Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
SAJIAN KREASI SENI RAJA DOGAR SEBAGAI
SALAH SATU SENI HELARAN DI KECAMATAN CIBATU
KABUPATEN GARUT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Seni Musik
Oleh
FARID RIDWAN PAZ 060325
JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
LEMBAR HAK CIPTA
SAJIAN KREASI SENI RAJA DOGAR SEBAGAI
SALAH SATU SENI HELARAN DI KECAMATAN CIBATU
KABUPATEN GARUT
Oleh
FARID RIDWAN PAZ
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Musik
© FARID RIDWAN PAZ 2011
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
SAJIAN KREASI SENI RAJA DOGAR SEBAGAI SALAH SATU SENI HELARAN DI KECAMATAN CIBATU
KABUPATEN GARUT
Oleh
FARID RIDWAN PAZ 060325
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Oya Yukarya, S.Kar., M.Sn NIP. 196012011990011001
Pembimbing II
Engkur Kurdita, S.Pd NIP. 196104221986011001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Musik
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI
D. Definisi Operasional ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
B. Kesenian Tradisional ... 15
C. Fungsi Kesenian Tradisional di Masyarakat ... 18
D. Struktur Kesenian Tradisional ... 20
E. Seni Ngadu Domba Garut ... 21
F. Raja Dogar ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 25
B. Teknik Pengumpulan Data ... 27
C. Teknik Pengolahan Data ... 31
D. Instrumen Penelitian ... 32
E. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33
F. Langkah-Langkah Penelitian ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Lingkung Seni Raja Dogar ... 36
2. Sejarah dan Perkembangan Kesenian Raja Dogar di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut ... 53
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Bentuk Pertunjukan Kesenian Raja Dogar Pada Upacara
Helaran di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut ... 58 2. Struktur Musik yang Mendukung Kesenian Raja Dogar
Pada Upacara Helaran di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut ... 70 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 81 B. Rekomendasi ... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 85 Lampiran 2 Foto Hasil Penelitian ... 88
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan merupakan sebuah hasil dari pemikiran dan benda
yang diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya.
Kebudayaan juga menjadi sebuah pola pikir dan perbuatan yang terlihat
dalam kehidupan sekelompok manusia untuk dijadikan perbedaan terhadap
kelompok lain. Maka dari itu kebudayaan bisa disebut sebagai perilaku
dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-hal yang dipelajarinya.
Kebudayaan memiliki sifat yang bermacam-macam, namun masih berada
dalam nilai kaidah yang mengutamakan keluhuran budi pekerti manusia.
Maka dari itu semua kebudayaan selalu memiliki sifat tertib, indah
berfaedah, luhur, memberi rasa damai, senang, bahagia, dan sebagainya.
Sifat kebudayaan inilah yang menentukan tentang tinggi rendahnya
keadaban dari masing-masing bangsa.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki ragam
aneka budaya yang tidak ternilai harganya seperti yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat (1970: 12) bahwa:
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, dan sistem teknologi/peralatan.
Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang
memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata
adanya kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat dari beragamnya
kebudayaan di Indonesia. Keanekaragaman budaya tersebut harus terus
dilestarikan dan dikembangkan. Ralf Linton dalam Sulastri (1992: 34)
mengatakan bahwa:
Salah satu sebab yang paling penting dalam mengembangkan budaya sampai mencapai tarafnya seperti sekarang ialah pemakai bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berfikir dan berkomunikasi, tanpa kemampuan berfikir dan berkomunikasi kebudayaan itu tidak ada. Dalam berfikir manusia menggunakan kata-kata dan kalimat.
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan.
Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya
masyarakat. Sehingga dapat dilihat adanya saling keterhubungan antara
masyarakat dan kebudayaan. Pada dasarnya, kebudayaan sebagai disiplin
ilmu yang memiliki objek yaitu manusia dalam masyarakat. Manusia
sebagai fakta sosial dan manusia sebagai makhluk kultural.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan kesenian. Kata seni
adalah kata yang sangat dikenal dikalangan masyarakat. Namun
pemahaman terhadap arti seni itu sendiri kadang berbeda-beda. Seni
berasal dari kata SANI yang berarti ”jiwa yang luhur atau ketulusan hati”.
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sebuah kegiatan. Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama
(milik bersama). Karya-karya seni yang ditinggalkan pada masa
pra-sejarah tidak pernah menunjukkan identitas pembuatnya.
Konsep kesenian yang berada pada zaman sekarang mengalami
perubahan dan dibagi menjadi beberapa kategori yakni seni murni dan seni
terapan. Seni murni adalah seni yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal. Sedangkan seni terapan adalah seni yang banyak atau hampir
secara keseluruhan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal.
Perkembangan zaman sangat berpengaruh pada keberadaan kesenian dan
kebudayaan yang sudah ada. Seperti halnya pada zaman modern sekarang,
kesenian dan kebudayaan asli Indonesia hampir tidak lagi mendapat
kedudukan yang semestinya di kalangan masyarakat. Hal itu terbukti dari
aktifitas masyarakat Indonesia yang cenderung lebih sering menggunakan
budaya barat dibandingkan budaya kita sendiri dalam kehidupannya
sehari-hari. Akan tetapi memang tidak semua kalangan masyarakat
melupakan hasil budaya kita begitu saja, ada beberapa tokoh yang masih
aktif memelihara bahkan menciptakan sesuatu yang baru dalam
perkembangan seni yang terjadi di daerahnya masing-masing. Misalnya
salah satu kesenian tradisi yang baru muncul di zaman modern ini adalah
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kesenian Raja Dogar merupakan salah satu seni kreasi dari
Kabupaten Garut yang diciptakan oleh seorang kader seniman yang telah
lama berkecimpung dalam dunia seni yang bernama Entis Sutisna. Beliau
adalah salah satu tokoh seni, khususnya kesenian tradisional Jawa Barat.
Berangkat dari keinginannya untuk menuangkan ide karya yang khas dari
daerah Garut, maka muncul lah gagasan untuk membuat kreasi seni Raja
Dogar. Raja Dogar dapat diartikan rajanya domba Garut, dengan idiom
hewan khas bagi masyarakat Garut, yakni domba Garut. Raja Dogar
adalah bentuk perwujudan kesenian helaran yang bersifat kalangenan
dengan menggunakan idiom domba Garut sebagai ciri khas dalam
pertunjukannya.
Atas dasar keinginan yang kuat dari seorang Entis Sutisna untuk
menciptakan seni kreasi yang khas berdasarkan idiom khas Garut, maka
realisasinya pada tanggal 18 Desember 2005 bertempat di Desa Cikarag,
Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut kesenian ini lahir. Sejak itulah
dengan gerakannya untuk menggerakkan apresiasi dan respon masyarakat
setempat terhadap keberadaan kesenian tradisional, kesenian ini semakin
berkembang. Raja Dogar telah menjadi seni kreasi dengan bentuk baru
yang mana secara artistik seni ini tidak lepas dari kekhasan tradisi dan
daerah setempat sebagai idiom yang memperkuat terwujudnya kesenian
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kesenian Raja Dogar merupakan kesenian berbentuk helaran, di
mana dalam pertunjukan khasnya adalah adanya Raja Dogar yakni rajanya
domba Garut yang diwujudkan dengan bentuk seperti babarongan yang
berkostum domba yang sangat besar yang dimainkan oleh 2 (dua) orang
untuk setiap domba. Di mana 1 (satu) orang bermain di depan (bagian
kepala) dan 1 (satu) orang di belakang (bagian ekor). Secara dramatik
kesenian ini menggambarkan suasana perhelatan adu domba (pertandingan
domba) sebagai idiom khas daerah Garut dengan penambahan unsur-unsur
komikal yang sangat kuat dengan adanya peran para bobotoh dan wasit
layaknya dalam sebuah pertandingan adu domba.
Kini, karena kuatnya pengaruh sang kreator atau penggagas seni ini
(Entis Sutisna), sejak kepindahannya sekitar tahun 2007 kesenian ini
beralih tempat di Kampung Loji, Desa Keresek, Kecamatan Cibatu,
Kabupaten Garut. Dengan keberadaannya saat inilah sang penggagas
berharap seni ini menjadi icon tersendiri bagi daerah di mana Kesenian
Raja Dogar ini berada. Tentunya beliau berharap dengan kegiatan
Pemberdayaan Sarjana Seni, Kesenian Raja Dogar akan terus berkembang
dan eksis serta menjadi icon baru bagi masyarakat Garut saat ini.
Alasan peneliti memilih judul di atas antara lain adanya
ketertarikan peneliti terhadap Kesenian Raja Dogar yang bisa muncul di
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
peneliti terhadap penelitian ini adalah ingin mengetahui tentang konsep
Kesenian Raja Dogar yang seutuhnya sehingga diharapkan adanya
pemaparan yang jelas mengenai kesenian ini yang dapat diketahui oleh
Mahasiswa Seni Musik UPI dan masyarakat umum. Berdasarkan dari
pemahaman-pemahaman di atas, peneliti mencoba mengangkat
permasalahan tersebut ke dalam studi penelitian yang berjudul ”SAJIAN
KREASI SENI RAJA DOGAR SEBAGAI SALAH SATU SENI
HELARAN DI KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT”.
B. Rumusan Masalah
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih
dalam unsur nilai kandungan seni yang terdapat dalam Kesenian Raja
Dogar. Sedangkan untuk mempermudah peneliti dalam mengkaji hasil
penelitian maka terdapat pembatasan masalah yang diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk pertunjukan Kesenian Raja Dogar pada upacara
helaran di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut?
2. Bagaimana struktur musik yang mendukung Kesenian Raja Dogar
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran seperti apa Kesenian Raja Dogar itu secara mendalam. Adapun
yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk pertunjukan Kesenian Raja Dogar dalam
upacara helaran di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut.
2. Untuk mengetahui struktur musik yang mendukung Kesenian Raja
Dogar dalam upacara helaran di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut.
D. Definisi Operasional
Guna menghindari adanya kesalahpahaman dalam penafsiran
pengertian istilah yang terdapat di dalam judul penelitian, maka dalam hal
ini peneliti memberikan batasan sebagai berikut:
1. Kesenian
Seni pada awalnya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu
masih merupakan sinonim dari ilmu. Seni memiliki pengertian yang
sangat luas sehingga sulit untuk dijelaskan dan dinilai secara subjektif.
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menuntunnya. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari
kreatifitas manusia. Masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses
dan produk dari memilih medium, kepercayaan, gagasan, sensasi, atau
perasaan yang diungkapkan melalui ekspresi yang relevan dengan
kombinasi semua itu.
2. Raja Dogar
Raja Dogar adalah bentuk perwujudan kesenian helaran yang
bersifat kalangenan dengan menggunakan idiom domba Garut sebagai
ciri khas dalam pertunjukannya.
3. Seni Helaran
Seni helaran merupakan salah satu bentuk pertunjukan kesenian
tradisional di masyarakat. Helaran itu sendiri memiliki arti
arak-arakan. Biasanya helaran ini tidak dilakukan di atas panggung
pertunjukan, tapi di sepanjang jalan di mana kesenian itu ditampilkan.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu
secara:
1. Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi Kesenian Raja Dogar, khususnya buat para seniman
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
untuk mengembangkan kesenian ini ke tingkat nasional bahkan
internasional. Serta sebagai sarana untuk memberikan sumbangan dan
penerapan berupa disiplin ilmu yang peneliti peroleh selama
perkuliahan di Jurusan Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk keperluan
pengembangan penelitian selanjutnya bagi Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Seni Musik, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,
Universitas Pendidikan Indonesia. Dan umumnya bagi masyarakat luas
agar dapat menjadi pedoman informasi tentang kesenian tradisi,
khususnya Kesenian Raja Dogar.
F. Asumsi
Kesenian Raja Dogar merupakan salah satu seni kreasi dari
Kabupaten Garut tepatnya dari Desa Keresek, Kecamatan Cibatu.
Kesenian Raja Dogar ini adalah kesenian berbentuk helaran, di mana
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
domba Garut yang diwujudkan dengan bentuk seperti babarongan yang
berkostum domba yang sangat besar yang dimainkan oleh 2 (dua) orang
untuk setiap domba. Di mana 1 (satu) orang bermain di depan (bagian
kepala) dan 1 (satu) orang di belakang (bagian ekor). Secara dramatik seni
ini menggambarkan suasana perhelatan adu domba (pertandingan domba)
sebagai idiom khas daerah Garut dengan penambahan unsur-unsur
komikal yang sangat kuat dengan adanya peran-peran para bobotoh dan
wasit layaknya dalam sebuah pertandingan adu domba yang sebenarnya.
G. Metode Penelitian
1. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Peneliti ingin mengetahui
bentuk pertunjukan Kesenian Raja Dogar dalam upacara helaran di
Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut.
2. Teknik Pengumpulan Data
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam penelitian ini, lembar observasi dipergunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan Kesenian Raja Dogar.
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian. Dengan adanya observasi ini diharapkan peneliti akan
memperoleh gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial yang
sulit diperoleh dengan menggunakan metode yang lainnya.
Observasi akan dilakukan pada pelaku Kesenian Raja Dogar,
khususnya kepada pimpinan yang menjadi pemegang kesenian
tersebut saat ini.
b. Pedoman Wawancara
Dalam penelitian ini pedoman wawancara digunakan untuk
menjaring data berkenaan dengan pandangan dan pemahaman para
pelaku Kesenian Raja Dogar. Wawancara akan dilakukan dua
pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (narasumber) memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Narasumber yang akan
diwawancarai adalah pimpinan dan para pelaku dari Kesenian Raja
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Studi Dokumentasi
Peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda, foto, video dan sebagainya yang berkaitan
dengan penelitian.
d. Studi Literatur
Peneliti akan mempelajari data-data atau catatan yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Peneliti menggunakan
berbagai literatur baik berupa buku maupun artikel-artikel dari
media masa atau internet yang berkaitan dengan Kesenian Raja
Dogar.
3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data, terutama kualitatif terdiri atas
kata-kata yang bukan angka-angka. Kata-kata-kata sering hanya mengandung
makna dalam konteks kata itu digunakan. Maka analisis data kualitatif
dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik, yaitu :
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk
uraian yang terinci. Laporan ini akan terus bertumpuk jika tidak
segera dianalisis sejak awal. Laporan ini perlu direduksi,
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang penting, dicari tema atau polanya sehingga lebih mudah
dikendalikan.
b. Display Data
Agar dapat melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian
atau bagian-bagian tertentu dari penelitian diusahakan membuat
data, gambar ataupun grafik secara lengkap dan akurat.
c. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Sejak awal peneliti berusaha mencari data yang
dikumpulkannya. Dari data awal yang diperoleh peneliti mencoba
langsung mengambil kesimpulan.
d. Analisis Data Sewaktu Pengumpulan Data
Data harus segera dianalisis setelah terkumpul dalam
bentuk laporan lapangan.
e. Lembar Rangkuman
Lembar rangkuman ini gunanya antara lain sebagai
pedoman bagi kunjungan lapangan berikutnya, sebagai pegangan
pula dalam komunikasi dengan pembimbing, sebagai petunjuk
dalam penulisan laporan lapangan, dan sebagai dasar untuk
melakukan analisa.
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,
dengan tujuan data yang diperoleh di lapangan akan lebih mudah
dianalisis. Dibantu dengan seprangkat daftar pertanyaan sebagai
pedoman wawancara dan catatan observasi. Adapun alat bantu yang
digunakan untuk mengumpulkan data tersebut dari lapangan adalah
alat perekam, kamera digital, serta alat tulis.
H. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi dan subjek penelitian menunjukkan pada pengertian tempat
atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh tiga unsur yaitu pelaku,
tempat, dan kegiatan yang dapat diobservasi. Unsur tempat atau lokasi
adalah tempat di mana berlangsungnya penelitian tersebut, yaitu di Desa
Keresek, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. Sedangkan yang menjadi
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif melalui pendekatan kualitatif, yakni untuk mengungkapkan
kenyataan yang telah ada berdasarkan fakta guna menghasilkan
kesimpulan yang lebih jelas. Menurut Best (1982: 119) metode penelitian
deskriptif merupakan “metode penelitian yang berusaha menggambarkan
dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya” (rubrik internet:
cahayalaili.blogspot.com). Oleh karena itu, penelitian deskriptif dilakukan
untuk menjelaskan dan menggambarkan secara sistematis menurut fakta
secara tepat.
Data yang telah diproleh dari lapangan kemudian akan diklasifikasi
dan dianalisis. Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak terbatas
sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis
dan interprestasi tentang data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan
memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.
Untuk memperoleh data yang objektif, peneliti melakukan
pendekatan kualitatif. Menurut Nasution dalam Sutisna (2003: 5)
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya”. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan peneliti
mendapatkan data yang lebih otentik untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik dalam penelitian ini.
Pendekatan kualitatif ini dimaksudkan untuk memaparkan
permasalahan yang terkait, khususnya ditujukan agar mampu menjawab
permasalahan-permasalahan dalam melakukan penelitian dan
menggambarkan fakta sesuai dengan kenyataan, agar tidak terjadi salah
tafsir sehingga terjadinya pemahaman yang keliru terhadap makna dan
tujuan yang ingin disampaikan kepada masyarakat dari Kesenian Raja
Dogar.
Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan secara keseluruhan
bentuk penyajian Kesenian Raja Dogar mulai dari persiapan sampai
pertunjukan selesai. Penggambaran yang diungkap atau ditulis oleh
peneliti merupakan fakta yang sesungguhnya dan berdasarkan informasi
dari narasumber yang sejujur-jujurnya.
Pengkajian Kesenian Raja Dogar yang dirintis oleh masyarakat
Cibatu dibawah pimpinan Bapak Memed ini belum pernah dilakukan
sebelumnya dalam bentuk penelitian, baik teks maupun konteksnya.
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berbentuk helaran, sehingga perlu ditelusuri mengenai latar belakang
historis, peran, serta fungsi kesenian tersebut, khususnya yang terkait
dengan keyakinan yang dianut oleh masyarakat Kecamatan Cibatu,
Kabupaten Garut.
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, pengumpulan data merupakan salah
satu faktor penting. Teknik serta langkah-langkah pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh sumber data dan informasi
faktual melalui pengamatan di lokasi penelitian. Peneliti melakukan
observasi langsung ke lapangan yaitu Kampung Loji, Desa Keresek,
Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. Peneliti mengobservasi secara
langsung narasumber yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Observasi merupakan salah satu teknik yang memiliki peran penting
dalam pengumpulan data ketika melakukan penelitian, karena melalui
observasi inilah data yang diinginkan dapat diperoleh secara terarah.
2. Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data dalam metode deskriptif
kualitatif adalah wawancara. Wawancara, sebagaimana yang
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
”alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi
yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi,
keinginan, keyakinan, dan lain-lain dari individu atau responden”.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara bebas di
mana peneliti dapat memperoleh informasi yang lebih padat dan
lengkap. Dalam penelitian ini peneliti langsung melakukan wawancara
terhadap narasumber, adapun narasumber yang telah diwawancara
dalam melakukan penelitian ini diantaranya:
a. Bapak Memed, sebagai ketua RW 08 Kampung Loji, Desa
Keresek, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut dan sekaligus
sebagai pimpinan Lingkung Seni Raja Dogar. Dari beliau
Peneliti mendapatkan informasi tentang sejarah dan bentuk
penyajian Raja Dogar.
b. Bapak Endang, sebagai pelaku Kesenian Raja Dogar. Beliau
adalah salah seorang yang menjadi babarongan Dogar dalam
pertunjukan Kesenian Raja Dogar. Dari beliau peneliti
mendapatkan informasi tentang teknik penyajian Dogar pada
saat bagian ngadu babarongan Dogar dalam Kesenian Raja
Dogar.
c. Bapak Wawan, sebagai Ketua Bidang Kesenian Dinas
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Bapak Empit, sebagai pemantau kesenian-kesenian tradisional
dari Dinas Pariwisata Kabupaten Garut. Dari Bapak Wawan
dan Bapak Empit peneliti mendapatkan informasi tentang
perkembangan Kesenian Raja Dogar di Kabupaten Garut.
3. Studi Dokumentasi
Pendokumentasian atau biasa juga disebut mengabadikan sesuatu
baik secara visual seperti foto, gambar, maupun secara audio ataupun
bunyi, bahkan pendokumentasian dengan memvideokan atau
mengaudiovisualkan data yang diperoleh merupakan langkah penting
dalam proses pengumpulan data ketika melakukan penelitian. Untuk
kelengkapan teknik pengumpulan data penelitian ini, semua data yang
terhimpun ditulis dan didokumentasikan melalui perekam audio dan
audio visual yang dimaksudkan untuk pelengkap data otentik di
lapangan. Hal ini dilakukan agar dalam pengumpulan data-data
penelitian valid dan maksimal. Adapun peralatan atau media yang
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini diantaranya
dengan cara sebagai berikut:
a. Rekaman Audio
Rekaman audio merupakan salah satu teknik pengambilan
data dengan cara merekam pada saat bagian wawancara dengan
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
atau informasi yang sejujur-jujurnya dapat diperoleh dari
narasumber, sehingga dapat diketahui secara mendalam dan
akurat isi dari data yang sudah dikumpulkan. Maka dari itu,
perekam suara sangat penting dan merupakan tonggak utama
dalam melakukan penelitian ini. Adapun media audio yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah handphone dengan
fitur media voice recorder dan MP3 player.
b. Visualisasi
Visualisasi adalah rekayasa dalam pembuatan gambar,
diagram atau animasi untuk penampilan suatu informasi.
Secara umum visualisasi dalam bentuk gambar baik yang
bersifat abstrak maupun nyata telah dikenal sejak awal dari
peradaban manusia. Media yang digunakan dalam teknik
visualisasi ini adalah kamera digital. Kamera digital
merupakan sebuah alat untuk membuat gambar dari objek
untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD
(ada juga yang menggunakan sensor CMOS) yang hasilnya
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
simpan digital. Foto dan video yang dihasilkan mampu
membantu mendeskripsikan konteks yang terjadi pada
penyajian Kesenian Raja Dogar, pada saat wawancara, maupun
dalam keadaan eksidental momen tertentu yang penting untuk
didokumentasikan.
4. Studi Literatur
Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan studi literatur. Studi literatur adalah pengumpulan
data dengan cara mempelajari buku, makalah, majalah ilmiah, guna
memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan
konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian. Peneliti
melakukan studi literatur dengan cara mencari sumber-sumber buku
dan jurnal yang berhubungan dengan masalah penelitian. Adapun
sumber lain yang berusaha peneliti kumpulkan demi kelengkapan data
penelitian yaitu dari skripsi dan rubrik internet. Tempat studi literatur
dalam bentuk skripsi maupun penelitian lain yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti yakni Perpustakaan UPI, Perpustakaan AESC
Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Garut, serta tempat lainnya yang mendukung
kelengkapan informasi dalam penelitian ini. Studi literatur merupakan
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mampu diketahui kajian yang sudah atau yang belum diteliti, juga
sebagai perangkat teori dalam melakukan penelitian ini.
C. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan ”proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data” (Moleong, 2002: 103). Pengolahan
data dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebuah proses mengolah
data setelah semua data terkumpul seperti catatan, rekaman audio dan
visual kemudian dilakukan tahap-tahap pengolahan sebagai berikut:
1. Mengklasifikasikan setiap data yang diperoleh terkait dengan
penyajian Kesenian Raja Dogar dalam upacara helaran di Kecamatan
Cibatu, Kabupaten Garut.
2. Menyesuaikan dan membandingkan antara data yang diperoleh di
lapangan dengan literatur atau sumber lain yang berupa teori serta
narasumber yang menunjang sehingga menghasilkan beberapa
kesimpulan yang terkait dengan penyajian Kesenian Raja Dogar dalam
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Menganalisis kesesuaian data untuk menemukan jawaban yang
diperlukan dalam penelitian dengan teknik wawancara dan observasi.
4. Transkipsi partitur instrumen-instrumen alat musik pokok dalam
penyajian Kesenian Raja Dogar dalam upacara helaran di Kecamatan
Cibatu, Kabupaten Garut.
5. Mendeskripsikan hasil penelitian yang telah mengalami proses
pengolahan sebagai kesimpulan dalam bentuk tulisan yang menjadi
tema dalam penelitian ini.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri
yang terarah pada pedoman observasi dan seperangkat daftar pertanyaan
untuk wawancara dengan menggunakan alat bantu perekam, kamera
digital, serta alat tulis.
E. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penilitian ini bertempat di Kampung Loji, Desa Keresek,
Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Selain peneliti sendiri sebagai subjek utama dalam melakukan penelitian
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Ketua RW 08 Kampung Loji, Desa Keresek, Kecamatan Cibatu
sekaligus pimpinan Lingkung Seni Raja Dogar yakni Bapak Memed
yang mampu memberikan informasi dalam proses penelitian.
2. Nayaga Lingkung Seni Raja Dogar, yakni para pemain atau pengurus
Lingkung Seni tersebut yang mampu memberikan informasi tambahan
dalam proses penelitian.
3. Warga sekitar lokasi penelitian di Kampung Loji, Desa Keresek,
Kecamatan Cibatu yang menyaksikan pertunjukan Seni Raja Dogar.
4. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, yakni Bapak
Wawan dan Bapak Empit yang menjadi penanggung jawab Bidang
Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Garut.
Kunjungan ke tempat asal atau lokasi penelitian penting untuk
dilakukan karena Lingkung Seni Raja Dogar adalah pemilik sekaligus
penyaji Kesenian Raja Dogar dan hanya berada di Desa Keresek,
Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. Sedangkan yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah para pelaku dari Kesenian Raja Dogar itu
sendiri.
F. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Persiapan
a. Observasi
Jauh sebelum penelitian ini dilakukan, sebelumnya peneliti
pernah melakukan apresiasi pertunjukan Kesenian Raja Dogar di
lokasi penelitian pada Tahun 2009. Pada saat itu peneliti sedang
melaksanakan program KKN Tematik Seni Budaya di Kecamatan
Cibatu, Kabupaten Garut. Dalam penelitian kali ini peneliti
kembali ke lokasi untuk melakukan observasi dan sekaligus
membuat kesepakatan dengan narasumber bahwa peneliti sedang
melakukan penelitian mengenai sajian kreasi Seni Raja Dogar.
b. Penyusunan Proposal
Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat proposal
penelitian tentang Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah
Satu Seni Helaran di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut yang
kemudian diajukan ke Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI,
dan telah diseminarkan. Serta melakukan bimbingan dengan dosen
tentang masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yang
berfokus pada bentuk penyajian dan struktur musik pendukung
Kesenian Raja Dogar pada upacara helaran di Kecamatan Cibatu,
Kabupaten Garut.
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sebelum peneliti melakukan penelitian ke lokasi, peneliti
mempersiapkan beberapa topik wawancara yang nantinya akan
dijadikan pedoman pada saat bertemu dan wawancara dengan
narasumber.
2. Pelaksanaan
Setelah melakukan persiapan, peneliti melaksanakan penelitian
sesuai dengan acuan pada metode penelitian. Selama melakukan
penelitian, peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh di
lapangan kemudian mengolah data tersebut untuk dijadikan laporan
pada akhir penelitian.
3. Penyusunan Laporan Penelitian
Setelah data-data penelitian terkumpul, diolah dan dianalisis,
peneliti membuat laporan penelitian berupa hasil penelitian yang
sebenarnya yang diperoleh dari lapangan seperti catatan, hasil
wawancara, dokumentasi, dan rekaman yang kemudian digambarkan
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesenian Raja Dogar merupakan salah satu seni kreasi dari
Kabupaten Garut yang diciptakan oleh seorang kader seniman yang telah
lama berkecimpung dalam dunia seni yang bernama Entis Sutisna. Raja
Dogar dapat diartikan Rajanya Domba Garut, dengan idiom hewan khas
bagi masyarakat Garut, yakni Domba Garut. Kesenian Raja Dogar
merupakan kesenian berbentuk helaran, di mana dalam pertunjukan
khasnya adalah adanya Raja Dogar yakni Rajanya Domba Garut yang
diwujudkan dengan bentuk seperti barongan yang berkostum Domba yang
sangat besar yang dimainkan oleh 2 (dua) orang untuk setiap Domba. Di
mana 1 (satu) orang bermain di depan (bagian kepala) dan 1 (satu) orang
di belakang (bagian ekor). Secara dramatik seni ini menggambarkan
suasana perhelatan adu domba (pertandingan domba) sebagai idiom khas
daerah Garut dengan penambahan unsur-unsur komikal yang sangat kuat
dengan adanya peran-peran para bobotoh dan wasit layaknya dalam
sebuah pertandingan adu domba. Kreasi seni Raja Dogar ini merupakan
sebuah replika atau tiruan dari seni ngadu domba yang sudah
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Namun di dalam Kesenian Raja Dogar lebih banyak mengandung
unsur-unsur komedi yang sangat menghibur, sehingga kesenian ini dapat
dinikmati oleh semua kalangan baik anak-anak maupun orang tua.
Di dalam pertunjukan Kesenian Raja Dogar, tidak terlepas dari
peran seni pendukung lainnya diantaranya seni tari dan seni musik. Tarian
yang terdapat dalam Kesenian Raja Dogar yaitu tari umbul-umbul, tari
tradisional masyarakat, dan tari pencak. Sedangkan musik pendukung
yakni musik kendang pencak yang dibawakan oleh 10 (sepuluh) orang
nayaga. Bentuk struktur pertunjukan terdiri dari 4 (empat) bagian yakni,
bagian pertama atau pembuka yaitu tari umbul-umbul, kemudaian bagian
kedua adalah bagian tari tradisional, bagian ketiga tari pencak, dan bagian
keempat adalah bagian adu domba (Raja Dogar).
Musik yang dibawakan di dalam Kesenian Raja Dogar adalah
sejenis kendang pencak dan ditambah oleh unsur-unsur pola musik
dramatikal yang mendukung jalannya pertunjukan. Adapun pola-pola
tabuhan yang sering dibawakan adalah pola tabuhan golempang dan
padungdung. Alat-alat musik yang digunakan antara lain kendang pencak,
tarompet pencak, tambur, kempul, jes, kecrek, dog-dog, dan tarantam.
Lagu-lagu yang sering dibawakan diantaranya lagu Sabilulungan, Teu
Honcewang (Karatagan Pahlawan), Oray-orayan, serta lagu Halo-Halo
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Rekomendasi
Rekomendasi ini penulis ajukan kepada pihak:
1. Masayarakat Lingkung Seni Raja Dogar, untuk membuat
kreatifitas baru yang lebih menarik di dalam penyajian Kesenian Raja
Dogar supaya lebih banyak diminati oleh warga Garut khususnya,
umumnya oleh masyarakat luar.
2. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, untuk lebih
meningkatkan lagi perhatian terhadap kesenian-kesenian daerah Garut
khususnya Kesenian Raja Dogar supaya kesenian tersebut bisa
mendapatkan posisi yang layak di dalam masyarakat atau dengan kata lain
yaitu adanya sebuah sanggar yang bisa menampung aspirasi, inspirasi, dan
kreatifitas warga setempat terhadap kesenian tersebut. Serta dukungan
perkembangan ke depannya supaya Kesenian Raja Dogar tidak hanya
diminati oleh warga Garut saja tetapi oleh masyarakat dunia secara
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Wulan F. Fungsi Kesenian Gembyung Pusaka Mekar Desa Sekarwangi Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang dari Sajian Upacara ke
Hiburan. Skripsi [online]. Tersedia
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c1051_055614_chapter2
Kasmahidayat, Yuliawan. (2010). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung : CV Bintang Warli Artukan.
Koentjaraningrat. (1997). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia.
Meygawati, Hanna. Latar Belakang, Struktur Koreografi, Rias dan Busana dari Tari Jaga Regol yang ada di Sanggar Seni Sekar Pandan Komplek Keraton Kacirebonan Kota Cirebon. Skripsi [online]. Tersedia : http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c0951_060074_chapter2 [9 September 2011]
Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.
Noergina, Dewi. (2009). Motivasi Belajar Siswa Tuna Netra Dalam Pembelajaran Violin di SMALB-A (Kejuruan Musik) Wyataguna Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI. Tidak diterbitkan.
Farid Ridwan Paz, 2013
Sajian Kreasi Seni Raja Dogar Sebagai Salah Satu Seni Helaran Di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Rohidi, Tjetjep Rohendi. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia.
Rusdiana, Robi. (2010). Lagu Deungdeung Jawa Pada Pertunjukan Seni Terebang Sri Wargi Wasiat Sepuh di Paseh Majalaya. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI. Tidak diterbitkan.
Sedyawati, E. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Djaya Virusi.
Shalihah, Sumayyah. Teknik Pengolahan Data Deskriptif. [online]. Tersedia :
http://cahayalaili.blogspot.com/2011/05/teknik-pengolahan-data-deskriptif.html[ 9 September 2011]
Suhardiman, Budi. Darpan. (2008). Seputar Garut. Garut : Srimanganti.
Sulastari, Anis. (2010). Sajian Kesenian Kuda Lumping Grup Margaluyu di Kampung Cijaksa Desa Padajaya Kecamatan Jampangkulon Kabupaten Sukabumi. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Sutisna. Studi Pelaksanaan Metode Karyawisata ke Industri Spare-Part Sepeda Motor Untuk Menumbuhkan Minat Berwirausaha. Skripsi [online].
Tersedia :
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0551_022371_chapter3 [9 September 2011]
Syawir. (2010). Pengertian Seni Secara Umum dan Sejarahnya. [online]. Tersedia : http://ichwannudt.wordpress.com/2010/06/22/pengertian-seni-secara-umum-dan-sejarahnya-oleh-syawir/[29 April 2010].
W. Nurrespati. Seni Genjring Buroq Grup Lingkung Seni Gita Remajadi Desa Pakusamben Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon Pada Acara
Khitanan. Skripsi [online]. Tersedia :
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c1051_055630_chapter2 [9 September 2011]