• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.4 Kondisi Pertanian

Areal pertanian terutama persawahan di Desa Bonto Cinde cukup subur, Upaya Desa Bonto Cinde untuk meningkatkan hasil pertanian terutama tanaman padi dengan cara penerapan sistem tanam jajar legowo itu bertujuan untuk meningkatkan pendapatan produsi padi.

Untuk lebih jelasnya tentang tanaman pokok rakyat dan tanaman perdagangan rakyat di Desa Bonto Cinde dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tanaman Pangan Rakyar di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Tahun 2013

No Jenis

Tanaman

Luas Areal (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (kw)

1. Padi 201 4 50,25

2. Jagung 105 4 26,25

3. Kacang Tanah 5 1,3 3,84

Sumber : Kantor Kepala Desa Bonto Cinde, 2013

Berdasarkan Tabel 6 tanaman pangan di Desa Bonto Cinde hanya sampai pada tahun 2013, terlihat bahwa tanaman pokok dan tanaman rakyat masih diminati penduduk di Desa Bonto Cinde. Bila dilihat dari kondisi tanah Desa Bonto Cinde, maka tanaman padi sangat diharapkan produksinya terus meningkat, meski perlu ketelatenan dalam perawatan mulai dari penanaman sampai panen karena tanaman padi merupakan harapan masyarakat di Desa Bonto Cinde untuk bisa mendatangkan keuntungan yang dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup mereka.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden Petani Padi

Identitas responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan serta status dari responden tersebut. Identitas responden dapat memberikan informasi tentang keadaan usaha taninya, terutama Adopsi petani terhadap penerapan sistem tanam legowo pada tanaman padi di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Informasi-informasi mengenai identitas responden sangat penting untuk diketahui karena merupakan salah satu hal yang dapat memperlancar proses penelitian. Berikut ini identitas petani responden yang berhasil dikumpulkan di lapangan. Identitas responden Adopsi Petani Terhadap Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Tanaman Padi di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dapat dilihat sebagai berikut:

5.1.1 Umur Petani

Salah satu karakteristik yang dimiliki seorang petani yang dianggap penting adalah faktor umur. Umur sangat mempengaruhi bagi para petani yang tergolong masih mudah biasanya mempunyai semangat tinggi untuk ingin tahu apa yang mereka belum ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi, Identitas responden petani ditingkat umur dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Identitas Responden Petani Padi diTingkat Umur di Desa Bonto Cinde

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 7 menunjukkan bahwa umur petani berada dalam usia produktif yaitu antara 29-47 tahun. Pada usia ini petani penggarap bisa dikatakan mampu bekerja dengan baik didukung dengan fisik yang kuat dalam melaksanakan peran sebagai petani padi.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden juga ikut mempengaruhi pola pengolaan usaha tani. Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani dalam perkembangan usahanya terutama dalam menyerap dan mengadopsi teknologi baru dalam rangka pencapaian tingkat produksi yang optimal.

Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah diperoleh responden, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan pengalaman responden terhadap teknologi. Identitas responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Identitas Responden Petani Padi di Tingkat Pendidikan di Desa Bonto

Sumber : Data Primer Setelah diOlah, 2015

Tabel 8 menunjukkan bahwa seluruh respon dan petani telah mengikuti pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Tingkat pendidikan sebagian besar petani penggarap adalah tamat SD sebanyak 26 petani atau 78,78 % sedangkan pada tingkat terendah ada yang tamat S1 dan SMP sebanyak 2 petani dengan presentase 6,06 %. Dari keseluruhan responden petani, Pendidikan yang dimiliki diharapkan dapat menjadi modal bagi petani untuk memperhatikan keadaan tanaman padi mulai dari sistem budidaya sampai dengan proses panen sehingga dapat meningkatkan hasil produksi.

5.1.3 Luas Lahan Responden

Lahan merupakan salah satu faktor produksi, dimana luas lahan akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan. Petani yang memiliki lahan usahatani luas akan memperoleh hasil produksi yang besar, tetapi tidak menjamin bahwa lahan yang luas tersebut lebih produktif dalam memberikan hasil dibandingkan lahan yang sempit. Untuk mengetahui rata-rata luas lahan petani responden di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada Tabel 9 .

Tabel 9. Identitas Responden Petani Padi ditingkat Berdasarkan Luas Lahan di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

No Luas Lahan

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015.

Tabel 9 menunjukkan luas lahan petani responden, petani yang memiliki luas lahan terbanyak dari keseluruhan responden adalah 2,1 – 3 ha sebanyak 1 orang atau 3,0 %, terendah pada luas lahan di atas 0,5-1 ha sebanyak 25 orang atau 75,75 %.

5.2 Adopsi Petani Terhadap Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Tanaman Padi.

Proses adopsi merupakan proses kejiwaan atu mental yang terjadi pada diri petani pada saat menghadapi suatu inovasi dimana terjadi proses penerapan suatu ide baru sejak diketahui atau didengar sampai diterapkanya ide baru tersebut. Pada proses adopsiakan terjadi perubahan-perubahan dalam prilaku sasaran umumnya akan menentukan suatu jarak waktu tertentu. Cepat lambatnya proses adopsi akan tergantung dari sifat dinamika sasaran. Adopsi merupakan suatu proses dimana individu berubah dari pengetahuan awalnya tentang inovasi kearah pembentukan sikap terhadap inovasi atau kearah pengambilan keputusan untuk mengadopsi atau menolak kearah implementasi ide baru dan kearah konfirmasi keputusan tersebut.

Menurut Mosher (1998) dan Marsuki (1999) Adopsi suatu inovasi adalah suatu proses dimana seorang petani memperhatikan, mempertimbangkan, dan akhirnya menolak atau mempraktekkan suatu inovasi.

Menurut Suhardiyono (1992) untuk mencapai perubahan dan kemajuan maka dalam diri seseorag harus terdapat kemauan untuk melakukan tindakan nyata yang sistematis dan bertahap. Hawkins (1999) menjelaskan kembali bahwa dalam implementasi sering dilakukan modifikasi sesuatu dengan keperluan petani mengadopsi. Petani sering kali menambah informasi setelah mengadopsi inovasi untuk memperkuat keputusan yang telah diambil.

Sistem tanam legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman padi dan satu baris kosong.

Istilah Legowo di ambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti

luas dan ”dowo” berarti memanjang. Legowo di artikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong.

Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1. Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit. Jarak tanam dua baris terpinggir pada tiap unit legowo lebih rapat daripada baris yang di tengah (setengah jarak tanam baris yang di tengah), dengan maksud untuk mengkompensasi populasi tanaman pada baris yang dikosongkan. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas dan untuk pemeliharaan ikan kecil.

Sistem tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi dibanding sistem tegel melalui penambahan populasi.

Selain itu dapat mempermudah pada saat pengendalian hama dan penyakit. Tikus

merupakan salah satu hama yang paling suka menyerang padi dibahagian tengah dan jarang sekali menyerang dipinggir pematang. tanaman padi yang ditanam dengan sistim legowo 2: 1 dapat memberi nuansa terang di bahagian bawah atau di permukaan lahan sawah yang ditanami padi. Akibat adanya sinar matahari yang masuk secara merata kepermukaan lahan yang menyebabkan urangnya serangan tikus pada tanaman terutama pada siang hari. Penyakit hawar daun atau sering disebut penyakit kresek adalah penyakit padi yang sering ditemukan dilapangan.

Serangan akan meningkat pada kelembaban tinggi dan sel bakteri akan bebas tersebar dengan melarutnya embun-embun pada permukaan daun. Perkembangan semakin cepat juga dipengaruhi oleh pemberian pupuk Nitrogen yang berlebihan dan jarak tanam yang rapat. Sistim tanam legewo dapat menekan perkembangan penyakit kresek. Hal ini disebabkan akibat pengaruh masuknya sinar matahari secara merata kedalam tanaman sehingga suhu akan meningkat dan dapat memberi penurunan tingkat kelembaban sehingga dapat menstabilkan kelembaban yang tinggi menjadi rendah. Pada situasi kelembaban rendah proses perkembangan penyakit kresek dapat ditekan sedangkan untuk sist

Sistem tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi dibanding sistem tegel melalui penambahan populasi.

Selain itu, dapat mempermudah pada saat pengendalian hama, walang sangit dan tikus sawah. penyakit, gulma, dan juga pemupukan. Namun kemudian, pola tanam ini berkembang untuk memberikan hasil yang lebih tinggi akibat dari peningkatan populasi dan optimalisasi ruang tumbuh bagi tanaman. Sistem tanam jajar legowo pada arah barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar

sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih optimal untuk penanaman. Selain itu, upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Sistem tanam legowo yang diterapkan di Desa Bonto Cinde Kecematan Bissappu Kabupaten Bantaeng adalah dengan sistem tanam jajar legowo dimana diantara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi. Sehubungan dengan hasil penelitian menunjukan bahwa petani sudah mengerti tentang jenis penerapan tanam jajar legowo dalam mempengaruhi petani sehingga dapat menerapkan teknologi budidaya padi sistem tanam jajar legowo agar dapat meningkatkan pendapatan para petani yang secara merata dengan baik, jajar yang diterapkan di Desa Bonto Cinde kecematan Bissappu Kabupaten Bantaeng yaitu Tipe (2 : 1) karena dengan sistem jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi benih.

Sistem jarak tanam yang jarak antara barisan 20 cm dan barisan kosong 40 cm dan jarak mundur 10 cm merupakan hasil rekayasa dari sistem jarak legowo merupakan sistem tanam tandur jajar dimana diantara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi (Suriapermana dkk, 1994).

Sehubungan dengan hasil penelitian menunjukan bahwa petani sudah mengerti tentang jenis penerapan sistem tanam jajar legowo sehingga dapat

menerapkan teknologi budidaya padi agar dapat meningkatkan pendapatan para petani yang secara merata dengan baik.

Hasil penelitian adopsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi dapat dilihat secara rinci pada Tabel 10.

Tabel 10. Adopsi Petani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Tanaman Padi di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

No. Uraian Kategori Nilai

1. Informasi Padi Legowo Dari Penyuluh Pertanian 2,57 Tinggi 2. Kelompok Tani Berperan Membantu Anggota

Dalam Sistem Tanam jajar Legowo

2,42 Tinggi 3. Mengetahui Penanaman Sistem Tanam Jajar

Legowo

2,87 Tinggi 4. Menerapkanan Sistem Tanam Jajar Legowo 2,48 Tinggi 5. Kendala Yang diHadapi Saat Penanaman Sistem

Tanam Jajar Legowo

2,36 Tinggi 6. Peningkatan Produksi Sistem Tanam Jajar

Legowo Dengan Sistem Tanam Konvensional

2,45 Tinggi 7. Perbedaan Produksi Sistem Tanam Jajar Legowo

Dengan Sistem Tanam Konvensional

2,60 Tinggi 8. Serangan Hama dan Penyakit Dengan Sistem

Tanam Jajar Legowo

2,03 Sedang

9. Merespon Tentang Sistem Tanam Jajar Legowo 2,51 Tinggi 10. Mengadopsi Sistem Tanam Jajar Legowo 2,45 Tinggi 11. Melakukan Pengolahan Tanah Secara Moderen

atau Secara Tradisional

2,96 Tinggi 12. Perbedaan Pengolahan Tanah Secara Moderen

Dengan Secara Tradisional

2,78 Tinggi

Jumlah 30,48

Rata-rata 2,54 Tinggi

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015.

Tabel 10 menunjukkan adopsi petani diperoleh setelah di olah sebagai berikut: Penyuluh pertanian mempunyai peran aktif dalam menyampaikan informasi padi legowo dari penyuluh pertanian ini terbukti dengan nilai (2,57) dengan kategori tinggi. Hal ini membuktikan penyuluh berupaya memberikan informasih inovasi teknologi jajar legowo kepada petani melalui kelompok tani.

Informasi yang di sampaikan oleh kelompok tani dalam mensosialisasikan sistem jajar tanam legowo sangat mendapat respon positif dari masyarakat terbukti dengan banyaknya petani yg mengadopsi sistem jajar tanam legowo di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dalam survei yang saya lakukan Kelompok tani berperan membantu anggota dalam sistem tanam jajar legowo memiliki nilai (2,42), dengan kategori tinggi. Ini tidak terlepas dari upaya kelompok tani mengenalkan kepada anggotanya tentang sistem tanam legowo.

Hasil penelitian yang kami peroleh di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng menunjukkan bahwa sudah banyak yang mengetahui dan menerapkan tentang sistem jajar tanam legowo, pengetahuan itu tak lepas dari peranan penyuluh sehingga petani begitu antusias untuk menerapkan sistem tanam jajar legowo, survei saya membuktikan bahwa petani Mengetahui penanaman sistem tanam jajar legowo dengan memiliki nilai (2,87), dengan kategori tinggi. Penyuluh memberikan informasi kepada petani melalui metode ceramah dan mendemonstrasikan sistem legowo kepada petani.

Penerapan sistem jajar tanam legowo di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng mendapatkan respons positif terbukti dengan tinnginya hasil survei yang kami peroleh petani mengadopsi sistem tanam jajar legowo karena adanya keunggulan yang di paparkan oleh penyuluh. petani menerapkanan sistem tanam jajar legowo memiliki nilai (2,48), dengan kategori tinggi.

Kendala yang dihadapi oleh petani saat penanaman sistem tanam jajar legowo di desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng yaitu kebanyakan petani mengeluh dengan caplakan yang berat dan susah untuk mengaflikasikanya apa lagi saat saat musim hujan, serta pada saat penanaman bibit padi petani mengalami kesulitan karena harus memperhatikan larikan yang sudah dibuat, jangan sampai terinjak dengan demikian dapat dilihat kendala yang dihadapi petani saat penanaman sistem tanam jajar legowo memiliki nilai (2,36), dengan kategori tinggi.

Sistem tanam legowo merupakan salah satu bentuk rekayasa teknologi untuk mengoptimalkan produktivitas tanaman padi dengan pengaturan populasi sehingga tanaman mendapatkan ruang tumbuh dan sinar matahari yang optimum terutama pada musim penghujan dengan intensitas matahari yang rendah. Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir) (Suriapermana et al, 2000). Hasil produksi padi yang menggunakan sistem konvensional yaitu 5,6 % dibandingkan pada produksi padi sistem legowo yaitu 7,8 % mengalami peningkatan karena adanya pengaturan jarak tanam pada tanaman padi. penerapan sistem tanam jajar legowo

dengan sistem konversional yang lebih tinggi dicapai dengan sistem tanam jajar legowo sehingga Peningkatan produksi sistem tanam jajar legowo dengan sistem tanam konvensional memiliki nilai (2,45), dengan kategori tinggi.

Perbedaan produksi antara sistem tanam jajar legowo dan sistem tanam biasa masuk dalam kategori tinggi dengan memiliki niali (2,60), dengan kategori tinggi karena seperti yang kita ketahui bahwa dengan adanya pengaturan jarak tanam atau dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo sangat membantu petani untuk meningkatkan hasil produksinya karena sistem tanam jajar legowo mempunyai manfaat untuk tanaman padi yaitu (a) Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro, (b) Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong, (c) Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan, (d) Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan, (e) Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga

akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil produksi. Perbedaan hasil produksi padi yang menggunakan sistem legowo dengan sistem konvensional dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perbedaan Perbedaan hasil produksi padi yang menggunakan sistem legowo dengan sistem konversional di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Sumber: Data Profil Desa Bonto Cinde, 2013

Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil Selain itu, upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah sehingga serangan hama dan penyakit dengan sistem tanam jajar legowo memiliki nilai (2,03), dengan kategori sedang karena adanya pengaturan jarak tanam yaitu sistem tanam jajar legowo.

Sistem tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi dibanding sistem tegel melalui penambahan populasi.

Selain itu dapat mempermudah pada saat pengendalian hama dan penyakit. Tikus merupakan salah satu hama yang paling suka menyerang padi dibahagian tengah dan jarang sekali menyerang dipinggir pematang. Tanaman padi yang ditanam dengan sistim legowo 2: 1 dapat memberi nuansa terang di bahagian bawah atau di permukaan lahan sawah yang ditanami padi. Akibat adanya sinar matahari yang

masuk secara merata kepermukaan lahan yang menyebabkan kurangnya serangan tikus pada tanaman terutama pada siang hari. Penyakit hawar daun atau sering disebut penyakit kresek adalah penyakit padi yang sering ditemukan dilapangan.

Serangan akan meningkat pada kelembaban tinggi dan sel bakteri akan bebas tersebar dengan melarutnya embun-embun pada permukaan daun. Perkembangan semakin cepat juga dipengaruhi oleh pemberian pupuk Nitrogen yang berlebihan dan jarak tanam yang rapat. Sistim tanam legewo dapat menekan perkembangan penyakit kresek. Hal ini disebabkan akibat pengaruh masuknya sinar matahari secara merata kedalam tanaman sehingga suhu akan meningkat dan dapat memberi penurunan tingkat kelembaban sehingga dapat menstabilkan kelembaban yang tinggi menjadi rendah. Pada situasi kelembaban rendah proses perkembangan penyakit kresek dapat ditekan sedangkan untuk sistem konvensional hama yang sering menyerang yaitu tikus dan penyakit yang biasa menyerang adalah penggerek batang.

Adopsi masukan tentang sistem tanam jajar legowo memiliki nilai (2,51), dengan kategori tinggi. Dalam survei ini menunjukkan tingginya minat petani dalam menerapkan sistem jajar tanam legowo karena petani menerima masukan dari penyuluh dengan menerapkan tehnologi sistem tanam jajar legowo.

Berdasarkan hasil survei, masyarakat Mengadopsi sistem tanam jajar legowo memiliki nilai (2,45), dengan kategori tinggi. Hal ini membuktikan bahwa pertanian di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu telah mengadopsi sistem jajar tanam legowo untuk meningkatkan hasil produksi pertanian khususnya pada tanaman padi.

Melakukan pengolahan tanah secara moderen atau secara tradisional memiliki nilai (2,96), dengan kategori tinggi, dari survei yang saya lakukan kepada petani, pengolahan tanah di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng sudah menganut sistem pengolahan secara moderen yaitu dengan menggunakan mesin traktor, sehingga memudahkan mereka dalam mengelola tanah dan tentunya sistem moderen lebih mengefisienkan waktu ketimbang menggunakan sistem manual.

Perbedaan pengolahan tanah secara moderen dengan secara tradisional memiliki nilai (2,78), dengan kategori tinggi, dalam hasil survei ini petani di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng lebih memilih menggunakan sistem moderen ketimbang menggunakan sistem manual karena dapat menghemat tenaga kerja dan tidak memakan waktu yang banyak.

Hasil dari uraian kesuluruhan menunjukkan bahwa adopsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo tergolong didalam kategori tinggi yang memiliki nilai (2,54), dengan kategori tinggi, itu berarti terjadi peningkatan penerapan sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng melalui peran penyuluh, kelompok tani karena adanya peningkatan produksi padi

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petani responden di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng telah mengadopsi sistem tanam jajar legowo dengan nilai 2,54 dengan kategori tinggi. Adopsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng mengalami banyak perubahan dari sistem yang sebelumnya dimana mereka menggunakan sistem tanam konvensional beralih ke sistem tanam legowo, dari perubahan tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan produksi dan berkurangnya serangan hama penyakit dalam Penerapan sistem tanam jajar legowo di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dan petani telah mengadopsi tehnologi sistem tanam jajar legowo.

6.2 Saran

a. Diharapkan dalam penelitian, hendaknya pembinaan secara tepat dan berkesinambungan oleh petugas pertanian dalam kegiatan penerapan sistem tanam jajar legowo pada petani dan diharapkan kerja sama antara petugas pertanian dengan petani supaya petani tidak kesusahan dalam penanaman

a. Diharapkan dalam penelitian, hendaknya pembinaan secara tepat dan berkesinambungan oleh petugas pertanian dalam kegiatan penerapan sistem tanam jajar legowo pada petani dan diharapkan kerja sama antara petugas pertanian dengan petani supaya petani tidak kesusahan dalam penanaman

Dokumen terkait