding terbalik untuk daerah pesisir, seperti di kota-kota pelabuhan yang menunjukan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih

4

Aswab, Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa, (Jakarta: Yayasan Festifal Istiqlal, 1996),

(15)

berkembang dibandingkan di daerah pedalaman. Hal ini dikarenakan adanya

pencampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.5

Sebagai bangsa Indonesia yang multietnik dan multibudaya serta

sebagian mayoritas masyarakatnya beragama Islam, seni budaya Islam sudah ada sejak masuknya agama Islam ke Nusantara. Ketika itu para mubaliqh

menyampaikan dakwahnya dengan menggunakan seni budaya dalam

penyampaian ajaran Islam, agar mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Proses Islamisasi yang terjadi di Indonesia terjadi karena adanya dua pihak.

Pertama orang-orang muslim yang datang dan mengajarkan agama Islam. Kedua golongan masyarakat sendiri yang menerimanya.6 Cara proses Islamisasi dan saluran-salurannya pun berbagai macam seperti perdagangan, perkawianan, ajaran tasawuf, cabang-cabang seni , dan aspek –aspek budaya lainnya.

Proses islamisasi juga dilakukan melalui cabang-cabang kesenian

seperti seni bangunan, seni pahat, seni tari, seni sastra dan seni musik. Banyak bukti peninggalan Islam yang ditinggalkan di Indonesia, seperti dalam seni bangunan dapat dilihat dari bentuk mesjid-mesjid. Selain itu salah satu

peninggalan seni ukir atau pahat dapat dilihat juga pada batu nisan kuburan pada masyarakat muslim. Proses penyebaran agama Islam melalui seni sastra, tari,

musik, dapat kita lihat pada puisi-puisi Islam, upacara-upacara keagamaan, dan hari besar Islam yang sering dipertunjukkan.7

5

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional III,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 173

6 Marwati dan Notosusanto, Sejarah Nasional III, h. 179

(16)

Agama merupakan salah satu pembangkit daya cipta yang luar biasa

untuk mewujudkan sesuatu yang bernilai seni.8 Secara umum seni Islam merupakan segala hasil usaha dan daya upaya, buah pikiran dari kaum muslim

yang menciptakan sesuatu yang indah.9 Sidi Gazalba dalam bukunya yang berjudul Islam dan Kesenian berpendapat, bahwa kesenian itu mengandung daya tarik yang berkesan untuk menarik sasarannya dan pemanfaatannya sendiri

bertujuan untuk menimbulkan kesenangan yang bersifat estetik (keindahan), juga merupakan naluri atau fitrah manusia.10

Seni yang membahas tentang keindahan atau estetik disebut dalam Islam adalah seni suara atau musik yang biasa disebut Handasah Al-Shaut.

Agama Islam mengajarkan umat muslim agar semua tindakan yang dilakukan berdasarkan pada petunjuk Allah. Dewasa ini, perkembangan dunia musik mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut terjadi karena

masuknya unsur budaya luar dari berbagai belahan dunia. Sehingga banyak menimbulkan berbagai argumen berbeda-beda dalam pandangan Islam. Sebab pandangan terhadap seni musik dalam sejarah kebudayaan Islam sering diartikan

sebagai seni yang negatif.

Islam tidak melarang umatnya untuk mendengarkan seni musik.

Menurut Yusuf Qardhawi dalam bukunya yang berjudul Halal dan Haram

berpendapat bahwa, nyanyian adalah salah satu bentuk hiburan yang dapat menghibur jiwa dan menyenangkan hati. Islam memperbolehkan nyanyian

8 C. Israr, Sejarah Kesenaian Islam II, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 21

9 Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam: Pertumbuhan dan Perkembangannya,

(Bandung: PT Angkasa, 1993), h. 9

10 Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998), cet ke-1,

(17)

asalkan tidak ada unsur kotor, maksiat dan tidak mengandung penghinaan.11 Pemanfaatan seni musik sebagai media dakwah sudah dilakukan sejak zaman dahulu, yaitu melalui musik nasyid, gambus, kasidah.

Beberapa pandangan mengenai hukum musik, seperti Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa musik hukumnya mubah (boleh), namun harus dibatasi dengan sikap yang tidak berlebihan.12 Seni musik dan lagu sudah ada sejak zaman klasik hingga zaman modern. Bahkan mempunyai peran penting dalam menyampaikan dakwah dan pesan-pesan moral. Bahkan para sufi pun

menempatkan seni musik yang mengandung nilai-nilai dakwah sebagai suatu yang sangat penting keberadaannya. Seni musik di dunia Islam dapat dipelajari

dari berbagai sudut pandang, yakni sebagai suatu warisan historis dari abad pertengahan dan zaman kuno, sebagai seni pertunjukan, sebagai cabang ilmu pengetahuan dan sebagai media ketaatan spiritual.

Ketika Islam berkembang di Indonesia hal ini membawa pengaruh terhadap perkembangan seni musik, khususnya dalam seni musik Islam. Dalam peradaban Islam, musik telah berkembang ketika di masa pemerintahan Khalifah

Usman Ibn Affan dan Ali Ibn Thalib yang ketika itu kota Madinah menjadi pusat utama kegiatan seni musik di Timur Tengah.13

Musik bagi organisasi sosial keagamaan, seperti tarekat sufi memainkan peranan penting dalam mempertahankan dan mengembangkan tradisi musik Islam. Bahkan dari segi sejarah, ketika itu Nabi Muhammad dan para sahabat

11 Yusuf Qardhawi, Halal Dan Haram, (Jakarta: Robbani Press, 2005), cet 5, h.

345-346

12 Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni, (Solo: Era Intermedia, 2002), h. 54 13

Abdul hadi W.M, Islam Cakrawala estetika dan budaya, (Jakarta : Pustaka Firdaus,

(18)

pernah berlagu dan berdendang ketika mendirikan masjid Nabawi di Madinah

serta ketika menggali parit untuk perang Khandak. Dahulu juga orang-orang Arab biasa menyanyi dan menyenandungkan lagu sambil memukul alat musik rebana.

Seni rebana merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdapat di Indonesia. Seni musik ini sangat melekat pada masyarakat muslim. Kata rebana berasal dari kata Arba’a dalam bahasa Arab yang berarti empat. Makna bilangan

empat ini mengandung arti prinsip-prinsip dasar agama Islam yaitu melakukan kewajiban terhadap Allah, masyarakat, kepada alam dan melakukan kewajiban

pada diri sendiri14. Pertunjukan rebana biasanya ditampilkan dalam acara-acara tertentu seperti memperingati Maulid Nabi SAW, perayaan hari besar Islam,

khitanan, pernikahan dan lain sebagainya.

Seni rebana tidak hanya terdapat di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Jenis kesenian ini memiliki nama berbeda-beda di setiap Negara

masing-masing, misalnya untuk sebutan rebana di seluruh dunia di Arab disebut Tar, di Sinkiang Cilia disebut Daira, di Maroko rebana disebut Bendir. Dalam istilah bahasa Inggris lebih dikenal dengan Tambourine. Tambourine atau disebut Riq

digunakan di berbagai negara Arab, termasuk Mesir, Irak, Suriah dan lainnya. Sedangkan di Rusia, Ukrania, Slovia, Polandia seni ini disebut dengan Buben,

Lalu untuk negara-negara Asia Tengah disebut Dajre.15 Sedangkan untuk Di Indonesia sendiri memiliki beranekaragan nama atau sebutan untuk rebana.

14 Nirwantoki. Shendrowinoto. dkk, Seni Budaya Betawi Mengiringi Zaman, (Jakarta:

Dinas Kebudayaan Betawi DKI Jakarta, 1998), h. 71-74

15 Jantara: Jurnal Sejarah dan Budaya, Musik dan Lagu, (Yogjakarta : 2012,

(19)

Seperti dalam istilah Jawa lebih akrab disebut Terbang, sedangkan untuk

masyarakat Betawi seni ini lebih akrab di panggil rebana.

Saat ini kesenian rebana sangat melekat pada musik tradisional Betawi

yang dikenal dikalangan masyarakatnya. Dalam masyarakat Betawi seni rebana memiliki nama dan fungsi yang beranekaragam. Berdasarkan pada jenis alatnya yaitu rebana, sumber syair yang dibawakan, wilayah penyebarannya dan latar

belakang sosial pendukungnya, jenis rebana dalam masyarakat Betawi terbagi menjadi rebana ketimpring, rebana ngarak, rebana maulid, rebana hadroh, rebana

dor, rebana kasidah, rebana maukhid, rebana burdah dan rebana biang.16

Rebana biang merupakan salah satu kesenian musik tradisional yang

terdapat di Betawi. Dahulu persebaran rebana biang terdapat di beberapa wilayah seperti Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Bogor. Seiring dengan perubahan zaman serta globalisasi yang semakin berkembang kesenian ini pun satu persatu

terlah sirna keberadaannya. Menurut kesaksian bang Indra, rebana biang di Jakarta saat ini yang masih tetap dijaga kelestariannya hanya terdapat di Ciganjur Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan yang di bawah kepemimpinan H. Abd.

Rahman.17

Dalam penuturan H. Abd. Rahman asal muasal rebana biang di

Ciganjur Kecamatan Jagakarsa bermula dari seorang tokoh yang bernama kumpi Zaenal atau biasa disebut bapak H. Kumis. Ketika itu beliau mengajarkan agama Islam di daerah tersebut lalu sebagai hiburan agar para muridnya tidak merasa

16

Rahmat Ruchiat, dkk., Ikhtisar Kesenian Betawi, ( Jakarta: Dinas kebudayaan DKI

Jakarta, 2000), h. 45 17

Hasil wawancara dengan wakil ketua LKB bang Indra pada hari senin, tanggal 09

(20)

bosan beliau mempertunjukan rebana biang setelah pengajian. Kemudian seiring

perkembangan dari generasi ke generasi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan dalam masyarakat Kecamatan Jagakarsa serta menjadi sebuah pertunjukkan

kesenian tradisional dalam masyarakatnya.

Kondisi perkembangan seni rebana biang pimpinan H. Abd. Rahman tidak semulus seni musik tradisional Betawi lainnya, seperti gambang kromong,

atau tanjidor. Masih dalam penurutan H. Abd. Rahman, rebana biang sempat mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Akan tetapi dengan niat yang

tulus serta ingin menjalankan amanat dari ayahnya beliau tetap berusaha untuk menjaga dan melestarikan seni rebana biang dalam masyarakat Kecamatan

Jagakarsa.

Oleh karena itu, berdasarkan pada perolehan data serta sumber yang penulis dapatkan dari hasil observasi serta wawancara penulis bermaksud

mengkaji persolan tersebut. Berdasarkan data Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, wilayah Kecamatan Jagakarsa tahun 2014 merupakan salah satu wilayah yang memiliki sanggar kesenian terbanyak yakni

41 group kesenian.18 Kesenian musik memiliki jumlah terbesar di antara group kesenian yang lain. Hal ini menandakan masyarakat Kecamatan Jagakarsa lebih

tertarik pada seni musik.

Ketertarikan penulis dalam penelitian ini selain karena usaha dari pelaku seninya yang terus menjaga kesenian ini hal lain juga karena,

18 Sumber data dalam penelitian ini di antaranya wawancara dengan pihak SUDIN

(Suku Dinas) Kota Administrasi Jakarta Selatan dan dokumen berupa naskah serta penulis juga

melakukan pengamatan pribadi/ observasi. Pelaksanaan observasi hari selasa/28 Maret 2016,

(21)

perkembangannya dari generasi ke generasi hingga menjadi salah satu seni rebana

biang yang masih tetap bertahan di DKI Jakarta. Serta menjadi organisasi kesenian resmi yang terdaftar di Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan dan

Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB). Maka dari itu, berdasarkan pada paparan diatas serta landasan itulah penulis melakukan penelitian ini dengan mengambil aspek perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa

melalui sanggar pusaka rebana biang Ciganjur dibawah kepemimpinan H. Abd. Rahman.

B.Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini

menguraikan beberapa permasalahan antara lain mengenai perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa. Penulis juga membatasi

permasalahan penelitian ini di wilayah Jakarta Selatan, melalui sanggar pusaka rebana biang Ciganjur pimpinan H. Abd. Rahman.

Berdasarkan uraian yang penulis paparkan dalam latar belakang,

penulis bermaksud mengkaji tentang perkembangan seni rebana di DKI Jakarta khususnya dalam seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa Jakarta

Selatan. Dalam tulisan ini, permasalahan yang akan diangkat terbagi menjadi beberapa pertanyaan yaitu :

1.Bagaimanakah pengertian seni dalam Islam?

2.Bagaimanakah deskripsi potret wilayah pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan dari segi kondisi geografis, sosial-ekonomi

(22)

3.Bagaimana perkembangan seni rebana biang pada masyarakat

Kecamatan Jagakarsa?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam proses penulisan, penulis akan membahas mengenai perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa. Adapun

tujuan penulisan ini adalah:

1.Mengetahui mengenai pengertian seni dari sudut pandang Islam.

2. Menjelaskan mengenai potret wilayah dan kondisi sosial masyarakat Kecamatan Jagakarsa.

3.Mengetahui bagaimana perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa.

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:

1.Menambah khasanah ilmu pengetahuan pada aspek kesenian yang bernuasa Islam.

2.Memberikan informasi tentang sejarah kesenian Islam khususnya seni

rebana

3.Sebagai sumber informasi atau perbandingan terhadap perkembangan

(23)

D.Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan ini, penulis mencari beberapa referensi tentang seni rebana biang, baik tentang pengertian, asal usul hingga perkembangan rebana

biang. Akan tetapi sejauh penulis dapatkan, belum menemukan pembahasan yang secara spesifik menjelaskan tentang kesenian ini. Adapun sumber referensi lain yang penulis gunakan sebagai bahan acuan yang tentunya masih berkaitan dengan

seni rebana biang seperti:

Buku karya yang ditulis oleh Atik Sopandi, dkk dengan judul Rebana

Burdah dan Rebana Biang. Buku terbitan tahun 1992 yang diterbitkan oleh Dinas kebudayaan DKI Jakarta ini menjelaskan tentang proses penyampaian atau penyajian rebana biang pada masyarakat sekitarnya ketika masa itu dan menjadi

buku acuan penulis dalam melakukan penelitian ini.

Buku rujukan lain adalah terbitan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta

seperti karya Nirwanto Ki S Hendrowinoto, dkk dengan judul Seni BudayaBetawi Mengiringi Zaman, karya Rachmat Ruchiat, dkk dengan judul Ikhtisar Kesenian Betawi, buku ini memang tidak menjelaskan secara spesifik tentang rebana biang,

akan tetapi memberikan gambaran tentang kesenian Betawi secara umum dan mencakup tentang kesenian rebana biang.

Buku-buku karya Yusuf Qardhawi dengan tema tentang seni Islam, berjudul Islam dan Seni, Islam Bicara Seni, Seni dan Hiburan Dalam Islam. Buku ini memberikan gambaran kepada penulis mengenai seni musik dari sudut

(24)

Tidak hanya sumber referensi yang berbentuk buku bacaan, penulis

juga menggunakan referensi lain dalam bentuk jurnal atau penelitian dengan judul

Pertunjukan Seni Rebana Biang Di Jakarta Sebagai Seni Bernuasa Keagamaan

oleh Mahmudah Nur artikel. Buku ini menjelaskan tentang pertumbuhan pertunjukan seni rebana biang di tengah masyarakat hingga aspek pelestarian rebana biang di Jakarta. Bagi penulis, hal ini memberikan informasi mengenai

gambaran perkembangan seni rebana biang di Jakarta.

Bahan rujukan lain yang penulis pakai adalah hasil laporan akhir

tahunan Kecamatan Jagakarsa. Laporan akhir ini dilakukan setiap tahunnya oleh kecamatan Jagakarsa sebagai pertanggung jawaban akhir pada Pemerintah Pusat.

Laporan ini menjelaskan tentang wilayah kecamatan Jagakrasa dari aspek karekteristik wilayah, kebijakan-kebijakan pemerintah daerah dan lain-lain sebagainya. Meskipun tidak menjelaskan tentang seni rebana biang pada

masyarakat Kecamatan Jagakarsa akan tetapi, membantu penulis dalam menjelaskan keadaan masyarakat di kecamatan Jagakarsa.

Maka itu sejauh referensi yang penulis temukan, penulis belum

menemukan hasil penelitian yang menjelaskan tentang perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamata Jagakarsa. Oleh karena itu penulis

(25)

E.Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskritif analitis,

dengan pendekatan sosio-budaya untuk memberikan gambaran dan merekonstruksi peristiwa masa lampau yang bersifat komprehensif.19 Guna mengetahui kronologi peristiwa, pengertian, asal-usul, proses serta faktor-faktor

mengenai kesenian rebana biang di Jakarta.

2. Jenis Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah pengertian

seni dalam Islam, deskripsi tentang geografis, sosial budaya, sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Jagakarsa, dan perkembangan seni rebana biang di masyarakat Kecamatan Jagakarsa.

b. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang keterangannya

diperoleh secara langsung dari orang yang menyaksikan peristiwan secara langsung dengan mata kepala sendiri. Dengan kata lain sumber primer adalah

sumber yang diperoleh dari aktor (pelaku) sejarah dan orang-orang yang menyaksikan langsung peristiwa sejarah. Biasanya data primer berupa dokumen

19

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:

(26)

atau catatan yang ditulis oleh saksi mata yang berkenaan dengan suatu peristiwa.20 Kesaksian lisan juga merupakan sumber primer yang diungkapkan secara lisan.

Dalam mendapatkan data primer penelitian ini, penulis melakukan

kunjungan langsung (observasi lapangan) ke sanggar pusaka rebana biang Ciganjur pada masyarakat kecamatan Jagakarasa. Dengan cara melakukan wawancara kepada ketua sanggar Pustaka Rebana Biang, yakni H. Abd. Rahman

selaku penerus generasi keempat sekaligus pelaku seni yang mengembangkan seni rebana biang, pihak keluarga yang menjadi saksi dalam peristiwa tersebut, pelaku

atau pemain seni rebana biang, serta masyarakat sekitar yang menjadi saksi sejarah dalam mengembangkan seni rebana biang. Selain data wawancara penulis

juga menggunakan buku-buku yang menjadi sumber primer seperti (1) Buku karangan Atik Sopandi, dkk dengan judul Rebana Burdah dan Rebana Biang. Buku ini berdasarkan pada hasil observasi lapangan pada rebana biang di Jakarta.

(2) Buku dengan judul Betawi dalam Seni Sastra dan Seni Suara di DKI Jakarta. Buku ini merupakan hasil penelitian Tim Peneliti Kebudayaan Betawi Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya UI. Semua data tersebut kemudina penulis analisis

dengan tujuan menemukan sumber data yang kredibel.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber yang keterangannya diperoleh dari orang tidak menyaksikan atau orang yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa tersebut. Adapun sumber data sekunder antara lain: pandangan dan tulisan orang

20

Dokumen yang termasuk sumber primer adalah undang-undang dasar, piagam,

otobiografi, dan sebagainya. Lihat dalam buku Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan

(27)

yang memiliki relevansi dengan sumber data primer yang penulis dapatkan dari

berbagai buku, jurnal, media elektronik. Untuk sumber sekunder buku-buku yang penulis gunakan yaitu (1) Buku-buku karangan Yusuf Qardhawi tentang Islam

dan Seni, Islam Bicara Seni, Seni dan Hiburan dalam Islam, (2) Ensiklopedi

Musik, Seni Pertunjukan Tradisional Betawi, Spritual dan Seni Islam, serta buku-buku lain yang relevan dengan pembahasan.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan sumber informasi penelitian ini meliputi data kepustakaan dan observasi lapangan. Dalam melakukan pengumpulan data observasi lapangan penulis melakukan wawancara secara langsung di rumah ketua

sanggar pusaka rebana biang, kepada pihak keluarga, para pelaku seni yang mengetahui tentang seni rebana biang di masyarakat sekitar Kecamatan Jagakarsa.

Kemudian penelitian ini juga menggunakan sumber sekunder sebagai data kepustakaan yang bertujuan sebagai tambahan, penguat dari sumber data primer, seperti buku, hasil penelitian, jurnal yang penulis dapatkan dari

perpustakaan umum dan perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan umum Iman Jamma, perpustakaan Nasional

RI, perpustakaan Daerah DKI Jakarta, perpustakaan umum Universitas Indonesia Depok, dan sebagainya yang masih memiliki keterkitan dengan topik masalah.

4. Analisis data

(28)

berdasarkan relevansi dengan subjek kajian. Kemudian dilakukan analisa untuk

mengungkapkan perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa.

5. Langkah penelitian

Secara umum, metode penelitian ini dilakukan empat langkah penelitian ini diantaranya yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik, interprestasi, dan

historiografi.21 Heuristik adalah kegiatan mengumpulkan dan penelusuran sumber data melalui pelacakan berbagai dokumen, serta wawancara dengan informan

terkait penelitian ini. Adapun sumber primer yang bersifat tertulis, berupa sumber yang diterbitkan seperti biografi maupun tidak di terbitkan seperti sumber tertulis di arsip, dokumen negara atau dokumen pribadi. Sumber data sekunder berupa

buku-buku terkait, tesis. disertasi, jurnal, serta sumber elektronik dari website milik instansi resmi daerah maupun pemerintah.

Pengumpulan sumber-sumber yang penulis lakukan dengan menggunakan metode penelusuran kepustakaan (library researh) dan observasi lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengunjungi lembaga-lembaga

pemerintahan yang memiliki arsip terkait tema penelitian seperti arsip kantor Kecamatan Jagakarsa untuk memperoleh data berupa gambaran kondisi

masyarakat Kecamatan Jagakarsa. Selanjutnya berkunjung ke berbagai perpustakaan seperti perpustakaan, baik perpustakaan umum seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Iman Jamma, perpustakaan Nasional RI,

perpustakaan Daerah DKI Jakarta, perpustakaan Dinas Pariwisata dan

21

Dudung abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: logos Wacana Ilmu,

(29)

Kebudayaan DKI Jakarta dan sebagainya yang tentunya berkaitan dengan topik

penelitian.

Pada tahap terakhir dilakukan pengujian terhadap fakta dan data sejarah

yang sudah di kumpulkan.22 Kritik ekstern dilakukan untuk menguji keaslian sebuah sumber sejarah. Sedangkan kritik intern dilakukan untuk menguji validitas data sejarah. Langkah interprestasi adalah upaya menafsirkan data berdasarkan

persepktif tertentu sehingga fakta menjadi struktur yang logis. Kemudian diakhiri dengan langkah histrografi, yakni proses menuliskan hasil penafsiran menjadi

kisah sejarah yang utuh versi penulis.

Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian ini

adalah buku Pedoman Penulisan Karya lmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan penelitian ini, penulis membagi menjadi lima bab. Lima bab tersebut terdiri dari beberapa sub bab dalam pembahasannya yakni

sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan.

Bab kedua ini menguraikan tentang pengertian seni dari sudut pandang

Islam. Dalam bab ini akan di jelaskan tentang pengertian seni musik Islam, seni musik dalam pandangan Islam, dan jenis seni musik Islam.

22

(30)

Bab ketiga,,berisikan tentang potret wilayah masyarakat Kecamatan

Jagakarsa Jakarta Selatan. Pembahasan ini akan menguraikan tentang kondisi geografis, keadaan sosial ekonomi serta sosial budaya pada masyarakat

Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.

Bab keempat, membahas perkembangan seni rebana biang pada

masyarakat Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Bab ini memaparkan tentang

pengertian rebana biang, asal usul rebana biang, kondisi perkembangan rebana biang, bentuk penyajian rebana biang dan usaha dan upaya dalam

mengembangkan seni rebana biang.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari

(31)

19

BAB II

PENGERTIAN SENI DALAM ISLAM

Islam adalah agama yang mencintai keindahan. Keindahan tersebut dapat kita lihat melalui sebuah seni. Seni tersebut beragam baik itu seni rupa, seni suara, seni tari, seni musik, seni sastra dan lain-lain. Kita ketahui bahwa

kedatangan budaya dari luar atau asing, seperti Cina, Arab, India, Eropa, Jepang melalui beberapa hubungan perdagangan, agama dan politik memberikan dampak

yang signifikan terhadap perkembangan kehidupan budaya kesenian khususnya seni musik di Indonesia. Di dunia yang serba modern, kini keberadaan musik telah

dijadikan ajang aspirasi dari setiap manusia untuk mengeksperikan perasaannya, baik itu gembira maupun sedih. Dalam pembahasan bab ini penulis akan menjelaskan tentang pengertian seni dalam Islam yang pada sub-babnya

menerangkan tentang pengertian seni musik, seni musik dalam pandangan Islam, serta jenis musik islami di Indonesia.

A.Pengertian Seni Musik

Bila membahas masalah musik erat hubungannya dengan seni, sebab

musik1 merupakan bagian dari seni. Ensiklopedi Indonesia menerangkan bahwa seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, yang lahir dengan perantara alat komunikasi ke dalam bentuk yang ditanggap oleh

1

Istilah musik berasal dari Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi

(32)

indera pendengar (seni suara), indera penglihat (seni lukis), atau

perantara gerak (seni tari, drama).2 Sedangkan seni itu sendiri merupakan sesuatu yang bernilai indah serta merupakan bagian dari kebudayaan yang hampir semua

orang menyukainya karena sifatnya yang universal.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, seni adalah halus, indah dan baik. Seni sering diartikan sebagai suatu kreasi, bentuk, dan simbol dari perasaan

manusia. Kesenian adalah usaha atau daya pikiran naluriah manusia yang bersifat indah dan biasanya berhubungan erat dengan hati dan perasaan manusia. Banyak

pendapat lain mengartikan arti kesenian yaitu:

1. Kesenian adalah hasil atau barang sesuatu yang diciptakan manusia

sehingga menghasilkan keindahan dan untuk mewujudkan rasa keindahan,

2. Kesenian adalah rasa halus yang dipergunakan untuk mengekspresikan

diri,

3. Kesenian adalah kesatuan dari ide dan gambaran dalam pikiran.3

Penjelasan tersebut menerangkan bahwa kesenian adalah ungkapan rasa halus yang dimanifestasikan sebagai ciptaan atau buah pikiran manusia yang

hasilnya mengandung unsur keindahan.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Herbert Read yang mengatakan bahwa seni adalah usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.

Hashim Musa berbendapat seni adalah segala kegiatan yang melahirkan sesuatu

2

Hasan Sadeli, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 1037

3

(33)

yang indah, dan segala hasil yang indah lahir dari kegiatan itu, sedangkan Dr.

Hamka melihat seni dari sudut pandang Islam. Menurutnya seni yang sampai kepada manusia adalah gabungan antara rasa keindahan dan rasa kesempurnaan

dengan rasa kemuliaan.4

Seni Islam dapat diartikan suatu seni yang dihasilkan oleh seniman muslim atau suatu seni yang sesuai dengan apa yang dibayangkan oleh seorang

muslim.5 Seni Islam yang menggambarkan keindahan dapat membangkitkan keindahan dan kesempurnaan yang hakiki yang mendekatkan diri kepada Allah

SWT.6

Berbicara mengenai pengertian musik terlebih dahulu kita harus

memahami definisinya. Dalam sejarah kehidupan manusia, musik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sejalan dengan perkembangan hidup. Seni musik merupakan bagian dari proses kreatif manusia dalam mengelola

bunyi-bunyian yang tercipta oleh alam.

Suhastjarja, seorang dosen dari Institut Seni Indonesia Yogjakarta, mengatakan bahwa musik ialah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu

konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi lainya yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang

waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan hidupnya

4

Dapat dilihat dalam buku terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian

Kebudayaan Belia dan Sukan Bandar Seri Begawan, Simposium Serantau Sastera Islam, (Brunei

Darussalam: Percetakan dan Perniagaan Avesta Sdn, Bhd., Brunei Darussalam, 1996), h. 70-71

5

Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam, h. 9 6

Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Kebudayaan, Simposium Serantau Sastera

(34)

sehingga dapat dimengerti dan dinikmati.7 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) musik memiliki dua arti :

a) Musik adalah ilmu atau seni yang menyusun nada atau suara dalam

urutan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan,

b) Musik adalah nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

mengandung irama, lagu, dan keharmonisan.8

Definisi lain dalam kamus musik menyebutkan bahwa musik adalah

bunyi riil (akustis), suatu peristiwa yang dialami dalam dimensi ruang dan waktu, namun musik melebihi bunyi alamiah seperti suara angin.9

Dari banyaknya beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa seni musik adalah ekpresi jiwa manusia dalam menyusun suara atau bunyi yang didalamnya mengandung irama, lagu, dan keharmonisan baik

berupa vokal atau nyanyaian melalui alat-alat musik. Musik memiliki beberapa fungsi di antaranya dapat menenteramkan pikiran dari beban manusia, dan menghibur tabiat manusia.10

Sepanjang sejarah, Musik juga telah masuk ke dalam perayaan-peryaan keagamaan dan dalam siklus kehidupan manusia, seperti kelahiran, pengkhitanan,

dan perkawinan. Sebelum Islam datang setiap kaum atau bangsa pasti memiliki

7

Soedarsono, Pengantar Apresiasi Seni, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), h. 13-14

8

Ensiklopedi Indonesia jilid IV, (Jakarta: PT Ikthiar Baru-Van Hoege), h. 602

9

Karl Edmund Prier, Kamus Musik, (Yogjakarta : Pusat Musik Liturgi, 2009), h. 123

10

Syyed Hossein Nasr, Spiritual Dan Seni Islam,(Bandung, Penerbit Mizan, 1993), h.

(35)

tradisi musik tertentu, namun ketika musik telah mendapat sentuhan dari estetika

Islam musik tersebut mengalami transformasi. Menurut Abdul Ghani an-Nabulasi dan Muhammmad ad-Dhalimi asal usul seni Islam adalah tajwid, yakni aturan

dalam membaca ayat-ayat al-Quran seindah-indahnya, sambil berusaha menghindar dari kekeliruan pembacaan.11

B.Seni Musik Dalam Pandangan Islam

Seni dalam arti keindahan merupakan bagian dari ajaran Islam. Islam

mengajurkan keindahan, karena Allah itu Maha indah dan suka keindahan. Islam merupakan agama yang memberikan perhatian besar pada keindahan, baik keindahan yang berupa tulisan maupun lisan. Akan tetapi masih ada persoalan

yang masih diperdebatkan oleh kalangan umat Islam hingga saat ini. Masalah tersebut mengenai seni musik. Persoalan masalah seni musik masih menjadi

perdebatan bagi kalangan umat Islam yang terbagi menjadi tiga yaitu;

1. Golongan pertama adalah golongan yang menerima atau membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengarkan segala macam nyanyian dan

musik dengan anggapan bahwa hal itu diperbolehkan, sebagai bagian dari kebahagian hidup yang dihalalkan oleh Allah SWT. untuk

umatnya.

11

Abdul hadi W.M, Islam Cakrawala Estetika dan Budaya, (Jakarta : Pustaka Firdaus,

(36)

2. Golongan kedua adalah pihak yang menutup rapat-rapat telinga mereka,

terlebih lagi apabila yang menyanyi seorang wanita, sebab menurut pandangan mereka suara wanita itu aurat.

3. Golongan Ketiga adalah mereka bersikap ragu-ragu di antara kedua pendapat tersebut, sekali waktu condong kepada golongan pertama pada saat lain condong kepada golongan kedua. Mereka menunggu putusan

dan jawaban yang memuaskan dari ulama-ulama Islam dalam hal seni musik ini.12

Kontekstualisasi seni suara saat ini dapat diambil dari nada-nada, irama-irama atau bunyi suara bacaan al-Qur’an yang indah. Ismail Raji al-Faruqi, dalam kitab Mu’jam al Mufahros fi al fazil al-Qur’an mengatakan bahwa bacaan

al-Qur’an merupakan handasah al-shaut (seni suara) yang dapat didengar di mana-mana.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Yusuf al-Qardhawi tentang boleh atau tidakkah musik di kalangan umat Islam. Beliau mengatakan, bahwa musik itu di bolehkan dengan catatan sebagai berikut:

1. Subtansi atau isi nyanyian harus sesuai dengan etika dan ajaran Islam yang memang sudah diatur,

2. Janganlah gerak-gerik seorang penyanyi dapat membangkitkan hawa nafsu dan meninbulkan fitnah,

3. Janganlah perbuatan itu dilakukan secara berlebihan, sehingga

melalaikan untuk mengerjakan semua perintah Allah,

12

(37)

4. Janganlah seni suara itu disertai dengan hal-hal yag diharamkan.13

Dalam dunia Islam, musik dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang

yakni; Pertama sebagai suatu warisan historis dari abad pertengahan dan zaman kuno. Kedua sebagai pertunjukan. Ketiga sebagai cabang ilmu pengetahuan dan sebagai media ketaatan spritual.

Musik dalam sejarah Islam memainkan peranan yang cukup penting, serta hadir dalam bentuk seni yang sangat popular dan penting, bahkan dalam

dunia tarekat sufi musik berguna sebagai makna spiritual melalui praktik-praktiknya.14 Dalam sudut pandang spiritual, musik mempunyai arti penting tidak hanya sekedar musik melainkan juga dalam hubungannya dengan syair, seperti dalam karya Jalal Al-Din Rumi.

Berdasarkan dari pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

mengenai seni suara apabila digunakan pada hal-hal yang positif bagi kehidupan manusia, maka ia menjadi sesuatu yang mubah dalam kehidupan. Begitu sebaliknya apabila dijadikan sebagai sarana demoralisasi atau perbuatan maksiat

maka akan menjadi terlarang atau haram.

13 Pernyataan Yususf al-Qardhawy dikutip dalam H. Mu’amal Hamidy,

Halal dan

Haram Dalam Islam, (Surabaya: Penerbitan Bina Ilmu, 1990), h. 416-417

14

John L, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, (bandung : Penerbit Mizan,

(38)

C. Jenis Musik Islami

Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki daya kreatifitas yang akan terus-menerus berkembang yang dapat mengahasilkan sebuah karya yang

berbeda-beda, manusia juga memiliki kemampuan memandukan antara satu suara dengan suara lainnya dalam susunan yang harmonis yang pada akhirnya melahirkan sebuah musik yang dapat menyebabkan kegembiraan atau kesedihan

pendengar atau penikmatnya. Pada tahap perkembangan selanjutnya, musik berkembang bersamaan dengan berkembangnya suatu bangsa. Sebab, kualitas

musik dapat dijadikan salah satu indikator bagi kualitas kebudayaan suatu bangsa atau jati diri kepribadian bangsa dengan kebudayaan bangsa lain.

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memilki wilayah geografi

yang sangat luas dan budaya beragam. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang beragama, hampir mayoritas masyarakatnya beragama Islam terjadi

pertemuan antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan asli atau setempat yang telah hidup lebih dahulu di wilayah Indonesia, serta pertemuan antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan -kebudayaan dari luar.

Keanekaragaman bentuk musik yang beragam di Indonesia timbul dari pertumbuhan dan perkembangan pada daerah setempat, seperti menemukan musik

gamelan, musik yang mengandung unsur Cina, Arab, India dan lain-lain. Musik atau seni suara sudah ada ketika lahirnya peradaban manusia di dunia. Musik merupakan cabang kesenian yang menggunakan media suara sebagai bentuk

ungkapan perasaan dan nilai kejiwaan manusia yang dianggap paling tua.

Ragam seni musik di Indonesia selalu mengalami perkembangan dari

(39)

religi. Fungsi musik di Indonesian memiliki fungsi tertentu, yaitu musik sebagai

musik dan musik yang berfungsi sesuai keberadaannya. Musik yang berfungsi sebagai musik artinya mendengarkan musik instrumentalia pada malam hari

ketika menjelang tidur, lalu musik yang berfungsi sebagai pengiring, misalnya pengiring lagu, tarian, drama, gerak jalan, dan sebagainya.15 Indonesia memiliki musik Islam baik dilihat dari bentuk maupun isinya. Musik Islami adalah musik

yang bertemakan keislamam, baik dalam lirik dan syairnya mengandung unsur ajaran-ajaran Islam, nasihat untuk mengikuti perintah-perintah Allah swt dan

menjauhi larangan-Nya, dan ajakan bertaqwa kepada Tuhan-Nya.

Dalam sejarah musik, penyajiannya dapat di tampilkan berbagai

macam; Pertama, cara penyajiannya dengan menggunakan seni suara disebut musik vokal, seperti paduan suara, dan acapela. Kedua, cara penyajiannya dengan alat-alat musik biasa disebut musik instrumental, seperti pertunjukan-pertunjukan

musik orckestra, dan musik-musik klasik. Ketiga, kombinasi antara musik vokal dan musik instrumental. 16

Dikalangan masyarakat terdapat berbagai jenis musik islami, seperti

qasidah, gambus, qit’a (penggalan syair), ghazal (biasanya berbentuk puisi yang kemudian dilagukan), mawal (lagu tentang keindahan). Sedangkan untuk musik

instrument adalah musik yang menggunakan alat-alat saja, seperti tanbu, qasaba, tabl (dram) dan duff (tamborin). Jenis alat musik ini biasa dipergunakan untuk menguatkan bunyi dan jalan irama. Di Indonesia sendiri terdapat ragam jenis

15

Ensiklopedi Jakarta, (Jakarta : PT Lentera Abadi, 2009), h. 58

16

(40)

musik islami yakni melalui musik gambus, marawis, nasyid serta rebana yang

memiliki ragam nama serta fungsi yang berbeda-beda dalam maknanya.

1. Musik Gambus

Gambus merupakan seni musik islami di Indonesia. Gambus adalah salah satu alat musik petik sejenis gitar, dengan kotak resonator17 yang berbentuk cembung yang ketujuh dawainya dimainkan dengan jari atau plektrum18. Gambus memiliki berbagai macam arti di Indonesia , pertama musik yang dihasilkan dari

orkes gambus di kalangan masyarakat Jakarta dan Sumatera Selatan, kedua alat musik petik berdawai yang dikenal di beberapa daerah seperti, Jakarta, Lampung, Riau, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, ketiga

jenis tarian rakyat yang berasal dari daerah Bangka, dan di Sumatera Selatan jenis tarian rakyat ini di dibawakan secara berpasangan dengan diiringi sebuah gambus.

Dalam bahasa Arab namanya adalah qopuz diambil dari kata bahasa Afrika Timur, yaitu gabbus. Sedangkan di Indonesia instrumen ini telah berubah menjadi nama sebuah orkes dengan nada yang dimiliki bercorak Islam.19 Musik gambus berkembang pesat pada Negara-negara Timur Tengah, khususnya Mesir.

17

Resonator adalah benda yang ikut bergetar sehingga memperkeras bunyi, seperti

badan gitar yang berrongga adalah resonator dimana udara didalamnya rongga turut bergetar.

Dilihat dalam buku Pono Banoe, Kamus Istilah Musik, (Jakarta: CV. Baru, 1985), h.207

18

Plektrum adalah bilah kecil yang terbuat dari kayu, tanduk atau bahan jenis lainnya

yang digunakan sebagai pemetik pada beberapa alat musik petik. Dilihat dalam buku M. Soeharto,

Kamus Musik, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), h. 100

19

(41)

Pada Negara Timur Tengah musik gambus kini telah dibuat menjadi sebuah

orckestra yang besar seperti orkes symponi di Negara-negara Barat. Di Indonesia musik gambus berkembang di tempat-tempat berkembangnya agam Islam.

Hampir semua kota di Indonesia yang diantara banyak penduduknya yang memeluk agama Islam, biasanya lahir musik gambus.

Awal mula masuknya musik dan alat musik gambus ke daerah-daerah

di Indonesia bermula dari masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia, sehingga menghasilkan warna musik bernafaskan Islam dengan syair berbahasa

Arab. Dalam perkembangannya musik gambus juga menggunakan syair Melayu dan India, dan juga dengan lagu-lagu daerah. Meskipun memiliki beragam variasi

musik gambus tetap tidak menghilangkan warna dari nada Timur Tengah. Musik gambus Jakarta juga disertai dengan alat musik Barat, seperti gitar, biola, organ dan sebagainya yang dibutuhkan dalam penampilannya. Berbeda dengan alat

musik gambus dari Sumatera Selatan memiliki kekhasan sendiri, baik penampilan maupun iringan musiknya.

Berdasarkan pengamatan, musik gambus biasanya dimainkan oleh

warga keturunan Arab. Hal ini berkaitan dengan lagu-lagu yang ditampilkan pada awalnya dalam bentuk syair dalam bahasa Arab. Peralatan musik gambus

(42)

Salah satu tokoh musik gambus di Jakarta yang terkenal diantaranya adalah Zein

Alhaddad.20

2. Musik Marawis

Musik marawis merupakan salah satu jenis musik tepok dengan perkusi sebagai alat utamanya. Nama marawis sendiri diambil dari alat musik yang

dipergunakannya. Kesenian marawis berasal dari Negara Timur Tengah terutama dari Negara Yaman. Secara keseluruhan, musik ini menggunakan alat-alat yang

terdiri dari tiga jenis, yakni:

3. Hajir adalah gendang besar dengan berdiameter 45 cm dengan tinggi 60-70 cm dengan kedua gendang tertutup, serta garis tengah 10 cm.

4. Marawis adalah gendang kecil berdiameter 20 cm dengan tinggi 19 cm. Alat ini berjumlah enam buah dan termasuk alat yang paling banyak

dipergunakan untuk pementasan.

5. Tumbuk adalah sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang, memiliki diameter yang berbeda pada kedua sisinya, serta papan tepok,

yakni dua potong kayu bulat berdiameter 10 sentimeter. Kadang kala ditambahkan dengan tamborin atau krecek, biola, seruling.

Lagu-lagu yang dibawakan diiringi dengan jenis pukul atau nada tertentu, seperti zafin, sarah, dan zahefah.21 Selain itu lagu yang sering

20

Dikutip dari alamat web http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Gambus

(43)

dinyanyikan biasanya bergenre gambus atau padang pasir. Para pemain biasanya

berasal dari turun temurun yang terdiri dari minimal sepuluh orang, yang sebagian besar masih memiliki hubungan keluarga.22 Musik marawis sering juga ditampilkan dalam acara hajatan, seperti acara pernikahan maupun khitanan. Pemain marawis sebagian besar adalah pria, dengan menggunakan busana muslim yang sopan sebagai kostumnya dan biasanya menggunakan peci sebagai penutup

kepala.

3. Musik Nasyid

Nasid juga merupakan salah satu jenis musik islami. Nasyid adalah salah satu seni Islam dalam bidang suara. Lagu yang dinyanyikan biasanya

mengandung kata-kata nasihat, kisah para nabi, pujian kepada Allah SWT. dan lain-lain. Nasyid dibawakan dengan cara acappela dengan diiringi gendang.

Nasyid hadir di Indonesia sekitar era tahun 80-an bermula ketika para aktivis kajian Islam yang mulai tumbuh di kampus-kampus pada saat itu. Syair yang digunakan asli berbahasa Arab. Namun seiring perkembangan nasyid ada yang

dibawakan dengan berbahasa Indonesia. Nasyid juga dibawakan ketika perayaan hari besar Islam.

21

Pukulan Zafin digunakan untuk mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas

dipanggung, seperti lagu berbalas pantun. Pukulan Sarah digunakan saat mengarak atau mengiringi

pengantin. Dan pukulan Zahefah digunakan untuk mengiringi lagu-lagu majlis.

22

Yayasan untuk Indonesia, Ensiklopedi Jakarta II: Culture & Heritage, (Jakarta:

(44)

Ustad Abdullah Gymnastiar, berpendapat nasyid adalah bagian dari seni

Islam yang harus menjadi bagian dari dakwah Islam sepanjang syairnya benar dan ada di jalan yang di ridhoi Allah dan penyajiannya benar-benar tulus karena

Allah. Oleh karena itu tidak cukup dengan memperindah suara, namun yang terpenting adalah memperbaiki akhlak para penasyidnya agar nasyid mampu menembus relung hati dan mampu merubah sikap para pendengarnya.23

Nasyid pertama kali hadir di Indonesia ketika dibawakan oleh sekelompok dakwah al-Arqam dari Negara Jiran Malaysia. Mereka menggunakan

nasyid sebagai salah satu metode dakwah mereka serta dalam penyampainnya menggunakan syair yang enak didengar.

4. Musik Rebana

Kesenian rebana sering dikaitkan dengan kesenian tradisional Islam.

Kesenian tradisional adalah bentuk seni yang bersumber dan berakar, serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungannya. Kesenian tradisional selalu berkaitan dengan adat istiadat yang berbeda antara satu

kelompok dengan kelompok lain. Rebana merupakan alat musik yang memiliki ukuran yang bervariasi dalam bentuk yang rata-rata pipih, terbuat dari sehelai

23

Pendapat Abdullah Gymnastiar yang dikemukakan dalam pembukaan album nasyid

The Fikr dengan tema cinta yang diproduksi oleh PT. Mutiara Qalbun Salim. Terdapat dalam

(45)

kulit yang direntangkan pada bingkai kayu yang bundar dan pada bingkainya

sering ditambahkan beberapa logam pipih.24

Konon kata rebana berasal dari kata Arbaa (bahasa Arab) yang

bermakna empat. Bilangan empat ini mengandung arti prinsip-prinsip dasar agama Islam yaitu melakukan kewajiban terhadap Allah, masyarakat, kepada alam dan melakukan kewajiban pada diri sendiri.25 Rebana merupakan alat musik yang cukup popular di masyarakat Muslim. Rebana memiliki sebutan yang luas seperti robana, rabana, terbana, trebang atau terbang. Rebana dalam istilah Jawa lebih

akrab disebut “Terbang” dan dalam istilah bahasa Inggris lebih dikenal dengan “Tambourine”. Tamborine atau disebut Riq digunakan di berbagai negara Arab,

termasuk Mesir, Irak, Suriah dan lainnya. Sedangkan di Rusia, Ukrania, Slovia, Polandia alat perkusi ini disebut dengan Buben, Lalu untuk negara-negara Asia Tengah disebut Dajre.26 Pada hakekatnya instrumen musik rebana sudah ada sejak empat belas abad yang lalu yaitu pada zaman Nabi Muhammad SAW. Instumen ini masuk ke Indonesia ketika penyebaran agama Islam ke Nusantara. Hampir seluruh daerah di Indonesia, terutama di daerah yang wilayahnya kental dengan

budaya Islam mengenal alat ini dengan baik.27

24

Abdul Chaer, Foklor Betawi Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi, (Jakarta:

Masup Jakarta, 2012), h. 201

25

Nirwantoki. SHendrowinoto. dkk, Seni Budaya Betawi Mengiringi Zaman, ( Jakarta

: Dinas Kebudayaan Betawi DKI Jakarta, 1998), h. 71-74

26

Jantara: Jurnal Sejarah dan Budaya, Musik dan Lagu, (Yogjakarta : 2012,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), h. 145-150

27

(46)

Berdasarkan literatur sejarah kesenian yang diterbitkan oleh direktorat

Sejarah dan Nilai Tradisional tahun 1990, instrument musik rebana masuk ke Indonesia kurang lebih pada abad enam belas Masehi, kemudian perkembangan

agama Islam di Indonesia memberikan pengaruh terhadap perkembangan seni rebana. Hal ini terjadi sejak tahun 1945 hingga saat ini. Perkembangan ini ditandai dengan banyaknya kegiatan festival-festival seni rebana yang dimulai dari tingkat

desa hingga sampai pada tingkat nasional, serta banyaknya pergelaran-pergelaran seni rebana, baik di panggung hiburan yang sifatnya resmi maupun yang tidak

resmi.28

Hampir di seluruh wilayah di Indonesia, seperti terdapat madrasah,

majlis, taklim, masjid dan pesantern, juga terdapat kesenian ini. Rebana biasa dimainkan oleh lelaki sambil membawakan lagu bernuasa Islami yang berisi pujian terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad atau mengenai hukum dan

ajaran Islam. Busana para pemain dan penyanyi rebana selalu berupa celana panjang, baju, dan kopiah untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan berupa kerudung pada leher, celana panjang, gaun panjang, serat cadar penutup kepala.29

Di Jakarta khususnya masyarakat Betawi terdapat berbagai macam jenis rebana dengan nama, manfaat, dan penggunaan yang berbeda-beda dari yang

ukuran terkecil hingga ukuran yang besar, yaitu ketimpring, hadroh, kasidah, maukhid, biang.30

28

Wirya, Bermain rebana, h.2

29

Indonesia Heritage, Seni Pertunjukan, (Jakarta: Grolier Internasional. Inc, 2002), h.

66-67

30

(47)

a. Rebana Ketimpring

Rebana ketimpring adalah jenis rebana yang paling kecil. Garis tengah hanya berukuran 20 sampai 25 cm. Sebutan rebana ketimpring dikarenakan

adanya tiga pasang kerincingan, bentuknya semacam kecrek yang dipasang pada badan rebana yang terbuat dari kayu yang menurut istilah setempat kayu itu

disebut “kelongkongan”. Rebana ketimpring ini mempunyai dua fungsi yaitu

sebagai rebana ngarak dan maulid.

b. Rebana Hadroh

Sama halnya dengan rebana ketimpring akan tetapi ukuran rebana

hadroh lebih besar. Rebana hadrah adalah jenis rebana yang menggunakan tiga buah rebana yaitu, pertama“bawa” untuk irama pukulannya cepat, yang berfungsi sebagai komando, kedua ” seling” untuk saling mengisi dengan “bawa”, ketiga

gedug berfungi sebagai bas. Alat rebana ini memiliki garis tengahnya rata-rata 30 cm. Lagu rebana hadroh diambil dari syair Diiwan Hadroh dan syair Addibaai.

c. Rebana Kasidah

Rebana kasidah merupakan seni musik Islam yang sangat populer. Jenis

musik ini merupakan perkembangan dari rebana dor.31 Kasidah merupakan bentuk

31

Rebana Dor adalah jenis rebana yang fleksibel karena dapat digabungkan pada

semua jenis rebana lain. Jenis rebana ini terdapat lubang-lubang kecil untuk tempat jari pada

kelongkongannya. Rebana ini digunakan untuk mengiringi lagu-lagu yang berasal dari Timur

Tengah, seperti Shikah, Resdu, Yaman Hezas, Bani Sakadan sebagainya, oleh sebab itu rebana

Dor biasa disebut rebana lagu. Lihat dalam E. Sjahrial, Ikhtisar Kesenia Betawi, (Jakarta : Dinas

(48)

puisi Arab yang sudah ada sebelum datangnya Islam, akan tetapi setelah

datangnya Islam kasidah kini menjadi milik Islam sebab ketika itu digunakan sebagai media pemahaman tentang Islam dan sebagai alat dakwah dalam syiar

Islam.32

Kasidah (qasidah, qasida dalam bahasa Arab) adalah bentuk syair epik kesusastraan Arab yang dinyanyikan. Penyanyi menyanyikan lirik berisi

pujian-pujian untuk kaum muslim dan biasanya lagunya mengandung unsur-unsur dakwah Islamiyah dan nasihat-nasihat baik sesuai ajaran Islam . Lagu-lagu yang

dinyanyikan biasanya dengan penuh irama kegembiraan yang hampir menyerupai irama Timur Tengah yang diiringi dengan instrument rebana. Banyak bentuk dari

qasidah, salah satunya Qasidah Burdah33 dan Qasidah Barzanji. Banyak dari

golongan remaja bahkan ibu-ibu menyukai kesenian ini yang membuat perkembangannya menjadi kian pesat. Syairnya pun tidak terbatas berbahasa

Arab, ada juga yang berbahasa Sunda, Jawa dan sebagainya dengan bernuansa Islam. Rebana kasidah biasa dimainkan oleh pria, wanita atau campuran.34 Hingga saat ini rebana kasidah masih tetap berkembang.

Di Jakarta seni kasidah sangat pesat pertumbuhannya. Hal tersebut membuat Gubenur DKI Jakarta yaitu, R. Supranto pada periode 1982-1987

32

Ensiklopedi Musik jilid I, h.137-138

33

Qasidah Burdah merupakan salah satu karya sastra Arab klasik karangan Imam

al-Bushiry yang ditulis pada abad ke13 Masehi. qasidah burdah menjadi salah satu karya sastra yang

popular selama berabad-abad yang mendapat sambutan dalam sejarah perkembangan sastra dunia

sepanjang zaman.

34

Yayasan Untuk Indonesia, Ensiklopedi Jakarta : Culture & Heritage buku III,

(49)

mengkukuhkan seni kasidah menjadi suatu lembaga seni pada tanggal 11 Maret

1985, yang dinamakan Lembaga Seni Qasidah Indonesia (LASQI) sebagai wadah untuk menampung aspirasi masyarakat dalam hal seni musik, serta

mengembangkan seni musik Islam di Indonesia. Salah satu penyanyi kasidah yang sangat terkenal di Indonesia adalah Hj. Rofiqoh Darto Wahab, Hj Nur Asiah Jamil.

d. Rebana Maukhid

Rebana maukhid pada awalnya tidak terlepas dari peran seorang mubalig bernama Habib Hussein Alhadad. Beliau adalah orang yang

mengembangkan rebana ini pertama kali. Ukuran rebana ini lebih besar dari rebana hadroh, sekitar 40 cm dan lebih kecil dari rebana burdah yang berukuran sekitar 50 cm. Keberadaan rebana maukhid bukan semata-mata untuk sebuah

pertunjukan, akan tetapi ditujukan sebagai pengisi acara tablig.

e. Rebana Biang

Rebana Biang adalah rebana yang memiliki ukuran besar dibandingkan jenis rebana yang lain. Rebana biang terdiri dari empat jenis yakni; yang paling

(50)

Seni yang dianggap sebagai bahasa universal diharapkan mampu

menjadi sarana untuk mengajak setiap mahluk hidup untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan tercela serta mampu membangun kehidupan yang

berkeadaban dan bermoral. Dalam Islam khususnya seni yang bernafaskan Islam dasar pemikirannya adalah niat untuk beribadah kepada Allah swt. Pada tahap selanjutnya, pemaparan tentang seni musik islami akan di khususkan pada

masyarakat Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Pada pembahasan Bab III akan menjelaskan tentang kondisi wilayah masyarakat Kecamatan Jagakarsa, serta

(51)

39

BAB III

POTRET WILAYAH MASYARAKAT KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

DKI Jakarta merupakan wilayah yang cukup luas dan terbagi menjadi berbagai kota administrasi, seperti kota administrasi Jakarta Barat, kota

administrasi Jakarta Timur, kota administrasi Jakarta Pusat, kota administrasi Jakarta Utara, kabupaten Kepulauan Seribu dan kota administrasi Jakarta Selatan.

Dasar pembentukan kota administrasi Jakarta Selatan adalah

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Pronvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah

kota administrasi Jakarta Selatan memiliki luas wilayah seluas 145,73 Km² yang terbagi dalam 10 kecamatan. Kecamatan Jagakarsa merupakan sebagian dari sepuluh kecamatan dalam lingkup pemerintah kota administrasi Jakarta Selatan

yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubenur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1251 tahun 1986 tentang Pemecahan, Penyatuan, Penetapan Batas,

Perubahan Nama Kelurahan yang Sama atau Kembar dan Penetapan Luas Wilayah Kelurahan di DKI Jakarta.

Pembahasan dalam Bab ini akan membahas mengenai kondisi geografis

(52)

A.Kondisi Geografis Kecamatan Jagakarsa

Secara geografis wilayah Kecamatan Jagakarsa terletak pada 06º 15’

40,8’’ LS dan 106 45’ 00,0” BT. Wilayah Kecamatan Jagakarsa merupakan salah

satu dari sepuluh kecamatan yang ada dalam lingkungan kotamadya Jakarta Selatan. Kecamatan Jagakarsa merupakan bagian Selatan Provinsi DKI Jakarta

yang berbatasan langsung dengan kotamadya Depok Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kecamatan Jagakarsa merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan

dalam wilayah kota administrasi Jakarta Selatan dengan luas 2.502,607 Ha.

Gambar. 3.1 Peta wilayah kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan

Pembentukan wilayah administratif Kecamatan Jagakarsa berdasarkan

(53)

Jakarta. Sebelumnya wilayah Kecamatan Jagakarsa termasuk bagian dari wilayah kecamatan Pasar Minggu. Kecamatan Jagakarsa memiliki enam kelurahan yang

masing-masing memiliki luas wilayah tertentu. Berikut tabel rincian enam kelurahan di wilayah Kecamatan Jagakarasa yaitu;

No. Kelurahan Luas (km²)

1 Ciganjur 337.600

2 Srengseng Sawah 674.700

3 Jagakarsa 485.000

4 Lenteng Agung 227.747

5 Tanjung Barat 380.060

6 Cipedak 397.500

Jumlah 2.502.607

Tabel 3.1:Laporan Penyelenggara Pemerintahan provinsi DKI Jakarta Bulan

Desember 2014 Kecamatan Jagakarsa

Adapun batas wilayah Kecamatan Jagakarsa adalah

a. Utara : Jl. Margasatwa, Jl. Sagu, Jl. Mursid, Jl. Joe, Jl. TB Simatupang dan Jl.Poltang

Gambar

gambaran perkembangan seni rebana biang di Jakarta.
gambaran dan
Gambar. 3.1 Peta wilayah kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan
Tabel 3.1:Laporan Penyelenggara Pemerintahan provinsi DKI Jakarta Bulan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tahap pelaksanaan Musrenbang Kecamatan partisipasi masyarakat kecamatan Kotabumi Selatan dalam bentuk mengukiti proses musyawarah dalam membahas dan menyepakti

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.dilihat

Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut merupakan judul penelitian dengan fokus masalah mengenai bentuk

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan : (1) Sejarah munculnya Seni Naluri Reog Brijo Lor Desa Kalikebo, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten,

Kecamatan Pringsewu lebih besar dibandingkan dengan kecamatan yang lainnya. Adapun definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah Arah perkembangan permukiman

akibat perkembangan Kota Jakarta hasil korelasi Kendall hanya mempengaruhi dan memiliki keterkaitan yang besar terhadap fasilitas sosial Kecamatan Serpong tahun 2008,

Judul Tesis : Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Kalideres Kotamadya Jakarta Barat Tesis ini membahas tentang bentuk

Analisis yang terakhir mengenai pengaruh yang diterima Smart City Tangerang Selatan dari Smart City DKI Jakarta adalah dengan melihat hasil penelitian sebelumnya mengenai