DESKRIPSI TENTANG PERKEMABANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA RATNA DAYA KECAMATAN RAMAN
UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh:
AYOE DIAH SUKMAWATI
Skripsi
Sebagai Salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ABSTRAK
DESKRIPSI TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA RATNA DAYA KECAMATAN RAMAN
UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
AYOE DIAH SUKMAWATI
Kemiskinan yang melanda masyarakat di Jawa pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, salah satunya diakibatkan karena adanya kepadatan penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Kolonial Belanda pun pada akhirnya menetapkan sebuah kebijakan yang dikemukakan oleh Van Deventer. Program tersebut mencakup tiga hal yaitu pendidikan, pembuatan irigasi, dan pemindahan penduduk dari daerah yang padat di Jawa kedaerah diluar Jawa.
Pada tahun 1905 diberangkatkan rombongan transmigran (kolonis) yang pertama ke daerah Gedong Tataan, keresidenan Lampung. Pemindahan rombongan transmigran di Gedong Tataan terus dilakukan sampai tahun 1921, Kemudian tahun 1932 dibuka lagi daerah kolonisasi baru dengan nama Gedong Dalam yang dilanjutkan dengan penempatan rombongan transmigran di daerah koloni baru yang luas yaitu daerah Sukadana. Sampai tahun 1937 di tanah Sukadana ini lah para rombongan transmigran memulai kehidupannya, sebidang tanah yang diberikan oleh pemerintah kolonial kepada mereka menjadi modal hidup mereka di tanah Sukadana. Transmigrasi terus dilakukan salah satunya ke daerah Raman Utara. Daerah yang sekarang ini masuk ke dalam kabupaten Lampung Timur menjadi salah satu tempat tujuan transmigrasi.Salah satunya sebuah desa bernama Ratna Daya.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.dilihat dari kedudukannya?”Metode yang digunakan adalah Deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan kepustakaan. Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu sosial dan ekonomi terutama mengenai perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...xiii
DAFTAR TABEL ... xv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Batasan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Konsep Sosial Ekonomi ... 8
2. Konsep Masyarakat ... 10
3. Konsep Pendidikan ... ... 10
4. Konsep Pekerjaan ... 12
5. Konsep Pendapatan ... 14
B. Kerangka Pikir dan Paradigma ... 15
1. Kerangka Pikir ... 15
2. Paradigma ... 16
III. . METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 17
B. Variabel Penelitian ... 17
C. Populasi Dan sampel ... 18
1. Populasi ... 18
2. Sampel ... 19
D. Sumber Data ... 20
E. Teknik Pengumpulan Data ... 21
F. Teknik Analisis Data ... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 25
1.1.Sejarah Singkat Desa Ratna Daya ... 25
1.2.Keadaan Penduduk Desa ... 26
1.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27
1.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia ... 28
1.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 29
1.2.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... 30
1.2.5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis ... 30
1.2.6. Keadaan Penduduk Yang Berpotensi jadi Tenaga Kerja . 31 1.3.Sarana–prasarana Umum ... 31
1.4. Kepemilikan Tanah ... 33
2. Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 35
2.1Keadaan Pendidikan di Ratna Daya ... 36
2.2Jenis pekerjaan ... 40
2.3Tingkat pendapatan ... 43
B. Pembahasan ... 47
1. Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ratna Daya ... 47
1.1.Pendidikan ... 48
1.2.Pekerjaan ... 50
1.3.Pendapatan ... 51
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 54
2. Saran ... 55
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Jumlah anggota populasi Desa Ratna Daya ... 16
2. Jumlah Sampel yang diwawancarai ... 17
3. Daftar Nama Kepala Desa danTahun Jabatannya ... 26
4. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 28
5. Jumlah penduduk berdasarkan usia ... 28
6. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ... 29
7. Jumlah penduduk berdasarkan agama ... 30
8. Jumlah penduduk berdasarkan suku/etnis ... 30
9. Jumlah penduduk yang berpotensi jadi tenaga kerja ... 31
10.Jumlah sarana-prasarana umum ... 32
11.Kepemilikan Tanah Masyarakat Desa Ratna Daya ... 33
12.Perkembangan Jumlah Sekolah Desa Ratna Daya ... 38
13.Jumlah sekolah di Desa Ratna Daya ... 39
14.Jumlah tenaga pengajar di Desa Ratna Daya ... 40
15.Pekerjaan pokok penduduk ... 41
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada permulaan abad ke XX pemerintah Kolonial Belanda mulai menyadari
bahwa kemiskinan sedang meningkat di pulau Jawa, kemiskinan ini salah satunya
diakibatkan karena kepadatan penduduk yang semakin tinggi.
Untuk memperbaiki kondisi rakyat pedesaan di Jawa, pemerintah Hindia Belanda
mulai memperkenalkan kebijakan baru yang disebut dengan Politik Etis..
Pemerintah Kolonial Belanda mulai memikirkan kemungkinan terlaksananya
kolonisasi, yaitu penempatan petani-petani dari daerah yang padat penduduknya
di Jawa ke desa-desa baru yang kosong di luar jawa, yang disebut dengan
“koloni”.
Sebagai pelaksanaannya, maka dilakukan pemindahan penduduk dari pulau Jawa
keluar Jawa yang lebih dikenal dengan istilah transmigrasi, yaitu perpindahan
dalam hal ini memindahkan orang dari daerah yang yang padat penduduknya ke
daerah yang jarang penduduknya dalam batas negara dalam rangka kebijaksanaan
nasional untuk tercapainya penyebaran penduduk yang lebih seimbang (H.J.
Program itu atas usulan dari C. Th. Van Deventer tahun 1899 dalam Politik Etis.
Program tersebut mencakup tiga hal yaitu pendidikan, pembuatan irigasi, dan
pemindahan penduduk dari daerah yang padat di Jawa kedaerah diluar Jawa.
Pada tahun 1905 diberangkatkan rombongan transmigran (kolonis) yang pertama
sebanyak 155 keluarga ke daerah Gedong Tataan, keresidenan Lampung.
Pemindahan rombongan transmigran di Gedong Tataan terus dilakukan sampai
tahun 1921, lama-kelamaan daerah Gedong Tataan inipun menjadi padat dengan
adanya rombongan transmigran ini. Pemerintah Kolonial pun berupaya untuk
membuka daerah baru karena sudah tidak ada lagi tanah yang bisa dibuka untuk
perluasan di Gedong Tataan ini. Maka untuk mengatasi kepadatan penduduk di
daerah Gedong Tataan tersebut pemerintah kolonial pun membuka daerah
kolonisasi kedua yaitu di daerah Wonosobo, terletak kira-kira 10 km sebelah barat
Kota Agung, daerah ini dipilih karena air untuk irigasi cukup banyak dan mudah
dialirkan kedaerah tanah pertanian. Pemindahan rombongan ke daerah Wonosobo
ini hanya sampai dua tahun saja yakni sampai tahun 1923, karena terhambat di
biaya pemindahannya. Namun setiap tahunnya masih banyak rombongan
transmigran yang datang dengan kemauan dan biaya sendiri untuk tinggal di tanah
kolonisasi Lampung. Rombongan transmigran ini rata-rata berasal dari Kedu,
Banyumas, Yogya, Solo, Kediri, Madiun dan Pekalongan.
Kemudian dibuka lagi daerah kolonisasi baru dengan nama Gedong Dalam yang
dilanjutkan dengan penempatan rombongan transmigran di daerah koloni baru
Selanjutnya dibuka lagi daerah kolonisasi baru dengan nama Karangrejo, terletak
kira-kira 20 km dari kampung Gunung Megang yang letaknya 17 km dari Talang
Padang. Dan mulai tahun ini lah untuk pertama kalinya dipindahkan rombongan
transmigran dari Blora dan Lumajang. Keadaan didaerah-daerah kolonisasi di
Lampung makin lama makin baik. Karena itu setiap tahun makin besar jumlah
kolonis-sukarela yang datang berpindah kesana. Begitu pula jumlah kolonis yang
dipindahkan oleh pemerintapun semakin bertambah besar (M. Amral Sjamsu,
1956, 8)
Sampai tahun 1937 jumlah rombongan transmigran yang dipindahkan ke daerah
Sukadana mencapai 6176 jiwa(M. Amral Sjamsu, 1956, 45). Di tanah Sukadana
ini lah para rombongan transmigran memulai kehidupannya, sebidang tanah yang
diberikan oleh pemerintah kolonial kepada mereka menjadi modal hidup mereka
di tanah Sukadana. Tanah yang diberikan kepada tiap-tiap keluarga cukup untuk
pekarangan dan tanah persawahan. Mereka juga diberikan tanah untuk dikerjakan
karena pemerintah kolonis ingin menetapkan sistim bawon. namun karena terlalu
luasnya tanah yang harus dikerjakan oleh para kolonis, mereka merasa tak cukup
tenaga untuk memanen hasil pertanian mereka. Sehingga mereka meminta
penambahan tenaga kerja dari Jawa yang terdiri dari sanak keluarga, kenalan,
tetangga desa dan lain-lain.
Lama kelamaan jumlah kolonis yang datang melebihi jumlah yang dibutuhkan
untuk penggarap tanah, sehingga tidak setiap kolonis baru mendapat kesempatan
untuk mendapat upah dari hasil pengelolaan tanah pertanian tersebut. Sehingga
untuk mengatasinya, pemerintah Kolonial diberi pekerjaan lain seperti menggali
kesehatan di tanah-tanah kolonisasi telah banyak kemajuannya. Dalam tahun
1938telah dibuka dua klinik di Sukadana. Klinik-klinik itu dipimpin oleh mantri
jururawat dari Departemen Kesehatan dan satu klinik kepunyaan Roomsch
Katholieke Missie di Metro (M. Amral Sjamsu, 1956, 46)
Jika dilihat dari perkembangannya tanah-tanah kolonisasi dalam keresidenan
Lampung, seperti tanah kolonisasi Sukadana, menunjukkan kemajuan yang sangat
pesat. Sukadana yang dibuka pada tahun 1932 telah mempunyai penduduk kolonis
kurang-lebih 91000 jiwa, yaitu kira-kira dua kali lipat jumlah penduduk kolonis di
Gedong Tataan. Kolonisasi di Sukadana ini masih dapat diperluas dengan
pembukaan daerah-daerah baru seperti Pengubuan, Way Seputih, Rumbia,
Punggur, Raman dan Way Jepara.
Transmigrasi terus dilakukan salah satunya ke daerah Raman Utara. Daerah yang
sekarang ini masuk ke dalam kabupaten Lampung Timur menjadi salah satu
tempat tujuan transmigrasi.
Desa Ratna Daya dibuka dibuka secara resmi oleh Jawatan Transmigrasi pada
tanggal 29 Agustus 1958 oleh Jawatan Pembukaan Tanah Wilayah Sukadana.
Setelah hutan dibuka kemudian didatangkanlah penduduk transmigran dari Pulau
Jawa. Pada bulan September 1958 pemerintah mendatangkan penduduk
transmigran dari Pulau Jawa menuju ke Lampung salah satunya adalah ke desa
Ratna Daya, pimpinan rombongan pada waktu itu adalah:Bapak Sastro Sugito,
beliau rombongan dari Solo. Bapak Sansukarjo, beliau adalah rombongan dari
Banyumas, dan Bapak Markun, beliau adalah rombongan dari Madiun (Monografi
Jadi sebagian besar transmigran yang tinggal di Desa Ratna Daya ini adalah para
transmigran yang datang dari daerah Solo, Banyumas, dan Madiun.
Sebelum nama desa, semula namanya kampung dan atas prakarsa dari
masing-masing ketua rombongan maka dibentuk sebuah nama yang cukup sederhana,
yaitu Ratna Daya. Nama Ratna Daya sendiri memiliki arti Ratna adalah
kebersamaan dan Daya adalah usaha, jadi dapat diatikan arti dari Ratna Daya
adalah usaha untuk membangun kebersamaan.
Masyarakatdi Ratna Daya mengalami perubahan-perubahan, baik itu yang
menyangkut kehidupan mereka maupun perubahan-perubahan desa yang
mengarah kepada perkembangan. Baik itu dalam bidang sosial ekonomi yang
dilihat dari kedudukannya yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan
masyarakat.
Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji mulai dari terbentuknya desa
Ratna Daya sampai penulis melakukan penulisan ini. Karena desa ini resmi
dibuka pada tahun 1958 maka disini penulis akan mengkaji pada perkembangan
sosial ekonomi masyarakat dari tahun 2001 sampai tahun 2013
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengungkapkan tentang
perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan
Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari modelnya.
2. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan
Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari sistemnya
3. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa ratna Daya Kecamatan
Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari kedudukannya.
C. Batasan Masalah
Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan
Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari kedudukannya.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya
Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari
kedudukannya?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna
Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis adalah sebagai bahan sumbangan pengetahuan dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan
ekonomi mengenai perkembangan sosial ekonomi masyarakat transmigran
yang mencakup pendidikan, jenis pekerjaan, dan jumlah pendapatan.
2. Secara praktis dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat dalam rangka pengambilan kebijakan dan penyusunan
program pembangunan ekonomi pedesaan
.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkupsubjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Ratna
Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur,
2. Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah sosial ekonomi
masyarakat tahun 2001-2013 meliputi pendidikan, jenis pekerjaan dan
jumlah pendapatan,
3. Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalahDesa Ratna Daya
Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur,karena sebagian
besar masyarakat di Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten
Lampung Timur adalah keturunan masyarakat transmigran. Desa Ratna
Daya terbagi dalam empat lingkungan (dusun), yaitu Dusun I, Dusun II,
Dusun III, dan Dusun IV.
4. Ruanglingkup waktu penelitian adalah 2013,
REFERENSI
H.J. Heeren. 1979. Transmigrasi di Indonesia (terjemahan). Gramedia. Jakarta. Halaman 6.
Amral, Sjamsu. M. 1956. Dari Kolonisasi ke Transmigrasi. Djambatan. Jakarta. Halaman 8
Monografi Desa Ratna Daya, Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung
Timur.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial
dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada
departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang
ruanglingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang
berkenaan dengan masyarakat (KBBI,1996:958). Sedangkan dalam konsep
sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia
tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Kata sosial
sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.
Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang
berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum.
Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau
manajemen rumah tangga.
Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material.
Kebutuhan pokok dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna
kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan
mengaktualisasikan diri.
Menurut Melly G Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi mencakup 3 (tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh MaMahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi di titik beratkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehatyang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly Dalam Susanto, 1984).
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah
kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya
sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan
kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi
kebutuhan hidupnya.
Melly G. Tan mengatakan untuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga atau
masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan, dan
penghasilan. Berdasarkan hal ini maka keluarga atau kelompok masyarakat itu
dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi. (Tan
dalam Koentjaraningrat, 1981)
Sehubungan dengan tingkat pendapatan/pengasilan berikut kriteria golongan
pendapatan/penghasilan menurut Koentjaraningrat, yaitu:
a. Golongan Berpenghasilan Rendah
Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. c. Golongan Berpenghasilan Tinggi
Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan dimasa mendatang.
Kebutuhan pokok disini sama halnya dngan tingkat hidup minimal mencakup
kebutuhan pokok primer yakni kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.
(http://pratama94.wordpress.com. Blogger: Pratama)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial
ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan,
antara lain pendidikan, pekerjaan, dan pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan
dengan penghasilan.
Pada umumnya penghasilan masyarakat akan lebih baik jika dibandingkan dengan
penghasilan mereka sebelumnya di Jawa. Hal tersebut akan membawa suatu
perkembangan terutama perkembangan ekonomi yang sejalan pula dengan
perkembangan desa tersebut.
2. Konsep Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan masyarakat adalah
orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. (Soerjono Soekanto,
1982 ; 22).
Menurut Koentjaraningrat (1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa
identitas yang sama.
3. Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi sebagai pengalaman
belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar dalam
perubahan tingkah laku menuju kedewasaan. Pendidikan diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan (Muhibinsyah, 2003:10). Seorang anak normal yang tumbuh dewasa
maka secara otomatis pemikirannya pun akan berkembang dan lebih bijak dalam
mengambil suatu keputusan, jika dalam pertumbuhan menuju kedewasaannya
diimbangi dengan pendidikan yang baik.
Pendidikan pada dasarnya adalah:
a. proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan kelakuan yang berlaku dalam masyarakat.
b. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin misalnya sekolah sehingga dapat mencapai kesadaran sosial serta dapat mengembangkan pribadinya. (Siti Meichati, 1980 ; 6)
Berdasarkan dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pendidikan itu
merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas manusia ditinjau dari tumbuhnya
rasa percaya diri serta memiliki sikap yang inovatif dan kreatif untuk
mengembangkan dan membangun daerahnya. Dan semakin tinggi tingkat sosial
ekonomi seseorang memungkinkan seseorang tersebut mencapai tingkat
1. Jalur Formal
a. Pendidikan Dasar
pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan madrasah
Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk yang
lebih sederajat.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah jurusan, seperti: SMA, MA, SMK, MAK atau
bentuk lain yang sederajat
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, dan universitas.
2. Jalur Nonformal
3. Jalur Informal
4. Konsep Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas manusia guna mempertahankan hidup dan
juga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sesuai dengan pendapat
Bintarto (1986: 27) yang mengemukakan bahwa mata pencaharian merupakan
aktivitas manusia guna mempertahankan hidupnya dan guna memperoleh taraf
hidup yang lebih layak dimana corak dan ragamnya berbeda-beda sesuai dengan
pencaharian yang berpengaruh pada kemampuan ekonomi.
Ditinjau dari aspek ekonomis, bekerja adalah melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan atau membantu menghasilkan barang dan jasa dengan maksud
untuk memperoleh penghasilan baik berupa uang atau barang dalam kurun waktu
tertentu.
Kemudian menurut ICSO (International Standart Clasification of Oecupation)
pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Professional ahli teknik dan ahli jenis
b. Kepemimpinan dan ketatalaksanaan
c. Administrasi tata usaha dan sejenisnya
d. Jasa
e. Petani
f. Produksi dan operator alat angkut
Dari klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Dalam masyarakat
tumbuh kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat di mata
masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi. Jadi untuk
menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis
pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:
a. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis,
pemimpin dalam ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah
jasa.
c. Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat
angkut/bengkel.
Pada umumnya masyarakat keturunan transmigran di Desa Ratna Daya bekerja di
sektor informal terutama dibidang pertanian sesuai dengan pendapat Ida Bagus
Mantra (1991:171) bahwa, penduduk yang pergi ke Lampung bekerja dalam
bidang pertanian.
5. Konsep Pendapatan
Seperti yang dikemukakan Kartono Wirosuharjo, dkk (1985: 83) menyatakan
bahwa “Pendapatan adalah arus uang atau barang yang di dapat oleh
perseorangan, kelompok orang, perusahaan atau suatu perekonomian pada suatu
periode tertentu”. Berdasarkan pendapat di atas maka dalam kehidupan usaha
rumah tangga pendapatan merupakan hal yang pokok dalam kehidupan usaha
rumah tangga tersebut untuk memenuhi segala kebutuhannya sehingga sebagian
besar dan kecilnya pendapatan suatu rumah tangga akan sangat berpengaruh pada
tingkat kesejahteraan rumah tangganya.
Pendapatan adalah jumlah keseluruhan dari hasil yang diperoleh baik dari
pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan yang dapat dilihat dan diukur
dengan rupiah dalam waktu tertentu. Sehubungan dengan tingkat pendapatan
berikut kriteria golongan pendapatan, yaitu:
bulan
c. Pendapatan tinggi jika pengeluaran lebih dari Rp. 420.000/ bulan
Jika pendapatan suatu rumah tangga tinggi, maka sudah pasti kebutuhan pokok
rumah tangga tersebut akan terpenuhi.
B. Kerangka Pikir dan Paradigma 1. Kerangka Pikir
Perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya selalu terjadi baik
secara permanen maupun bersifat sementara. Seseorang melakukan transmigrasi
disebabkan oleh keadaan ekonomi yang kurang baik di daerah asal serta keadaan
sosial dalam diri manusia guna meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya, dan
adanya suatu dorongan atau daya tarik daerah lain yang diduga dapat memberikan
kehidupan yang lebih baik.
Kedatangan para transmigran itu sendiri dalam upaya mensejajarkan diri dengan
desa-desa yang lama memerlukan perjuangan yang keras karena mereka harus
membuka hutan sendiri dan mengerjakannya, baik itu membuka untuk lahan
pertanian maupun menyiapkan fasilitas-fasilitas yang lain (perumahan, jalan,
jembatan, dan yang lain) (Sri-Edi Swasno, dkk. 1986 ; 26)
Kerja keras dari para masyarakat itu tentunya akan membawa suatu
perkembangan bagi kehidupan sosial budaya maupun sosial ekonomi masyarakat
itu sendiri. Dalam bidang sosial ekonomi berdasarkan modelnya, sosial ekonomi
berdasarkan sistemnya, dan sosial ekonomi berdasarkan kedudukannya.
masyarakat
Demikian Deskripsi Tentang Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa
Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur yang meliputi
perkembangan sosial ekonomi berdasarkan kedudukannya yaitu dilihat dari jenis
pendidikan pekerjaan, dan pendapatan masyarakat
2. Paradigma
Masyaraka Desa
Ratna Daya
Sosial ekonomi berdasarkan
modelnya
Sosial ekonomi berdasarkan
sistemnya
Sosial ekonomi berdasarkan kedudukannya
pendidikan, pekerjaan, pendapatan
Keterangan:
REFERENSI
Soerjono Soekanto. 1982.Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta. Halaman 263
Malo Manase. 1989.Metode Penelitian Sosial. Karunika. Jakarta. Halaman 86
Kaare Svalastoga. 1998.Kondisi Masyarakat Miskin di Perkotaan. Ghalia Indonesia Jakarta. Halaman 37.
Soerjono Soekanto. 1982.Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta. Halaman 22
Mulyanto Sumardi. 1982.Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Perilaku Menyimpang. Rajawali. Jakarta. Halaman 29
Ida Bagus Mantra.. 2003. Demografi Umum. Nurcahya. Yogyakarta. Halaman 126
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik data
kualitatif. Menurut pendapat Muhammad Ali, untuk memecahkan dan menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, dilakukan dengan
langkah-langkah pengumpulan data, membuat kesimpulan tentang suatu keadaan
secara objektif dalam suatu deskriptif situasi. (Muhammad Ali, 1985: 20)
Pendapat lain mengatakan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian
ilmiah yang ditujukan kepada pemecahan masalah yang ada sekarang dan
pelaksanaannya tidak terbatas kepada pengumpulan data, tetapi juga meliputi pada
analisis dan interpretasi data. (Winarno Surachmad, 1982 ; 131)
Berdasarkan definisi diatas maka metode deskriptif adalah suatu cara yang
digunakan untuk melakukan penelitian secara ilmiah yang ditunjukan kepada
pemecahan masalah yang ada dengan menggunakan suatu pendeskripsian atau
penuturan dengan menafsirkan data yang ada.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian deskriptif adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan masalah yang disajikan pokok pembahasan
2. Menentukan ruang lingkup penelitian
No Dusun Populasi
1 I 100
2 II 150
3 III 125
4 IV 100
Jumlah 475
5. Menarik kesimpulan dari data-data yang telah terkumpul
6. Menyusun laporan hasil penelitian secara tertulis
B. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimakud dengan variabel adalah objek
penelitian atau apa yang menjadi inti perhatian suatu penelitian. (Suharsimi
Arikunto, 1989 ; 91)
Pendapat lain menyatakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang menjadi
objek pengamatan. (Sumadi Suryabrata, 1991; 126).
Jadi dapat disimpulakan variabel adalah sesuatu yang menjadi objek atau inti
perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan variabel
tunggal yaitu perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah adalah keseluruhan subjek penelitian. (Suharsimi Arikunto, 1998:
108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat transmigran
di Dusun I, II, III, dan IV Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten
[image:29.595.112.414.612.739.2]Lampung Timur yang terdiri dari 475 kepala keluarga
Menurut Winarno Surachmad, sampel adalah obyek yang berjumlah kurang dari
populasi. (Winarno Surachmad, 1977 ; 58)
Sedangkan Suwardi Endraswara berpendapat, sampel adalah salah satu cara
(penyempitan) wilayah yang akan digarap. Dengan kata lain sampel adalah
sumber dari informasi data itu sendiri (Suwardi Endraswara, 2006: 15).
Untuk pengambilan sampel dalam suatu penelitian, tidak ada aturan yang tegas
tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi
yang tersedia.Ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang menjelaskan
bahwa:
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau derah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Sampel bertujuan memiliki syarat-syarat:
a. Pengmbil sampel harus didasarkan atas cirri-ciri, sifat-sifat, atau karakteristik tertentu, yang merupakan cirri-ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar subjek yang paling banyak mengandung cirri-ciri yang terdapat pada populasi.
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat didalam studi pendahuluan
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dari 475 kepala keluarga, yang diambil
[image:30.595.108.517.582.712.2]sebagai sampel hanya 5 kepala keluarga.
Tabel 2. Jumlah sampel yang diwawancarai
No Nama Umur Pekerjaan
1 Sriyono 47 Kepala Desa Ratna Daya
2 Drs. Ismail Marzuki 51 SekDes Ratna Daya
3 Suharno 60 Ketua LPMD
4 Ikhwani S.Pd I 58 Ketua BPD
Dalam penelitian ini menggunakan Snowball sampling. Snowball sampling adalah
teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar
ibarat bola saljumenggelinding yang lama-lama menjadi besar. (Sugiono,
125:2013). Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang,
tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang lebih tahu dan dapat melengkapi
data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dianggap lebih tahu
dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu
seterusnya sehingga jumlah sampelnya semakin banyak.Penggunaan snowball
sampling juga didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri yaitu masyarakat yang mengetahui tentang perkembangan sosial ekonomi
masyarakat Desa Ratna Daya.Oleh karena itu penulis hanya mengmbil 10 kepala
keluarga untuk dijadikan sampel.
D. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam setiap penelitian.Sumber
data berasal dari mana saja, baik itu sumber tertulis maupun sumber lisan.
Menurut Suharsimi Arikunto:
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bias berupa benda, gerak, atau proses sesuatu (Suharsimi Arikunto, 1986: 102)
Karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data
H. B. Sutopo bahwa:
Dalam penelitian kualitatif posisi sumbewr data yang berupa manusia (narasumber) sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber disini memiliki posisi yang sama. Oleh karena itu, narasuber bukan hanya memberikan tanggapan pada apa yang diminta oleh peneliti, tetapi ia bias lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi inilah sumber data yang berupa manusia di dalam pene;litian kualitatif lebih tepat disebut informan daripada sebagai responden. (H. B. Sutopo, 2006: 57)
Dengan demikian, peneliti merujuk pada pendapat Abdurrahmat Fathoni yang
menyatakan bahwa:
Responden adalah sumber data primer, data tentang dirinya sendiri sebagai objek sasaran penelitian, sedangkan informan adalah sumber data sekunder, data tentang pihak lain, tentang responden. Oleh sebab itu, informan hendaknya dipilih dari orang yang banyak mengetahui atau mengenal keadaan responden (Abdurrahmat Fahtoni, 2006: 105)
Oleh sebab itu, peneliti menetapkan informan dengan criteria sebagai berikut;
1. Individu yang bersangkutan merupakan tokoh adat dari masyarakat
setempat.
2. Individu yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas dalam
menjelaskan perkembangan masyarakat Desa Ratna Daya
3. Individu yang bersangkutan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam upaya memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan dibahas,
Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan dibahas, maka
penulis menggunakan teknik wawancara.
Menurut Sutrisno Hadi, yang dimaksud teknik wawancara adalah:
Metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dkerjakan
secara sistematis berdasarkan tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua atau lebih
orang yang hadir dalam proses tanya jawab itu secara fisik masing-masing pihak
dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar.
(Sutrisno Hadi, 1991 ; 193).
Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data penelitian yang
berupa jawaban pertanyaan secara lisan yang diajukan oleh peneliti, yaitu untuk
mengetahui aktifitas dalam mengembangkan sosial ekonomi di Desa Ratna Daya.
Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur. Dalam
melakukan wawancara ini penulis menggunakan daftar pertanyaan sebagai
pedoman yang telah disusun sebelumnya yang bersifat terbuka dan berisikan
hal-hal yang pokok, dimana untuk selanjutnya dapat dikembangkan pada saat
wawancara berlangsung.
b. Teknik Observasi
Untuk memperoleh data yang tidak tertulis, maka penulis melakukan pengamatan
langsung di lokasi penelitian, dengan menggunakan teknik observasi.
Sutrisno hadi mengemukakan bahwa :
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
langsung oleh sejarah indonesia peneliti. (Sutrisno Hadi, 1991 ; 149)
Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar,
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas), dan kesasiohannya (validitasnya) (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009: 52).
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai perkembangan sosial
ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara kabupaten
Lampung Timur
c. Terknik Dokumentasi
Untuk memperoleh data sekunder yang mendukung penelitian ini berupa
monografi desa yaitu tentang jumlah penduduk, jumlah keluarga, dan lain-lain
yang berhubungan dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik
dokumentasi.
Menurut Komaruddin, teknik dokumentasi adalah suatu yang memberikan bukti
dimana dipergunakan sebagai alat pembukti atau bahan-bahan untuk
membandingkan suatu keterangan atau informasi, penjelasan atau dokumentasi
dalam naskah atau informasi tertentu. (Komaruddin, 1977 ; 50)
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang bersumber dari kantor kepala
Desa Ratna Daya.
d. Teknik Kepustakaan
Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan dibahas, maka
Menurut Koentjaraningrat, teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data
dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang
perpustakaan , seperti buku-buku, koran, majalah, naskah dan sebagainya yang
relevan dengan penelitian. (Koentjaraningrat, 1983 ; 81)
Dengan teknik kepustakaan ini peneliti berusaha memperoleh dan menelaah
buku-buku yang berkenaan dengan masalah yang akan diteliti.
F. Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan menganalisa data,
mendeskripsikan, serta mengambil kesimpulan. Untuk menganalisa data
inimenggunakan teknik analisa data kualitatif, karena berupa
keterangan-keterangan.
Muhammad Ali berpendapat bahwa analisis kualitatif yakni menggunakan proses
berfikir induktif, untuk menjadi hipotesis yang dirumuskan sebagai jawaban
sementara terhadap masalah yang diteliti. Induktif dalam hal ini dibuat bertolak
dari berbagai fakta teridentifikasi munculnya maupun tidak. (Mihammad Ali,
1985 ; 155)
Pada dasarnya proses analisis data dilakukan secara bersamaan dengan
pengumpulan data. Analisis data dilakukan dengan melalui beberapa tahap.Dalam
kaitanya dengan analisis data kualitatif, langkah-langkah yang ditempuh penulis
sesuai dengan pendapat H. B. Sutopo (2006: 114-116) sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan
terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Reduksi data sudah dilangsungkan sejak
peneliti mengambil keputusan, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan
penelitian yang menekankan pada fokus tertentu tentang kerangka kerja
konseptual dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan
digunakan karena teknik pengumpulan data tergantung pada jenis data yang akan
digali dan jenis data ini sudah terarah dan ditentukan oleh beragam pertanyaan
yang terdapat dalam rumusan masalah penelitian.
2. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk
narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan peneliti dapat menarik
kesimpulan. Sajian data ini disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat
dalam reduksi data dan disajikan dengan menggunakan kalimat yang disusun
secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca akan bias mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Setelah data-data telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan
secara utuh, setelah semua makna-makna yang muncul dari data yang sudah diuji
kebenarannya, kekokohannya, kecocokannya, sehingga akan diperoleh suatu
kesimpulan yang jelas kegunaan dan kebenarannya dan dapat
REFERENSI
Muhammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. Halaman 20.
Winarno Surachmad. 1982.Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito. Bandung. Halaman 58
Sumadi Suryabrata. 1991.Metodelogi Penelitian. Rajawali Jakarta.. Halaman 126
Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta. Halaman 91.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, Halaman. 215-216.
Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta. Halaman 108.
H. B Sutopo. 2006. Metode penelitian kualitatif. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Halaman 57
V KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan pedoman yang penulis kemukakan sebagai hasil dari penelitian yang
telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan bahwa:
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara
Kabupaten Lampung Timur telah mengalami perubahan dari awal mula didirikannya
Desa Ratna Daya sampai pada saat ini. Perubahan tersebut dapat dilihat dari
1. Bidang pendidikan pada awalnya Desa Ratna Daya hanya memiliki satu
Sekolah Dasar saja. Sampai saat ini total sekolah yang ada di Desa Ratna
Daya yaitu 2 PAUD, 1 TK, 3 SDN, dan 1 SMPN
2. Selain dilihat dari bidang pendidiakan perubahan sosial ekonomi Desa Ratna
Daya juga dapat dilihat dari jenis pekerjaan masyarakat yang semakin
beragam, yang pada mulanya hanya bermata pencaharian sebagai petani,
sampai saat ini mulai mencari penghasilan pada bidang pekerjaan lain. Baik
itu sebagai pegawai swasta, ABRI, Wiraswasta. Disamping itu mereka juga
mulai membuka warung-warung kecil, membuka pandai besi, untuk yang
memiliki modal yang lebih besar bisa membuka pabrik penggilingan padi,
3. .Untuk pendapatan masyarakat, jika dibandingkan dengan sekitaran tahun
1990an pendapatan masyarakat petani yang memiliki tanah hanya sekitar
Rp70.000-Rp.100.000 per bulan. Untuk tahun 2013 ini pendapatan
masyarakat mencapai Rp.750.000-Rp.1.000.000 per bulan, Dengan demikian
telah terjadi peningkatan pendapatan sekitar 10 kali lipat dari tahun 1990an
sampai 2013 ini.
Dengan melihat perkembangan dari tiga hal tersebut ini lah maka dapat disimpulkan
bahwa kehidupan masyarakat Desa Ratna Daya telah mengalami perkembangan ke
arah kemajuan dari tahun-tahun sebelumnya dalam bidang sosial ekonomi. Dan dapat
dikatakan perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya tergolong
memiliki tingkat sosial ekonomi sedang, karena sebagian besar masyarakat Desa
Ratna Daya pada saat ini sedang atau sudah menyelesaikan pendidikan sampai
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), kemudian walaupun sebagian besar
masyarakat hanya bermata pencaharian sebagai petani namun mereka dapat
memenuhi kebutuhan pokok mereka, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan
papan.
2. SARAN
1. Dalam hal pendidikan hendaknya pemerintah lebih memperhatikan
perkembangan pendidikan masyarakat desa-desa bentukan untutuk para
kerja lain untuk masyarakat sehingga masyarakat dapat meningkatkan
pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
3. Dalam hal pendapatan.hendaknya pemerintah dapat lebih memperhatikan
kehidupan masyarakat di pedesaan yang hanya dapat mengandalkan
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. 215 hlm .
Amral, Sjamsu. M. 1956. Dari Kolonisasi ke Transmigrasi. Djambatan. Jakarta. 139 hlm.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta. 314 hlm.
Hadi, Sutrisno. 1991. Metodelogi Research. Psikologi UGM. Yogyakarta. 242 hlm
Heeren H.J. 1979. Transmigrasi di Indonesia. Gramedia. Jakarta. 203 hlm..
Kartodirdjo.Sartono. 1987. Kebudayaan Pembangunan DalamPerspektifSejarah. Yogyakarta.Gajah Mada University. 295 Halaman
Koentjaraningrat. 1970. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Djambatan.Jakarta. 390 Halaman.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta. Halaman 81.
Komaruddin. 1977. Kamus Istilah Skripsi dan Tesis. Angkasa. Bandung. Halaman 50.
Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Nurcahya. Yogyakarta. 363 hlm
Monografi Desa Ratna Daya, Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur.
Prayitno, Hadi. Dan Linconch Arsyat. 1987. Petani Desa dan Kemiskinan. LP3ES. 183 hlm.
Sri-Edi Saswono. Masri singarimbun. 1986. Transmigrasi di Indonesia 1905-1985. UI Press. Jakarta. Halaman 26 dan 188
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 380 hlm
Sumardi,Mulyanto.1982.Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokokdan Perilaku Menyimpang. Rajawali. Jakarta. 232 hlm
Suryabrata, Sumadi. 1991. Metodelogi Penelitian. Rajawali Jakarta. 126 hlm.
Surachmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito. Bandung. Halaman 131.
Sutopo H. B. 2006. Metode penelitian kualitatif. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 129 hlm
Svalastoga, Kaare. 1998. Kondisi Masyarakat Miskin di Perkotaan. Ghalia Indonesia Jakarta. Halaman 37.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar.2009. Metode Penelitian Sosial. PT Bumi Aksara. Jakarta 186 hlm