• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA RATNA DAYA KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA RATNA DAYA KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI TENTANG PERKEMABANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA RATNA DAYA KECAMATAN RAMAN

UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh:

AYOE DIAH SUKMAWATI

Skripsi

Sebagai Salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

ABSTRAK

DESKRIPSI TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA RATNA DAYA KECAMATAN RAMAN

UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

AYOE DIAH SUKMAWATI

Kemiskinan yang melanda masyarakat di Jawa pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, salah satunya diakibatkan karena adanya kepadatan penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Kolonial Belanda pun pada akhirnya menetapkan sebuah kebijakan yang dikemukakan oleh Van Deventer. Program tersebut mencakup tiga hal yaitu pendidikan, pembuatan irigasi, dan pemindahan penduduk dari daerah yang padat di Jawa kedaerah diluar Jawa.

Pada tahun 1905 diberangkatkan rombongan transmigran (kolonis) yang pertama ke daerah Gedong Tataan, keresidenan Lampung. Pemindahan rombongan transmigran di Gedong Tataan terus dilakukan sampai tahun 1921, Kemudian tahun 1932 dibuka lagi daerah kolonisasi baru dengan nama Gedong Dalam yang dilanjutkan dengan penempatan rombongan transmigran di daerah koloni baru yang luas yaitu daerah Sukadana. Sampai tahun 1937 di tanah Sukadana ini lah para rombongan transmigran memulai kehidupannya, sebidang tanah yang diberikan oleh pemerintah kolonial kepada mereka menjadi modal hidup mereka di tanah Sukadana. Transmigrasi terus dilakukan salah satunya ke daerah Raman Utara. Daerah yang sekarang ini masuk ke dalam kabupaten Lampung Timur menjadi salah satu tempat tujuan transmigrasi.Salah satunya sebuah desa bernama Ratna Daya.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.dilihat dari kedudukannya?”Metode yang digunakan adalah Deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan kepustakaan. Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu sosial dan ekonomi terutama mengenai perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Batasan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Konsep Sosial Ekonomi ... 8

2. Konsep Masyarakat ... 10

3. Konsep Pendidikan ... ... 10

4. Konsep Pekerjaan ... 12

5. Konsep Pendapatan ... 14

B. Kerangka Pikir dan Paradigma ... 15

1. Kerangka Pikir ... 15

2. Paradigma ... 16

III. . METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 17

B. Variabel Penelitian ... 17

C. Populasi Dan sampel ... 18

1. Populasi ... 18

2. Sampel ... 19

D. Sumber Data ... 20

E. Teknik Pengumpulan Data ... 21

F. Teknik Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 25

(8)

1.1.Sejarah Singkat Desa Ratna Daya ... 25

1.2.Keadaan Penduduk Desa ... 26

1.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27

1.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia ... 28

1.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 29

1.2.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... 30

1.2.5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis ... 30

1.2.6. Keadaan Penduduk Yang Berpotensi jadi Tenaga Kerja . 31 1.3.Sarana–prasarana Umum ... 31

1.4. Kepemilikan Tanah ... 33

2. Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 35

2.1Keadaan Pendidikan di Ratna Daya ... 36

2.2Jenis pekerjaan ... 40

2.3Tingkat pendapatan ... 43

B. Pembahasan ... 47

1. Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ratna Daya ... 47

1.1.Pendidikan ... 48

1.2.Pekerjaan ... 50

1.3.Pendapatan ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 54

2. Saran ... 55

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Jumlah anggota populasi Desa Ratna Daya ... 16

2. Jumlah Sampel yang diwawancarai ... 17

3. Daftar Nama Kepala Desa danTahun Jabatannya ... 26

4. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 28

5. Jumlah penduduk berdasarkan usia ... 28

6. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ... 29

7. Jumlah penduduk berdasarkan agama ... 30

8. Jumlah penduduk berdasarkan suku/etnis ... 30

9. Jumlah penduduk yang berpotensi jadi tenaga kerja ... 31

10.Jumlah sarana-prasarana umum ... 32

11.Kepemilikan Tanah Masyarakat Desa Ratna Daya ... 33

12.Perkembangan Jumlah Sekolah Desa Ratna Daya ... 38

13.Jumlah sekolah di Desa Ratna Daya ... 39

14.Jumlah tenaga pengajar di Desa Ratna Daya ... 40

15.Pekerjaan pokok penduduk ... 41

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada permulaan abad ke XX pemerintah Kolonial Belanda mulai menyadari

bahwa kemiskinan sedang meningkat di pulau Jawa, kemiskinan ini salah satunya

diakibatkan karena kepadatan penduduk yang semakin tinggi.

Untuk memperbaiki kondisi rakyat pedesaan di Jawa, pemerintah Hindia Belanda

mulai memperkenalkan kebijakan baru yang disebut dengan Politik Etis..

Pemerintah Kolonial Belanda mulai memikirkan kemungkinan terlaksananya

kolonisasi, yaitu penempatan petani-petani dari daerah yang padat penduduknya

di Jawa ke desa-desa baru yang kosong di luar jawa, yang disebut dengan

“koloni”.

Sebagai pelaksanaannya, maka dilakukan pemindahan penduduk dari pulau Jawa

keluar Jawa yang lebih dikenal dengan istilah transmigrasi, yaitu perpindahan

dalam hal ini memindahkan orang dari daerah yang yang padat penduduknya ke

daerah yang jarang penduduknya dalam batas negara dalam rangka kebijaksanaan

nasional untuk tercapainya penyebaran penduduk yang lebih seimbang (H.J.

(11)

Program itu atas usulan dari C. Th. Van Deventer tahun 1899 dalam Politik Etis.

Program tersebut mencakup tiga hal yaitu pendidikan, pembuatan irigasi, dan

pemindahan penduduk dari daerah yang padat di Jawa kedaerah diluar Jawa.

Pada tahun 1905 diberangkatkan rombongan transmigran (kolonis) yang pertama

sebanyak 155 keluarga ke daerah Gedong Tataan, keresidenan Lampung.

Pemindahan rombongan transmigran di Gedong Tataan terus dilakukan sampai

tahun 1921, lama-kelamaan daerah Gedong Tataan inipun menjadi padat dengan

adanya rombongan transmigran ini. Pemerintah Kolonial pun berupaya untuk

membuka daerah baru karena sudah tidak ada lagi tanah yang bisa dibuka untuk

perluasan di Gedong Tataan ini. Maka untuk mengatasi kepadatan penduduk di

daerah Gedong Tataan tersebut pemerintah kolonial pun membuka daerah

kolonisasi kedua yaitu di daerah Wonosobo, terletak kira-kira 10 km sebelah barat

Kota Agung, daerah ini dipilih karena air untuk irigasi cukup banyak dan mudah

dialirkan kedaerah tanah pertanian. Pemindahan rombongan ke daerah Wonosobo

ini hanya sampai dua tahun saja yakni sampai tahun 1923, karena terhambat di

biaya pemindahannya. Namun setiap tahunnya masih banyak rombongan

transmigran yang datang dengan kemauan dan biaya sendiri untuk tinggal di tanah

kolonisasi Lampung. Rombongan transmigran ini rata-rata berasal dari Kedu,

Banyumas, Yogya, Solo, Kediri, Madiun dan Pekalongan.

Kemudian dibuka lagi daerah kolonisasi baru dengan nama Gedong Dalam yang

dilanjutkan dengan penempatan rombongan transmigran di daerah koloni baru

(12)

Selanjutnya dibuka lagi daerah kolonisasi baru dengan nama Karangrejo, terletak

kira-kira 20 km dari kampung Gunung Megang yang letaknya 17 km dari Talang

Padang. Dan mulai tahun ini lah untuk pertama kalinya dipindahkan rombongan

transmigran dari Blora dan Lumajang. Keadaan didaerah-daerah kolonisasi di

Lampung makin lama makin baik. Karena itu setiap tahun makin besar jumlah

kolonis-sukarela yang datang berpindah kesana. Begitu pula jumlah kolonis yang

dipindahkan oleh pemerintapun semakin bertambah besar (M. Amral Sjamsu,

1956, 8)

Sampai tahun 1937 jumlah rombongan transmigran yang dipindahkan ke daerah

Sukadana mencapai 6176 jiwa(M. Amral Sjamsu, 1956, 45). Di tanah Sukadana

ini lah para rombongan transmigran memulai kehidupannya, sebidang tanah yang

diberikan oleh pemerintah kolonial kepada mereka menjadi modal hidup mereka

di tanah Sukadana. Tanah yang diberikan kepada tiap-tiap keluarga cukup untuk

pekarangan dan tanah persawahan. Mereka juga diberikan tanah untuk dikerjakan

karena pemerintah kolonis ingin menetapkan sistim bawon. namun karena terlalu

luasnya tanah yang harus dikerjakan oleh para kolonis, mereka merasa tak cukup

tenaga untuk memanen hasil pertanian mereka. Sehingga mereka meminta

penambahan tenaga kerja dari Jawa yang terdiri dari sanak keluarga, kenalan,

tetangga desa dan lain-lain.

Lama kelamaan jumlah kolonis yang datang melebihi jumlah yang dibutuhkan

untuk penggarap tanah, sehingga tidak setiap kolonis baru mendapat kesempatan

untuk mendapat upah dari hasil pengelolaan tanah pertanian tersebut. Sehingga

untuk mengatasinya, pemerintah Kolonial diberi pekerjaan lain seperti menggali

(13)

kesehatan di tanah-tanah kolonisasi telah banyak kemajuannya. Dalam tahun

1938telah dibuka dua klinik di Sukadana. Klinik-klinik itu dipimpin oleh mantri

jururawat dari Departemen Kesehatan dan satu klinik kepunyaan Roomsch

Katholieke Missie di Metro (M. Amral Sjamsu, 1956, 46)

Jika dilihat dari perkembangannya tanah-tanah kolonisasi dalam keresidenan

Lampung, seperti tanah kolonisasi Sukadana, menunjukkan kemajuan yang sangat

pesat. Sukadana yang dibuka pada tahun 1932 telah mempunyai penduduk kolonis

kurang-lebih 91000 jiwa, yaitu kira-kira dua kali lipat jumlah penduduk kolonis di

Gedong Tataan. Kolonisasi di Sukadana ini masih dapat diperluas dengan

pembukaan daerah-daerah baru seperti Pengubuan, Way Seputih, Rumbia,

Punggur, Raman dan Way Jepara.

Transmigrasi terus dilakukan salah satunya ke daerah Raman Utara. Daerah yang

sekarang ini masuk ke dalam kabupaten Lampung Timur menjadi salah satu

tempat tujuan transmigrasi.

Desa Ratna Daya dibuka dibuka secara resmi oleh Jawatan Transmigrasi pada

tanggal 29 Agustus 1958 oleh Jawatan Pembukaan Tanah Wilayah Sukadana.

Setelah hutan dibuka kemudian didatangkanlah penduduk transmigran dari Pulau

Jawa. Pada bulan September 1958 pemerintah mendatangkan penduduk

transmigran dari Pulau Jawa menuju ke Lampung salah satunya adalah ke desa

Ratna Daya, pimpinan rombongan pada waktu itu adalah:Bapak Sastro Sugito,

beliau rombongan dari Solo. Bapak Sansukarjo, beliau adalah rombongan dari

Banyumas, dan Bapak Markun, beliau adalah rombongan dari Madiun (Monografi

(14)

Jadi sebagian besar transmigran yang tinggal di Desa Ratna Daya ini adalah para

transmigran yang datang dari daerah Solo, Banyumas, dan Madiun.

Sebelum nama desa, semula namanya kampung dan atas prakarsa dari

masing-masing ketua rombongan maka dibentuk sebuah nama yang cukup sederhana,

yaitu Ratna Daya. Nama Ratna Daya sendiri memiliki arti Ratna adalah

kebersamaan dan Daya adalah usaha, jadi dapat diatikan arti dari Ratna Daya

adalah usaha untuk membangun kebersamaan.

Masyarakatdi Ratna Daya mengalami perubahan-perubahan, baik itu yang

menyangkut kehidupan mereka maupun perubahan-perubahan desa yang

mengarah kepada perkembangan. Baik itu dalam bidang sosial ekonomi yang

dilihat dari kedudukannya yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan

masyarakat.

Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji mulai dari terbentuknya desa

Ratna Daya sampai penulis melakukan penulisan ini. Karena desa ini resmi

dibuka pada tahun 1958 maka disini penulis akan mengkaji pada perkembangan

sosial ekonomi masyarakat dari tahun 2001 sampai tahun 2013

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengungkapkan tentang

perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman

(15)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan

Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari modelnya.

2. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan

Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari sistemnya

3. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa ratna Daya Kecamatan

Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari kedudukannya.

C. Batasan Masalah

Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan

Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari kedudukannya.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Bagaimana perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya

Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari

kedudukannya?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna

Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dilihat dari

(16)

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis adalah sebagai bahan sumbangan pengetahuan dalam

rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan

ekonomi mengenai perkembangan sosial ekonomi masyarakat transmigran

yang mencakup pendidikan, jenis pekerjaan, dan jumlah pendapatan.

2. Secara praktis dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah maupun

pemerintah pusat dalam rangka pengambilan kebijakan dan penyusunan

program pembangunan ekonomi pedesaan

.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkupsubjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Ratna

Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur,

2. Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah sosial ekonomi

masyarakat tahun 2001-2013 meliputi pendidikan, jenis pekerjaan dan

jumlah pendapatan,

3. Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalahDesa Ratna Daya

Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur,karena sebagian

besar masyarakat di Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten

Lampung Timur adalah keturunan masyarakat transmigran. Desa Ratna

Daya terbagi dalam empat lingkungan (dusun), yaitu Dusun I, Dusun II,

Dusun III, dan Dusun IV.

4. Ruanglingkup waktu penelitian adalah 2013,

(17)

REFERENSI

H.J. Heeren. 1979. Transmigrasi di Indonesia (terjemahan). Gramedia. Jakarta. Halaman 6.

Amral, Sjamsu. M. 1956. Dari Kolonisasi ke Transmigrasi. Djambatan. Jakarta. Halaman 8

Monografi Desa Ratna Daya, Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung

Timur.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial

dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada

departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi

persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang

ruanglingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang

berkenaan dengan masyarakat (KBBI,1996:958). Sedangkan dalam konsep

sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia

tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Kata sosial

sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.

Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang

berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum.

Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau

manajemen rumah tangga.

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material.

Kebutuhan pokok dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna

(19)

kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan

mengaktualisasikan diri.

Menurut Melly G Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi mencakup 3 (tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh MaMahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi di titik beratkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehatyang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly Dalam Susanto, 1984).

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah

kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya

sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan

kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi

kebutuhan hidupnya.

Melly G. Tan mengatakan untuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga atau

masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan, dan

penghasilan. Berdasarkan hal ini maka keluarga atau kelompok masyarakat itu

dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi. (Tan

dalam Koentjaraningrat, 1981)

Sehubungan dengan tingkat pendapatan/pengasilan berikut kriteria golongan

pendapatan/penghasilan menurut Koentjaraningrat, yaitu:

a. Golongan Berpenghasilan Rendah

(20)

Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. c. Golongan Berpenghasilan Tinggi

Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan dimasa mendatang.

Kebutuhan pokok disini sama halnya dngan tingkat hidup minimal mencakup

kebutuhan pokok primer yakni kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.

(http://pratama94.wordpress.com. Blogger: Pratama)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial

ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan,

antara lain pendidikan, pekerjaan, dan pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan

dengan penghasilan.

Pada umumnya penghasilan masyarakat akan lebih baik jika dibandingkan dengan

penghasilan mereka sebelumnya di Jawa. Hal tersebut akan membawa suatu

perkembangan terutama perkembangan ekonomi yang sejalan pula dengan

perkembangan desa tersebut.

2. Konsep Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan masyarakat adalah

orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. (Soerjono Soekanto,

1982 ; 22).

Menurut Koentjaraningrat (1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia

yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat

(21)

hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan yang berinteraksi menurut suatu

sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa

identitas yang sama.

3. Konsep Pendidikan

Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi sebagai pengalaman

belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar dalam

perubahan tingkah laku menuju kedewasaan. Pendidikan diartikan sebagai sebuah

proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh

pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan

kebutuhan (Muhibinsyah, 2003:10). Seorang anak normal yang tumbuh dewasa

maka secara otomatis pemikirannya pun akan berkembang dan lebih bijak dalam

mengambil suatu keputusan, jika dalam pertumbuhan menuju kedewasaannya

diimbangi dengan pendidikan yang baik.

Pendidikan pada dasarnya adalah:

a. proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan kelakuan yang berlaku dalam masyarakat.

b. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin misalnya sekolah sehingga dapat mencapai kesadaran sosial serta dapat mengembangkan pribadinya. (Siti Meichati, 1980 ; 6)

Berdasarkan dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pendidikan itu

merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas manusia ditinjau dari tumbuhnya

rasa percaya diri serta memiliki sikap yang inovatif dan kreatif untuk

mengembangkan dan membangun daerahnya. Dan semakin tinggi tingkat sosial

ekonomi seseorang memungkinkan seseorang tersebut mencapai tingkat

(22)

1. Jalur Formal

a. Pendidikan Dasar

pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan madrasah

Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk yang

lebih sederajat.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah jurusan, seperti: SMA, MA, SMK, MAK atau

bentuk lain yang sederajat

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institut, dan universitas.

2. Jalur Nonformal

3. Jalur Informal

4. Konsep Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktivitas manusia guna mempertahankan hidup dan

juga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sesuai dengan pendapat

Bintarto (1986: 27) yang mengemukakan bahwa mata pencaharian merupakan

aktivitas manusia guna mempertahankan hidupnya dan guna memperoleh taraf

hidup yang lebih layak dimana corak dan ragamnya berbeda-beda sesuai dengan

(23)

pencaharian yang berpengaruh pada kemampuan ekonomi.

Ditinjau dari aspek ekonomis, bekerja adalah melakukan pekerjaan untuk

menghasilkan atau membantu menghasilkan barang dan jasa dengan maksud

untuk memperoleh penghasilan baik berupa uang atau barang dalam kurun waktu

tertentu.

Kemudian menurut ICSO (International Standart Clasification of Oecupation)

pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Professional ahli teknik dan ahli jenis

b. Kepemimpinan dan ketatalaksanaan

c. Administrasi tata usaha dan sejenisnya

d. Jasa

e. Petani

f. Produksi dan operator alat angkut

Dari klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Dalam masyarakat

tumbuh kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat di mata

masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi. Jadi untuk

menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis

pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:

a. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis,

pemimpin dalam ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah

(24)

jasa.

c. Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat

angkut/bengkel.

Pada umumnya masyarakat keturunan transmigran di Desa Ratna Daya bekerja di

sektor informal terutama dibidang pertanian sesuai dengan pendapat Ida Bagus

Mantra (1991:171) bahwa, penduduk yang pergi ke Lampung bekerja dalam

bidang pertanian.

5. Konsep Pendapatan

Seperti yang dikemukakan Kartono Wirosuharjo, dkk (1985: 83) menyatakan

bahwa “Pendapatan adalah arus uang atau barang yang di dapat oleh

perseorangan, kelompok orang, perusahaan atau suatu perekonomian pada suatu

periode tertentu”. Berdasarkan pendapat di atas maka dalam kehidupan usaha

rumah tangga pendapatan merupakan hal yang pokok dalam kehidupan usaha

rumah tangga tersebut untuk memenuhi segala kebutuhannya sehingga sebagian

besar dan kecilnya pendapatan suatu rumah tangga akan sangat berpengaruh pada

tingkat kesejahteraan rumah tangganya.

Pendapatan adalah jumlah keseluruhan dari hasil yang diperoleh baik dari

pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan yang dapat dilihat dan diukur

dengan rupiah dalam waktu tertentu. Sehubungan dengan tingkat pendapatan

berikut kriteria golongan pendapatan, yaitu:

(25)

bulan

c. Pendapatan tinggi jika pengeluaran lebih dari Rp. 420.000/ bulan

Jika pendapatan suatu rumah tangga tinggi, maka sudah pasti kebutuhan pokok

rumah tangga tersebut akan terpenuhi.

B. Kerangka Pikir dan Paradigma 1. Kerangka Pikir

Perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya selalu terjadi baik

secara permanen maupun bersifat sementara. Seseorang melakukan transmigrasi

disebabkan oleh keadaan ekonomi yang kurang baik di daerah asal serta keadaan

sosial dalam diri manusia guna meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya, dan

adanya suatu dorongan atau daya tarik daerah lain yang diduga dapat memberikan

kehidupan yang lebih baik.

Kedatangan para transmigran itu sendiri dalam upaya mensejajarkan diri dengan

desa-desa yang lama memerlukan perjuangan yang keras karena mereka harus

membuka hutan sendiri dan mengerjakannya, baik itu membuka untuk lahan

pertanian maupun menyiapkan fasilitas-fasilitas yang lain (perumahan, jalan,

jembatan, dan yang lain) (Sri-Edi Swasno, dkk. 1986 ; 26)

Kerja keras dari para masyarakat itu tentunya akan membawa suatu

perkembangan bagi kehidupan sosial budaya maupun sosial ekonomi masyarakat

itu sendiri. Dalam bidang sosial ekonomi berdasarkan modelnya, sosial ekonomi

berdasarkan sistemnya, dan sosial ekonomi berdasarkan kedudukannya.

(26)

masyarakat

Demikian Deskripsi Tentang Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa

Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur yang meliputi

perkembangan sosial ekonomi berdasarkan kedudukannya yaitu dilihat dari jenis

pendidikan pekerjaan, dan pendapatan masyarakat

2. Paradigma

Masyaraka Desa

Ratna Daya

Sosial ekonomi berdasarkan

modelnya

Sosial ekonomi berdasarkan

sistemnya

Sosial ekonomi berdasarkan kedudukannya

 pendidikan,  pekerjaan,  pendapatan

Keterangan:

(27)

REFERENSI

Soerjono Soekanto. 1982.Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta. Halaman 263

Malo Manase. 1989.Metode Penelitian Sosial. Karunika. Jakarta. Halaman 86

Kaare Svalastoga. 1998.Kondisi Masyarakat Miskin di Perkotaan. Ghalia Indonesia Jakarta. Halaman 37.

Soerjono Soekanto. 1982.Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta. Halaman 22

Mulyanto Sumardi. 1982.Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Perilaku Menyimpang. Rajawali. Jakarta. Halaman 29

Ida Bagus Mantra.. 2003. Demografi Umum. Nurcahya. Yogyakarta. Halaman 126

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik data

kualitatif. Menurut pendapat Muhammad Ali, untuk memecahkan dan menjawab

permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, dilakukan dengan

langkah-langkah pengumpulan data, membuat kesimpulan tentang suatu keadaan

secara objektif dalam suatu deskriptif situasi. (Muhammad Ali, 1985: 20)

Pendapat lain mengatakan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian

ilmiah yang ditujukan kepada pemecahan masalah yang ada sekarang dan

pelaksanaannya tidak terbatas kepada pengumpulan data, tetapi juga meliputi pada

analisis dan interpretasi data. (Winarno Surachmad, 1982 ; 131)

Berdasarkan definisi diatas maka metode deskriptif adalah suatu cara yang

digunakan untuk melakukan penelitian secara ilmiah yang ditunjukan kepada

pemecahan masalah yang ada dengan menggunakan suatu pendeskripsian atau

penuturan dengan menafsirkan data yang ada.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian deskriptif adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan masalah yang disajikan pokok pembahasan

2. Menentukan ruang lingkup penelitian

(29)

No Dusun Populasi

1 I 100

2 II 150

3 III 125

4 IV 100

Jumlah 475

5. Menarik kesimpulan dari data-data yang telah terkumpul

6. Menyusun laporan hasil penelitian secara tertulis

B. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimakud dengan variabel adalah objek

penelitian atau apa yang menjadi inti perhatian suatu penelitian. (Suharsimi

Arikunto, 1989 ; 91)

Pendapat lain menyatakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang menjadi

objek pengamatan. (Sumadi Suryabrata, 1991; 126).

Jadi dapat disimpulakan variabel adalah sesuatu yang menjadi objek atau inti

perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan variabel

tunggal yaitu perkembangan sosial ekonomi masyarakat.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah adalah keseluruhan subjek penelitian. (Suharsimi Arikunto, 1998:

108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat transmigran

di Dusun I, II, III, dan IV Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara Kabupaten

[image:29.595.112.414.612.739.2]

Lampung Timur yang terdiri dari 475 kepala keluarga

(30)

Menurut Winarno Surachmad, sampel adalah obyek yang berjumlah kurang dari

populasi. (Winarno Surachmad, 1977 ; 58)

Sedangkan Suwardi Endraswara berpendapat, sampel adalah salah satu cara

(penyempitan) wilayah yang akan digarap. Dengan kata lain sampel adalah

sumber dari informasi data itu sendiri (Suwardi Endraswara, 2006: 15).

Untuk pengambilan sampel dalam suatu penelitian, tidak ada aturan yang tegas

tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi

yang tersedia.Ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang menjelaskan

bahwa:

Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau derah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Sampel bertujuan memiliki syarat-syarat:

a. Pengmbil sampel harus didasarkan atas cirri-ciri, sifat-sifat, atau karakteristik tertentu, yang merupakan cirri-ciri pokok populasi.

b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar subjek yang paling banyak mengandung cirri-ciri yang terdapat pada populasi.

c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat didalam studi pendahuluan

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dari 475 kepala keluarga, yang diambil

[image:30.595.108.517.582.712.2]

sebagai sampel hanya 5 kepala keluarga.

Tabel 2. Jumlah sampel yang diwawancarai

No Nama Umur Pekerjaan

1 Sriyono 47 Kepala Desa Ratna Daya

2 Drs. Ismail Marzuki 51 SekDes Ratna Daya

3 Suharno 60 Ketua LPMD

4 Ikhwani S.Pd I 58 Ketua BPD

(31)

Dalam penelitian ini menggunakan Snowball sampling. Snowball sampling adalah

teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar

ibarat bola saljumenggelinding yang lama-lama menjadi besar. (Sugiono,

125:2013). Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang,

tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang

diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang lebih tahu dan dapat melengkapi

data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dianggap lebih tahu

dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu

seterusnya sehingga jumlah sampelnya semakin banyak.Penggunaan snowball

sampling juga didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

sendiri yaitu masyarakat yang mengetahui tentang perkembangan sosial ekonomi

masyarakat Desa Ratna Daya.Oleh karena itu penulis hanya mengmbil 10 kepala

keluarga untuk dijadikan sampel.

D. Sumber Data

Sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam setiap penelitian.Sumber

data berasal dari mana saja, baik itu sumber tertulis maupun sumber lisan.

Menurut Suharsimi Arikunto:

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bias berupa benda, gerak, atau proses sesuatu (Suharsimi Arikunto, 1986: 102)

Karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data

(32)

H. B. Sutopo bahwa:

Dalam penelitian kualitatif posisi sumbewr data yang berupa manusia (narasumber) sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber disini memiliki posisi yang sama. Oleh karena itu, narasuber bukan hanya memberikan tanggapan pada apa yang diminta oleh peneliti, tetapi ia bias lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi inilah sumber data yang berupa manusia di dalam pene;litian kualitatif lebih tepat disebut informan daripada sebagai responden. (H. B. Sutopo, 2006: 57)

Dengan demikian, peneliti merujuk pada pendapat Abdurrahmat Fathoni yang

menyatakan bahwa:

Responden adalah sumber data primer, data tentang dirinya sendiri sebagai objek sasaran penelitian, sedangkan informan adalah sumber data sekunder, data tentang pihak lain, tentang responden. Oleh sebab itu, informan hendaknya dipilih dari orang yang banyak mengetahui atau mengenal keadaan responden (Abdurrahmat Fahtoni, 2006: 105)

Oleh sebab itu, peneliti menetapkan informan dengan criteria sebagai berikut;

1. Individu yang bersangkutan merupakan tokoh adat dari masyarakat

setempat.

2. Individu yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas dalam

menjelaskan perkembangan masyarakat Desa Ratna Daya

3. Individu yang bersangkutan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan dibahas,

(33)

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan dibahas, maka

penulis menggunakan teknik wawancara.

Menurut Sutrisno Hadi, yang dimaksud teknik wawancara adalah:

Metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dkerjakan

secara sistematis berdasarkan tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua atau lebih

orang yang hadir dalam proses tanya jawab itu secara fisik masing-masing pihak

dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar.

(Sutrisno Hadi, 1991 ; 193).

Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data penelitian yang

berupa jawaban pertanyaan secara lisan yang diajukan oleh peneliti, yaitu untuk

mengetahui aktifitas dalam mengembangkan sosial ekonomi di Desa Ratna Daya.

Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur. Dalam

melakukan wawancara ini penulis menggunakan daftar pertanyaan sebagai

pedoman yang telah disusun sebelumnya yang bersifat terbuka dan berisikan

hal-hal yang pokok, dimana untuk selanjutnya dapat dikembangkan pada saat

wawancara berlangsung.

b. Teknik Observasi

Untuk memperoleh data yang tidak tertulis, maka penulis melakukan pengamatan

langsung di lokasi penelitian, dengan menggunakan teknik observasi.

Sutrisno hadi mengemukakan bahwa :

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis

(34)

langsung oleh sejarah indonesia peneliti. (Sutrisno Hadi, 1991 ; 149)

Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar,

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas), dan kesasiohannya (validitasnya) (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009: 52).

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai perkembangan sosial

ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara kabupaten

Lampung Timur

c. Terknik Dokumentasi

Untuk memperoleh data sekunder yang mendukung penelitian ini berupa

monografi desa yaitu tentang jumlah penduduk, jumlah keluarga, dan lain-lain

yang berhubungan dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik

dokumentasi.

Menurut Komaruddin, teknik dokumentasi adalah suatu yang memberikan bukti

dimana dipergunakan sebagai alat pembukti atau bahan-bahan untuk

membandingkan suatu keterangan atau informasi, penjelasan atau dokumentasi

dalam naskah atau informasi tertentu. (Komaruddin, 1977 ; 50)

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang bersumber dari kantor kepala

Desa Ratna Daya.

d. Teknik Kepustakaan

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan dibahas, maka

(35)

Menurut Koentjaraningrat, teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data

dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang

perpustakaan , seperti buku-buku, koran, majalah, naskah dan sebagainya yang

relevan dengan penelitian. (Koentjaraningrat, 1983 ; 81)

Dengan teknik kepustakaan ini peneliti berusaha memperoleh dan menelaah

buku-buku yang berkenaan dengan masalah yang akan diteliti.

F. Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka

selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan menganalisa data,

mendeskripsikan, serta mengambil kesimpulan. Untuk menganalisa data

inimenggunakan teknik analisa data kualitatif, karena berupa

keterangan-keterangan.

Muhammad Ali berpendapat bahwa analisis kualitatif yakni menggunakan proses

berfikir induktif, untuk menjadi hipotesis yang dirumuskan sebagai jawaban

sementara terhadap masalah yang diteliti. Induktif dalam hal ini dibuat bertolak

dari berbagai fakta teridentifikasi munculnya maupun tidak. (Mihammad Ali,

1985 ; 155)

Pada dasarnya proses analisis data dilakukan secara bersamaan dengan

pengumpulan data. Analisis data dilakukan dengan melalui beberapa tahap.Dalam

kaitanya dengan analisis data kualitatif, langkah-langkah yang ditempuh penulis

sesuai dengan pendapat H. B. Sutopo (2006: 114-116) sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan

(36)

terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Reduksi data sudah dilangsungkan sejak

peneliti mengambil keputusan, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan

penelitian yang menekankan pada fokus tertentu tentang kerangka kerja

konseptual dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan

digunakan karena teknik pengumpulan data tergantung pada jenis data yang akan

digali dan jenis data ini sudah terarah dan ditentukan oleh beragam pertanyaan

yang terdapat dalam rumusan masalah penelitian.

2. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk

narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan peneliti dapat menarik

kesimpulan. Sajian data ini disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat

dalam reduksi data dan disajikan dengan menggunakan kalimat yang disusun

secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca akan bias mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah data-data telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan

secara utuh, setelah semua makna-makna yang muncul dari data yang sudah diuji

kebenarannya, kekokohannya, kecocokannya, sehingga akan diperoleh suatu

kesimpulan yang jelas kegunaan dan kebenarannya dan dapat

(37)

REFERENSI

Muhammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. Halaman 20.

Winarno Surachmad. 1982.Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito. Bandung. Halaman 58

Sumadi Suryabrata. 1991.Metodelogi Penelitian. Rajawali Jakarta.. Halaman 126

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta. Halaman 91.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, Halaman. 215-216.

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta. Halaman 108.

H. B Sutopo. 2006. Metode penelitian kualitatif. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Halaman 57

(38)

V KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan pedoman yang penulis kemukakan sebagai hasil dari penelitian yang

telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan bahwa:

Keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara

Kabupaten Lampung Timur telah mengalami perubahan dari awal mula didirikannya

Desa Ratna Daya sampai pada saat ini. Perubahan tersebut dapat dilihat dari

1. Bidang pendidikan pada awalnya Desa Ratna Daya hanya memiliki satu

Sekolah Dasar saja. Sampai saat ini total sekolah yang ada di Desa Ratna

Daya yaitu 2 PAUD, 1 TK, 3 SDN, dan 1 SMPN

2. Selain dilihat dari bidang pendidiakan perubahan sosial ekonomi Desa Ratna

Daya juga dapat dilihat dari jenis pekerjaan masyarakat yang semakin

beragam, yang pada mulanya hanya bermata pencaharian sebagai petani,

sampai saat ini mulai mencari penghasilan pada bidang pekerjaan lain. Baik

itu sebagai pegawai swasta, ABRI, Wiraswasta. Disamping itu mereka juga

mulai membuka warung-warung kecil, membuka pandai besi, untuk yang

memiliki modal yang lebih besar bisa membuka pabrik penggilingan padi,

(39)

3. .Untuk pendapatan masyarakat, jika dibandingkan dengan sekitaran tahun

1990an pendapatan masyarakat petani yang memiliki tanah hanya sekitar

Rp70.000-Rp.100.000 per bulan. Untuk tahun 2013 ini pendapatan

masyarakat mencapai Rp.750.000-Rp.1.000.000 per bulan, Dengan demikian

telah terjadi peningkatan pendapatan sekitar 10 kali lipat dari tahun 1990an

sampai 2013 ini.

Dengan melihat perkembangan dari tiga hal tersebut ini lah maka dapat disimpulkan

bahwa kehidupan masyarakat Desa Ratna Daya telah mengalami perkembangan ke

arah kemajuan dari tahun-tahun sebelumnya dalam bidang sosial ekonomi. Dan dapat

dikatakan perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Ratna Daya tergolong

memiliki tingkat sosial ekonomi sedang, karena sebagian besar masyarakat Desa

Ratna Daya pada saat ini sedang atau sudah menyelesaikan pendidikan sampai

jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), kemudian walaupun sebagian besar

masyarakat hanya bermata pencaharian sebagai petani namun mereka dapat

memenuhi kebutuhan pokok mereka, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan

papan.

2. SARAN

1. Dalam hal pendidikan hendaknya pemerintah lebih memperhatikan

perkembangan pendidikan masyarakat desa-desa bentukan untutuk para

(40)

kerja lain untuk masyarakat sehingga masyarakat dapat meningkatkan

pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya

3. Dalam hal pendapatan.hendaknya pemerintah dapat lebih memperhatikan

kehidupan masyarakat di pedesaan yang hanya dapat mengandalkan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. 215 hlm .

Amral, Sjamsu. M. 1956. Dari Kolonisasi ke Transmigrasi. Djambatan. Jakarta. 139 hlm.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta. 314 hlm.

Hadi, Sutrisno. 1991. Metodelogi Research. Psikologi UGM. Yogyakarta. 242 hlm

Heeren H.J. 1979. Transmigrasi di Indonesia. Gramedia. Jakarta. 203 hlm..

Kartodirdjo.Sartono. 1987. Kebudayaan Pembangunan DalamPerspektifSejarah. Yogyakarta.Gajah Mada University. 295 Halaman

Koentjaraningrat. 1970. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Djambatan.Jakarta. 390 Halaman.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta. Halaman 81.

Komaruddin. 1977. Kamus Istilah Skripsi dan Tesis. Angkasa. Bandung. Halaman 50.

Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Nurcahya. Yogyakarta. 363 hlm

Monografi Desa Ratna Daya, Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur.

Prayitno, Hadi. Dan Linconch Arsyat. 1987. Petani Desa dan Kemiskinan. LP3ES. 183 hlm.

(42)

Sri-Edi Saswono. Masri singarimbun. 1986. Transmigrasi di Indonesia 1905-1985. UI Press. Jakarta. Halaman 26 dan 188

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 380 hlm

Sumardi,Mulyanto.1982.Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokokdan Perilaku Menyimpang. Rajawali. Jakarta. 232 hlm

Suryabrata, Sumadi. 1991. Metodelogi Penelitian. Rajawali Jakarta. 126 hlm.

Surachmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito. Bandung. Halaman 131.

Sutopo H. B. 2006. Metode penelitian kualitatif. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 129 hlm

Svalastoga, Kaare. 1998. Kondisi Masyarakat Miskin di Perkotaan. Ghalia Indonesia Jakarta. Halaman 37.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar.2009. Metode Penelitian Sosial. PT Bumi Aksara. Jakarta 186 hlm

Gambar

Tabel 1 Populasi kepala keluarga keturuna transmigran di Desa Ratna Daya,Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur tahun 2013
Tabel 2. Jumlah sampel yang diwawancarai

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) usahatani kakao di Kabupaten Lampung Timur secara ekonomi menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, dengan nilai NPV Rp 87.981.381,60,

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa persepsi masyarakat Bali terhadap sistem kasta di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung

Selain itu Implementasi Workplace Spirituality terhadap kualitas sumber daya manusia pada Bank Syariah Kotabumi Lampung Utara dalam perspektif ekonomi Islam telah

Peran Kelompok Tani Subur Desa Banjar Agung Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur dalam meningkatkan pendapatan ekonomi petani kakao dapat dilihat melalui

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang kondisi sosial ekonomi keluarga petani tambak di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwasanya dari kedua usaha peternakan ayam pedaging yang ada di Desa Ratna Chaton Kecamatan Seputih Raman, keduanya

skripsi dengan judul “Tinjauan Sosial Ekonomi Keluarga Penambang Pasir di Desa Muzoi, Kecamatan Lahewa Timur, Kabupaten Nias Utara”. 1.2

Penduduk Desa Raman fajar mayoritas adalah bersuku jawa nampaknya mempunyai kondisi sosial yang sangat memungkinkan adanya pendampingan dan pemberdayaan, persoalan