• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balittro Cimanggu Bogor Jawa Barat. Lokasi berada pada lahan dengan ketinggian + 225 m diatas permukaan laut. Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata 25,5 oC, curah hujan rata-rata perbulan sebesar 187,5 mm, kelembaban nisbi 83,8 persen. Data iklim selama penelitian disajikan pada Lampiran 1. Keadaan lingkungan tumbuh dan pertumbuhan keragaan beberapa aksesi berturut-turut disajikan pada Gambar 9 dan 10.

Gambar 9. Kondisi lingkungan tumbuh penelitian

Analisis Karakter Agronomi

Morfologi Tanaman

Tinggi Tanaman, Panjang Ruas, Diameter Batang, dan Jumlah Cabang Handeuleum mempunyai penampang melintang batang berbentuk bulat dengan permukaan batang licin. Batang memiliki buku yang merupakan tempat duduknya daun. Sistem percabangan handeuleum adalah monopodial. Bentuk batang 32 aksesi handeuleum dapat dilihat pada Gambar 11.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Gambar 11. Keragaan batang 32 aksesi handeuleum. Aksesi 1. Bogor Jawa Barat, 2. Manoko Jawa

Barat, 3. Sukamenak Pengalengan Jawa Barat, 4. Rumah Itam Pengalengan Jawa Barat, 5. Ciwidey Jawa Barat, 6. Margamukti Pengalengan Jawa Barat, 7. Jawa Timur, 8. Kalimantan Tengah, 9. Kalimantan Selatan, 10. Soabali 1 Maluku, 11. Soabali 2 Maluku, 12. Salahutu Maluku, 13. Leihitu Maluku, 14. BTN Maluku, 15. Urimesing Maluku, 16. Waena Papua, 17. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 18. Pengunungan Cyclops Sentani Papua, 19. Cigombong Papua, 20. Menteng Bogor, 21. Cigombong Papua, 22. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 23. Bogor Jawa Barat, 24. Kalimantan Selatan, 25. Cigombong Papua, 26. Lusikaya Maluku, 27. Cigombong Papua, 28. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 29. Waena Papua, 30. Abepura Pantai, 31. Waena Papua, 32. Malabar Pengalengan Jawa Barat

Berdasarkan hasil pengukuran tinggi tanaman pada umur satu bulan setelah transplanting (1 BST) aksesi paling tinggi berasal dari Jawa Timur (24,32 cm). Tinggi aksesi ini tidak berbeda nyata dengan aksesi dari Ciwidey Jawa Barat, Waena Papua, Malabar Pengalengan Jawa Barat, Bogor, Manoko, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Cigombong Papua, Sedangkan aksesi paling pendek adalah aksesi 21 yang berasal dari Angkasa Dok V Papua (8.26 cm).

Pada dua BST, aksesi tertinggi berasal dari Jawa Timur (31.38 cm). Tinggi aksesi ini tidak berbeda nyata dengan aksesi dari Bogor, Ciwidey, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Waena Papua, Cigombong Papua, dan Malabar Pengalengan. Aksesi terpendek berasal dari Angkasa Doc V Papua (17.74 cm)

Pada tiga BST, aksesi tertinggi berasal dari Jawa Timur (45.10 cm). Tinggi aksesi ini tidak berbeda nyata dengan tinggi aksesi dari Kalimantan Tengah, Bogor, Manoko, Ciwidey Jawa Barat, Rancamanyar Margamukti Pengalengan, Waena Papua, Pengunungan Cyclops Sentani Papua, Malabar Pengalengan. Aksesi yang paling pendek adalah aksesi yang berasal dari Cigombong Papua (15.80 cm).

Pada empat BST aksesi tertinggi berasal dari Kalimantan Tengah. Tinggi tanaman ini tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman yang berasal dari Bogor Jabar, Manoko Jabar, Ciwidey Jabar, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Soabali Maluku & Pegunungan Cyclops Sentani Papua. Aksesi yang berasal dari Cigombong Papua. Data pengamatan tinggi tanaman disajikan pada Lampiran 2.

Dinyatakan oleh Harjadi (1991), pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik. Pertambahan ukuran dan berat kering dari organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma yang mungkin terjadi karena ukuran dan jumlah sel bertambah. Faktor luar yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah, 1) tanah, 2) energi penyinaran, dan 3) udara. Faktor lainnya seperti gulma, serangan hama dan penyakit secara langsung mengurangi potensi produksi. Ketersediaan unsur hara, kerapatan tanaman, arah daun, varietas, dan lebar barisan juga dapat mempengaruhi dan menaikkan potensi hasil tanaman. Grafik pertumbuhan 32 aksesi handeuleum selama empat bulan disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 32 aksesi handeuleum

Untuk peubah panjang ruas, aksesi 3 dari Kalimantan Selatan memiliki ruas terpanjang (8.5 cm). Panjang ruas yang dimiliki aksesi ini tidak berbeda nyata dengan panjang ruas aksesi dari Jawa Timur, Bogor, Manoko Jawa Barat, Rumah Itam Pengalengan Jawa Barat, dan Waena Papua. Aksesi dari Cigombong Papua memiliki ruas terpendek (22.2 cm). Data pengamatan panjang ruas selama 4 bulan disajikan pada lampiran 3.

Diameter batang tanaman 32 aksesi handeuleum menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada 1 dan 2 BST, aksesi 2 yang berasal Jawa timur memiliki diameter tertinggi. Pengamatan pada 3 dan 4 BST, aksesi 1 dari Bogor Jawa Barat memiliki diameter batang tertinggi (8.75 mm). Diameter batang aksesi ini tidak berbeda nyata dengan diameter batang aksesi dari Manoko Jawa Barat, Sukamenak Pengalengan Jawa Barat, Rumah Itam Pengalengan Jawa Barat, Ciwidey Jawa Barat, Margamukti Pengalengan Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Soabali 1 Maluku, Soabali 2 Maluku, Leihitu Maluku, BTN Maluku, Urimesing Maluku, Waena Papua, Angkasa Dok V Jayapura Papua, Pengunungan Cyclops Sentani Papua, Lusikaya Maluku, Waena Papua, Malabar Pengalengan Jawa Barat. Aksesi 24 yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan memiliki diameter batang paling kecil (4.89 mm). Data pengamatan diameter batang tanaman disajikan pada Lampiran 4.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4

Bulan Setelah Tanam (BST)

T ing g i T an ama n ( cm). 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Aksesi

Jumlah cabang terbanyak pada 1 BST dimiliki aksesi 21 yang berasal dari Cigombong Papua. Pengamatan pada 2, 3 dan 4 BST, aksesi 32 yang berasal dari Malabar Pengalengan Jawa Barat memiliki jumlah cabang tertinggi. Jumlah cabang yang dimiliki aksesi ini tidak berbeda nyata dengan jumlah cabang yang dimiliki aksesi dari Malabar Pengalengan Jawa Barat, BTN Maluku, Cigombong Papua, Angkasa Doc V Papua, Waena Papua, Bogor Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Leihitu Maluku, Pegunungan Cyclops Papua, dan Jawa Timur. Jumlah cabang paling sedikit pada 4 BST dimiliki aksesi 15 yang berasal dari Urimesing Maluku (3.8). Data pengamatan jumlah cabang pada 1 sampai 4 BST disajikan pada Lampiran 5.

Pengamatan pada 1, 2, dan 4 BST terhadap peubah jumlah ruas memberikan hasil tertinggi pada aksesi 32 yang berasal dari Malabar Pengalengan Jawa Barat. Jumlah ruas pada aksesi ini tidak berbeda nyata dengan jumlah ruas pada aksesi 31 dari Waena Papua, aksesi 5 Ciwidey Jawa Barat, aksesi 25 Cigombong Papua dan aksesi 29 Waena Papua. Aksesi 6 dari Margamukti Pengalengan Jawa Barat dan aksesi 15 dari Urimesing Maluku memiliki jumlah ruas paling sedikit. Data hasil pengamatan jumlah ruas disajikan pada Lampiran 6. Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman pada 4 BST, diperoleh hasil tertinggi pada aksesi 8 dari Kalimantan Tengah (74.4 cm). Tinggi aksesi ini tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman dari Kalimantan Selatan, Bogor, Jawa Timur, Manoko Jawa Barat, Ciwidey Jawa Barat, Pegunungan Cyclops Sentani Papua. Aksesi 21 dari Cigombong Papua merupakan aksesi terpendek (23.9 cm).

Pengamatan diameter batang menunjukan, aksesi 1 dari Bogor Jawa Barat memiliki diameter batang tertinggi (8,75 cm). Diameter batang aksesi ini tidak berbeda nyata dengan aksesi dari Manoko Jawa Barat, Sukamenak Pengalengan Jawa Barat, Rumah Itam Pengalengan Jawa Barat, Ciwidey Jawa Barat, Margamukti Pengalengan Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Soabali 1 Maluku, Soabali 2 Maluku, Leihitu Maluku, BTN Maluku, Urimesing Maluku, Waena Papua, Angkasa Dok V Jayapura Papua, Pengunungan Cyclops Sentani Papua, Lusikaya Maluku, Cigombong Papua, Waena Papua, Malabar Pengalengan Jawa Barat. Tanaman terpendek adalah aksesi 24 yang berasal dari Kalimantan Selatan. Data tinggi tanaman, panjang ruas, diameter batang dan jumlah cabang handeuleum pada 4 BST disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tinggi tanaman, panjang ruas, diameter batang dan jumlah cabang handeuleum pada 4 BST.

No Lokasi asal Tinggi

tanaman Panjang ruas Diameter batang Jumlah cabang ..cm.. ..cm.. ..mm..

1 Bogor Jawa Barat 68.9 a-c 7.3 a-c 8.75 a 7.5 a-h 2 Manoko Jawa Barat 62.9 a-e 6.7 a-d 6.81 a-i 6.0 d-j 3 Sukamenak Pengalengan Jawa

Barat

57.3 c-f 4.8 e-h 6.69 a-i 6.0 d-j 4 Rumah Itam Pengalengan Jawa

Barat

58.7 c-f 6.6 a-e 7.87 a-f 5.7 e-j 5 Ciwidey Jawa Barat 63.4 a-e 4.7 e-h 6.96 a-i 6.2 d-j 6 Margamukti Pengalengan Jawa

Barat

57.9 c-f 4.3 f-h 7.77 a-f 5.5 f-j 7 Jawa Timur 67.9 a-d 7.9 ab 8.45 a-c 7.7 a-h 8 Kalimantan Tengah 74.3 a 6.4 b-f 8.12 a-e 6.7 a-j 9 Kalimantan Selatan 73.2 ab 8.5 a 8.40 a-d 6.3 c-j 10 Soabali 1 Maluku 54.6 ef 4.3 f-h 7.28 a-g 4.3 ij 11 Soabali 2 Maluku 59.3 c-f 4.4 f-h 6.88 a-i 5.0 g-j 12 Salahutu Maluku 56.6 d-f 4.5 f-h 6.42 c-i 5.2 f-j 13 Leihitu Maluku 57.5 c-f 4.9 d-h 8.45 a-c 7.0 a-i 14 BTN Maluku 53.7 ef 5.6 c-g 6.89 a-i 9.2 a-c 15 Urimesing Maluku 55.2 ef 4.9 d-h 6.76 a-i 3.8 j 16 Waena Papua 59.7 c-f 7.5 a-c 7.46 a-g 6.5 b-j 17 Angkasa Dok V Jayapura Papua 62.7 b-e 5,0 d-h 7.52 a-f 6.2 d-j 18 Pengunungan Cyclops Sentani

Papua

63.8 a-e 4.7 e-h 7.83 a-f 7.3 a-h 19 Cigombong Papua 58.3 c-f 7.7 a-d 6.31 d-i 5.5 f-j 20 Menteng Bogor 40.4 gh 5.0 d-h 5.79 f-i 4.3 ij 21 Cigombong Papua 23.9 j 3.2 hi 5.09 hi 6.7 a-j 22 Angkasa Dok V Jayapura Papua 32.2 h-j 3.2 hi 5.89 f-i 4.8 h-j 23 Bogor Jawa Barat 27.3 ij 3.4 hi 6.15 e-i 5.5 f-j 24 Kalimantan Selatan 28.7 ij 4.7 e-h 4.89 i 5.0 g-j 25 Cigombong Papua 34.5 h-j 2.1 i 5.39 g-i 4.8 h-j 26 Lusikaya Maluku 41.7 gh 4.7 e-h 6.68 a-i 9.5 a 27 Cigombong Papua 38.4 g-i 3.61 g-i 7.04 a-h 8.8 a-d 28 Angkasa Dok V Jayapura Papua 39.9 gh 4.2 gh 6.61 b-i 8.5 a-e 29 Waena Papua 32.3 h-j 3.5 g-i 6.49 c-i 7.8 a-g 30 Abepura Pantai Papua 40.0 gh 3.1 hi 6.18 e-i 5.0 g-j 31 Waena Papua 47.9 fg 4.1 g-i 7.25 a-g 8.0 a-f 32 Malabar Pengalengan Jawa Barat 57.3 c-f 3.5 hi 8.66 ab 9.3 ab Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom

peubah yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

Keragaan 32 aksesi handeuleum yang berasal dari berbagai lokasi disajikan pada Gambar 13. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Gambar 13. Keragaan tajuk 32 aksesi handeuleum . Aksesi 1. Bogor Jawa Barat, 2. Manoko Jawa Barat, 3. Sukamenak Pengalengan Jawa Barat, 4. Rumah Itam Pengalengan Jawa Barat, 5. Ciwidey Jawa Barat, 6. Margamukti Pengalengan Jawa Barat, 7. Jawa Timur, 8. Kalimantan Tengah, 9. Kalimantan Selatan, 10. Soabali 1 Maluku, 11. Soabali 2 Maluku, 12. Salahutu Maluku, 13. Leihitu Maluku, 14. BTN Maluku, 15. Urimesing Maluku, 16. Waena Papua, 17. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 18. Pengunungan Cyclops Sentani Papua, 19. Cigombong Papua, 20. Menteng Bogor, 21. Cigombong Papua, 22. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 23. Bogor Jawa Barat, 24. Kalimantan Selatan, 25. Cigombong Papua, 26. Lusikaya Maluku, 27. Cigombong Papua, 28. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 29. Waena Papua, 30. Abepura Pantai Papua, 31. Waena Papua, 32. Malabar Pengalengan Jawa Barat

Daun

Daun handeuleum mempunyai bentuk pangkal daun meruncing, bentuk ujung daun meruncing, susunan tulang daun menyirip, permukaan daun licin. Keragaman terlihat pada karakter bentuk bangun daun. Sebagian besar aksesi

mempunyai bentuk bangun daun bulat telur, kecuali aksesi dari Cigombong Papua, Menteng Bogor, Angkasa Dok V Jayapura Papua (Gambar 14). Perbedaan ini dapat terjadi karena aksesi ini merupakan varietas yang berbeda dengan aksesi lainnya. Bentuk daun 32 aksesi disajikan pada Gambar 14.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Gambar 14. Keragaan bangun daun 32 aksesi handeuleum. Aksesi 1. Bogor Jawa Barat, 2. Manoko Jawa Barat, 3. Sukamenak Pengalengan Jawa Barat, 4. Rumah Itam Pengalengan Jawa Barat, 5. Ciwidey Jawa Barat, 6. Margamukti Pengalengan Jawa Barat, 7. Jawa Timur, 8. Kalimantan Tengah, 9. Kalimantan Selatan, 10. Soabali 1 Maluku, 11. Soabali 2 Maluku, 12. Salahutu Maluku, 13. Leihitu Maluku, 14. BTN Maluku, 15. Urimesing Maluku, 16. Waena Papua, 17. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 18. Pengunungan Cyclops Sentani Papua, 19. Cigombong Papua, 20. Menteng Bogor, 21. Cigombong Papua, 22. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 23. Bogor Jawa Barat, 24. Kalimantan Selatan, 25. Cigombong Papua, 26. Lusikaya Maluku, 27. Cigombong Papua, 28. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 29. Waena Papua, 30. Abepura Pantai Papua, 31. Waena Papua, 32. Malabar Pengalengan Jawa Barat

Aksesi pada penelitian ini terdiri dari empat varietas, yaitu 22 aksesi memiliki daun berwarna ungu polos (Grapthopyllum pictum varietas luridosanguineum Sim), 3 aksesi berdaun hijau varigata putih (Graptophyllum pictum var alba variga), 3 aksesi berdaun putih kekuningan (Grapthopyllum pictum var auria variaga) dan 4 aksesi berdaun varigata hijau putih kemerahan (Graptophyllum pictum var purpureum variagatum).

Menurut Darmawan dan Baharsjah (2010), daun merupakan organ tanaman yang memiliki fungsi utama sebagai tempat terjadinya fotosintesis dan mengekspor hasilnya ke seluruh bagian tanaman. Ditambahkan oleh Jongschaap et al. (2007), pertumbuhan ukuran daun dibutuhkan untuk menentukan penerimaan radiasi matahari dan kebutuhan transpirasi. Pengukuran ukuran daun yang dapat dilakukan dengan cepat dan mudah juga diperlukan untuk mengukur kebutuhan air, efisiensi penggunaan air, menentukan evapotranspirasi aktual dan over potensial evapotranspiration.

Pengamatan daun handeuleum pada 1 BST, dipeoleh hasil aksesi 25 dari Cigombong Papua memiliki daun paling banyak (13,2). Jumlah daun yang dimiliki aksesi ini tidak berbeda nyata dengan aksesi 5 dari Ciwidey Jawa Barat (11,60). Jumlah daun paling sedikit dimiliki aksesi 6 yang berasal dari Margamukti Pengalengan Jawa Barat (4.40). Pada 2 BST dan 3 BST, aksesi 32 yang berasal dari Malabar Pengalengan Jawa Barat memiliki jumlah daun tertinggi. Data pengukuran jumlah daun disajikan pada Lampiran 7.

Pengukuran terhadap panjang daun pada 1 BST, diperoleh hasil aksesi 16 yang berasal dari Waena Papua memiliki daun terpanjang (14.14 cm) Panjang daun aksesi ini tidak berbeda nyata dengan panjang daun aksesi 20 yang berasal dari Menteng Bogor, aksesi 32 dari Malabar Pengalengan Jawa Barat, aksesi 1 dari Bogor Jawa Barat, aksesi 14 dari BTN Maluku, 17 dari Angkasa Dok V Jaya pura Papua, 19 dari Cigombong Papua. Daun paling pendek dimiliki aksesi 25 yang berasal dari Cigombong Papua. Pengamatan pada 2, 3, 4 BST menunjukkan hasil, aksesi 20 yang berasal dari Menteng Bogor memiliki daun terpanjang. Data pengukuran panjang daun disajikan pada Lampiran 8

Pengamatan 4 BST dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah daun terbanyak terdapat pada aksesi 26 dari Lusikaya Maluku sebanyak 83 lembar. Jumlah daun yang dimiliki aksesi ini tidak berbeda nyata dengan jumlah daun aksesi dari Malabar Pengalengan Jawa Barat, Cigombong Papua, Angkasa Dok V Jayapura Papua, Waena Papua, Bogor Jawa Barat, Kalimantan Selatan, BTN Maluku,

Waena Papua, Angkasa Dok V Jayapura Papua, Pengunungan Cyclops Sentani Papua, Menteng Bogor. Aksesi yang berasal dari Urimesing Maluku memiliki jumlah daun paling sedikit sebanyak 49 lembar. Pengamatan daun tanaman handeuleum pada 4 BST disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Keragaan peubah daun tanaman handeuleum pada 4 BST

No Lokasi asal Jumlah

daun Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun .. cm.. .. cm.. ...cm.. 1 Bogor Jawa Barat 70.8 a-e 17.6 b-d 8.62 a-d 0.70 b-e 2 Manoko Jawa Barat 58.3 b-f 16.4 b-i 8.80 a-d 0.75 bc 3 Sukamenak Pengalengan Jawa

Barat

57.0 c-f 17.2 b-f 9.03 a-c 0.75 bc 4 Rumah Itam Pengalengan Jawa

Barat

60.2 b-f 16.8 b-h 8.45 b-e 0.63 c-g 5 Ciwidey Jawa Barat 58.5 b-f 16.0 c-k 8.83 a-d 0.68 b-f 6 Margamukti Pengalengan Jawa

Barat

56.3 d-f 18.0 ab 9.08 a-c 0.63 c-g 7 Jawa Timur 67.8 a-f 17.4 b-e 9.13 ab 0.68 b-f 8 Kalimantan Tengah 61.3 b-f 17.6 a-d 9.50 a 0.68 b-f 9 Kalimantan Selatan 63.5 a-f 17.7 a-c 9.52 a 0.67 b-f 10 Soabali 1 Maluku 49.2 f 17.2 b-f 8.65 a-d 0.72 b-d 11 Soabali 2 Maluku 54.7 ef 16.9 b-h 9.15 ab 0.77 b 12 Salahutu Maluku 58.2 b-f 16.6 b-i 8.98 a-c 0.72 b-d 13 Leihitu Maluku 67.8 a-f 16.1 c-k 8.58 a-e 0.72 bc 14 BTN Maluku 74.8 a-e 15.0 i-m 7.43 fg 0.63 c-g 15 Urimesing Maluku 47.5 f 14.9 i-m 8.63 a-d 0.65 b-f 16 Waena Papua 62.3 a-f 16.2 c-i 8.25 b-f 0.60 d-h 17 Angkasa Dok V Jayapura Papua 62.2 a-f 15.7 e-k 8.22 b-f 0.60 d-h 18 Pengunungan Cyclops Sentani

Papua

67.5 a-f 16.5 b-i 8.00 d-f 0.62 d-h 19 Cigombong Papua 64.7 a-f 16.7 b-i 8.10 c-f 0.67 b-f 20 Menteng Bogor 63.0 a-f 19.3 a 5.92 i 0.88 a 21 Cigombong Papua 74.3 a-e 15.6 e-k 3.05 l 0.68 b-f 22 Angkasa Dok V Jayapura Papua 58.5 b-f 17.1 b-g 3.43 l 0.57 f-h 23 Bogor Jawa Barat 70.7 a-e 10.6 n 4.48 k 0.50 hi 24 Kalimantan Selatan 72.8 a-e 10.2 n 5.02 jk 0.43 i 25 Cigombong Papua 76.8 a-d 11.8 n 5.60 ij 0.50 hi 26 Lusikaya Maluku 82.8 a 14.3 lm 6.92 gh 0.60 d-h 27 Cigombong Papua 77.8 a-c 13.8 lm 6.87 gh 0.58 e-h 28 Angkasa Dok V Jayapura Papua 78.0 a-c 14.3 k-m 6.82 gh 0.58 e-h 29 Waena Papua 67.5 a-f 13.8 m 6.33 hi 0.52 f-i 30 Abepura Pantai Papua 56.0 d-f 14.7 k-m 7.02 gh 0.62 d-h 31 Waena Papua 75.3 a-d 15.8 d-k 7.93 d-f 0.63 c-g 32 Malabar Pengalengan Jawa Barat 79.2 ab 15.3 g-l 7.65 efg 0.62 d-h Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom

Pengamatan tangkai daun memberikan hasil, aksesi 20 dari Menteng Bogor memiliki tangkai daun terpanjang (0,88 cm). Aksesi 24 dari Kalimantan Selatan memiliki tangkai daun terpendek (0.43 cm). Berikut ini adalah gambar bagian pucuk 32 aksesi handeleum (Gambar 15).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Gambar 15. Keragaan pucuk 32 aksesi handeuleum. Aksesi 1. Bogor Jawa Barat, 2. Manoko Jawa

Barat, 3. Sukamenak Pengalengan Jawa Barat, 4. Rumah Itam Pengalengan Jawa Barat, 5. Ciwidey Jawa Barat, 6. Margamukti Pengalengan Jawa Barat, 7. Jawa Timur, 8. Kalimantan Tengah, 9. Kalimantan Selatan, 10. Soabali 1 Maluku, 11. Soabali 2 Maluku, 12. Salahutu Maluku, 13. Leihitu Maluku, 14. BTN Maluku, 15. Urimesing Maluku, 16. Waena Papua, 17. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 18. Pengunungan Cyclops Sentani Papua, 19. Cigombong Papua, 20. Menteng Bogor, 21. Cigombong Papua, 22. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 23. Bogor Jawa Barat, 24. Kalimantan Selatan, 25. Cigombong Papua, 26. Lusikaya Maluku, 27. Cigombong Papua, 28. Angkasa Dok V Jayapura Papua, 29. Waena Papua, 30. Abepura Pantai Papua, 31. Waena Papua, 32. Malabar Pengalengan Jawa Barat

Untuk peubah panjang daun, aksesi dari Menteng Bogor memiliki daun terpanjang, (19.30 cm). Panjang daun aksesi ini tidak berbeda nyata dengan aksesi yang berasal dari Margamukti Pengalengan Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan. Aksesi 24 yang berasal dari Kalimantan Selatan memiliki daun terpendek (10.21 cm).

Untuk peubah lebar daun, pada bulan pertama, aksesi 16 yang berasal dari Waena Papua memiliki daun terlebar (6.25). Pada pengamatan 2, dan 3 BST, aksesi 8 dari Kalimantan Tengah memiliki daun terlebar. Pada 4 BST, aksesi 9 dari Kalimantan Selatan memiliki daun terlebar (9.52 cm). Data pengukuran lebar daun disajikan pada Lampiran 9.

Pengukuran panjang tangkai daun pada Lampiran 9 memperlihatkan bahwa aksesi 20 dari Mentang Bogor memiliki tangkai daun terpanjang. Dan tangkai daun terpendek pada aksesi 25 yang berasal dari Cigombong Papua. Data pengukuran panjang tangkai daun disajikan pada Lampiran 10.

Variasi genetik yang luas merupakan hal yang pokok dan penting dalam upaya pemuliaan suatu tanaman, sehingga koleksi dan pemeliharaan plasma nutfah merupakan hal yang penting (Frey 1981). Keragaman fenotipe yang terlihat dan terdapat dalam satu jenis (species) disebabkan oleh faktor lingkungan dan keragaman genetik umumnya berinteraksi satu sama lainnya dalam mempengaruhi penampilan fenotipe tanaman (Makmur 1992).

Anatomi Tanaman Handeuleum

Di dalam daun terdapat aktifitas fotosintesis berupa kloropas. Informasi tentang tentang anatomi daun handeuleum sangat diperlukan. Dalam penelitian ini, karakter anatomi yang diamati adalah tebal daun dan kerapatan stomata tanaman.

Pengamatan terhadap tebal daun memberikan hasil, aksesi 32 yang berasal dari Malabar Pengalengan Jawa Barat memiliki daun paling tebal 8,6 µm). Tebal daun yang dimiliki aksesi ini tidak berbeda nyata dengan tebal daun yang dimiliki aksesi 16 dari Waena Papua, aksesi 5 dari Ciwidey Jawa Barat, aksesi 25 dari Cigombong Papua, aksesi 29 dan 31 dari Waena Papua. Daun yang paling tipis terdapat pada aksesi 6 yang berasal dari Margamukti Pengalengan Jawa Barat dan aksesi 20 dari Menteng bogor (4.8 µm). Data pengamatan tebal daun pada 1 sampai 3 BST disajikan pada lampiran 11.

Pengamatan terhadap kerapatan stomata diperoleh hasil Aksesi 22 dari daerah Angkasa Dok V Papua mempunyai kerapatan stomata tertinggi (117.3). Kerapatan stomata aksesi ini tidak berbeda nyata dengan aksesi dari Salahitu Maluku, Cigombong Papua, Waena Papua, Bogor, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Manoko Jawa Barat. Aksesi 20 dari Menteng Bogor memiliki jumlah stomata paling sedikit (50). Pengukuran tebal daun dan kerapatan stomata pada daun bagian bawah disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Tebal daun dan kerapatan stomata 32 aksesi handeuleum

No Lokasi asal Tebal daun Kerapatan

stomata

... mm ….. buah / mm2

1 Bogor Jawa Barat 0.187 a 53.8 f-h

2 Manoko Jawa Barat 0.185 ab 90.7 a-f

3 Sukamenak Pengalengan Jawa Barat 0.183 ab 57.3 e-h 4 Rumah Itam Pengalengan Jawa Barat 0.185 ab 74.7 b-h

5 Ciwidey Jawa Barat 0.183 ab 77.8 b-h

6 Margamukti Pengalengan Jawa Barat 0.178 ab 76.8 b-h

7 Jawa Timur 0.167 ab 71.5 b-h

8 Kalimantan Tengah 0.177 ab 86.0 a-h

9 Kalimantan Selatan 0.160 ab 76.5 b-h

10 Soabali 1 Maluku 0.167 ab 70.0 b-h

11 Soabali 2 Maluku 0.176 ab 64.8 c-h

12 Salahutu Maluku 0.165 ab 81.0 a-h

13 Leihitu Maluku 0.175 ab 60.5 c-h

14 BTN Maluku 0.183 ab 51.0 gh

15 Urimesing Maluku 0.177 ab 57.7 d-h

16 Waena Papua 0.183 ab 58.0 d-h

17 Angkasa Dok V Jayapura Papua 0.175 ab 61.7 c-h 18 Pengunungan Cyclops Sentani Papua 0.170 ab 50.3 h

19 Cigombong Papua 0.173 ab 69.3 b-h

20 Menteng Bogor 0.182 ab 50.0 h

21 Cigombong Papua 0.180 ab 105.7 ab

22 Angkasa Dok V Jayapura Papua 0.182 ab 117.3 a

23 Bogor Jawa Barat 0.178 ab 93.5 a-e

24 Kalimantan Selatan 0.178 ab 99.5 abc

25 Cigombong Papua 0.177 ab 105.5 ab

26 Lusikaya Maluku 0.168 ab 60.3 d-h

27 Cigombong Papua 0.178 ab 77.5 b-h

28 Angkasa Dok V Jayapura Papua 0.173 ab 88.8 a-g

29 Waena Papua 0.170 ab 88.3 a-h

30 Abepura Pantai Papua 0.170 ab 95.8 a-d

31 Waena Papua 0.180 ab 77.0 b-h

32 Malabar Pengalengan Jawa Barat 0.167 ab 74.0 b-h Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom peubah

Tumbuhan yang tumbuh pada habitat yang berbeda menunjukkan perbedaan struktur yang merupakan adaptasi secara evolusi terhadap kondisi-kondisi habitat yang spesifik. Faktor lingkungan lain yang mempengaruhi adalah faktor cahaya. Daun yang tumbuh dalam intensitas cahaya yang tinggi menunjukkan tingkatan seromorfik yang tinggi dibandingkan dengan kekurangan cahaya. Reaksi perkembangan ini merupakan dasar untuk diferensiasi daun yang kena sinar matahari atau di tempat teduh. Daun yang kena sinar matahari bentuknya lebih kecil, tebal dan palisadenya berdiferensiasi dari daun yang tidak kena sinar matahari (Suradinata, 1998).

Pengumpulan aksesi tanaman dari berbagai daerah di Indonesia dan penyilangan adalah salah satu cara untuk dapat meningkatkan keragaman genetik. Peningkatan keragaman dapat juga dilakukan dengan bantuan teknologi kultur jaringan dan induksi mutasi (Kristina dan Mardiningsih 2008).

Kandungan Fitokimia

Berdasarkan hasil analis kualitatif, memperlihatkan hasil bahwa pada daun 32 aksesi handeuleum terdapat senyawa alkaloid dan glikosida dengan kadar yang cukup tinggi (4+). Namun demikian kandungan alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, dan steroid, bervariasi pada setiap aksesi.

Metabolit sekunder merupakan bahan alami yang senyawanya dihasilkan oleh tanaman dalam jumlah besar dan tidak memiliki fungsi langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Taiz dan Zaiger, 2002). Senyawa metabolit sekunder ini dimanfaatkan bagi tanaman untuk mempertahankan kehidupannya dalam melawan bakteri, fungi, serta dianalogikan sebagai sistem kekebalan tubuh (Vickery dan Vickery, 1981).

Menurut Geissman dan Crout (1969) metabolit sekunder merupakan reaksi yang spesifik menggunakan katalis enzimatis dengan bahan dasar yang berasal dari metabolisme primer untuk menghasilkan senyawa-senyawa kompleks, khususnya kelompok senyawa triterpenoid dipengaruhi BAS-amyrin-synthase. Kandungan fitokimia tanaman handeleum disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Keragaan kandungan fitokimia 32 aksesi handeuleum

No Lokasi asal Alk Spn Tn Fn Flv Tri Str Gli

1 Bogor Jawa Barat 4+ 1+ 1+ 1+ 4+ 2+ 3+ 4+

2 Manoko Jawa Barat 4+ 2+ 1+ 1+ 4+ 2+ 3+ 4+

3 Sukamenak Pengalengan Jawa Barat 4+ 2+ 1+ 1+ 4+ 3+ 1+ 4+ 4 Rumah Itam Pengalengan Jawa Barat 4+ 2+ 1+ 1+ 4+ 3+ 1+ 4+

5 Ciwidey Jawa Barat 4+ 3+ 1+ 1+ 3+ 3+ 1+ 4+

6 Margamukti Pengalengan Jawa Barat 4+ 3+ 1+ 1+ 4+ 3+ 1+ 4+

7 Jawa Timur 4+ 1+ 1+ 1+ 4+ 4+ - 4+ 8 Kalimantan Tengah 4+ 1+ 1+ 1+ 3+ 4+ - 4+ 9 Kalimantan Selatan 4+ 1+ 1+ 1+ 4+ 2+ 3+ 4+ 10 Soabali 1 Maluku 4+ 2+ 1+ 1+ 4+ 3+ 2+ 4+ 11 Soabali 2 Maluku 4+ + 1+ 1+ 4+ 2+ 3+ 4+ 12 Salahutu Maluku 4+ 2+ 1+ 1+ 4+ 2+ 3+ 4+ 13 Leihitu Maluku 4+ 2+ 1+ 1+ 2+ + 4+ 4+ 14 BTN Maluku 4+ 3+ 1+ 1+ 3+ + 4+ 4+ 15 Urimesing Maluku 4+ 3+ 2+ 1+ 4+ 2+ 2+ 4+ 16 Waena Papua 4+ 3+ + 1+ 4+ + 3+ 4+

17 Angkasa Dok V Jayapura Papua 4+ 3+ 2+ 1+ 3+ 2+ 3+ 4+ 18 Pengunungan Cyclops Sentani Papua 4+ 3+ 2+ 1+ 4+ 2+ 3+ 4+

19 Cigombong Papua 4+ 3+ 2+ 1+ 4+ 1+ 3+ 4+

20 Menteng Bogor 4+ 2+ 1+ 1+ 4+ - 4+ 4+

21 Cigombong Papua 4+ 2+ 1+ 1+ 4+ - 4+ 4+

22 Angkasa Dok V Jayapura Papua 4+ 2+ 2+ 1+ 4+ - 4+ 4+

23 Bogor Jawa Barat 4+ 1+ 1+ 1+ 4+ - 4+ 4+

24 Kalimantan Selatan 4+ 2+ 1+ 1+ 4+ 2+ 3+ 4+

25 Cigombong Papua 4+ 2+ 2+ 1+ 4+ 1+ 3+ 4+

26 Lusikaya Maluku 4+ 2+ - 1+ 2+ 1+ 4+ 4+

27 Cigombong Papua 4+ - - 1+ 3+ 1+ 4+ 4+

28 Angkasa Dok V Jayapura Papua 4+ - - 1+ 3+ 2+ 3+ 4+

29 Waena Papua 4+ - 1+ 1+ 3+ 1+ 4+ 4+

30 Abepura Pantai Papua 4+ - 1+ 1+ 3+ 1+ 4+ 4+

31 Waena Papua 4+ - 1+ 1+ 3+ 1+ 4+ 4+

32 Malabar Pengalengan Jawa Barat 4+ - - 1+ 2+ 1+ 4+ 4+ Keterangan: Alk= Alkaloid, Spn= Saponin, Tn= Tanin, Fn= Fenolik, Flv=

Flavonoid, Tri = Triterpenoid, Str = Steroid, gli= glikosida 1+= positif lemah, 2+ = positif, 3+ = positif kuat, 4+= positif kuat sekali

Dari hasil analisis yang didapatkan, diperoleh hasil bahwa pada semua aksesi yang diamati, semuanya memiliki kandungan alkaloid dan glikosida positif kuat sekali. Kandungan saponin positif kuat terdapat pada aksesi 3 yang berasal dari Ciwidey Jawa Barat, aksesi 6 Margamukti Pengalengan Jawa Barat, aksesi 14 dari BTN Maluku, aksesi 15 dari Urimesing Maluku, aksesi 16 dari Waena Papua , aksesi 17 dari Angkasa Dok V Jayapura Papua, aksesi 18 dari Pengunungan Cyclops Sentani Papua, aksesi 19 dari Cigombong Papua.

Kandungan senyawa lainnya seperti tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, dan steroid handeuleum pada berbagai aksesi sangat bervariasi mulai dari tidak terdeteksi sampai positif kuat sekali.

Produksi Tanaman

Produksi tanaman merupakan resultan dari proses fotosintesa, penurunan

Dokumen terkait