PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN
PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT
SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
SARI INDAH OKTAVIARNI, A34204018. Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap di Kawasan Permukiman Sentul City, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR.
Kegiatan magang ini bertujuan untuk mendapat pengetahuan praktis berupa pengalaman keterampilan dan keahlian kerja di bidang pengelolaan pemeliharaan lanskap suatu permukiman yaitu Sentul City sesuai dengan bidang Arsitektur Lanskap. Tujuan lainnya adalah mempelajari dan menganalisis permasalahan yang ada pada proses pemeliharaan lanskap permukiman serta mengusulkan solusi terbaik yang dapat diterapkan. Kegiatan magang dimulai pada minggu terakhir bulan Februari 2008 sampai minggu terakhir bulan Juni 2008. Penulis di bawah bimbingan Unit Lanskap dan Kebersihan. Tempat pelaksanaan kegiatan magang adalah di kawasan permukiman Sentul City, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan area pemeliharaan di Sentul City mempunyai luas sebesar 233 ha meliputi taman yang terdapat di sepanjang jalan utama dan di setiap lingkungan cluster serta kawasan RTH lainnya.
Pemeliharaan di Sentul City secara umum dilakukan oleh dua kontraktor pelaksana pemelihara. Kontraktor tersebut adalah CV Cipta Anugerah Maulita (CV CAM) dan CV Gelar Jaya (CV GJ). Pemilihan kontraktor ini melalui sebuah proses tender.
Pengelolaan pemeliharaan lanskap Sentul City telah terorganisasi dengan baik dengan adanya Departemen Perawatan Lingkungan, Seksi Pemeliharaan khususnya Unit Lanskap dan Kebersihan yang menangani pemeliharaan lanskap kawasan permukiman Sentul City. Koordinasi antara pengelola dan pelaksana pemelihara (kontraktor) telah terjalin dengan baik dan lancar. Pelaksanaan pemeliharaan dengan sistem kontrak sudah cukup baik terlihat dengan adanya Surat Perjanjian Pekerjaan (SPK). Spesifikasi pekerjaan (jadwal pemeliharaan) sebaiknya ditinjau-ulang setiap tahun disesuaikan dengan standar penampilan dan kondisi lapang, serta dibutuhkan spesifikasi bahan dan alat yang disertakan sebagai bagian dokumen kontrak agar target kinerja yang diinginkan pengelola dapat tercapai.
Kegiatan pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan oleh kontraktor adalah pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal mengacu pada konsep dasar lanskap dan bertujuan untuk meningkatkan nilai estetika lingkungan sehingga akan meningkatkan nilai jual tanah yang dapat menunjang pemasaranya. Pemeliharaan fisik meliputi pemangkasan, penyiraman, pemupukan, pendangiran, pengendalian gulma, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit, pembersihan danau, pemeliharaan art work dan street scape, serta pembersihan areal. Secara umum kegiatan pemeliharaan di lapangan masih dapat ditingkatkan hasilnya atau kualitas fisiknya.
Proses monitoring dan evaluasi di Sentul City berjalan dengan baik dikarenakan telah terdapat standar penampilan sebagai acuan pengoreksian. Perubahan sistem pada pelaksanaan checklist bersama sangat efektif untuk melatih kedisiplinan kontraktor agar tidak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan pemeliharaan pada periode berikutnya. Proses monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Unit lanskap dan Kebersihan. Selain itu, Unit Lanskap dan Kebersihan juga menangani komplain penghuni. Penanganan komplain dilakukan paling cepat pada hari itu juga dan paling lambat tiga hari setelah pengajuan komplain tersebut. Waktu untuk menyelesaikan komplain rata-rata satu minggu atau kurang dari satu minggu. Hal ini cukup baik dan diharapkan dapat dipertahankan tetapi jumlah komplain setiap bulannya sebisa mungkin dapat diminimalisir.
PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN
PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap di Kawasan Permukiman Sentul City, Bogor, Jawa Barat.
Nama : Sari Indah Oktaviarni NRP : A34204018
Program Studi : Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Aris Munandar, MS. NIP. 131 284 867
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP. 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Sari Indah Oktaviarni merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang dilahirkan dari pasangan yang bernama Sutarno dan Puryani di Jakarta pada tanggal 18 Oktober 1986. Pendidikan penulis diawali dengan Taman Kanak-kanak Cempaka yang diselesaikan pada tahun 1990, kemudian dilanjutkan kembali ke Sekolah Dasar Negeri Guntur 04 Pagi dan diselesaikan pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis masuk ke Sekolah Lanjutan Pertama Negeri 178, Jakarta Selatan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Setelah lulus dari SLTP 178, penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 29 Jakarta dan pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikannya di SMU. Penulis diterima sebagai mahasiswi Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2004 melalui program Undangan Seleksi Masuk (USMI). Selama menjadi mahasiswi di Institut Pertanian Bogor, penulis berperan serta dalam Organisasi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) sebagai anggota dari divisi keprofesian pada tahun 2005-2006.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul ”Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap di Kawasan Permukiman Sentul City, Bogor, Jawa Barat” ini disusun melalui hasil kegiatan magang di PT Sentul City Tbk.
Dalam penyusunan skripsi penulis banyak memperoleh masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas saran, kritik, perhatian, dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini;
2. Dr. Ir. Nurhayati HSA, MSc dan Prof. Dr. Ir. Wahju QM, MAgr selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini;
3. Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi selaku dosen pembimbing akademik;
4. seluruh staf dan para pekerja PT Sentul City Tbk, CV Gelar Jaya, dan CV Cipta Anugerah Maulita (bapak Rizky, ibu Prastiti, bapak Karjono, bapak Viki, bapak Muflih, bapak Asep, bapak Rahmani, bapak Ata, bapak Opan, bapak Prapto, bapak Aep, bapak Kosasih, bapak Yana, bapak Dedi, bapak Ismail, dan bapak Juned) atas informasi, bantuan dan masukan dalam pengumpulan data selama mengikuti kegiatan magang;
5. seluruh pihak yang selama ini telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini belum sempurna dan masih terdapat kekurangan. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi pedoman dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Amin.
Bogor, Desember 2008
LEMBAR PERSEMBAHAN
Aku dedikasikan skripsi ini untuk orang-orang yang telah mengisi kehidupanku menjadi penuh warna, adalah sebagai berikut :
1. papa, mama, ade Danu, bude, pakde, om, tante, serta sepupu-sepupuku atas perhatian, semangat, dukungan, cinta dan do’a yang tak pernah ada hentinya kepada penulis;
2. seluruh dosen dan staf Departemen Arsitektur Lanskap IPB;
3. teman selama mengikuti magang (Ria, Arip, dan Krisna) atas semangat dan kebersamaannya;
4. teman – teman satu pembimbing skripsi (Sekar, Ratna, dan Dian) dan pembimbing akademik;
5. teman – teman lanskap angkatan 41 atas kerja sama dan kebersamaan yang sangat berkesan dan tak terlupakan selama masa perkuliahan;
6. teman – teman satu kost Wisma Rahayu atas kebersamaan, saran, kritik dan dukungannya (Dita, Ria, Fitri, Dian, Lintang, Fitria, Putri, Lita, Ani, Ardha, Tina, mbak Ides dan lain – lain);
7. My secret soulmate (34348) yang selalu memberikan dukungan, motivasinya selama penulis melaksanakan magang dan menulis skripsi ini hingga selesai;
8. teman – teman yang selalu dekat (Aini, Sekar, Itha, Ipep, Ridho, Ozy, Dina, Putera dan Anggi);
9. lanskap angkatan 42, 43, 44, 40 dan 39 serta untuk teman-temanku lainnya.
Hanya Allah SWT yang mampu memberikan imbalan untuk kalian. Terima kasih.
Love,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Manfaat ... 2 TINJAUAN PUSTAKA Permukiman ... 3 Lanskap Permukiman ... 4Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap... 5
Pemeliharaan Lanskap ... 8 Penyiraman... 9 Pemangkasan ... 9 Penyiangan... 9 Penggemburan... 10 Pemupukan... 10
Pengendalian Hama dan Penyakit... 10
Pembersihan Area ... 10
METODOLOGI Tempat dan Waktu... 11
Metode Kegiatan Magang... 12
Batasan Studi ... 14
KONDISI UMUM KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY Sejarah Perusahaan ... 15
Struktur Organisasi Perusahaan ... 16
Kondisi Fisik dan Biofisik ... 18
Letak, Luas, dan Aksesibilitas ... 18
Iklim... 19
Tanah ... 19
Hidrologi ... 20
Vegetasi dan Satwa ... 22
Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar ... 23
Rencana Pembangunan dan Tata Guna Lahan... 25
Konsep Pengembangan Lanskap Sentul City ... 28
Konsep Dasar Lanskap... 28
Konsep Sirkulasi ... 29
Konsep Utilitas ... 32
Konsep Tata Hijau ... 33
Konsep Permukiman ... 35
Konsep Struktur ... 36
PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY Pengelolaan Lanskap Sentul City ... 38
Sistem Pelaksanaan Pemeliharaan ... 39
Pembagian Kawasan Pemeliharaan ... 42
Pengorganisasian Pelaksanaan Pemeliharaan Lanskap ... 44
Organisasi ... 44
Pengelolaan Tenaga Kerja ... 46
Perekrutan Tenaga Kerja... 47
Waktu Kerja ... 48
Kesejahteraan Tenaga Kerja Harian... 48
Koordinasi antara Pengelola dengan Kontraktor ... 49
Jadwal Pemeliharaan... 50
Kapasitas Kerja ... 53
Peralatan dan Bahan... 55
Anggaran Biaya... 56
Kegiatan Pemeliharaan ... 59
Pemeliharaan Ideal ... 59
Pemangkasan... 61
Penyiraman... 64
Pemupukan... 66
Pengendalian Gulma dan Penyetikan... 68
Pendangiran (Penggemburan Tanah) ... 70
Penyulaman ... 71
Pengendalian Hama dan Penyakit... 73
Pembersihan ... 74
Pemeliharaan Danau... 76
Pemeliharaan Art Work dan Street Scape... 76
Proses Monitoring dan Evaluasi Pekerjaan Pemeliharaan... 77
Proses Monitoring ... 77
Evaluasi Pekerjaan Pelaksanaan Pemeliharaan ... 78
Standar Penanganan Komplain ... 79
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 81
Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
DAFTAR TABEL
No Halaman
Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Cara Pengambilan Data ... 12
Tabel 2. Status Kesuburan Tanah di Permukiman Sentul City... 19
Tabel 3. Rencana Peruntukan Lahan Efektif... 25
Tabel 4. Rencana Peruntukan Lahan Terbangun ... 26
Tabel 5. Rencana Tahap Pembangunan ... 26
Tabel 6. Pembagian Kawasan Pemeliharaan ... 43
Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja dari Kedua Kontraktor ... 46
Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja Perawatan dan Kebersihan dari Kedua Kontraktor ... 47
Tabel 9. Kegiatan Pemeliharaan Lanskap di Sentul City... 52
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Gambar 1. Peta Lokasi Kawasan Pemukiman Sentul City ... 11
Gambar 2. Posisi Kawasan Sentul City ... 18
Gambar 3. Skema Penyaluran Air... 22
Gambar 4. Jalan dan Rumah Mengikuti Kontur ... 28
Gambar 5. Tipe-Tipe Jalan di Sentul City ... 30
Gambar 6. Kejutan Pot Artistik pada Segmen Jalan ... 31
Gambar 7. Penempatan Tanaman Berdaun Cerah ... 31
Gambar 8. Pola Penanaman Berkelompok... 32
Gambar 9. Tanaman yang Dihadirkan di Sepanjang Kanan, Kiri, dan Median Jalan ... 34
Gambar 10. Kelompok Tanaman untuk Menambah Nilai Estetik... 35
Gambar 11. Bagan Organisasi Departemen Perawatan Lingkungan ... 44
Gambar 12. Bagan Koordinasi antara Pengelola dengan Kontraktor ... 49
Gambar 13. Kegiatan Pemangkasan Rumput dengan Pemangkas Rumput Gendong ... 62
Gambar 14. Pemangkasan Semak dan Tanaman Air ... 63
Gambar 15. Kegiatan Pemangkasan Pohon ... 64
Gambar 16. Kegiatan Penyiraman ... 66
Gambar 17. Kegiatan Pemupukan... 67
Gambar 18. Kegiatan Pengendalian Gulma ... 69
Gambar 19. Kegiatan Penggemburan ... 71
Gambar 20. Kegiatan Penyulaman Tanaman... 72
Gambar 21. Kegiatan Penyemprotan Pestisida pada Pohon Beringin ... 74
Gambar 22. Kegiatan Pembersihan Areal yang Dilakukan oleh Kontraktor ... 74
Gambar 23. Kegiatan Pemeliharaan Kanstin dan Kolam Air Mancur... 76
Gambar 24. Pelaksanaan Checklist dan Perubahan Pelaksanaan pada Periode 16-31 Mei. ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
Lampiran 1. Master Plan Sentul City... 85
Lampiran 2. Peta Area Pemeliharaan ... 86
Lampiran 3. Peta Area Pemeliharaan Berdasarkan Pembagian Kawasan Kedua Kontraktor... 87
Lampiran 4. Daftar Vegetasi di Kawasan Pemeliharaan Sentul City ... 88
Lampiran 5. Struktur Organisasi PT Sukaputera Graha Cemerlang ... 91
Lampiran 6. Bagan Proses Tender ... 92
Lampiran 7. Surat Perjanjian Pekerjaan Perawatan Taman dan Kebersihan Lingkungan (CV Gelar Jaya) ... 93
Lampiran 8. Spesifikasi Pekerjaan Perawatan Taman dan Kebersihan Lingkungan Lingkungan Sentul City ... 101
Lampiran 9. Contoh Perhitungan dengan Tabel Progress Pekerjaan Periode 1-15 April 2008 pada Wilayah Makro (CV Gelar Jaya) ... 103
Lampiran 10. Perhitungan Rekapitulasi Progress Pekerjaan Periode 1-15 April 2008 (CV Gelar Jaya) ... 104
Lampiran 11. Schedule Pelaksanaan Opname Lapangan Wilayah Makro CV Gelar Jaya pada Periode 1-8 April... 105
Lampiran 12. Luas Area Perawatan dan Kebersihan Lingkungan Kawasan I (CV Gelar Jaya)... 107
Lampiran 13. Luas Area Perawatan dan Kebersihan Lingkungan Kawasan II (CV Cipta Anugerah Maulita)... 109
Lampiran 14. Rencana Kerja dan Checklist Lapangan CV Gelar Jaya pada Periode 16 Maret – 15 April 2008... 111
Lampiran 15. Contoh Perhitungan Harga Satuan pada Pekerjaan Taman Gerbang (CV Gelar Jaya)... 116
Lampiran 16. Pengaturan Prestasi Kerja Kawasan I (CV Gelar Jaya)... 118
Lampiran 17. Standar Penampilan Pekerjaan Perawatan Taman dan Kebersihan Lingkungan Sentul City ... 120
Lampiran 18. Form Checklist Harian pada Periode 1-8 April 2008
(CV Gelar Jaya)... 123 Lampiran 19. Form Checklist Bersama pada Periode 1-15 April 2008
(CV Gelar Jaya)... 125 Lampiran 20. Form Checklist Bersama pada Periode 1-15 April 2008
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota merupakan pusat aktivitas pembangunan dan perekonomian dari segi fungsinya. Dalam perkembangannya, kota dan laju pertumbuhan penduduknya sangat cepat serta disertai dengan arus urbanisasi. Hal ini memacu banyaknya tuntutan masyarakat akan kebutuhan permukiman. Sarana dan prasarana yang memadai serta kenyamanan untuk penghuninya merupakan kebutuhan permukiman yang diinginkan oleh masyarakat saat ini. Pembangunan permukiman merupakan suatu upaya pemerintah untuk mengatasi tuntutan masyarakat tersebut. Namun, upaya pemerintah tersebut sering menemui kendala. Salah satunya adalah keterbatasan lahan di daerah perkotaan. Alternatif dari pemecahan masalah tersebut adalah pembangunan permukiman pada pinggiran kota (hinterland) dengan menggunakan konsep kota baru.
Program kota baru memiliki beragam tujuan perencanaan ekonomi dan regional, termasuk di dalamnya membatasi pertumbuhan ekonomi yang tidak menguntungkan dari daerah utama metropolitan, menyediakan kutub pertumbuhan di daerah yang kurang berkembang, dan mencegah hilangnya kawasan pertanian melalui pertumbuhan kota yang tidak terkendali (Rodwin, 1956 dalam Porteous 1977). Sebagai percobaan utama dalam perencanaan komprehensif mereka juga memiliki tujuan sosial yang eksplisit (tidak kentara), termasuk menyediakan lingkungan perumahan yang sehat, mandiri dalam pembelanjaan dan pekerjaan, integrasi kelas sosial dan rasa kebersamaan, dan mendorong partisipasi warga dalam mengatur kotanya (Porteous, 1977).
Sentul City merupakan sebuah kota menuju mandiri yang terletak di selatan kota Jakarta. Dalam perkembangannya, Sentul City dilengkapi dengan sarana dan prasarana untuk menunjang kebutuhan dan aktivitas penghuninya seperti sarana pendidikan, sarana umum, pusat perdagangan, sarana rekreasi, dan olahraga. Sentul City mempunyai taman yang terdapat di sepanjang jalan utama dan di setiap lingkungan cluster serta kawasan RTH lainnya dengan luas sebesar 233 ha. Kawasan Sentul City mempunyai konsep dasar yang menyatu dengan karakter alamnya terutama karakter perbukitan. Untuk tetap menjaga eksistensi
lanskap dan keindahan karakter alam Sentul City diperlukan suatu upaya pemeliharaan. Pemeliharaan ini dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya. Dengan demikian, kondisinya dapat tetap baik dan dipertahankan dengan tujuan rancangan atau desain semula (Arifin dan Arifin, 2005). Strategi pengelolaan pemeliharaan lanskap yang tepat dan sesuai dengan standar pemeliharaan yang efektif dan efisien juga diperlukan. Keberhasilan pemeliharaan suatu taman menunjukkan keberhasilan pembentukan taman tersebut (Sulistyantara, 2006). Dengan alasan tersebut, kegiatan magang dalam bidang pengelolaan pemeliharaan sangat diperlukan.
Tujuan
Tujuan umum magang pada bidang pengelolaan pemeliharaan ini di kawasan permukiman Sentul City ini adalah mendapat pengetahuan praktis, pengalaman keterampilan dan keahlian kerja di bidang pengelolaan pemeliharaan lanskap sesuai dengan bidang arsitektur lanskap. Tujuan khusus magang adalah :
a) mempelajari pengelolaan pemeliharaan lanskap di kawasan permukiman Sentul City;
b) mempelajari dan menganalisis permasalahan yang ada pada proses pemeliharaan lanskap permukiman serta mengusulkan solusi terbaik yang dapat diterapkan.
Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan magang pada kawasan permukiman Sentul City adalah :
a) menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman kerja mahasiswa;
b) melengkapi ilmu arsitektur lanskap yang dipelajari di kampus dengan ilmu yang didapatkan selama magang;
c) meningkatkan kemampuan beradaptasi, bersosialisasi, berinteraksi, dan bekerja sama dengan orang lain pada lingkungan yang baru sehingga tercipta jalinan kerja sama yang baik dengan staf dan manajemen.
TINJAUAN PUSTAKA
Permukiman
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Lebih lanjut lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, sarana dan prasarana lingkungan yang terstruktur sedangkan perumahan diartikan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.
Menurut Simonds (1983) permukiman dinyatakan sebagai kelompok -kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktifitas, tetapi cukup besar untuk menampung fasilitas umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain dan daerah penyangga. Lebih lanjut dinyatakan bahwa adanya penataan jalur hijau dalam kawasan permukiman memungkinkan pencapaian kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya. Sebagai contoh penanaman jalur hijau jalan sepanjang berm dan median jalan yang bersifat sederhana dalam pelaksanaanya berpedoman pada kebutuhan, kecocokan penampilan di tiap musim, penampilan di tahapan pertumbuhan, kecocokan tanaman dan bangunan serta lingkungan sekitar dan keefisienan dalam pemeliharaan.
Adanya jaminan yang layak menjadi suatu potensi yang memungkinkan masyarakat di dalamnya dapat beriteraksi satu sama lain secara positif. Sehubungan dengan hal tersebut memilih suatu tapak untuk perumahan terutama untuk pembangunan kota baru harus sesuai dengan tujuan pembangunan fisik, termasuk pemasangan utilitas pengadaan rumah, sistem sirkulasi, berikut fasilitas lingkungan dalam suatu kaitan yang terncana dengan baik dan terbebas dari faktor lingkungan yang tidak diinginkan (Chiara dan Koppelman, 1990).
Lanskap Permukiman
Lanskap adalah lingkungan sekeliling kita dan semua yang ada di dalamnya, sejauh mata memandang, sejauh indra dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan, lanskap tidak hanya bersifat fisik tetapi dapat bersifat sosial berupa hubungan antara lanskap dengan manusia (Eckbo, 1964). Derajat dari harmoni atau kesatuan dari bermacam elemen lanskap tidak hanya diukur dari kesan menyenangkan yang timbul, tetapi juga dari ukuran kualitas yang disebut keindahan (Simonds, 1983).
Lingkungan permukiman adalah suatu area yang didalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau kumpulan tempat tinggal dan sarana perkantoran, niaga, pendidikan, budaya, kesehatan, dan fasilitas administrasi penting lainnya disekitar area tersebut. Kehadiran fasilitas penunjang yang terkumpul dan tersusun rapi di suatu kelompok hunian (cluster), adanya hubungan antar rumah melalui jalur yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki (pedestrian), taman yang tersebar secara radikal ataupun pararel, dengan akses ke luar lingkungan yang mudah dapat menciptakan hubungan ketetanggaan yang ideal dalam lingkungan pemukiman (Eckbo, 1964). Lebih lanjut Porteous (1977), menyatakan suatu unit ketetanggaan punya batas yang jelas. Kebanyakan batas tersebut merupakan jalan arteri yang padat lalu lintasnya. Di dalam batas tersebut, jalan lokal dalam unit ketetanggaan lebih jarang digunakan oleh penghuni, utamanya sebagai akses ke rumah penghuni atau untuk menjangkau fasilitas perdagangan dan fasilitas lainnya dalam unit ketetanggaan. Lebih ditekankan disini adalah kenyamanan dan keselamatan penghuni. Hal ini dilakukan dengan cara menyediakan jaringan jalan, yang disusun sehingga orang-orang yang akan berbelanja dan anak-anak dapat menjangkau fasilitas perdagangan dan sekolah tanpa harus menyebrang jalan arteri yang lalu lintasnya padat. Jangkauan pejalan kaki disini merupakan faktor utama dan penggunaan mobil di dalam ketetanggaan harus dikurangi dengan mendesain jalan yang rumit (dimaksudkan disini berjalan kaki akan lebih cepat dan mudah) kendaraan tersebut utamanya hanya digunakan untuk masuk dan keluar dari unit ketetanggaan. Pola dari pusat perbelanjaan dan ruang terbuka adalah memenuhi kebutuhan yang pokok. Dengan kontak yang konstan satu sama lain, penghuni akan dapat mengembangkan rasa memiliki.
Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap
Pengelolaan atau pengorganisasian suatu kegiatan pemeliharaan tergantung berbagai faktor yang terdapat pada lokasi seperti pengunjung sebagai pengguna kawasan di masing-masing unit atau fasilitas pada waktu-waktu tertentu (akhir minggu, akhir bulan, dan hari libur lainnya), luar kawasan yang dipelihara (Sternloff dan Warren, 1984). Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, lebih lanjut Sternloff dan Warren (1984) menyatakan bahwa suatu program pekerjaan pemeliharaan disusun spesifik bagi kawasan tersebut karena suatu area pertamanan dan rekreasi tidak ada yang sama persis satu dengan yang lainnya.
Pengelolaan menurut Wright (1982) berhubungan dengan kebijakan dan perencanaan yang panjang dan organisasi dari staf dan perlengkapan untuk mencapai pemeliharaan yang efisien. Pengelolaan pemeliharaan yang efektif di suatu area berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan pemeliharaan dan keberlangsungan kondisi kawasan lanskap secara keseluruhan. Arifin dan Arifin (2005) menyatakan untuk mencapai efektivitas di dalam pemeliharaan, hendaknya diperhatikan beberapa hal prinsip dalam pemeliharaan taman.
1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan.
2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis, baik waktu, tenaga kerja, peralatan, maupun bahan.
3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasarkan pada rencana pemeliharaan tertulis yang logis.
4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan taman harus didasarkan pada kebijakan dan prioiritas yang benar pemeliharaan taman.
5. Pemeliharaan pencegahan perlu ditekankan.
6. Pengelola pemeliharaan taman harus diorganisir dengan baik.
7. Sumber dana yang cukup dapat mendukung program pemeliharaan yang telah ditetapkan.
8. Penyediaan tenaga kerja yang cukup sangat penting untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemeliharaan.
9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami. 10. Pengelola pemeliharaan taman harus bertanggung jawab terhadap keamanan
11. Pemeliharaan dijadikan pertimbangan utama dalam perancangan dan pembangunan taman.
12. Para operator pemelihara harus bertangguang jawab terhadap pengelola pemeliharaan taman.
Dalam pelaksanan pemeliharan suatu area penanggung jawab kegiatan pemeliharaan dapat berbeda-beda, menurut Sternloff dan Warren (1984) metode penetapan pekerjaan pemeliharaan yaitu :
1) Sistem Pemeliharaan Unit (Unit Maintenance)
Pada sistem ini pelaksana unit dalam taman mengerjakan sendiri semua jenis pemeliharaan. Suatu taman lingkungan harus mempunyai karyawan yang dapat memelihara semua fasilitas dalam taman seperti pemeliharaan gedung, pemangkasan rumput dan semak, pemeliharaan lapangan olahraga dan sebagainya.
2) Karyawan Pemelihara Khusus (Specialized Maintenance Crew)
Pada sistem ini karyawan dilatih mengerjakan pekerjaan tertentu saja seperti khusus memangkas, membersihkan jendela atau pekerjaan khusus lainnya. Berdasarkan jadwal, karyawan dipindahkan dari satu unit ke unit lainnya.
3) Pemeliharaan dengan Kontraktor (Maintenance by Contract)
Pada sistem ini pekerjaan pemeliharaan menjadi tanggung jawab kontraktor sesuai kebutuhan yang telah dilakukan, dimana pengelola tidak dibebani investasi alat maupun karyawan.
Bagian yang paling penting dalam pemeliharaan lanskap adalah tenaga kerja yang berada langsung di lapangan. Peralatan dan bahan-bahan yang terbaik sekalipun tidak dapat digunakan tanpa adanya tenaga kerja, dan hanya tenaga kerja yang berkualitas dan terlatih yang dapat melakukan pekerjaan pemeliharaan lanskap dengan baik. Pelatihan singkat mengenai prinsip-prinsip dasar dari pemeliharaan lanskap dapat menghasilkan tenaga kerja yang lebih baik dan antusias terhadap pekerjaanya (Carpenter et al., 1975). Menurut Arifin dan Arifin (2005), jumlah tenaga kerja harus optimal, tidak kelebihan atau kekurangan. Besar kecilnya jumlah tersebut disesuaikan dengan luas taman serta kemampuan keterampilan pekerja.
Efektivitas kerja para operator taman sangat menentukan efisiensi biaya pemeliharaan taman. Apabila tenaga kerja bekerja dengan efektif sesuai dengan kemampuan tenaga dan keterampilannya, maka biaya pemeliharaan taman dapat dimanfaatkan secara seoptimal mungkin. Efektivitas kerja menurut Arifin dan Arifin (2005) sangat ditentukan oleh :
1) Motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja, 2) Sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman,
3) Ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, 4) Tingkat pengawasan pekerjaan di Lapangan,
5) Kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para pengawas dan pengawas dengan tenaga kerja pemeliharaan taman di lapangan.
Suasana kerja yang kondusif dan sosialisasi yang baik dapat meningkatkan motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Mereka dapat saling bertukar pengalaman dan pengetahuan khussnya dalam bidang pemeliharaan. Penyusunan jadwal yang baik dan sistematika akan memudahkan
landscape maintenance supervisor untuk mengerahkan tenaga kerjanya dengan
seefektif dan seefisien mungkin seperti dalam penggunaan alat dan bahan, pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan baik yang diperintahkan maupun berdasarkan inisiatif sendiri sehingga dapat memberikan keuntungan besar bagi semua pihak (Arifin dan Arifin, 2005)
Efisiensi dan efektivitas pemeliharaan taman dipengaruhi oleh penguasaan teknik pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadai. Oleh karena itu pemelihara taman hendaknya memiliki peralatan pemeliharaan yang tepat, mengetahui jenis peralatan yang digunakan, fungsi dan cara kerjanya(Arifin dan Arifin, 2005)
Menurut Arifin dan Arifin (2005), untuk mengantisipasi hal-hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan landscape
maintenance supervisor memerlukan suatu sistem pengawasan dan evaluasi.
Sistem ini harus dibuat sesederhana mungkin dan memuat semua informasi yang terjadi di lapangan. Selain itu sistem manajemen harus dapat disosialisasikan kepada semua pihak dari pihak pengelola hingga tenaga kerja, agar semua pihak dapat mengerti maksud dan tujuan dari sistem manajemen yang telah ditetapkan.
Untuk itulah diperlukan komunikasi yang lancar antara pimpinan hingga tenaga kerja.
Pemeliharaan Lanskap
Pemeliharaan merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan. Pemeliharaan dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya. Dengan demikian, kondisinya tetap baik atau sebisa mungkin dapat dipertahankan sesuai dengan tujuan rancangan dan desain yang semula (Arifin dan Arifin, 2005)
Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemeliharaan dibagi menjadi dua pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain yang semula sehingga pada periode waktu tertentu diadakan suatu evaluasi. Pemeliharaan ideal akan berjalan dengan baik jika didukung oleh upaya-upaya seperti berikut :
1) Perencanaan dan perancangan taman dengan pola sederhana sehingga mempermudah pemeliharaan fisik.
2) Penggunaan elemen taman, baik elemen keras maupun elemen tanaman, hendaknya yang tidak sulit dicari agar tidak menyulitkan dalam penggantian dan penyulaman tanaman.
3) Pemilihan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahan-bahan perkerasan yang sesuai.
4) Pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di dalam taman selalu lancar.
5) Perlengkapan taman yang memadai, meliputi penerangan lampu pada malam hari, jaringan utilitas yang ada di bawah tanah yang direncanakan dengan baik sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada permukaan tanah. Pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman untuk mewujudkan pemeliharaan ideal yang tidak terlepas dari elemen taman yang memiliki daya hidup, sehingga taman tetap terjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Secara umum, pemeliharaan fisik untuk tanaman antara lain terdiri dari penyiraman, pemangkasan, pendangiran, penyiangan, pemupukan, penyemprotan hama dan penyakit dan lain-lain.
Penyiraman
Penyiraman tanaman sangat diperlukan untuk memudahkan perakaran tanaman menyerap larutan hara yang tersedia di dalam tanah. Selain itu, penyiraman dapat meningkatkan kelembapan tanah untuk mencegah kelayuan tanaman akibat evapotranspirasi. Oleh karena itu, jumlah air siraman tergantung pada besarnya penguapan yang terjadi di dalam pertamanan tersebut. Air yang tersedia di daerah perakaran hendaknya lebih banyak dari pada air yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi (Arifin dan Arifin, 2005).
Pemangkasan
Arifin dan Arifin (2005) menyatakan jenis pemangkasan tanaman dan pohon dapat dibedakan berdasarkan tujuannya yaitu pemangkasan untuk kesehatan pohon, pemangkasan untuk penampilan tanaman dan pemangkasan untuk keamanan pengguna taman. Waktu pemangkasan yang tepat menurut Carpenter et al. (1975) adalah sebelum tanaman berbunga, sebelum musim panas dan setelah berbuah. Teknik pemangkasan menurut Ingels (2004), terdiri dari :
1) Jump-cutting (Memotong cabang). Teknik ini yaitu dengan memotong tahap demi tahap cabang tanaman.
2) Thinning out (Penjaraangan). Teknik ini pada dasarnya menjarangkan cabang-cabang semak untuk tetap membentuk ukuran dan bentuk semak yang diinginkan. Dilakukan dua kali dalkam sebulan.
3) Heading back (Memangkas dahan). Caranya dengan memangkas cabang pertumbuhan semak untuk mengontrol ukuran dan bentuk dari semak dan untuk memelihara semak pembatas.
Kombinasi dari ketiga teknik tersebut dapat dilakukan dengan tujuan peremajaan tanaman yang sudah tua.
Penyiangan
Tujuan penyiangan menurut Sulistyantara (2006) adalah untuk menghilangkan tanaman penggangu (gulma) disekitar tanaman yang dipelihara. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dengan dicabut atau dengan menggunakan alat seperti kored. Hal ini dapat dilakukan apabila ukuran tanaman
tidak terlalu luas. Untuk pengendalian gulma secara kimiawi dengan menggunakan herbisida.
Penggemburan
Arifin dan Arifin (2005) menyatakan untuk lahan berumput dilakukan dengan pembuatan lubang-lubang udara pada jarak tertentu dan tanaman perdu, penggemburan tanah dilakukan dengan mencangkul permukaan tanah sambil membersihkan gulma. Pada pohon, penggemburan tanah dilakukan dengan cara membuat bokoran di sekeliling pangkal batang dengan radius sekitar 50-75 cm, tergantung besar kecilnya batang pohon. Ingels (2004) menambahkan pembuatan bokoran disekeliling pangkal batang tanaman juga disebut dengan edging.
Pemupukan
Terdapat hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pupuk yaitu kandungan nutrisi-nutrisi yang terdapat dalam pupuk dan efek dari pupuk terhadap pH tanah. Dari hasil analisis yang dilakukan, pupuk yang lengkap mengandung tiga elemen utama yang esensial dalam pertumbuhan tanaman, diantaranya nitrogen, phospor dan potassium (Carpenter et al., 1975).
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit bukan berarti hanya pemberantasan secara langsung tetapi juga tindakan pencegahan terhadapnya. Untuk tindakan pemberantasan dapat dilakukan secara manual dan obat-obatan (pestisida) dengan penggunaan yang cermat (Sulistyantara, 2006).
Pembersihan Area
Kegiatan pemeliharaan wajib dilakukan secara intensif agar keindahan dan keamanan taman tetap terjaga. Kegiatan pembersihan area adalah cara untuk menjaga keindahan dan kenyaman taman. Adanya kotoran atau sampah dapat menurunkan kualitas taman dan kemungkinan besar menjadi sarang dan hama penyakit. Oleh karena itu kebersihan area sangat menentukan terhadap lingkungan pertumbuhan tanaman (Sulistyantara, 2006).
METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan kegiatan magang ini adalah di kawasan permukiman Sentul City, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 1). Kegiatan magang dilaksanakan di Departemen Perawatan Lingkungan pada Seksi Pemeliharaaan, tepatnya pada Unit Lanskap dan Kebersihan di bawah Divisi Pengelolaan Kota, PT Sukaputra Graha Cemerlang, anak perusahaan PT Sentul City Tbk. Kegiatan magang ini dilaksanakan 4 bulan mulai dari minggu terakhir bulan Februari 2008 sampai dengan minggu terakhir bulan Juni 2008. Bulan Mei 2008, penulis diberikan tanggung jawab untuk melakukan inventarisasi pohon jalan pada setiap
cluster lama. Pada satu bulan terakhir, penulis diberikan tanggung jawab untuk
mengawasi kegiatan pengangkutan sampah hijau penghuni yang dilakukan oleh pihak Departemen Perawatan Lingkungan. Meskipun demikian, pada karya ilmiah ini hanya akan dibahas pengelolaan pemeliharaan lanskap Sentul City.
Metode Kegiatan Magang
Kegiatan magang ini dilakukan pada hari Senin hingga Jumat dengan jam kerja yang berlaku adalah dari 08.30 – 17.30. Kegiatan magang kali ini mengikuti dan melaksanakan berbagai kegiatan pemeliharaan lanskap Sentul City. Aspek kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan lapang, yaitu partisipasi dan pengawasan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan di tapak baik yang dilakukan oleh pihak perusahaan maupun yang dilakukan oleh kedua kontraktor pelaksana pemelihara seperti kegiatan penyiraman, pemupukan, pemangkasan, pendangiran, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pembersihan, pemeliharaan danau, dan pemeliharaan art work dan street scape.
b. Pekerjaan perkantoran atau studio, yaitu partisipasi dalam kegiatan administrasi dan pengelolaan pemeliharaan. Kegiatan perkantoran meliputi:
1) mempelajari kontrak kerja PT Sukaputera Graha Cemerlang dengan CV Gelar Jaya dan CV Cipta Anugerah Maulita sehingga mengetahui ketentuan dan peraturan yang berlaku, standar penampilan yang diharapkan, dan sebagainya;
2) mempelajari jadwal pemeliharaan yang ditetapkan oleh pengelola; 3) mempelajari sistem pengelolaan pemeliharaan yang berlaku;
4) mempelajari struktur organisasi dari pengelolaan pemeliharaan yang berlaku di Sentul City;
5) mempelajari sistem administrasi yang berlaku.
Data yang dikumpulkan berupa data umum dan data kegiatan magang yang diperoleh dari survei lapangan, wawancara dengan pihak terkait dan studi pustaka. Jenis, sumber, dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Cara Pengambilan Data
No Jenis Sumber Cara Pengambilan Data
1 Data Fisik dan Biofisik a) letak dan luas b) iklim dan jenis tanah
Data perusahaan PT Sentul City Tbk Data perusahaan PT Sentul City Tbk dan BMG
Studi pustaka Studi pustaka
No Jenis Sumber Cara Pengambilan Data c) vegetasi dan satwa
d) hidrologi e) aksesbilitas
f) sirkulasi, utilitas, dan fasilitas
Data perusahaan PT Sentul City Tbk dan lapangan
Data perusahaan PT Sentul City Tbk dan lapangan
Lapangan
Data perusahaan PT Sentul City Tbk dan lapangan
Studi pustaka dan survei Studi pustaka dan survei Survei
Studi pustaka dan survei 2 Data Sosial Ekonomi
a) masyarakat Data perusahaan
Sentul City dan lapangan
Studi pustaka dan survei
3 Profil perusahaan Data perusahaan PT
Sukaputera Graha Cemerlang
Studi pustaka dan wawancara 4 Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap
a) pengelolaan pemeliharaan b) pelaksanaan pemeliharaan c) tenaga kerja
d) alat dan bahan
e) biaya f) administrasi Data perusahaan PT Sukaputera Graha Cemerlang Lapangan Data perusahaan PT Sukaputera Graha Cemerlang dan kontraktor serta lapangan Data perusahaan PT Sukaputera Graha Cemerlang dan kontraktor serta lapangan Data perusahaan PT Sukaputera Graha Cemerlang dan kontraktor Data perusahaan PT Sukaputera Graha Cemerlang
Studi pustaka dan wawancara Wawancara dan survei Wawancara, survei dan studi pustaka
Wawancara, survei dan studi pustaka
Studi pustaka
Studi pustaka
Data fisik dan biofisik diperlukan untuk mengetahui kondisi umum tapak yang melatarbelakangi kegiatan pemeliharaan. Data pengelolaan pemeliharaan lanskap digunakan untuk membandingkan kegiatan pengelolaan pemeliharaan yang ada dilapang dengan yang dijelaskan berdasarkan acuan pustaka dan dianalisa secara deskriptif.
Selain itu dari pengamatan kegiatan pemeliharaan didapatkan data mengenai hasil pekerjaan yang dihasilkan, lamanya pekerjaan tersebut dilakukan dan banyaknya pekerja yang dibutuhkan. Ketiga elemen tersebut yang berguna untuk perhitungan kapasitas kerja untuk mendapatkan efektivitas kerja.
Batasan Studi
Ruang lingkup dari kegiatan magang ini dilakukan di bawah pengawasan Departemen Perawatan Lingkungan (Environmental Services) pada Seksi Pemeliharaan (Maintenance), tepatnya pada Unit Lanskap dan Kebersihan yaitu melingkupi area pemeliharaan kawasan yang dilaksanakan oleh kontraktor khususnya kawasan cluster lama. Kegiatan magang mahasiswa di bawah pengawasan Unit Lanskap dan Kebersihan.
KONDISI UMUM KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY
Sejarah Perusahaan
PT Sentul City Tbk merupakan suatu perseroaan yang bergerak dibidang properti dengan kegiatan utamanya adalah sebagai pengembang perkotaan (urban
development) yang meliputi aktifitas pembangunan infrastruktur dengan segala
fasilitasnya termasuk pengadaan ruang terbuka hijau. PT Sentul City Tbk didirikan pada tanggal 16 April 1993 berdasarkan akta No.311 dengan nama perseroaan PT Sentragriya Kharisma. Pada tahun yang sama yaitu tanggal 9 Agustus nama perseroan diubah menjadi PT Royal Sentul Highlands. Tahun 1997, PT Royal Sentul Highlands melakukan penawaran saham dengan harga nominal Rp. 500,- /saham sehingga pada tanggal 7 Desember 1997 berubah menjadi PT Royal Sentul Highlands Tbk. Pada tanggal 11 Desember 1997, nama perseroan diubah menjadi PT Bukit Sentul Tbk. PT Bukit Sentul Tbk melakukan penawaran umum terbatas I dengan harga nominal Rp. 100,- /saham dan nama perseroan diubah lagi menjadi PT Sentul City Tbk dengan akta No 26 tanggal 19 juli 2006 di hadapan Notaris Fathihah Helmi, S.H.
Kegiatan usaha PT Sentul City Tbk yang utama adalah pengembangan perkotaan dengan berbagai fasilitas didalamnya yang meliputi pembangunan perumahan, perkantoran, pertokoan, fasilitas rekreasi dan olahraga, sekolah dan lain-lain. Selain itu, penyediaan lahan siap bangun bagi investor, pengembangan kawasan pemukiman, pembangunan gedung-gedung komersial dan non komersial serta penyelenggaraan jasa yang terkait dengan pembangunan kota juga merupakan beberapa kegiatan usaha PT Sentul City Tbk saat ini dan yang akan datang. Untuk memenuhi target usahanya, perseroaan melakukan pembelian tanah dan menyiapkan kembali menjadi lahan siap bangun lengkap dengan infrastrukturnya. Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan PT Sentul City Tbk meliputi pembangunan infrastruktur beserta fasilitasnya dan pengadaan ruang terbuka hijau. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh pihak luar atau dengan melakukan kerja sama dengan kontraktor-kontraktor yang dipercaya. Dalam hal ini, PT Sentul City Tbk hanya melakukan pengembangan tidak melakukan pengelolaan ataupun pemeliharaan.
PT Sukaputra Graha Cemerlang (PT SGC) dan PT Gunung Geulis Elok Abadi merupakan anak perusahaan dari PT Sentul City Tbk. PT Sukaputra Graha Cemerlang didirikan pada tanggal 19 Januari 1996 oleh Notaris Sulaimansyah, SH di Jakarta. Akta tersebut diubah pada tanggal 27 Februari 1998 oleh notaris Saal Bumela, SH di Jakarta disesuaikan dengan UU PT No.1/1995. Akta pendirian itu akan diubah lagi sesuai UU PT No.40 Tahun 2007. PT Sukaputera Graha Cemerlang bergerak dalam bidang pengelolaan kota seperti lingkungan, listrik, jalan dan telekomunikasi serta fasilitas umum lainnya di kawasan permukiman Sentul City. PT Gunung Geulis Elok Abadi didirikan pada tanggal 3 Maret 1994 dan bergerak dalam pengelolaan bangunan-bangunan komersial distrik.
Selain kedua anak perusahan tersebut, PT Sentul City Tbk juga mengembangkan beberapa perusahaan asosiasi. Perusahaaan asosiasi tersebut di antaranya adalah PT Kencanamas Indah Persada, PT Adigraha Multi Selaras, PT Royal Sentul Resort Hotel, dan PT Jakarta Polo and Equestrian. Kedua anak perusahaan dan beberapa perusahaan asosiasi tersebut dikembangkan oleh perseroan dalam rangka untuk memperoleh hasil kegiatan usaha yang maksimal dalam jangka panjang.
Struktur Organisasi Perusahaan
PT Sukaputera Graha Cemerlang merupakan anak perusahaan dari PT Sentul City Tbk. PT Sukaputera Graha Cemerlang memiliki Divisi Pengelolaan Kota (Town Management) yang bertanggung jawab dalam mengelola kota, mengoperasikan, dan memelihara seluruh fasilitas umum di kawasan permukiman Sentul City seperti jalur hijau, taman lingkungan, sampah dan kebersihan lingkungan, drainase, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, listrik, jalan, dan lain sebagainya.
Departemen Pemasaran dan Pelayanan Konsumen (Marketing dan
Customer Service) bertugas mengurus penagihan Iuran Pemeliharaan Lingkungan
(IPL) juga melayani dan menerima complaint warga. Seluruh complaint warga diterima yang kemudian disampaikan kepada departemen yang bersangkutan.
Departemen Keamanan (Security) bertugas dalam menjaga keamanan baik fisik maupun material di lingkungan permukiman Sentul City. Departemen
Pelayanan Perbaikan Rumah (Home Care Unit) bertanggung jawab untuk melayani pelayanan dan perbaikan rumah atau kantor.
Departemen Perawatan Lingkungan (Environmental Service) berada dibawah Divisi Pengelolaan Kota (Town Management) dapat terlihat pada Struktur PT SGC (Lampiran 5). Departemen Perawatan Lingkungan memiliki wewenang melakukan penanganan, pengelolaan, penyaluran air, perbaikan infrastruktur, pemeliharaan lanskap dan kebersihan lingkungan permukiman Sentul City.
Departemen Perawatan Lingkungan terbagi atas 2 unit Section Level yaitu
Water and Sewage Treatment Plant (WTP) dan Pemeliharaan (Maintenance).
Seksi WTP yang bertanggung jawab mengurusi pengelolaan, pengolahan dan penyaluran air. Seksi Pemeliharaan bertanggung jawab dalam perbaikan infrastruktur, pemeliharaan lanskap, dan kebersihan lingkungan permukiman.
Kondisi Fisik dan Biofisik Letak, Luas, dan Aksesibilitas
Kawasan permukiman Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu tol Jagorawi (Jakarta - Bogor). Akses lain menuju kawasan selain melalui jalan tol Jagorawi yaitu melalui kompleks perumahan Bogor Baru menuju Desa Cimahpar kemudian ke Desa Cijayanti dengan kondisi jalan beraspal. Sebelah utara dibatasi oleh Desa Cipambuan, Desa Cijayanti, dan Desa Kadungmangu. Sebelah selatan dibatasi oleh Desa Nanggrak. Sebelah barat dibatasi oleh Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa Cadas Ngampar. Sebelah timur dibatasi oleh Desa Hambalang dan Desa Karang Tengah.
Berdasarkan AMDAL Royal Sentul Highlands (1993), kawasan permukiman Sentul City dengan luas 2.465 ha terletak pada batas kawasan seluas 3.001,4 ha. Kawasan ini mencakup delapan desa dan dikelilingi oleh beberapa gunung. Kawasan ini dilalui oleh aliran Sungai Citeureup, Sungai Cikeas, Sungai Citaringgul, dan Sungai Cijayanti (Gambar 2).
Topografi
Sentul City berada di atas ketinggian 200 – 750 m di atas permukaan laut. Kawasan secara umum berbukit-bukit. Kemiringan lereng berkisar antara 0% - 45%. Keadaan tersebut disiasati oleh perencana dengan lanskap jalan yang berkelok-kelok dan rumah yang terletak di atas jalan (up slope) dan di bawah jalan (down slope).
Iklim
Berdasarkan stasiun pengukur iklim Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Darmaga Bogor, suhu rata-rata bulanan kawasan permukiman Sentul City dari Agustus 2007 hingga Juli 2008 adalah 25,5°C. Data curah hujan per bulan dari Agustus 2007 hingga Juli 2008 adalah 210,25 mm/bulan, tertinggi pada bulan Maret 2008 dengan curah hujan 404 mm/bulan dan terendah pada bulan Juli 2008 dengan curah hujan 25 mm/bulan.
Tanah
Berdasarkan penilaian studi AMDAL Royal Sentul Highlands (1993), tanah di kawasan permukiman Sentul City dikelompokkan ke dalam lima klasifikasi tanah yaitu Typic Hapludult, Typic Dystropept, Oxic Dystropept, Typic
Humitropept, dan Aquic Dystropept. Penilaian kesuburan tanah di permukiman
Sentul City dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Status Kesuburan Tanah di Permukiman Sentul City
No Klasifikasi KTK KB P2O5 Kandungan Organik Kesuburan Status
1 Typic Hapludult S R SR-R S R
2 Typic Dystropept S SR-R SR-R S R
3 Oxic Dystropept R-S SR-R SR R-S R
4 Typic Humitropept R SR SR S-T R
5 Aquic Dystropept S S S S S
Keterangan : KTK = Kapasitas Tukar Kation KB = Kejenuhan Basa
SR = Sangat Rendah R = Rendah
S = Sedang T = Tinggi
Kandungan bahan organik sangat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah, bahan organik terutama berperan selain sebagai sumber energi, rantai makanan di dalam tanah, juga sebagai pengatur kelembapan dan aerasi, pementapan struktur dan sebagai sumber hara potensial terutama N, P, K, serta meningkatkan kapasitas tukar kation. Kandungan bahan organik tanah pada kawasan permukiman Sentul City umumnya tergolong sedang berkisar antara 3,8 - 5,2 %, sebagian kecil yaitu pada tanah Typic Humitropept kandungan bahan organiknya sedang hingga tinggi (5,0 - 8,6 %).
Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah menyimpan sementara atau menyerap kation–kation yang kemudian dapat tersedia bagi tanaman. Nilai KTK tanah pada kawasan permukiman Sentul City termasuk sedang (17 – 24 ml/100 g tanah), kecuali pada tanah Oxic Dystropept dan Typic
Humitropept yang tergolong rendah (6 – 16 ml/100 g tanah). Penambahan bahan
organik pada tanah dapat meningkatkan nilai KTK.
Secara umum kelima jenis tanah tersebut memiliki kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) serta kandungan P2O5 dalam tanah yang rendah,
kecuali bahan organik tergolong sedang sampai rendah. Kondisi ini mengakibatkan tanah di kawasan permukiman Sentul City sangat miskin hara, sehingga kesuburan tanahnya rendah kecuali pada tanah Aquic Dystropept dengan status kesuburan sedang. Hal ini sangat berpengaruh pada aspek pemupukan dan pengolahan tanah. Dalam pekerjaan lanskap, lahan seperti ini dilapis dengan tanah baru yaitu tanah merah yang diambil dari daerah lain sebagai media tanam dengan ketebalan 30-50 cm. Hal ini merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pihak Sentul City dalam menanami lahan.
Hidrologi
Berdasarkan AMDAL Royal Sentul Highlands (1993), air di kawasan berasal dari air sungai, air tanah, dan mata air dengan kuantitas yang sedikit. Sungai yang melewati Kawasan Permukiman Sentul City adalah Sungai Cikeas dan Sungai Citereup merupakan sungai yang permanen yang berair sepanjang tahun, sedangkan anak-anak sungainya yang hanya berair pada musim hujan saja. Air tanah hanya terdapat dalam bentuk air tanah dangkal dengan kedalaman muka
air tanah antara 4 -12 m. Potensi air tanah bebas di kawasan ini sangat terbatas dan sangat dipengaruhi oleh musim. Mata air merupakan sumber air yang mengalir langsung menjadi aliran permukaan pada sungai-sungai yang ada pada kawasan ini dengan debit air yang umumnya kecil yaitu kurang lebih sebesar 0,5 l/detik.
Sungai Ciliwung merupakan sumber air yang cukup potensial selain Sungai Cikeas dan Sungai Citereup, meskipun lokasi sungai cukup jauh dari lokasi tapak. Pihak Sentul City telah mendapat SIPA (Surat Izin Pengambilan Air) dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat untuk memanfaatkan air dari sungai-sungai tersebut. Kedua sungai yaitu Sungai Cikeas dan Sungai Citereup berfungsi untuk mengairi dua danau buatan yang terdapat di kawasan permukiman Sentul City, disamping itu juga berfungsi sebagai cadangan (make up water) dan sebagai pemasok kebutuhan air di permukiman Sentul City terutama saat musim kemarau.
Unit Pengolahan Air atau yang disebut Water Treatment Plant (WTP) merupakan tempat khusus pada kawasan untuk pengelolaan air bersih. Telah diketahui kualitas air permukaan yang terletak di kawasan permukiman Sentul City secara keseluruhan masih berada di bawah ambang batas Baku Mutu Golongan B (PP No.20 Th 1990), kecuali untuk air sungai Citereup yang telah menunjukkan adanya tendensi melewati ambang batas. Pada bulan Oktober tahun 1999, kualitas air sungai secara umum masih berada di bawah ambang batas Baku Mutu Air Golongan B (PP No.20 Th 1990), kecuali untuk mangan (Mn2+) Sehingga untuk pemanfaatan sebagai air minum perlu dilakukan penyaringan dan aerasi.
Air Sungai Citereup, air hujan dan air danau ditampung pada waduk (reservoir) (L1) dan kolam (L2) untuk memenuhi kebutuhan air minum, penyiraman tanaman, dan pembersihan jalan dijadikan sebagai sumber air baku. Air baku ditampung pada waduk L1 yang berkapasitas 1,4 juta m3. Air dari
waduk ini dialirkan ke unit pengolah air minum dan kemudian didistribusikan ke rumah-rumah. Untuk menyiram tanaman dan pembersihan jalan air ditampung pada kolam L2 dengan kapasitas 250.000 m3 (volume air yang dapat
dimanfaatkan 200.000 m3) (AMDAL Bukit Sentul, 2000 dalam Ramadhani 2007). Skema penyaluran air ini terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Skema Penyaluran Air.
Vegetasi dan Satwa
Berdasarkan AMDAL Royal Sentul Highlands (1993). Tipe Vegetasi alami terbagi atas vegetasi binaan dan vegetasi liar. Tipe vegetasi binaan adalah vegetasi kebun karet, vegetasi kebun campuran dan pekarangan, tegalan dan sawah sedangkan vegetasi semak belukar sebagai vegetasi liar.
Vegetasi kebun karet terdiri dari jenis pohon yaitu albasiah (Albizia
falcata) dan pohon afrika (Acacia sp). Jenis tanaman semak pada vegetasi kebun
karet seperti Harendong bulu (Melastoma malabathricum), seuseurehan (Smilax
macrantha), jarong (Stacytarpheta jamaicensis) dan jombang (Boncus aroensis).
Vegetasi tegalan di antaranya tanaman budidaya yaitu ketela/singkong (Manihot utilisima) dan pisang (Musa paradisiaca). Vegetasi kebun campuran dan pekarangan terdiri dari tanaman produksi dan tanaman penghasil bunga. Jenis tanaman produksi di antaranya cengkih (Eugenia aromaticum), bambu (Bambusa sp), kopi (Coffea arabica), rambutan (Nephellium lappaceum), dan jahe. Tanaman penghasil buah adalah pohon durian (Durio zibethinus), mangga (mangivera
indica), kelapa (Cocos nucifera), dan manggis (Garsinia mangostana). Jenis • Air Sungai
• Air Hujan • Air Danau
Waduk (L1) Kolam (L2)
Unit Pengelolaan Air Minum
Untuk :
• Menyiram tanaman • Pembersihan Jalan
tanaman lain adalah nangka, jambu air, jambu batu dan alpukat. Tanaman hias yang terdapat di lokasi pengamatan yang terdiri dari kembang sepatu (Hibiscus
rosasinensis), bougenvil (Bougenvillea spectabilis), puring (Codeaum variegatum), soka (Ixora japanica), palem kuning (Chrysalydocarpus lutescen),
pangkas teh-tehan, cemara hias, banyak dijumpai angsana (Pteropcarpus indicus) dan akasia (Acasia auriculiformis).
Vegetasi sawah yaitu padi (Oryza sativa), eceng gondok (Eichornia
crassipes) dan klambang (Salvinia natans). Banyak juga ditumbuhi pohon kelapa
(Cocos nucifera) dan bambu (Bambusa sp.), sedangkan rumput yaitu Axonopus
compressus dan Cyperus rotundus. Vegetasi semak belukar yaitu tanaman
sulanjana (Hierochloa horsfieldii). Jenis-jenis lainnya terdiri dari harendong bulu (Melastorna malabathricum), seuseurehan (Smilax macrantha), jarong (Stacytarpheta jamaicensis), sikejut (Mimosa pudica), dan jenis rumput-rumputan. Tipe vegetasi binaan yang sebagian besar masih dipertahankan adalah tanaman hias pada vegetasi kebun campuran dan pekarangan tetapi sawah, tegalan dan semak belukar tidak dipertahankan lagi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Tim AMDAL pada 10 titik pengamatan baik di daerah bentang alam basah maupun kering, tercatat 42 jenis spesies satwa. Jenis satwa tersebut terdiri dari 7 spesies amphibi, 7 spesies reptil, 22 spesies burung, dan 6 spesies mamalia. Namun, saat ini hanya beberapa satwa yang ditemui. Satwa yang ditemui antara lain satwa kupu-kupu dan lebah yang ada pada tanaman berbunga. Spesies burung yang terdapat pada kawasan ini terdiri dari burung gereja sampai burung madu. Spesies satwa burung banyak dijumpai di areal penghijauan karena pada area ini terdapat pohon trembesi (Samanea saman) yang sering dijadikan sarang. Untuk spesies satwa amphibi banyak dijumpai di pinggir sungai, kolam dan danau.
Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar
Kawasan Sentul City mengalami perkembangan pesat sejak tahun 1995 dikarenakan adanya pembangunan skala besar untuk berbagai kegiatan perkantoran. Sentul City sendiri memiliki akses langsung dari jalan tol Jagorawi sehingga suasana lingkungan industri tidak terasa sama sekali. Di kawasan ini
juga dibangun sejumlah fasilitas komersial, perkantoran, olahraga dan rekreasi yang berorientasi pada kebutuhan penduduk urban modern.
Kecamatan Citeureup dan daerah sekitar permukiman Sentul City telah mengalami perubahan secara signifikan sekitar tiga dekade terakhir dari permukiman rural ke urban. Perubahan ini telah menarik pendatang dari berbagai daerah dan tingkat sosial untuk mengisi berbagai kesempatan kerja yang terbuka di daerah ini.
Secara umum permukiman penduduk yang berada di Kecamatan Sukaraja, Babakan Madang, dan Citeureup terbagi atas dua kategori permukiman yaitu permukiman yang terencana tumbuh dan permukiman yang tidak terencana. Permukiman yang terencana tumbuh dalam dua sampai tiga dekade terakhir di bangun dalam skala menengah dan besar untuk masyarakat berpendapatan menengah dan menengah ke atas. Permukiman yang tidak terencana berupa pola perkampungan terdapat di dalam kawasan Sentul City dan sekitarnya yang berbentuk memanjang, terapit, dan mengikuti jalur jalan, serta lembah atau bukit dibelakangnya dengan keberadaan toko dan usaha perdagangan penduduk setempat.
Terdapat dua kondisi sarana dan prasarana yang berbeda dan cukup ekstrim di kawasan permukiman Sentul City dan sekitarnya. Pertama, yaitu kondisi sarana dan prasarana permukiman yang tidak lengkap serta relatif kurang baik di permukiman-permukiman setempat. Kedua, yaitu kondisi yang memperlihatkan keadaan sarana dan prasarana yang lengkap dan baik, yang terdapat di permukiman Sentul City.
Mata pencaharian penduduk terbesar sampai tahun 1998 adalah sektor pertanian dan perternakan diikuti oleh perdagangan dan jasa. Hal ini menunjukkan walaupun sebagian besar dari lahan pertanian (1.365 ha) dialihfungsikan menjadi lahan perumahan, namun tidak berpengaruh pada jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian. Latar belakang dari perekonomian penduduk sekitar dari sektor pertanian maka sebagian besar penduduk direkrut sebagai pekerja pemeliharaan lanskap.
Rencana Pembangunan dan Tata Guna Lahan
Pembangunan berbagai macam sarana dan prasarana serta fasilitas pada kawasan permukiman Sentul City bertujuan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan penghuni. Semua fasilitas pada kawasan permukiman Sentul City yang ada bersifat memberikan pelayanan pusat kawasan dan pelayanan pusat lingkungan. Pusat kawasan berlokasi di daerah jalan masuk, sedangkan pusat-pusat lingkungan tersebar pada cluster yang ada. Hal ini sesuai dengan proyek yang terbagi atas daerah pusat kawasan dan cluster. Masing-masing cluster pada kawasan permukiman Sentul City memiliki taman lingkungan. Peruntukan lahan yang efektif yaitu seluas 2.465 ha. Luas lahan 2.465 ha ini efektif dimanfatkan untuk perumahan dan fasilitasnya. Luas lahan yang tidak efektif ini keadaan kemiringan lerengnya lebih dari 40%. Semua terlihat pada rencana peruntukan lahan efektif (Tabel 3) dan rencana peruntukan lahan terbangun (Tabel 4) dengan proporsi terhadap luas area 2.465 ha.
Tabel 3. Rencana Peruntukan Lahan Efektif
Area Komersial Area Non Komersial
Peruntukan
Luas (ha) Proporsi (%) Luas (ha) Proporsi (%)
Perumahan 1.094,15 44,39 510,20 20,70 Fasilitas perdagangan, perkantoran dan industri ringan 189,50 7,69 34,30 1,39 Fasilitas khusus komersial 195,30 7,92 - -Fasilitas khusus non komersial - - 31,40 1,27 Sarana dan prasarana - - 410,20 16,64 Total 1.478,95 60,00 986,10 40,00
Tabel 4. Rencana Peruntukan Lahan Terbangun
Area Komersial Area Non Komersial Terbangun Wilayah
Peruntukan Luas (ha) Proporsi (%) Luas (ha) Proporsi (%) Luas (ha) Proporsi (%) Perumahan 382,51 15,52 150,90 6,12 533,41 21,64 Fasilitas perdagangan, perkantoran dan industri ringan 107,43 4,36 13,11 0,53 120,54 4,89 Fasilitas khusus komersial 24,08 0,98 24,08 0,98 Fasilitas khusus non komersial 2,35 0,10 2,35 0,10 Sarana dan prasarana 58,00 2,35 58,00 2,35 Total 514,02 20,85 224,36 9,10 738,38 29,95
Sumber : Master Plan, 2006
Wilayah terbangun dengan proporsi terhadap luas area 2465 ha yaitu 29,95 %. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada pasal 29 ayat 2 adalah proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari wilayah kota maka permukiman Sentul City sudah memenuhi persyaratan tentang ruang terbuka hijau. Berdasarkan luas areal rencana peruntukan lahan efektif, kegiatan pembangunan direncanakan secara bertahap dalam tiga periode pembangunan lima tahunan sejak kegiatan pembangunan agrowisata di tahun 1995, dan diharapkan dapat selesai pada tahun 2010. Rencana pembangunan per tahap dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rencana Tahap Pembangunan
Tahap Kegiatan Unit Volume Perkiraan
Populasi
I Perumahan ha 6861 27.994
Perdagangan dari kantor ha 151
Fasilitas khusus ha 16
Jalan, jalur hijau ha 328,6
II Perumahan ha 5435 21.740
Perdagangan dan kantor ha 179
Fasilitas khusus ha 13
Tahap Kegiatan Unit Volume Perkiraan Populasi
III Perumahan ha 9424 39.669
Perdagangan dan kantor ha 24
Fasilitas khusus ha 7
Jalan, jalur hijau ha 328,6
Konsep Pengembangan Lanskap Sentul City
Konsep Dasar Lanskap
Konsep dasar pengembangan lanskap Sentul City mengacu pada tujuan untuk menata kawasan Sentul City menjadi lingkungan yang impresif, dengan penataan lanskap yang menyatu dengan karakter alamnya. Kawasan Sentul City ini berada di daerah perbukitan yang dikelilingi lereng-lereng gunung yang hijau baik yang binaan maupun yang alami.
Pemanfaatan potensi alam secara optimal seperti mempertahankan karakter perbukitan merupakan konsep dasar yang ditekankan. Jalan dan rumah dibangun mengikuti kontur yang ada, sehingga menghasilkan jalan yang berkelok-kelok, rumah di atas jalan (up slope), dan rumah di bawah jalan (down slope) (Gambar 4). Permukiman Sentul City berada pada perbukitan sehingga view Gunung Pancar tidak terhalang oleh penutupan dari bangunan maupun vegetasi. Jenis tanaman pada cluster disesuaikan dengan tema cluster tersebut. Pada cluster bertema Bali terdapat pohon kamboja dan jenis-jenis pandan yang mencirikan karakter taman Bali.
Konsep Sirkulasi
Secara umum Sentul City memiliki tiga jenis jalan seperti terlihat pada Gambar 5, sebagai berikut :
1) Jalan lokal 1, yaitu sepanjang jalan utama. Terdiri dari dua tipe :
a) Jalan lokal dua jalur, masing-masing selebar 9 m dengan median jalur hijau 12 m dan bahu jalan masing-masing 4 m, dan
b) Jalan lokal satu jalur dengan dua arah yang berlawanan, selebar 6 m dengan bahu jalan 4 m.
2) Jalan lokal 2, yaitu jalan yang menghubungkan antara jalan utama dengan jalan masuk ke setiap lingkungan permukiman. Lebar badan jalan 10 m dengan dua arah yang berlawanan tanpa median dan bahu jalan 1,5 m. Batas jalan antara kolektor dengan jalan utama ditandai dengan taman gerbang dan taman intersection.
3) Jalan lokal 3, yaitu jalan yang melintasi setiap cluster di sebuah lingkungan permukiman. Lebar jalan 10 m dengan dua arah berlawanan tanpa median dan bahu jalan 1,5 m.
Jalan Lokal 1 (Jalan Utama) dan Jalan Lokal 2 dihubungkan dengan daerah persimpangan (intersection), yaitu berupa pertigaan jalan, perempatan jalan, bundaran jalan dan pulau lalu lintas. Persimpangan ditata sesuai aspek fungsional maupun estetika, sehingga dapat memberikan rasa aman menunjukan identitas dan orientasi tempat, serta menarik perhatian pengguna jalan.
Jalan Lokal 2 menghubungkan fasilitas-fasilitas penunjang jalan utama di dalam cluster dan areal komersial, termasuk jalan akses ke cluster. Jalan Lokal 2 ini dilengkapi dengan sistem utilitas, misalnya jaringan air bersih, air limbah, aliran air hujan dan sistem penerangan jalan serta telekomunikasi. Jalan Lokal 3 menghubungkan blok antara rumah di dalam satu cluster. Kesemua tipe jalan ada di Sentul City terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tipe-Tipe Jalan di Sentul City
Jalan utama merupakan jalan yang menghubungkan seluruh areal pemukiman (cluster, areal komersial dan fasilitas umum) dan jalan lingkungan yang terdapat dalam cluster atau area komersial, termasuk dengan jalan akses ke
cluster. Jalan yang dibuat di Sentul City mengikuti kontur tapak, sehingga
memiliki jalan yang berkelok-kelok. Jalan utama di Sentul City relatif panjang sekitar 6,5 km. Jalan utama di Sentul City terbagi menjadi tiga yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan Siliwangi, dan Jalan Bali Raya. Sirkulasi jalan utama dibagi dua
jalur untuk menjamin keamanan pengguna jalan, mengingat kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas jalan utama relatif tinggi sekitar 70 km/jam.
Agar kesan perjalanan yang menarik didapatkan pada sepanjang jalan Sentul City maka dilakukan penataan jalan dengan menggunakan konsep :
1) Membuat bentukan-bentukan lanskap yang memberikan kejutan-kejutan sehingga menimbulkan kesan dan pengalaman berbeda di setiap segmen jalan (berupa patung, gentong ataupun pot artistik) terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kejutan Pot Artistik pada Segmen Jalan
2) Menempatkan tanaman-tanaman berbunga warna-warni dan berdaun cerah sebagai unsur dominan di tempat-tempat tertentu seperti persimpangan jalan dan taman gerbang pada setiap lingkungan permukiman (Gambar 7).
Gambar 7. Penempatan Tanaman Berdaun Cerah
3) Membuat pola penanaman tanaman secara berkelompok (grouping) untuk menutup pemandangan buruk (bad view) dan membuka pemandangan baik (good view) (Gambar 8).
Gambar 8. Pola Penanaman Berkelompok
Konsep Utilitas
Utilitas pada wilayah Sentul City terdiri dari jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, dan jaringan drainase. Sistem jaringan yang memberikan keamanan, kenyamanan dan keindahan lanskap Sentul City merupakan konsep utilitas yang dikembangkan di kawasan ini.
Sumber listrik berasal dari gardu listrik khusus Sentul City, sedangkan untuk telekomunikasi dibangun STO Telkom. Jaringan listrik menggunakan sistem jaringan bawah tanah dengan tujuan membebaskan pandangan dari kabel-kabel sehingga lanskap di sekitar kawasan dapat dipertahankan alami. Jaringan telekomunikasi dan jaringan listrik di wilayah Sentul City khusus dikelola oleh Unit Pemeliharaan Infrastruktur termasuk dalam Departemen Perawatan Lingkungan di bawah naungan Divisi Pengelolaan Kota (Town Management
Division). Sistem Jaringan listrik bawah tanah tidak diterapkan di seluruh wilayah
Sentul City dikarenakan biaya yang cukup tinggi. Menurut Simonds (1983) meningkatkan keindahan lanskap permukiman nilainya lebih tinggi dibanding uang yang didapat dari penghematan untuk tidak memasang jaringan utilitas dibawah tanah, meskipun dalam beberapa hal jaringan utilitas bawah tanah memiliki kelemahan seperti perlunya penggalian bila ada perbaikan. Hal ini hendaknya diperhatikan oleh pengelola Sentul City. Penerangan Jalan Utama (PJU) di kawasan Sentul City menggunakan lampu natrium kuning memberikan suasana redup dan menarik pada sore dan malam hari.
Jaringan drainase menggunakan sistem jaringan tertutup. Diameter gorong-gorong yang digunakan adalah 2 m dengan tempat pertemuan saluran gabungan (perpotongan antar saluran) berukuran 2,5 m x 2,5 m dan dalam sekitar 3 m sesuai topografi lahan. Gorong-gorong tersebut akan mengalirkan air ke pembuangan akhir yaitu sungai. Sistem saluran drainase yang digunakan pada jalan utama, yaitu Jalan M.H. Thamrin dan Jalan Siliwangi adalah sistem drainase terbuka (open drain), berupa saluran air di bagian tepi jalan dan bagian tengah median jalan. Jarak antara saluran air bagian tepi dengan badan jalan ±1,25 m. Saluran ini mengikuti kondisi topografi jalan yang beragam. Saluran ini mengalirkan air menuju ke gorong-gorong lalu ke pembuangan akhir yaitu sungai. Air kotor limbah rumah tangga akan dialirkan oleh jaringan pipa ke suatu bak penampungan (STP) akan diolah, disaring, dan diendapkan bakteri guna untuk mematikan bakteri pengganggu dan dilanjutkan ke sungai. Sebelum masuk ke badan air penerima, air diolah dahulu di instalansi pengelohan air limbah. Hal ini dilakukan pada sistem drainase yang lengkap. Saluran terbuka cocok untuk drainase air hujan dengan daerah tangkapan yang luas dan saluran tertutup sering dipakai untuk saluran air limbah sebelum masuk ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau lebih dikenal dengan sebutan Water Treatment Plant (WTP) (UNS, 2008). Hal ini telah diperhatikan oleh pihak Sentul City pada pengelolaan air limbah rumah tangga.
Konsep Tata Hijau
Sebagian besar tanah di wilayah Sentul City merupakan tanah cadas yang sulit ditanami, sehingga kondisi tanah di Sentul City dapat dikatakan miskin hara. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan biasanya dengan pelapisan jenis tanah lokasi lain yang subur.
Vegetasi penyusun tata hijau di wilayah Sentul City memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai pembentuk ruang, pengontrol kebisingan, pengontrol visual, pengarah, estetika, habitat satwa, serta fungsi-fungsi pendukung lainnya. Berdasarkan fungsi tersebut maka peletakannya disesuaikan dengan kebutuhan pada tiap-tiap lokasi.
Gambar 9. Tanaman yang Dihadirkan di Sepanjang Kanan, Kiri, dan Median Jalan
Tata hijau pada lanskap jalan mempunyai bentuk-bentuk tanaman vertikal, memayung, menjuntai, bulat, dan jenis-jenis palem dipadukan dengan pembuatan pola penanaman secara berkelompok (Gambar 9). Tanaman sebagai pengontrol kebisingan ditempatkan pada lokasi dekat perkantoran, perumahan dan bangunan-bangunan lainnya. Tanaman pengontrol kebisingan diantaranya tanjung (Mimusops elengi), krei payung (Fillicium decipiens), kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis), bogenvil (Bougenvillea spectabilis), oleander (Nerium oleander)
dan sebagainya. Tanaman ini sebagian besar ditanam di sepanjang jalan utama, mengingat kecepatan rata-rata dan intensitas kendaraan yang cukup tinggi menyebabkan terjadinya kebisingan. Tanaman tersebut digunakan untuk mengurangi kebisingan.
Jenis pohon yang dipilih untuk ditanam di Sentul City adalah perenial seperti bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), trengguli (Cassia fistula), beringin (Ficus benjamina), cempaka (Michelia campaca), tanjung (Mimusops elengi) dan salam (Syzygium polyanthum). Semak dipilih tanaman ketegori yang tahan kekurangan air pada musim kemarau seperti jenis agave (Agave sp.), soka (Ixora sp.) dan jarak merah (Jatropha gossypifolia). Selain itu, desain lanskap yang ada diusahakan supaya low maintenance agar dapat menekan biaya operasional. Untuk itu dipilih rumput dengan kategori tahan kekurangan air pada musim kemarau.
Pada jalan Lokal 2 dan Lokal 3, tanaman lebih banyak difungsikan sebagai pengontrol visual, karena kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan rendah