Sejarah Perusahaan
PT Sentul City Tbk merupakan suatu perseroaan yang bergerak dibidang properti dengan kegiatan utamanya adalah sebagai pengembang perkotaan (urban
development) yang meliputi aktifitas pembangunan infrastruktur dengan segala
fasilitasnya termasuk pengadaan ruang terbuka hijau. PT Sentul City Tbk didirikan pada tanggal 16 April 1993 berdasarkan akta No.311 dengan nama perseroaan PT Sentragriya Kharisma. Pada tahun yang sama yaitu tanggal 9 Agustus nama perseroan diubah menjadi PT Royal Sentul Highlands. Tahun 1997, PT Royal Sentul Highlands melakukan penawaran saham dengan harga nominal Rp. 500,- /saham sehingga pada tanggal 7 Desember 1997 berubah menjadi PT Royal Sentul Highlands Tbk. Pada tanggal 11 Desember 1997, nama perseroan diubah menjadi PT Bukit Sentul Tbk. PT Bukit Sentul Tbk melakukan penawaran umum terbatas I dengan harga nominal Rp. 100,- /saham dan nama perseroan diubah lagi menjadi PT Sentul City Tbk dengan akta No 26 tanggal 19 juli 2006 di hadapan Notaris Fathihah Helmi, S.H.
Kegiatan usaha PT Sentul City Tbk yang utama adalah pengembangan perkotaan dengan berbagai fasilitas didalamnya yang meliputi pembangunan perumahan, perkantoran, pertokoan, fasilitas rekreasi dan olahraga, sekolah dan lain-lain. Selain itu, penyediaan lahan siap bangun bagi investor, pengembangan kawasan pemukiman, pembangunan gedung-gedung komersial dan non komersial serta penyelenggaraan jasa yang terkait dengan pembangunan kota juga merupakan beberapa kegiatan usaha PT Sentul City Tbk saat ini dan yang akan datang. Untuk memenuhi target usahanya, perseroaan melakukan pembelian tanah dan menyiapkan kembali menjadi lahan siap bangun lengkap dengan infrastrukturnya. Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan PT Sentul City Tbk meliputi pembangunan infrastruktur beserta fasilitasnya dan pengadaan ruang terbuka hijau. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh pihak luar atau dengan melakukan kerja sama dengan kontraktor-kontraktor yang dipercaya. Dalam hal ini, PT Sentul City Tbk hanya melakukan pengembangan tidak melakukan pengelolaan ataupun pemeliharaan.
PT Sukaputra Graha Cemerlang (PT SGC) dan PT Gunung Geulis Elok Abadi merupakan anak perusahaan dari PT Sentul City Tbk. PT Sukaputra Graha Cemerlang didirikan pada tanggal 19 Januari 1996 oleh Notaris Sulaimansyah, SH di Jakarta. Akta tersebut diubah pada tanggal 27 Februari 1998 oleh notaris Saal Bumela, SH di Jakarta disesuaikan dengan UU PT No.1/1995. Akta pendirian itu akan diubah lagi sesuai UU PT No.40 Tahun 2007. PT Sukaputera Graha Cemerlang bergerak dalam bidang pengelolaan kota seperti lingkungan, listrik, jalan dan telekomunikasi serta fasilitas umum lainnya di kawasan permukiman Sentul City. PT Gunung Geulis Elok Abadi didirikan pada tanggal 3 Maret 1994 dan bergerak dalam pengelolaan bangunan-bangunan komersial distrik.
Selain kedua anak perusahan tersebut, PT Sentul City Tbk juga mengembangkan beberapa perusahaan asosiasi. Perusahaaan asosiasi tersebut di antaranya adalah PT Kencanamas Indah Persada, PT Adigraha Multi Selaras, PT Royal Sentul Resort Hotel, dan PT Jakarta Polo and Equestrian. Kedua anak perusahaan dan beberapa perusahaan asosiasi tersebut dikembangkan oleh perseroan dalam rangka untuk memperoleh hasil kegiatan usaha yang maksimal dalam jangka panjang.
Struktur Organisasi Perusahaan
PT Sukaputera Graha Cemerlang merupakan anak perusahaan dari PT Sentul City Tbk. PT Sukaputera Graha Cemerlang memiliki Divisi Pengelolaan Kota (Town Management) yang bertanggung jawab dalam mengelola kota, mengoperasikan, dan memelihara seluruh fasilitas umum di kawasan permukiman Sentul City seperti jalur hijau, taman lingkungan, sampah dan kebersihan lingkungan, drainase, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, listrik, jalan, dan lain sebagainya.
Departemen Pemasaran dan Pelayanan Konsumen (Marketing dan
Customer Service) bertugas mengurus penagihan Iuran Pemeliharaan Lingkungan
(IPL) juga melayani dan menerima complaint warga. Seluruh complaint warga diterima yang kemudian disampaikan kepada departemen yang bersangkutan.
Departemen Keamanan (Security) bertugas dalam menjaga keamanan baik fisik maupun material di lingkungan permukiman Sentul City. Departemen
Pelayanan Perbaikan Rumah (Home Care Unit) bertanggung jawab untuk melayani pelayanan dan perbaikan rumah atau kantor.
Departemen Perawatan Lingkungan (Environmental Service) berada dibawah Divisi Pengelolaan Kota (Town Management) dapat terlihat pada Struktur PT SGC (Lampiran 5). Departemen Perawatan Lingkungan memiliki wewenang melakukan penanganan, pengelolaan, penyaluran air, perbaikan infrastruktur, pemeliharaan lanskap dan kebersihan lingkungan permukiman Sentul City.
Departemen Perawatan Lingkungan terbagi atas 2 unit Section Level yaitu
Water and Sewage Treatment Plant (WTP) dan Pemeliharaan (Maintenance).
Seksi WTP yang bertanggung jawab mengurusi pengelolaan, pengolahan dan penyaluran air. Seksi Pemeliharaan bertanggung jawab dalam perbaikan infrastruktur, pemeliharaan lanskap, dan kebersihan lingkungan permukiman.
Kondisi Fisik dan Biofisik Letak, Luas, dan Aksesibilitas
Kawasan permukiman Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu tol Jagorawi (Jakarta - Bogor). Akses lain menuju kawasan selain melalui jalan tol Jagorawi yaitu melalui kompleks perumahan Bogor Baru menuju Desa Cimahpar kemudian ke Desa Cijayanti dengan kondisi jalan beraspal. Sebelah utara dibatasi oleh Desa Cipambuan, Desa Cijayanti, dan Desa Kadungmangu. Sebelah selatan dibatasi oleh Desa Nanggrak. Sebelah barat dibatasi oleh Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa Cadas Ngampar. Sebelah timur dibatasi oleh Desa Hambalang dan Desa Karang Tengah.
Berdasarkan AMDAL Royal Sentul Highlands (1993), kawasan permukiman Sentul City dengan luas 2.465 ha terletak pada batas kawasan seluas 3.001,4 ha. Kawasan ini mencakup delapan desa dan dikelilingi oleh beberapa gunung. Kawasan ini dilalui oleh aliran Sungai Citeureup, Sungai Cikeas, Sungai Citaringgul, dan Sungai Cijayanti (Gambar 2).
Topografi
Sentul City berada di atas ketinggian 200 – 750 m di atas permukaan laut. Kawasan secara umum berbukit-bukit. Kemiringan lereng berkisar antara 0% - 45%. Keadaan tersebut disiasati oleh perencana dengan lanskap jalan yang berkelok-kelok dan rumah yang terletak di atas jalan (up slope) dan di bawah jalan (down slope).
Iklim
Berdasarkan stasiun pengukur iklim Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Darmaga Bogor, suhu rata-rata bulanan kawasan permukiman Sentul City dari Agustus 2007 hingga Juli 2008 adalah 25,5°C. Data curah hujan per bulan dari Agustus 2007 hingga Juli 2008 adalah 210,25 mm/bulan, tertinggi pada bulan Maret 2008 dengan curah hujan 404 mm/bulan dan terendah pada bulan Juli 2008 dengan curah hujan 25 mm/bulan.
Tanah
Berdasarkan penilaian studi AMDAL Royal Sentul Highlands (1993), tanah di kawasan permukiman Sentul City dikelompokkan ke dalam lima klasifikasi tanah yaitu Typic Hapludult, Typic Dystropept, Oxic Dystropept, Typic
Humitropept, dan Aquic Dystropept. Penilaian kesuburan tanah di permukiman
Sentul City dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Status Kesuburan Tanah di Permukiman Sentul City
No Klasifikasi KTK KB P2O5 Kandungan Organik Status Kesuburan 1 Typic Hapludult S R SR-R S R 2 Typic Dystropept S SR-R SR-R S R 3 Oxic Dystropept R-S SR-R SR R-S R 4 Typic Humitropept R SR SR S-T R 5 Aquic Dystropept S S S S S
Keterangan : KTK = Kapasitas Tukar Kation KB = Kejenuhan Basa
SR = Sangat Rendah R = Rendah
S = Sedang T = Tinggi
Kandungan bahan organik sangat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah, bahan organik terutama berperan selain sebagai sumber energi, rantai makanan di dalam tanah, juga sebagai pengatur kelembapan dan aerasi, pementapan struktur dan sebagai sumber hara potensial terutama N, P, K, serta meningkatkan kapasitas tukar kation. Kandungan bahan organik tanah pada kawasan permukiman Sentul City umumnya tergolong sedang berkisar antara 3,8 - 5,2 %, sebagian kecil yaitu pada tanah Typic Humitropept kandungan bahan organiknya sedang hingga tinggi (5,0 - 8,6 %).
Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah menyimpan sementara atau menyerap kation–kation yang kemudian dapat tersedia bagi tanaman. Nilai KTK tanah pada kawasan permukiman Sentul City termasuk sedang (17 – 24 ml/100 g tanah), kecuali pada tanah Oxic Dystropept dan Typic
Humitropept yang tergolong rendah (6 – 16 ml/100 g tanah). Penambahan bahan
organik pada tanah dapat meningkatkan nilai KTK.
Secara umum kelima jenis tanah tersebut memiliki kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) serta kandungan P2O5 dalam tanah yang rendah, kecuali bahan organik tergolong sedang sampai rendah. Kondisi ini mengakibatkan tanah di kawasan permukiman Sentul City sangat miskin hara, sehingga kesuburan tanahnya rendah kecuali pada tanah Aquic Dystropept dengan status kesuburan sedang. Hal ini sangat berpengaruh pada aspek pemupukan dan pengolahan tanah. Dalam pekerjaan lanskap, lahan seperti ini dilapis dengan tanah baru yaitu tanah merah yang diambil dari daerah lain sebagai media tanam dengan ketebalan 30-50 cm. Hal ini merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pihak Sentul City dalam menanami lahan.
Hidrologi
Berdasarkan AMDAL Royal Sentul Highlands (1993), air di kawasan berasal dari air sungai, air tanah, dan mata air dengan kuantitas yang sedikit. Sungai yang melewati Kawasan Permukiman Sentul City adalah Sungai Cikeas dan Sungai Citereup merupakan sungai yang permanen yang berair sepanjang tahun, sedangkan anak-anak sungainya yang hanya berair pada musim hujan saja. Air tanah hanya terdapat dalam bentuk air tanah dangkal dengan kedalaman muka
air tanah antara 4 -12 m. Potensi air tanah bebas di kawasan ini sangat terbatas dan sangat dipengaruhi oleh musim. Mata air merupakan sumber air yang mengalir langsung menjadi aliran permukaan pada sungai-sungai yang ada pada kawasan ini dengan debit air yang umumnya kecil yaitu kurang lebih sebesar 0,5 l/detik.
Sungai Ciliwung merupakan sumber air yang cukup potensial selain Sungai Cikeas dan Sungai Citereup, meskipun lokasi sungai cukup jauh dari lokasi tapak. Pihak Sentul City telah mendapat SIPA (Surat Izin Pengambilan Air) dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat untuk memanfaatkan air dari sungai-sungai tersebut. Kedua sungai yaitu Sungai Cikeas dan Sungai Citereup berfungsi untuk mengairi dua danau buatan yang terdapat di kawasan permukiman Sentul City, disamping itu juga berfungsi sebagai cadangan (make up water) dan sebagai pemasok kebutuhan air di permukiman Sentul City terutama saat musim kemarau.
Unit Pengolahan Air atau yang disebut Water Treatment Plant (WTP) merupakan tempat khusus pada kawasan untuk pengelolaan air bersih. Telah diketahui kualitas air permukaan yang terletak di kawasan permukiman Sentul City secara keseluruhan masih berada di bawah ambang batas Baku Mutu Golongan B (PP No.20 Th 1990), kecuali untuk air sungai Citereup yang telah menunjukkan adanya tendensi melewati ambang batas. Pada bulan Oktober tahun 1999, kualitas air sungai secara umum masih berada di bawah ambang batas Baku Mutu Air Golongan B (PP No.20 Th 1990), kecuali untuk mangan (Mn2+) Sehingga untuk pemanfaatan sebagai air minum perlu dilakukan penyaringan dan aerasi.
Air Sungai Citereup, air hujan dan air danau ditampung pada waduk (reservoir) (L1) dan kolam (L2) untuk memenuhi kebutuhan air minum, penyiraman tanaman, dan pembersihan jalan dijadikan sebagai sumber air baku. Air baku ditampung pada waduk L1 yang berkapasitas 1,4 juta m3. Air dari waduk ini dialirkan ke unit pengolah air minum dan kemudian didistribusikan ke rumah-rumah. Untuk menyiram tanaman dan pembersihan jalan air ditampung pada kolam L2 dengan kapasitas 250.000 m3 (volume air yang dapat
dimanfaatkan 200.000 m3) (AMDAL Bukit Sentul, 2000 dalam Ramadhani 2007). Skema penyaluran air ini terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Skema Penyaluran Air.
Vegetasi dan Satwa
Berdasarkan AMDAL Royal Sentul Highlands (1993). Tipe Vegetasi alami terbagi atas vegetasi binaan dan vegetasi liar. Tipe vegetasi binaan adalah vegetasi kebun karet, vegetasi kebun campuran dan pekarangan, tegalan dan sawah sedangkan vegetasi semak belukar sebagai vegetasi liar.
Vegetasi kebun karet terdiri dari jenis pohon yaitu albasiah (Albizia
falcata) dan pohon afrika (Acacia sp). Jenis tanaman semak pada vegetasi kebun
karet seperti Harendong bulu (Melastoma malabathricum), seuseurehan (Smilax
macrantha), jarong (Stacytarpheta jamaicensis) dan jombang (Boncus aroensis).
Vegetasi tegalan di antaranya tanaman budidaya yaitu ketela/singkong (Manihot utilisima) dan pisang (Musa paradisiaca). Vegetasi kebun campuran dan pekarangan terdiri dari tanaman produksi dan tanaman penghasil bunga. Jenis tanaman produksi di antaranya cengkih (Eugenia aromaticum), bambu (Bambusa sp), kopi (Coffea arabica), rambutan (Nephellium lappaceum), dan jahe. Tanaman penghasil buah adalah pohon durian (Durio zibethinus), mangga (mangivera
indica), kelapa (Cocos nucifera), dan manggis (Garsinia mangostana). Jenis • Air Sungai
• Air Hujan • Air Danau
Waduk (L1) Kolam (L2)
Unit Pengelolaan Air Minum
Untuk :
• Menyiram tanaman • Pembersihan Jalan
tanaman lain adalah nangka, jambu air, jambu batu dan alpukat. Tanaman hias yang terdapat di lokasi pengamatan yang terdiri dari kembang sepatu (Hibiscus
rosasinensis), bougenvil (Bougenvillea spectabilis), puring (Codeaum variegatum), soka (Ixora japanica), palem kuning (Chrysalydocarpus lutescen),
pangkas teh-tehan, cemara hias, banyak dijumpai angsana (Pteropcarpus indicus) dan akasia (Acasia auriculiformis).
Vegetasi sawah yaitu padi (Oryza sativa), eceng gondok (Eichornia
crassipes) dan klambang (Salvinia natans). Banyak juga ditumbuhi pohon kelapa
(Cocos nucifera) dan bambu (Bambusa sp.), sedangkan rumput yaitu Axonopus
compressus dan Cyperus rotundus. Vegetasi semak belukar yaitu tanaman
sulanjana (Hierochloa horsfieldii). Jenis-jenis lainnya terdiri dari harendong bulu (Melastorna malabathricum), seuseurehan (Smilax macrantha), jarong (Stacytarpheta jamaicensis), sikejut (Mimosa pudica), dan jenis rumput-rumputan. Tipe vegetasi binaan yang sebagian besar masih dipertahankan adalah tanaman hias pada vegetasi kebun campuran dan pekarangan tetapi sawah, tegalan dan semak belukar tidak dipertahankan lagi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Tim AMDAL pada 10 titik pengamatan baik di daerah bentang alam basah maupun kering, tercatat 42 jenis spesies satwa. Jenis satwa tersebut terdiri dari 7 spesies amphibi, 7 spesies reptil, 22 spesies burung, dan 6 spesies mamalia. Namun, saat ini hanya beberapa satwa yang ditemui. Satwa yang ditemui antara lain satwa kupu-kupu dan lebah yang ada pada tanaman berbunga. Spesies burung yang terdapat pada kawasan ini terdiri dari burung gereja sampai burung madu. Spesies satwa burung banyak dijumpai di areal penghijauan karena pada area ini terdapat pohon trembesi (Samanea saman) yang sering dijadikan sarang. Untuk spesies satwa amphibi banyak dijumpai di pinggir sungai, kolam dan danau.
Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar
Kawasan Sentul City mengalami perkembangan pesat sejak tahun 1995 dikarenakan adanya pembangunan skala besar untuk berbagai kegiatan perkantoran. Sentul City sendiri memiliki akses langsung dari jalan tol Jagorawi sehingga suasana lingkungan industri tidak terasa sama sekali. Di kawasan ini
juga dibangun sejumlah fasilitas komersial, perkantoran, olahraga dan rekreasi yang berorientasi pada kebutuhan penduduk urban modern.
Kecamatan Citeureup dan daerah sekitar permukiman Sentul City telah mengalami perubahan secara signifikan sekitar tiga dekade terakhir dari permukiman rural ke urban. Perubahan ini telah menarik pendatang dari berbagai daerah dan tingkat sosial untuk mengisi berbagai kesempatan kerja yang terbuka di daerah ini.
Secara umum permukiman penduduk yang berada di Kecamatan Sukaraja, Babakan Madang, dan Citeureup terbagi atas dua kategori permukiman yaitu permukiman yang terencana tumbuh dan permukiman yang tidak terencana. Permukiman yang terencana tumbuh dalam dua sampai tiga dekade terakhir di bangun dalam skala menengah dan besar untuk masyarakat berpendapatan menengah dan menengah ke atas. Permukiman yang tidak terencana berupa pola perkampungan terdapat di dalam kawasan Sentul City dan sekitarnya yang berbentuk memanjang, terapit, dan mengikuti jalur jalan, serta lembah atau bukit dibelakangnya dengan keberadaan toko dan usaha perdagangan penduduk setempat.
Terdapat dua kondisi sarana dan prasarana yang berbeda dan cukup ekstrim di kawasan permukiman Sentul City dan sekitarnya. Pertama, yaitu kondisi sarana dan prasarana permukiman yang tidak lengkap serta relatif kurang baik di permukiman-permukiman setempat. Kedua, yaitu kondisi yang memperlihatkan keadaan sarana dan prasarana yang lengkap dan baik, yang terdapat di permukiman Sentul City.
Mata pencaharian penduduk terbesar sampai tahun 1998 adalah sektor pertanian dan perternakan diikuti oleh perdagangan dan jasa. Hal ini menunjukkan walaupun sebagian besar dari lahan pertanian (1.365 ha) dialihfungsikan menjadi lahan perumahan, namun tidak berpengaruh pada jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian. Latar belakang dari perekonomian penduduk sekitar dari sektor pertanian maka sebagian besar penduduk direkrut sebagai pekerja pemeliharaan lanskap.
Rencana Pembangunan dan Tata Guna Lahan
Pembangunan berbagai macam sarana dan prasarana serta fasilitas pada kawasan permukiman Sentul City bertujuan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan penghuni. Semua fasilitas pada kawasan permukiman Sentul City yang ada bersifat memberikan pelayanan pusat kawasan dan pelayanan pusat lingkungan. Pusat kawasan berlokasi di daerah jalan masuk, sedangkan pusat-pusat lingkungan tersebar pada cluster yang ada. Hal ini sesuai dengan proyek yang terbagi atas daerah pusat kawasan dan cluster. Masing-masing cluster pada kawasan permukiman Sentul City memiliki taman lingkungan. Peruntukan lahan yang efektif yaitu seluas 2.465 ha. Luas lahan 2.465 ha ini efektif dimanfatkan untuk perumahan dan fasilitasnya. Luas lahan yang tidak efektif ini keadaan kemiringan lerengnya lebih dari 40%. Semua terlihat pada rencana peruntukan lahan efektif (Tabel 3) dan rencana peruntukan lahan terbangun (Tabel 4) dengan proporsi terhadap luas area 2.465 ha.
Tabel 3. Rencana Peruntukan Lahan Efektif
Area Komersial Area Non Komersial
Peruntukan
Luas (ha) Proporsi (%) Luas (ha) Proporsi (%)
Perumahan 1.094,15 44,39 510,20 20,70 Fasilitas perdagangan, perkantoran dan industri ringan 189,50 7,69 34,30 1,39 Fasilitas khusus komersial 195,30 7,92 - -Fasilitas khusus non komersial - - 31,40 1,27 Sarana dan prasarana - - 410,20 16,64 Total 1.478,95 60,00 986,10 40,00
Tabel 4. Rencana Peruntukan Lahan Terbangun
Area Komersial Area Non Komersial Terbangun Wilayah
Peruntukan Luas (ha) Proporsi (%) Luas (ha) Proporsi (%) Luas (ha) Proporsi (%) Perumahan 382,51 15,52 150,90 6,12 533,41 21,64 Fasilitas perdagangan, perkantoran dan industri ringan 107,43 4,36 13,11 0,53 120,54 4,89 Fasilitas khusus komersial 24,08 0,98 24,08 0,98 Fasilitas khusus non komersial 2,35 0,10 2,35 0,10 Sarana dan prasarana 58,00 2,35 58,00 2,35 Total 514,02 20,85 224,36 9,10 738,38 29,95
Sumber : Master Plan, 2006
Wilayah terbangun dengan proporsi terhadap luas area 2465 ha yaitu 29,95 %. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada pasal 29 ayat 2 adalah proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari wilayah kota maka permukiman Sentul City sudah memenuhi persyaratan tentang ruang terbuka hijau. Berdasarkan luas areal rencana peruntukan lahan efektif, kegiatan pembangunan direncanakan secara bertahap dalam tiga periode pembangunan lima tahunan sejak kegiatan pembangunan agrowisata di tahun 1995, dan diharapkan dapat selesai pada tahun 2010. Rencana pembangunan per tahap dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rencana Tahap Pembangunan
Tahap Kegiatan Unit Volume Perkiraan
Populasi
I Perumahan ha 6861 27.994
Perdagangan dari kantor ha 151
Fasilitas khusus ha 16
Jalan, jalur hijau ha 328,6
II Perumahan ha 5435 21.740
Perdagangan dan kantor ha 179
Fasilitas khusus ha 13
Tahap Kegiatan Unit Volume Perkiraan Populasi
III Perumahan ha 9424 39.669
Perdagangan dan kantor ha 24
Fasilitas khusus ha 7
Jalan, jalur hijau ha 328,6
Konsep Pengembangan Lanskap Sentul City
Konsep Dasar Lanskap
Konsep dasar pengembangan lanskap Sentul City mengacu pada tujuan untuk menata kawasan Sentul City menjadi lingkungan yang impresif, dengan penataan lanskap yang menyatu dengan karakter alamnya. Kawasan Sentul City ini berada di daerah perbukitan yang dikelilingi lereng-lereng gunung yang hijau baik yang binaan maupun yang alami.
Pemanfaatan potensi alam secara optimal seperti mempertahankan karakter perbukitan merupakan konsep dasar yang ditekankan. Jalan dan rumah dibangun mengikuti kontur yang ada, sehingga menghasilkan jalan yang berkelok-kelok, rumah di atas jalan (up slope), dan rumah di bawah jalan (down slope) (Gambar 4). Permukiman Sentul City berada pada perbukitan sehingga view Gunung Pancar tidak terhalang oleh penutupan dari bangunan maupun vegetasi. Jenis tanaman pada cluster disesuaikan dengan tema cluster tersebut. Pada cluster bertema Bali terdapat pohon kamboja dan jenis-jenis pandan yang mencirikan karakter taman Bali.
Konsep Sirkulasi
Secara umum Sentul City memiliki tiga jenis jalan seperti terlihat pada Gambar 5, sebagai berikut :
1) Jalan lokal 1, yaitu sepanjang jalan utama. Terdiri dari dua tipe :
a) Jalan lokal dua jalur, masing-masing selebar 9 m dengan median jalur hijau 12 m dan bahu jalan masing-masing 4 m, dan
b) Jalan lokal satu jalur dengan dua arah yang berlawanan, selebar 6 m dengan bahu jalan 4 m.
2) Jalan lokal 2, yaitu jalan yang menghubungkan antara jalan utama dengan jalan masuk ke setiap lingkungan permukiman. Lebar badan jalan 10 m dengan dua arah yang berlawanan tanpa median dan bahu jalan 1,5 m. Batas jalan antara kolektor dengan jalan utama ditandai dengan taman gerbang dan taman intersection.
3) Jalan lokal 3, yaitu jalan yang melintasi setiap cluster di sebuah lingkungan permukiman. Lebar jalan 10 m dengan dua arah berlawanan tanpa median dan bahu jalan 1,5 m.
Jalan Lokal 1 (Jalan Utama) dan Jalan Lokal 2 dihubungkan dengan daerah persimpangan (intersection), yaitu berupa pertigaan jalan, perempatan jalan, bundaran jalan dan pulau lalu lintas. Persimpangan ditata sesuai aspek fungsional maupun estetika, sehingga dapat memberikan rasa aman menunjukan identitas dan orientasi tempat, serta menarik perhatian pengguna jalan.
Jalan Lokal 2 menghubungkan fasilitas-fasilitas penunjang jalan utama di dalam cluster dan areal komersial, termasuk jalan akses ke cluster. Jalan Lokal 2 ini dilengkapi dengan sistem utilitas, misalnya jaringan air bersih, air limbah, aliran air hujan dan sistem penerangan jalan serta telekomunikasi. Jalan Lokal 3 menghubungkan blok antara rumah di dalam satu cluster. Kesemua tipe jalan ada di Sentul City terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tipe-Tipe Jalan di Sentul City
Jalan utama merupakan jalan yang menghubungkan seluruh areal pemukiman (cluster, areal komersial dan fasilitas umum) dan jalan lingkungan yang terdapat dalam cluster atau area komersial, termasuk dengan jalan akses ke
cluster. Jalan yang dibuat di Sentul City mengikuti kontur tapak, sehingga
memiliki jalan yang berkelok-kelok. Jalan utama di Sentul City relatif panjang sekitar 6,5 km. Jalan utama di Sentul City terbagi menjadi tiga yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan Siliwangi, dan Jalan Bali Raya. Sirkulasi jalan utama dibagi dua
jalur untuk menjamin keamanan pengguna jalan, mengingat kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas jalan utama relatif tinggi sekitar 70 km/jam.
Agar kesan perjalanan yang menarik didapatkan pada sepanjang jalan Sentul City maka dilakukan penataan jalan dengan menggunakan konsep :