• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) Cimanggu Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juni 2008 sampai dengan September 2009. Analisis fitokimia dilakukan di Laboratorium Balittro, sedangkan analisis anatomi daun dilakukan di laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah setek tanaman handeuleum dari berbagai lokasi hasil eksplorasi Team Peneliti KKP3T antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Ambon, Papua, dan koleksi Balittro. Koleksi aksesi disajikan pada Tabel 1. Bahan lain yang digunakan antara lain polybag dengan volume 10 Kg, media tanam, pupuk kandang sapi, pupuk urea, insektisida, kutek, dan bahan kimia untuk analisis fitokimia.

Peralatan yang digunakan meliputi: cangkul, sekop, ember. Alat-alat yang digunakan untuk pengamatan adalah timbangan, mistar, jangka sorong, oven, pisau silet, pinset, selotip, gelas objek, sigmat mikrometer, mikroskop cahaya, kamera, dan alat-alat laboratorium untuk analisis fitokimia,.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari satu faktor perlakuan yaitu aksesi yang berasal dari lokasi berbeda (32 aksesi). Setiap perlakuan diulang 2 kali dan setiap ulangan terdiri dari 10 tanaman.

Model linier aditif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y ij = µ + Ti+ єij

dimana : i = perlakuan j = ulangan

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i, ulangan ke j µ = nilai tengah umum

Ti = pengaruh perlakuan ke i

Hasil penelitian yang berupa data kuantitatif dianalisis dengan

menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf nyata (α) 5 % menggunakan

program SAS. Apabila hasil uji F nyata, dilanjutkan dengan uji Duncan

(Duncan’s Multiple Range Test-DMRT). Analisis kemiripan dan korelasi

dilakukan dengan menggunakan program Minitab versi 14. Hasil analisis kemiripan disajikan dalam bentuk dendogram. Daftar daerah asal aksesi yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1. Skema tahapan penelitian disajikan pada Gambar 3.

Tabel 1. Daftar Aksesi Tanaman Handaeleum

N0 Asal lokasi Bentuk dan warna daun Batang

01 Bogor Jawa Barat oval, ungu ungu

02 Manoko Jawa Barat oval, ungu ungu

03 Sukamenak Pengalengan Jawa Barat oval, ungu ungu 04 Rumah Itam Pengalengan Jawa Barat oval, ungu ungu

05 Ciwidey Jawa Barat oval, ungu ungu

06 Margamukti Pengalengan Jawa Barat oval, ungu ungu

07 Jawa Timur oval, ungu ungu

08 Kalimantan Tengah oval, ungu ungu

09 Kalimantan Selatan oval, ungu ungu

10 Soabali 1 Maluku oval, ungu ungu

11 Soabali 2 Maluku oval, ungu ungu

12 Salahutu Maluku oval, ungu ungu

13 Leihitu Maluku oval, ungu ungu

14 BTN Maluku oval, ungu ungu

15 Urimesing Maluku oval, ungu ungu

16 Waena Papua oval, ungu ungu

17 Angkasa Dok V Jayapura Papua oval, ungu ungu 18 Pengunungan Cyclops Sentani Papua oval, ungu ungu

19 Cigombong Papua oval, ungu ungu

20 Menteng Bogor panjang, variegata hijau-putih hijau 21 Cigombong Papua panjang, variegata hijau-putih coklat 22 Angkasa Dok V Jayapura Papua panjang, variegata hijau-putih coklat 23 Bogor Jawa Barat panjang, variegata hijau-putih putih 24 Kalimantan Selatan panjang, variegata hijau-putih putih 25 Cigombong Papua panjang, variegata hijau-putih putih 26 Lusikaya Maluku oval, variegata hijau-kuning (daun

muda), variegata hijau-putih-pink (daun tua)

merah, agak ungu 27 Cigombong Papua oval, variegata hijau-kuning (daun

muda), variegata hijau-putih-pink (daun tua)

merah, agak ungu 28 Angkasa Dok V Jayapura Papua oval, variegata hijau-kuning (daun

muda), variegata hijau-putih-pink (daun tua)

merah

29 Waena Papua oval, variegata hijau-kuning (daun muda), variegata hijau-putih-pink (daun tua)

merah

30 Abepura Pantai Papua Oval, ungu ungu kecoklatan 31 Waena Papua Oval, hijau agak ungu merah 32 Malabar Pengalengan Jawa Barat ungu ungu

Gambar 3. Skema tahapan penelitian Koleksi plasma nutfah Balittro

(18 aksesi)

Eksplorasi di Jawa Barat, Papua, dan Pulau Maluku

Tanaman Induk (32 aksesi)

Perbanyakan

Persemaian

Pengamatan morfologi, anatomi, laju pertumbuhan, dan kandungan fotokimia

Tanaman ditumbuhkan dibawah paranet 70 %

Pelaksanaan Penelitian

Bahan tanam yang diteliti terdiri atas 32 aksesi, yang berasal dari koleksi Balittro (18 aksesi), ditambah dengan aksesi baru hasil eksplorasi dari Jawa Barat (Pengalengan), Maluku, dan Papua. Bahan tanam berupa setek batang dari masing-masing aksesi berukuran 3-5 ruas dan memiliki 2 daun. Setek disemaikan di dalam bak pasir dan disungkup dengan plastik selama 2 minggu.

Setelah setek berakar, tanaman dipindahkan ke polybag ukuran 0,5 Kg untuk selanjutnya diaklimatisasi selama 2 minggu. Selanjutnya tanaman dipindahkan ke dalam polybag ukuran 10 Kg dan ditumbuhkan di bawah paranet 70 persen. Media tanam yang digunakan adalah tanah dan pupuk kotoran sapi dengan perbandingan 2:1 dan diinkubasi selama satu minggu.

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, serta pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dilakukan dengan melakukan penyemprotan insektisida setiap minggu.

Pengamatan Penelitian Peubah yang diamati dalam penelitian ini antara lain : A. Peubah Morfologi

1. Bentuk penampang melintang batang, dikategorikan : a. bulat

b. bersegi c. pipih

2. Permukaan batang, dikategorikan : a. licin (rata)

b. beralur

3. Percabangan pada batang, dikategorikan : a. monopodial (batang pokok terlihat jelas) b. simpodial (batang pokok sukar ditentukan)

c. menggarpu (batang setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya) 4. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran dilakukan satu bulan setelah transplanting

(BST) sampai dengan tanaman berumur 4 BST, dengan cara mengukur pangkal batang sampai dengan titik tumbuh yang terletak di ujung batang utama.

5. Diameter batang (mm). Pengukuran dilakukan setiap bulan dari awal penanaman sampai berumur 4 BST. Pengukuran dilakukan di bagian tengah buku pada pangkal batang yang berada 5 cm diatas permukaan tanah.

6. Warna batang. Diamati pada batang bagian bawah dan batang bagian atas tanaman pada saat tanaman berumur 4 BST.

7. Jumlah buku. Penghitungan dilakukan dari pangkal batang sampai pucuk tanaman. Pengukuran dilakukan setiap bulan tanaman berumur 4 BST.

8. Bobot batang (gram). Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 5 BST.

9. Bentuk bangun daun (Gambar 4), dikategorikan : a. bulat telur

b. memanjang c. jorong d. lanset

a b c d Gambar 4. Bentuk bangun daun

10.Panjang daun (cm). Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang daun kedua yang telah mekar sempurna.

11.Lebar daun (cm). Pengamatan dilakukan dengan mengukur lebar daun kedua yang telah sempurna

12.Panjang tangkai daun

13.Bentuk pangkal daun (Gambar 5), dikategorikan : a. meruncing

b. tumpul c. membulat

a b c Gambar 5. Bentuk pangkal daun

14. Bentuk ujung daun (Gambar 6), dikategorikan : a. bulat b. tumpul c. menajam d. tajam e. meruncing f. bersepatu a b c d e f Gambar 6. Bentuk ujung daun

15. Bentuk susunan tulang daun (Gambar 7), dikategorikan : a. membusur b. menjari c. sejajar d. menyirip e. seperti jaring a b c d e Gambar 7. Susunan tulang daun

16. Bentuk tepi daun (Gambar 8), dikategorikan a. rata b. bergelombang c. bergerigi kecil d. biserrate e. denticulate f. lainnya a b c d e Gambar 8. Bentuk tepi daun

17. Permukaan daun, dikategorikan : a. licin

b. gundul c. kasap

18. Bobot daun. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 5 BST. Peubah bentuk penampang melintang batang, permukaan batang, percabangan pada batang, bentuk bangun daun, bentuk pangkal daun, bentuk ujung daun, bentuk susunan tulang daun, bentuk tepi daun, permukaan daun, dikategorikan menurut Tjitrosoepomo (1989).

B. Peubah Anatomi :

1. Ketebalan daun (mm). Dihitung dengan mengukur tebal daun kedua dari pucuk tanaman.

2. Kerapatan stomata (jumlah stomata/luas bidang pandang). Pengamatan dilakukan dengan menghitung kerapatan stomata yang ada pada daun bagian bawah.

C. Peubah Kandungan Fitokimia :

Analisa fitokimia. Dilakukan untuk mengetahui kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, steroid secara kualitatif. Analisa ini dilakukan pada saat tanaman berumur 5 BST.

Pengujian kandungan fitokimia tanaman dilakukan sesuai prosedur pada laboratorium kimia analitik sebagai berikut:

1. Pembuatan ekstrak : 10 g sampel kering yang sudah dihaluskan direndam dalam 100 ml metanol selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah didapatkan ekstrak kemudian disaring dan diuapkan dengan alat rotavapor (suhu 30o C-40oC) hingga didapatkan residunya.

2. Pengujian alkaloid : 2 mg residu dari sampel kering yang telah diekstrak ditambahkan 10 ml khloroform-amoniak kemudian disaring. Larutan hasil saringan (filtrat) ditambah beberapa tetes H2SO4 2 M kemudian dikocok sampai terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan keruh dan lapisan tidak berwarna. Lapisan yang tidak berwarna dipipet ke dalam tabung reaksi lalu dibagi menjadi dua bagian. Masing-masing larutan ditambah beberapa tetes reagen Dragondorf, Mayer, dan Wagner. Uji positif alkaloid bila menghasilkan

endapan berwarna jingga setelah ditambah reagen Dragendorf, putih kekuningan untuk reagen Mayer dan endapan coklat setelah ditambah reagen Wagner.

3. Pengujian triterpenoid: 2 mg residu dari sampel kering yang telah diekstrak dilarutkan dalam dietil eter sampai larut. Fraksi yang larut dalam dietil eter ditambahkan pereaksi Liebermann-Buchard (3 tetes asam asetat anhidrat + 1 tetes H2SO4 pekat). Bila dihasilkan warna hijau menandakan positif adanya steroid, sedangkan warna merah atau ungu, positif adanya triterpenoid. 4. Pengujian saponin, flavonoid dan tanin: 2 mg residu dari sampel kering yang

telah diekstrak ditambahkan aquades secukupnya, kemudian dipisahkan kira-kira 3 ml filtrat ke dalam 3 tabung reaksi. Pada tabung pertama ditambahkan logam Mg, beberapa tetes HCl pekat dan larutan amil alkohol, kemudian dikocok. Timbulnya warna kuning kemerahan pada fraksi amil alkohol menandakan uji positif flavonoid. Pada tabung kedua dilakukan uji saponin, larutan dalam tabung dikocok secara vertikal, bila timbul busa yang stabil setinggi + 1 cm selama 10 menit menandakan positif adanya saponin. Pada tabung reaksi ketiga, filtrat ditambahkan FeCl3 1% bila menghasilkan warna biru-hitam menandakan positif adanya tanin (Harbone 1987).

Dokumen terkait