• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Fungsi Ekologis RTH pada Kawasan Rekreasi Sentul City, Bogor (Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Riverscape di Jalan Siliwangi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Fungsi Ekologis RTH pada Kawasan Rekreasi Sentul City, Bogor (Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Riverscape di Jalan Siliwangi)"

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

EVA

(Studi

LUASI F

RE

i Kasus: Ja

DEPA

IN

FUNGSI E

EKREASI

alur Pedestr

ARTEMEN

FAKU

NSTITUT

EKOLOG

I SENTUL

rian, Dana Siliwan

NUR AZ

N ARSIT

ULTAS PE

T PERTA

2010

GIS RTH

L CITY, B

au Teratai, ngi)

ZMI

TEKTUR

ERTANIA

ANIAN BO

0

PADA K

BOGOR

dan Rivesc

LANSKA

AN

OGOR

KAWASAN

cape di Jala

AP

N

(2)

RINGKASAN

NUR AZMI. Evaluasi Fungsi Ekologis RTH pada Kawasan Rekreasi Sentul City (Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Rivescape di Jalan Siliwangi). Dibimbing oleh Dr. Ir. ALINDA F. M. ZAIN, M. Si.

Sentul City merupakan kota satelit yang menyediakan sarana rekreasi

dengan aktivitas aktif maupun pasif. Kota satelit merupakan suatu kota kecil yang

memiliki komunitas sendiri tetapi masih bergantung dengan kota besar di

sekitarnya. Sentul City memiliki nilai keindahan yang cukup tinggi terlihat dari

penggunaan dan penataan tanamannya. Tanaman merupakan bagian penting

dalam biosfer dan kelangsungan hidup di bumi. Fungsi ekologis tanaman dalam

suatu area rekreasi di antaranya yaitu memberikan kenyamanan dan sebagai

habitat satwa khususnya burung. Salah satu area rekreasi di Sentul City terletak di

Jalan Siliwangi yaitu jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape.

Penelitian ini dilakukan di ketiga lokasi tersebut dengan menilai dan

mengevaluasi karakteristik tanaman khususnya pohon berdasarkan studi literatur

dan dibandingkan dengan karakteristik tanaman yang sesuai dengan fungsi

ekologis tanaman dalam memberikan kenyamanan dan sebagai habitat burung.

Pengambilan data lapang di lokasi studi dilakukan pada April-Mei 2010 dengan

metode deskriptif dan teknik spasial. Metode deskriptif dibagi dua yaitu deskriptif

kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk membandingkan

karakteristik tanaman di lokasi studi dengan karakteristik fungsi ekologis tanaman

yang teliti berdasarkan studi literatur. Selain itu, deskriptif kualitatif ini juga

digunakan untuk menilai persepsi pengunjung terhadap suhu di lokasi studi yang

dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Deskriptif kuantitatif digunakan dalam

mengukur dan menghitung suhu termal untuk memperoleh nilai Temperature

Humidity Index (THI) dan mengevaluasi fisik lokasi studi serta kesesuaian pohon

berdasarkan fungsi ekologisnya dengan menggunakan metode Key Performance

Indicator (KPI). Pohon yang berada di lokasi studi diidentifikasi dengan alat GPS

(Global Positioning System) yang diolah dengan sistem Geographic Information

System (GIS). GIS akan menghasilkan pemetaan yang spasial dan untuk

(3)

Hasil evaluasi dapat dikatakan bahwa tanaman yang digunakan di ketiga

lokasi studi sudah sesuai dengan kedua fungsi ekologis yang diteliti. Namun,

berdasarkan pengukuran dan perhitungan nilai THI, ketiga lokasi tidak

memberikan kenyamanan termal baik di daerah terbuka maupun di bawah

naungan pohon kecuali pada riverscape di bawah naungan pohon (26,45). Suatu

area dikatakan nyaman jika nilai THI berkisar antara 21-27. Pengukuran suhu

tanpa naungan di ketiga lokasi studi dilakukan di atas perkerasan (area terbuka).

Perkerasan berpengaruh dalam menentukan tinggi rendahnya suhu udara.

Perkerasan memantulkan lebih sedikit dan menyerap lebih banyak radiasi

sehingga kondisi udara di atas perkerasan lebih kering. Pada jalur pedestrian di

bawah naungan, jarak tanam antar pohon terlalu rapat dan ditanam di sisi kanan

dan kiri jalur, sehingga tajuk bersinggungan dan menutupi alur angin yang masuk.

Sedangkan pada Danau Teratai, tanaman belum memberikan dampak yang besar

dalam memberikan kenyamanan. Tajuk pohon peneduh di area tersebut tidak

tumbuh maksimal.

Berdasarkan hasil evaluasi, dibuatlah suatu rekomendasi yang diharapkan

dapat memberikan masukan terhadap Pengelola dan Pengembang Sentul City.

Rekomendasi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu rekomendasi fisik dan

rekomendasi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Bentuk rekomendasi yaitu berupa

deskripsi standar area rekreasi secara fisik dan deskripsi tanaman yang sesuai

dalam memberikan kenyamanan dan sebagai habitat burung berdasarkan

karakteristik-karakteristik tertentu.

(4)

EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS RTH PADA KAWASAN

REKREASI SENTUL CITY, BOGOR

(Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Rivescape di Jalan Siliwangi)

NUR AZMI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : Evaluasi Fungsi Ekologis RTH pada Kawasan Rekreasi Sentul City, Bogor (Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Riverscape di Jalan Siliwangi)

Nama : Nur Azmi NRP : A44060352

Disetujui,

Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, M. Si NIP. 19660126 199103 2 002

Diketahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap IPB

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Evaluasi Fungsi Ekologis RTH pada Kawasan Rekreasi Sentul City, Bogor (Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Riverscape di Jalan Siliwangi). Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dengan terselesaikannya penelitian dan

penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak

yang telah memberikan bantuan pemikiran, doa, serta tenaga, khususnya kepada:

1. kedua orang tua yang sangat dicintai, Babah dan Mamak atas dorongan

moral, dana, dan doanya yang senantiasa diberikan kepada penulis;

2. Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa memberikan arahan, dorongan pemikiran dan perbaikan dalam

kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi hingga terselesaikanya skripsi

ini;

3. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr dan Dr. Ir. Setia Hadi, M.S selaku dosen

penguji yang telah memberikan kritik dan masukan hingga terbentuknya

skripsi ini;

4. Ir. Tati Budiarti selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa

memberikan pengarahan selama perkuliahan;

5. Bapak Adrian selaku direktur perencanaan dan desain Sentul City yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Sentul City;

6. Ibu Baby dan Mas Rizki selaku pengelola lanskap (maintenance) Sentul

City yang telah membantu dalam pencarian data primer dan data sekunder;

7. adik-adik penulis (Fahri, Iwan, Darman, Adi, dan Safri) dan seluruh

keluarga besar yang memberikan doa dan motivasinya;

8. sahabat seperjuangan bimbingan (Muteb-mutebi, ChanChan, Biji) yang

(7)

9. sahabat seperjuangan “Sentil Siti” (Komti, Putri Gajah, Kempi, Freshtea,

dan Galih) yang telah membantu dalam pengambilan data primer dan data

sekunder;

10. sahabat-sahabat teng-tong ARL 43, terima kasih atas kekompakannya dan

sudah menjadi teman penulis (Agung, Alan, Aan, Biji, Budut, Ceu,

Chanchan, Cici, Cumi, Dedi, Desi, Dian, Dicky, Endy, Galih, Hani, Icha,

Iin, Ik-Ok, Intan, Ipung-maripunk, Irvan, Jibril, Joe, Kaka, Kempi, Komti,

Mahmud, Mutebmutebi, Mochiapapa, Nesh, Nganjoex, Nining, Nita, Om

Jun, Ochi, Pangeran Ado, Perth, Phewz, Phity, Presti, Pram, Putri Gajah,

Ranger, Ratu Dwica, Ray, Revi, Rido, Ronal Sawit, Sisi, Sugi-ndess, Tati,

Tito Pratito, Vina, Wanti, Wemby, Wiewik, Yudha, Zippi Upil) dan juga

telah mendukung serta memberikan semangat, kakak kelas ARL 40, 41, dan

42 yang telah membantu pada masa perkuliahan, serta adik kelas 44 dan 45

yang penuh semangat.

11. teman-teman kosan “Wisma Sakinah” khususnya kepada Renjer, Pity, Icha,

Kaka, Vita, Adel, Mita, Tania, Yulan, Wulan, Didi, dan Septi;

12. teman asrama “d_ronsel” kamar 253 (Lingga, Likur, dan Sigit);

13. sahabat G-8 (Ware, Rani, Mumun, Pay, Devi, Mada, Nek Amah) yang turut

mendoakan kesuksesan penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Kritik

dan saran penulis harapkan dari semua pihak guna penyempurnaan

penulisan-penulisan karya ilmiah selanjutnya. Semoga bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Bogor, Agustus 2010

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nur Azmi merupakan anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Syahman dan Ibu Fauziah. Lahir di Sei. Lendir pada tanggal 26 Agustus

1988. Pendidikan formal yang dijalani penulis dimulai dari jenjang pendidikan

dasar di SD Negeri 13409 (SDN 8) Tanjung Balai dan lulus pada tahun 2000.

Pada tahun 2003, penulis menyelesaikan jenjang pendidikan menengah pertama di

SMP Negeri 1 Tanjung Balai. Selanjutnya, penulis mengenyam pendidikan

sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Tanjung Balai dan lulus pada tahun

2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Penulis diterima

di Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam bidang keorganisasian.

Penulis pernah magang di Badan Eksklusif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian

IPB sebagai pengurus Divisi Pendidikan pada periode 2007-2008. Pada periode

yang sama, penulis juga menjadi anggota dan pengurus Himpunan Mahasiswa

Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dalam Divisi Kewirausahaan. Penulis juga

aktif mengikuti beberapa kegitan mahasiswa sebagai panitia seperti Masa

Perkenalan Mahasiswa Baru (MPKMB) angkatan 44 pada periode 2007-2008,

Gebyar Pertanian yang diselenggarakan BEM Faperta IPB pada periode

2008-2009, dan aktif dalam acara dan kegiatan yang diselenggarakan oleh HIMASKAP.

Dalam bidang kesenian, penulis aktif mengikuti Lomba Teater yang

diselenggarakan IPB. Penulis pernah menjadi juara dua dalam acara IPB Art

Contest (IAC) pada periode 2007-2008 dan 2008-2009. Pada periode 2009-2010,

penulis menduduki juara tiga. Penulis juga sering diminta bermain teater dalam

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

1.4 Kerangka Pikir ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi ... 4

2.2 Ruang Terbuka Hijau ... 4

2.3 Fungsi Ekologis Tanaman ... 6

2.4 Rekreasi ... 10

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 12

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

3.2 Batasan Penelitian ... 15

3.3 Bahan dan Alat Penelitian ... 15

3.4 Metode Penelitian ... 16

BAB VI KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Sentul City ... 28

4.2 Data Biofisik ... 30

4.2.1 Keadaan Geografis ... 30

4.2.2 Iklim ... 32

4.2.3 Geologi... 33

4.2.4 Tanah ... 34

4.2.5 Hidrologi ... 35

4.2.6 Vegetasi ... 36

4.2.7 Satwa ... 37

4.3 Kondisi Sosial-Budaya ... 40

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis ... 41

5.1.1 Analisis Fisik ... 41

5.1.2 Analisis Kenyamanan ... 44

5.1.3 Analisis Karakteristik Pohon ... 48

5.1.4 Analisis Pengunjung dan Aktivitasnya ... 50

5.2 Evaluasi ... 57

5.2.1 Evaluasi Fisik ... 57

(10)

5.2.3 Evaluasi Vegetasi sebagai Habitat Burung ... 69

5.2.4 Evaluasi Pengunjung dan Aktivitasnya ... 72

5.3 Rekomendasi ... 75

5.3.1 Rekomendasi Fisik ... 75

5.3.1 Rekomendasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ... 80

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 81

6.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis, Sumber Data, dan Cara Pengambilan Data ... 16

2. Penilaian Secara Fisik Lokasi Studi ... 25

3. Kriteria dan Penilaian Fungsi Ekologis Tanaman ... 26

4. Perincian Luas Lahan di Masing-masing Desa ... 31

5. Suhu Udara Bulanan di Kawasan Sentul City, Bogor dalam satuan 0C ... 32

6. Persentase Kelembaban Udara Bulanan di Kawasan Sentul City, Bogor ... 33

7. Status Kesuburan Tanah ... 35

8. Jenis Satwa di Kawasan Pemukiman Bukit Sentul ... 39

9. Pengukuran Suhu dan Nilai THI pada Jalur Pedestrian ... 45

10. Pengukuran Suhu dan Nilai THI pada Danau Teratai ... 46

11. Pengukuran Suhu dan Nilai THI pada Riverscape ... 46

12. Jenis Vegetasi di Jalur Pedestrian ... 48

13. Jenis Vegetasi di Danau Teratai ... 49

14. Jenis Vegetasi di Riverscape ... 50

15. Evaluasi Fisik Jalur Pedestrian ... 58

16. Evaluasi Fisik Danau Teratai ... 60

17. Evaluasi Fisik Riverscape ... 61

18. Hasil Penilaian THI ... 62

19. Hasil Evaluasi Fungsi Ekologis Tanaman (Persatuan Pohon) untuk Kenyamanan ... 66

20. Luas RTH dalam Memberikan Kenyaman ... 68

21. Hasil Evaluasi Fungsi Ekologis Tanaman (Persatuan Pohon) sebagai Habitat Burung ... 70

22. Luas RTH dalam Memberikan Habitat Satwa ... 72

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pikir ... 3

2. Tipe-tipe Arsitektur Pohon ... 10

3. Peta Lokasi Sentul City ... 14

4. Peta Lokasi Penelitian ... 15

5. Tahapan Penelitian ... 18

6. Titik Pengambilan Suhu pada Jalur Pedestrian ... 21

7. Titik Pengambilan Suhu pada Danau Teratai ... 22

8. Titik Pengambilan Suhu pada Riverscape ... 23

9. Lokasi Studi Penelitian ... 29

10. Batas-batas Wilayah Lokasi Studi ... 31

11. Kondisi Tapak yang Kurang Baik ... 42

12. Potensi pada Tapak ... 43

13. Sampah yang Terdapat di Riverscape ... 44

14. Grafik Perubahan Suhu Udara ... 47

15. Identitas Pengunjung Berdasarkan Asal Pengunjung ... 51

16. Identitas Pengunjung Berdasarkan Umur ... 52

17. Identitas Pengunjung Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 52

18. Identitas Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan ... 53

19. Tujuan Pengunjung Datang ke Kawasan ... 53

20. Alasan Pengunjung Datang ke Kawasan ... 54

21. Frekuensi Kunjungan Pengunjung ... 54

22. Waktu yang Dihabiskan di Kawasan ... 54

23. Persepsi Pengunjung Terhadap Pengaruh Tanaman dalam Memberikan Kenyamanan Termal ... 55

24. Tingkat Kenyamanan yang Dirasakan Pengunjung ... 55

25. Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Suhu Udara ... 56

26. Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Penerimaan Sinar Matahari ... 56

(13)

28. Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Kelembaban Udara ... 57

29. Hardscape di Jalur Pedestrian ... 59

30. Grafik Pengukuran Hasil THI ... 64

31. Kesesuaian Pohon untuk Kenyamanan ... 67

32. Kesesuaian Pohon untuk Habitat Burung ... 71

33. Grafik Persepsi Pengunjung Terhadap Suhu dan Penerimaan Sinar Matahari ... 73

34. Grafik Persepsi Pengunjung Terhadap Angin dan Kelembaban Udara ... 74

35. Pergerakan Aliran Angin ... 76

36. Evaluasi dan Rekomendasi Penanaman Pohon di Jalur Pedestrian ... 76

37. Rekomendasi Beberapa Titik Observasi Satwa ... 77

38. Evaluasi dan Rekomendasi Permainan Air pada Danau Teratai ... 78

39. Evaluasi dan Rekomendasi Riverscape... 79

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tabel Higrometer ... 87

2. Cara Perhitungan Nilai Temperature Humidity Index (THI) ... 88

3. Karakteristik Setiap Pohon yang Berada di Lokasi Studi ... 90

4. Gambar Tanaman di Lokasi Studi ... 100

5. Beberapa Jenis Pohon dan Semak yang Disukai Burung ... 103

6. Tabel Karakteristik Pengunjung ... 104

7. Contoh Lembar Kuisioner Persepsi Pengunjung terhadap Kenyaman Termal dan Persepsi Tanaman di Kawasan Rekreasi Sentul City ... 106

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan perkotaan merupakan lingkungan buatan dan hunian yang

memerlukan binaan manusia dalam pengembangan dan pengelolaannya.

Komponen utama dalam lingkungan ini adalah rumah penduduk serta sarana dan

prasarana umum yang saling berhubungan. Lingkungan perkotaan membentuk

suatu ekosistem yang disebut ekosistem perkotaan. Lingkungan perkotaan juga

tak lepas dari area rekreasi yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap

warganya. Salah satu contoh kota yang berkembang dengan fasilitas yang lengkap

adalah Sentul City, Bogor.

Sentul City merupakan kota satelit yang mengutamakan nilai arsitektural

dalam pengembangan wilayahnya. Kota satelit adalah suatu kota kecil di tepi

sebuah kota besar yang membentuk komunitas mandiri, namun sebagian besar

penduduknya masih tergantung dengan kehidupan di kota besar. Penghuni kota

satelit adalah komuter dari kota besar yang berada di sekelilingnya. Kota satelit

juga merupakan daerah penunjang bagi kota-kota besar di sekitarnya dan

merupakan akses untuk menuju kota besar yang akan berdampak pada kehidupan

keseharian warganya. Interaksi dengan kota besar ini terjadi secara tetap, sehingga

sikap hidup pada masyarakat kota satelit juga akan secara bertahap mengalami

resonansi sosiologis. Resonansi sosiologis adalah perubahan sikap yang terjadi

sebagai akibat adanya interaksi yang relatif tetap (Anonim, 2010).

Sebagai kota mandiri, Sentul City juga menyediakan area rekreasi yang

menarik untuk berbagai kalangan dan berbagai umur. Area rekreasi yang

terbentuk memiliki keindahan yang sebagian terlihat dari tanaman yang

digunakan. Tanaman merupakan bagian penting dalam biosfer dan kelangsungan

hidup di bumi sehingga tanaman sangat penting dalam lanskap. Tanaman dapat

memberikan kenyamanan, keindahan, dan meningkatkan kualitas lingkungan

terhadap manusia dan lingkungannya. Di setiap permukaan bumi selalu terdapat

tanaman mulai dari pohon, semak, penutup tanah, sampai dengan rumput

(16)

Penggunaan tanaman pada kawasan rekreasi di Jalan Siliwangi Sentul City

memiliki daya tarik dan nilai estetika yang cukup indah. Pihak pengelola Sentul

City lebih mengutamakan memanjakan pengunjung dengan menampilkan

keindahan tanaman dari pada melihat aspek fungsi ekologis dari suatu tanaman,

sehingga memerlukan perawatan yang intensif untuk keberlangsungan hidup

tanaman. Pemilihan tanaman dalam memberikan kenyamanan dan sebagai habitat

burung perlu dilakukan untuk menarik perhatian pengunjung dalam suatu area

rekreasi. Burung merupakan indikator lingkungan. Jika suatu area terjadi

pencemaran, maka burung adalah habitat pertama yang mendapat dampaknya.

Adanya burung pada suatu kota akan memberikan kenyamanan baik bagi manusia

maupun makhluk hidup lainnya.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis dan mengevaluasi fisik lokasi studi sebagai area rekreasi

yang memberikan kenyamanan bagi manusia dan satwa khususnya

burung.

2. Mengidentifikasi karakteristik Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada

kawasan rekreasi di Jalan Siliwangi Sentul City.

3. Menganalisis dan mengevaluasi fungsi ekologis RTH dalam

memberikan kenyamanan dan sebagai habitat burung pada kawasan

rekreasi di Jalan Siliwangi Sentul City dengan standar karakteristik

tanaman yang sesuai berdasarkan acuan tertentu.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi

berbagai pihak khususnya bagi pihak pengelola Sentul City dalam pemilihan

tanaman yang sesuai dalam suatu kawasan rekreasi berdasarkan fungsi

(17)

1.4. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai hasil akhir berupa pemetaan RTH

pada kawasan rekreasi di Jalan Siliwangi Sentul City dengan menggunakan sistem

GIS (Geographic Information System) dan rekomendasi Ruang Terbuka Hijau

(RTH) secara deskriptif. Pada awalnya, tanaman khususnya pohon yang berada di

lokasi studi diidentifikasi dan kemudian dianalisis untuk mengetahui kesesuaian

karakteristik pohon dengan fungsi ekologisnya. Dalam hal ini, fungsi ekologis

tanaman yang diteliti yang sesuai dengan area rekreasi adalah fungsi tanaman

dalam memberikan kenyamanan dan fungsinya sebagai habitat burung.

Selanjutnya, dilakukan evaluasi agar diketahui nilai kesesuaiannya. Jika dari hasil

evalusi terdapat jenis pohon yang tidak sesuai, maka diberikan rekomendasi

sebagai bahan pertimbangan pihak pengelola Sentul City (Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka Pikir

Studi Literatur

1. Kenyamanan 2. Habitat burung

Karakteristik Fungsi Ekologis

Analisis dan Evaluasi

REKOMENDASI Kota Satelit Sentul City

RTH area rekreasi

Pengamatan dan Penilaian Kriteria standar

Sesuai Tidak sesuai

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Evaluasi

Menurut Napisah (2009), evaluasi merupakan suatu tindakan yang

dilakukan untuk menelaah atau menduga hal-hal yang sudah diputuskan sehingga

diketahui kelemahan dan kelebihan keputusan tersebut. Selanjutnya ditentukan

langkah-langkah alternatif perbaikan untuk mengurangi kelemahannya. Napisah

juga menambahkan bahwa kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan suatu standar

diikuti dengan pemberian saran untuk perbaikan dalam kegiatan selanjutnya.

Evaluasi dilakukan untuk menentukan keputusan apakah suatu program

yang dinilai sukses akan dilanjutkan atau dihentikan jika dinilai gagal. Evaluasi

bertujuan untuk mengoleksi dan menampilkan informasi yang diperlukan dalam

mendukung pengambilan keputusan dan kesimpulan tentang suatu program serta

nilainya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pembanding yaitu

perbandingan hasil perencanaan dengan tujuan yang ditetapkan oleh desainer

(Anonim, 2005). Menurut Anonim (2005), evaluasi diyakini sangat berperan

dalam upaya peningkatan kualitas operasional suatu program dan berkontribusi

penting dalam memandu pembuat kebijakan di seluruh strata organisasi. Evaluasi

dapat memberi gambaran tentang bagaimana kualitas operasional program,

layanan, kekuatan dan kelemahan yang ada, serta efektivitas biaya dan arah

produktif yang potensial untuk masa depan.

2.2. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu ruang terbuka di suatu

wilayah yang memiliki manfaat dan fungsi yang terkait erat dengan kelestarian

dan keindahan lingkungan serta terkait dengan tingkat kesehatan, kenyamanan,

dan kesejahteraan manusia. Simonds (1983) mengatakan pada dasarnya ruang

terbuka hijau merupakan ruang yang tidak terbangun yang memiliki kekuatan

untuk membentuk karakter suatu kota. RTH kota harus tetap dikembangkan demi

menjaga kelangsungan hidup manusia di kota. Tanpa keberadaan RTH di suatu

(19)

dalamnya. Dalam INMEDAGRI No. 14/1988 disebutkan bahwa RTH adalah

ruang-ruang dalam suatu wilayah, baik dalam bentuk suatu kawasan maupun

dalam bentuk area memanjang (jalur), yang pada dasarnya tanpa bangunan, serta

bersifat pengisian hijauan tanaman atau tumbuhan, baik secara ilmiah maupun

budidaya.

Menurut Sulistyantara dalam Faikoh (2008), RTH memiliki sifat khusus,

yaitu dalam pengisiannya banyak didominasi oleh unsur hijau (tumbuhan),

sedangkan unsur lainnya yaitu bangunan dengan persentase yang sangat kecil

berkisar 20%. Unsur hijau ini dapat berupa tanaman alamiah maupun budidaya

tanaman, blueways (aliran sungai dan hamparan banjir), greenways (yang berada

di jalan bebas hambatan, jalan di taman, transportasi, jalan setapak, jalan sepeda,

tempat lari, taman-taman kota, dan area rekreasi).

Ruang Terbuka Hijau memiliki manfaat yang cukup besar, tidak hanya

manusia tetapi juga kelangsungan hidup satwa. Nurisjah dan Pramukanto (1995)

mengemukakan bahwa RTH dapat berfungsi sebagai tempat rekreasi, olahraga,

bersosialisasi, dan untuk melepaskan kejenuhan serta kemonotonan kerja. Secara

ekologis, RTH dapat berfungsi untuk menciptakan iklim mikro (suplai oksigen,

memperbaiki kualitas udara, dan suplai air bersih), konservasi tanah dan air serta

pelestarian habitat satwa. RTH merupakan ruang fungsional bagi wilayah

perkotaan, terutama karena fungsi serta manfaatnya yang tinggi dalam

memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan.

RTH yang ideal menurut UU tentang Penataan Ruang No. 26/2007 Pasal 9

yaitu paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. RTH sangat diperlukan dalam

suatu wilayah, tidak saja memberikan fungsi fisik dan arsitektural tetapi juga

memberikan fungsi ekologis dan ekonomis. Dalam PERMENDAGRI No. 1/2007

Pasal 2 dijelaskan bahwa pembentukan RTH di wilayah perkotaan:

a. menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan,

b. mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan buatan di

perkotaan,

c. meningkatkan kualitas lingkungan perkoataan yang sehat, indah, bersih,

(20)

2.3. Fungsi Ekologis Tanaman

Secara harfiah ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme

atau kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ekologi hanya mempelajari

apa yang ada dan apa yang terjadi di alam (Djamal, 2005). Djamal (2005) juga

mengemukakan bahwa ekologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh

faktor lingkungan terhadap jasad hidup atau suatu ilmu yang mencoba

mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya dimana

mereka hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa mereka ada disitu.

Makhluk hidup terdiri dari tumbuhan, hewan, dan manusia, sedangkan lingkungan

adalah sejumlah unsur dan kekuatan di luar organisme yang mempengaruhi

kehidupan organisme lain.

Menurut Odum dalam Djamal (2005), definisi ekologi yaitu sebagai

pengkajian hubungan organisme atau kelompok organisme terhadap

lingkungannya. Odum dalam Djamal juga menambahkan ekologi adalah suatu

disiplin baru dari biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi

serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial.

Setyaningrum (2001) mengungkapkan bahwa perkembangan kota-kota menurut

sejarahnya tidak hanya menggambarkan pentingnya keberadaan manusia tetapi

juga hubungan antara manusia dan alam. Saat ini proses adaptasi manusia

terhadap lingkungan sekitarnya harus menempatkan aspek ekologis sebagai pusat

untuk mendiskusikan lingkungan. Aspek ekologis yang dapat mengurangi dampak

negatif lingkungan yaitu dapat dilihat dari fungsi ekologis tanaman.

Kehadiran tanaman baik bunga hias atau pun tanaman peneduh di

lingkungan rumah tinggal, perkantoran, dan di lingkungan taman-taman rekreasi

banyak memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan manusia (Suryowinoto,

1995). Nurisjah dan Pramukanto (1995) juga menerangkan bahwa tanaman

sebagai salah satu elemen ruang luar yang utama yang dapat difungsikan untuk

merekayasa lingkungan sehingga dapat menyamankan gedung, mereduksi

kebisingan di sekitar sumber bunyi, mengurangi pencemaran udara sekitarnya,

mengarahkan sirkulasi, serta melembutkan lingkungan luar. Susilo (2008)

menyatakan bahwa banyak manfaat yang diperoleh jika seseorang pengelola

(21)

karya lanskap yang indah dapat dihasilkan dengan memanfaatkan

keanekaragaman sifat fisik tanaman. Pengetahuan sifat fisik tanaman ini akan

menciptakan suatu taman yang lebih fungsional serta membentuk lanskap dengan

tanaman yang tumbuh baik dan mudah dipelihara.

Memberikan Kenyamanan

Tanaman memberikan manfaat yang sangat besar bagi bumi. Tanaman

dapat mengurangi sinar dan pantulannya, baik dari cahaya matahari maupun dari

sinar lampu kenderaan, menutupi pemandangan yang tidak diinginkan,

membentuk ruang yang pribadi, dan dapat menegaskan pandangan ke arah

pemandangan yang diinginkan. Carpenter et al. (1975) mengatakan tanaman dapat

mengontrol radiasi matahari dan suhu. Tanaman mampu merubah dan

memodifikasi suhu udara melalui pengontrolan radiasi matahari dengan proses

evapotranspirasi. Tanaman memberikan keteduhan dengan adanya efek bayangan

yang dapat melindungi pengguna suatu taman dari panas matahari dan menyaring

radiasi matahari 60%-90%, serta dapat mempercepat hilangnya radiasi yang

diserap. Dengan fungsinya ini, tanaman dapat menciptakan rasa nyaman pada

suatu area.

Susilo (2008) menyatakan bahwa fungsi tanaman dalam menciptakan

kenyamanan harus diperlihatkan dalam suatu area rekreasi. Tanaman dapat

memberikan naungan, menurunkan suhu, menambah kelembaban, menahan angin,

menahan silau sehingga dapat mengontrol kenyamanan. Kenyamanan adalah

kenikmatan atau kepuasan untuk menyatakan pengaruh keadaan lingkungan fisik

atau iklim terhadap manusia. Nurisjah (1995) meyatakan bahwa manusia akan

merasa nyaman pada suhu lingkungan 200C sampai 250C pada suhu tubuh 370C. Pada saat ini tubuh sanggup untuk mempertahankan keseimbangan neraca kalor

dengan usaha pengaturan suhu minimum.

Kenyamanan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh iklim mikro setempat,

karena secara langsung unsur-unsur iklim akan terlibat dalam aktivitas dan

metabolisme manusia yang ada di dalamnya (Lakitan dalam Permata (2009)).

Iklim mengendalikan seluruh fase kehidupan manusia dan tanaman. Dalam

(22)

semua parameter iklim secara langsung, diperlukan suatu persamaan yang

mengandung dua atau lebih parameter untuk menentukan tingkat kenyamanan.

Suhu dan kelembaban relatif merupakan parameter iklim yang biasa digunakan

dalam masalah kenyamanan udara, yang dinyatakan dalam bentuk “Indeks Suhu

Kelembaban” atau Temperature Humidity Index (THI). THI merupakan suatu

index untuk menentukan kenyamanan secara kuantitatif dengan mengombinasikan

suhu udara dan kelembaban relatif udara (Nieuwolt, 1977). Fandeli (2009)

mengemukakan bahwa indeks kenyamanan dalam kondisi nyaman ideal bagi

manusia Indonesia berada pada kisaran THI 21-27.

Kenyamanan dapat dilihat dari lingkungan sekitar. Adanya pohon penaung

di suatu area akan lebih nyaman dibanding area yang tidak memiliki pepohonan.

Pengaruh naungan pepohonan terhadap suhu udara dipengaruhi oleh faktor

struktur tanaman seperti kerapatan pengisian tajuk, diameter tajuk, dan tinggi

tanaman (Nowak dan McPherson, 1997). Robinette (1977) mengemukakan bahwa

area yang ternaungi menerima sedikit energi radiasi matahari dibandingkan

dengan area yang terbuka, sehingga area ternaungi memiliki suhu yang lebih

rendah. Grey dan Deneke (1978) menambahkan pepohonan yang dapat

menangkap radiasi matahari yaitu pepohonan yang memiliki susunan daun yang

rapat, lapisan daun berganda atau tajuk yang rapat.

Menurut Vitasari (2004), pohon yang baik dalam memberikan naungan

adalah pohon yang memiliki kriteria tinggi sedang (< 15 m), bentuk tajuk

spreading, globular, dome, irregular dan sebaiknya bersinggungan. Daun

memiliki kerapatan yang tinggi dengan massa daun padat, percabangan 5 m di

atas tanah, serta ditanam secara kontinyu agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Sedangkan menurut Simonds (1983), pohon yang memiliki batas kanopi yang

tinggi berguna untuk menangkap radiasi matahari. Kriteria tanaman yang dapat

digunakan untuk mengahalangi sinar matahari dan menurunkan suhu adalah:

a. memiliki tajuk yang lebar,

b. bentuk daun lebar dengan kerapatan tinggi,

(23)

Sebagai Ruang Hidup Satwa

Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen utama dalam ekosistem

juga dapat menciptakan ruang hidup bagi makhluk hidup lainnya, contohnya

burung (Djamal, 2005). Djamal juga menambahkan bahwa kehadiran burung

dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan, karena apabila terjadi pencemaran

lingkungan, burung merupakan komponen terdekat yang terkena pencemaran.

Selanjutnya Djamal menyatakan bahwa dengan adanya burung maka akan

menciptakan sarana pendidikan dan penelitian agar lebih mencintai alam dan

lingkungan. Burung juga dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi minat khusus

yaitu bird watching.

Pada prinsipnya burung dapat berdampingan hidup dengan manusia

asalkan syarat kebutuhan hidupnya terpenuhi. Faktor yang menentukan

keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk istirahat, bermain,

berproduksi, bertengger, dan berlidung dari segala ancaman termasuk perburuan.

Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan

struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem, bentuk area, dan keamanan yang

diperoleh (Pakpahan, 1993). Menurut Dahlan (1992), adanya vegetasi yang

beragam dan berstrata akan lebih banyak dijumpai jenis burung, khususnya jika

terdapat tanaman yang produktif (berbunga, berbuah, dan berbiji). Kehadiran

burung juga terjadi karena adanya daya tarik dari tanaman misalnya dari bentuk

tajuk, aroma, maupun estetika dari vegetasi yang ada.

Habitat yang ideal bagi burung yang hidup di daerah perkotaan adalah

wilayah-wilayah terbuka hijau luas yang memiliki berbagai tipe vegetasi.

Wilayah-wilayah ini satu sama lain dihubungkan oleh koridor alami yang

memungkinkan adanya perpindahan burung. Pohon merupakan suatu komponen

untuk kehidupan burung. Pakpahan (1993) mengemukakan bahwa pohon yang

disukai burung, dalam artian pohon tersebut dapat berfungsi sebagai tempat

tinggal atau tempat mencari makan. Karakteristik jenis pohon yang sesuai dengan

habitat burung yaitu berkaitan dengan tinggi pohon, diameter tajuk, struktur

dedaunan (ukuran daun, tekstur daun, dan lain-lain), kelebatan tajuk, tinggi bebas

cabang, bunga dan buah yang dihasilkan, serta bentuk arsitektur pohon (terutama

(24)

pohon jug terbuka m rapat dan menambah Mu pohon ya kontinyu tajuk yang dibagi me

nezeran m

terbuka. T

Tipe arsit (cabang s percabang disukai bu sebagai be memberik tersebut da Nezer

2.4. Rek

Re waktu luan akibat tek mental dan (Brockma G ga merupak mempunyai l n tertutup.

h jumlah jen

ukhtar dan ang disuka dan bentuk g terbuka. njadi empat mempunyai

Tipe roux h

tektur rauh

ekunder) d gan kontiny urung sebag ertengger. S kan perlind apat disajik ran reasi ekreasi mer ngnya. Man

kanan dan r

n fisik yang

an, 1979). D Gambar 2. T

kan faktor y

lebih banya

Kelimpaha

nis burung (

n Elvizar (

i burung

k tajuknya t

Pohon ber

t tipe yaitu

tipe percab

ampir sama

h mempuny

an bentuk

yu dengan b

gai tempat

Sedangkan t

dungan terh

kan dalam ga

Roux

rupakan sal

nusia melak

rutinitas pe

g lelah, serta

Dahlan (199 Tipe-tipe A

yang menen

ak jenis buru

an buah-bua (Pakpahan, (1986), men pada umum tertutup, na rdasarkan ti

nezeran, ro

bangan kont

a dengan ne

yai percaban

tajuk tertut

bentuk taju

bersarang

tipe nezeran

hadap gang

ambar berik

ah satu ben

kukan rekrea ekerjaannya a memberik 92) mengata Arsitektur Po ntukan. Hab ung diband

ahan dan t

1993).

ngatakan b

mnya meru

amun ada ju

ipe arsitekt

oux,rauh, d

tinyu pada

ezeran tetap

ngan konti

tup. Sedang

uk tertutup.

dan tipe ro

n kurang dis

gguan. Em

kut.

Rauh

ntuk aktivit

asi untuk m

. Rekreasi

kan kepuasa

akan bahwa ohon (Halle

bitat yang k

ingkan den

tanaman ep

bahwa siste

upakan per

uga yang m

turnya bagi

an attim (H

batang utam

pi bentuk ta

nyu pada c

gkan tipe a

Tipe attim

oux lebih s

sukai burun

mpat tipe a

tas manusia

menghilangk

dapat mem

an rasa sena

a rekreasi m , 1978) 

kanopinya r

gan habitat

pifit juga

em percaba

rcabangan

menyukai b

i habitat bu

Halle, 1978).

ma dengan

ajuknya tert

cabang sam

ttim mempu

m dan rauh

sering digun

ng karena ku

arsitektur p

Attim

a untuk me

kan beban pi

mulihkan ko

ang bagi ma

(25)

satu kebutuhan masyarakat modern sehingga diperlukan penataan tanaman yang

dapat mengurangi stress. Kenaikan standar hidup dan pendapatan, pertambahan

waktu luang, serta adanya stress hidup di perkotaan akan meningkatkan

kebutuhan untuk berekreasi.

Suatu area rekreasi harus mempertimbangkan aktivitas, daya dukung, dan

kualitas dari tapak secara bersama-sama (Bell, 2008). Luas lahan sangat

menentukan berapa banyak pengunjung yang dapat ditampung. Tapak yang lebih

luas memungkinkan penggunaan tapak yang tersebar, sehingga dapat mengurangi

kejenuhan pengunjung area rekreasi. Bell (2008) menambahkan bahwa kejenuhan

pengunjung dalam suatu area rekreasi dapat diatasi dengan penyediaan berbagai

macam fasilitas. Membangun fasilitas sangat penting dalam meningkatkan jumlah

pengunjung, namun dapat mengakibatkan kerugian pada daya dukung visual.

Fasilitas-fasilitas ini menambah kenyamanan bagi pengunjung. Lebih utama yaitu

memberikan rasa nyaman dan aman. Keselamatan pengunjung dalam suatu area

rekreasi perlu diperhatikan dengan desain rekreasi yang tidak membahayakan.

Suatu area rekreasi tidak selalu harus memberikan sarana rekreasi. Secara

umum, suatu area yang dapat memberikan pemandangan yang menarik baik dari

dalam area maupun sekitar area dapat dijadikan sarana rekreasi. Area tersebut

harus memiliki daya tarik. Semakin bervariasi bentuk tapak, keanekaragaman

tanaman, dan penggabungan dengan kehidupan beberapa jenis satwa, maka suatu

tapak akan semakin memiliki daya tarik (Bell, 2008). Burung juga dapat dijadikan

sarana rekreasi. Observasi burung sering dilakukan untuk sarana pendidikan dan

dapat menambah wawasan. Cara yang paling baik untuk mengidentifikasi dan

mengobservasi satwa liar khususnya burung adalah melakukannya dengan

bersembunyi. Cara ini dilakukan supaya satwa yang diamati tidak merasa

terganggu dan tidak kabur.

Menurut Bell (2008), terdapat beberapa kriteria desain yang harus

diperhatikan untuk dapat menyediakan suatu habitat satwa dan agar dapat

mempertahankan relung hidupnya yaitu sebagai berikut.

1. Memberikan ruang terbuka di tengah rimbunan pepohonan agar cahaya

matahari masuk ke dalam. Sinar matahari sangat penting dalam

(26)

2. Terdapat bentukan lahan yang terlihat alami dengan menciptakan lembah dan

aliran air buatan yang dapat memberikan kenyamanan bagi satwa. Adanya

perbedaan kemiringan lahan pada suatu tapak akan menciptakan teritori bagi

masing-masing satwa.

3. Daerah yang berhutan lebih baik untuk habitat satwa khususnya burung.

Tanaman memberikan peranan yang sangat penting. Tipe dan jenis tanaman

yang berbeda dengan berbagai strata menjadi sumber energi dan makanan

bagi beberapa jenis satwa. Tanaman dapat menciptakan habitat linear yang

terlihat dari sirkulasi satwa.

4. Terdapat bebatuan alami yang dapat dijadikan habitat baru bagi beberepa

jenis satwa. Batu-batu yang besar dapat melindungi beberapa jenis satwa dari

serangan musuhnya.

2.5. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut Prahasta (2004), Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan

suatu alat bantu yang esensial dalam menyimpan, menganalisis, dan menampilkan

kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial. Aronoff

dalam Fitri (2008) mengemukakan bahwa SIG adalah suatu kumpulan yang

terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan

personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan,

mengupdate, memanipulasi, menganalasis dan menampilkan semua bentuk

informasi yang berbasis geografi.

Aktivitas yang penting dalam pengolahan data dengan SIG salah satunya

adalah pengisian basis data berupa digitasi dan memasukkan angka, kemudian

analisa dapat dilakukan setelah basis data tersedia. Cara memasukkan data ke

dalam sistem adalah mengubah data input menjadi format data digital agar dapat

disimpan dan dimanipulasi untuk kegiatan selanjutnya sesuai data yang diperlukan

(Faikoh, 2008). Menurut Mastra dalam Faikoh (2008), data yang akan

dimasukkan dengan cara digitasi tersebut memerlukan peta dasar yang baku. Amri

(2001) juga mengatakan bahwa peta merupakan alat utama dalam bekerja dengan

SIG, baik data/fakta yang diperoleh maupun informasi yang dihasilkan dari

(27)

dasar dalam SIG karena peta topografi memuat informasi tentang posisi semua

benda yang tidak bergerak di atas permukaan bumi, baik benda alam maupun

benda-benda budaya sehingga akan diketahui data/fakta lainnya yang dibutuhkan.

Secara sederhana SIG dapat digambarkan sebagai penampakan berbagai informasi

untuk memenuhi suatu fungsi kriteria tertentu.

Sistem Informasi Geografis ini dapat diaplikasikan kepada berbagai

bidang keilmuan yang berhubungan dengan sumber daya alam. Aplikasi SIG di

antaranya digunakan pada perencanaan tata guna lahan, analisis mengenai dampak

lingkungan, pertanian, kehutanan, pengelolaan kehidupan liar, teknik, geologi,

jaringan jalan dan pipa, perencanaan kota, dan sebagainya (Nurcahyono dalam

Fitiri (2008)). Pengembangan SIG saat ini telah memungkinkan untuk perencana

dan pemda dalam mengevaluasi sejauh mana perubahan yang terjadi dalam

penggunaan lahan suatu wilayah agar dapat direncanakan secara cepat dan tepat

(28)

3.1. Lok Pe Babakan Barat (Ga 2010 deng di lapang,

3.2. Bat

Pen yang bera dan Dan mengident ekologisny memberik dipilih di Peta

asi dan Wa

nelitian ini

Madang da

ambar 3). Pe

gan kegiatan

pengolahan

tasan Pene

nelitian yan

da di Jalan

nau Terata

tifikasi kara

ya. Fungsi

kan kenyam

karenakan

a Kabupaten B

aktu Peneli

i dilakukan

an Kecama

enelitian di

n yang mel

n data, dan p

Gambar Sumber: ww elitian ng dilakuka Siliwangi y ai (Gamba akteristik po ekologis

manan dan s

suatu area

Bogor

BAB I METODO

itian

n di Sentu

atan Sukara

laksanakan

iputi persia

penyusunan

3. Peta Lok

ww.google/sen

an di daera

yaitu jalur p

ar 4). Pe

ohon yang k

yang ditel

ebagai habi

a rekreasi h

III OLOGI

ul City yan

aja, Kabupa

mulai bula

apan, pengu

n hasil studi

kasi Sentul C

ntul_city bogo

ah Sentul C

pedestrian,

enelitian d

kemudian d

iti adalah

itat burung

harus mem

Peta Sen

ng terletak

aten Bogor

an Maret sa

umpulan da

i.

City

or.com

City ini diba

lanskap sun

dilakukan

dibandingka

fungsi poh

. Kedua fun

mberikan ke TA

ntul City

k di Kecam

r, Provinsi

ampai Nove

ata dan info

atasi oleh 3

ngai (rivers

hanya se

an dengan f

(29)

pengunjun

menambah

dapat men

jenis poh

berdasarka

3.3. Bah

Ba

pengkajian

lokasi stud

sekunder

terkait. Jen

dan citra s

ng yang dip

h nilai este

njadi indika

hon yang

an ekologis

an dan Ala

ahan yang

n data lapan

di dan men

yang diper

nis data yan

satelit (Tabe

pengaruhi o

etik dan ek

ator kualitas sangat ses ya. Gambar at Penelitia digunakan ngan dalam nyebar kuisi

oleh dari P

ng diambil el 1). oleh faktor kologis pad s lingkunga suai, sesua

r 4. Peta Lok

n

n dalam p

m melihat ka

ioner kepad

Pihak Penge

berupa dat

iklim sekita

da suatu are

an. Hasil pe

ai, kurang kasi Penelit penelitian arakteristik da pengunju elola Sentu

a fisik dan

ar. Sedangk ea rekreasi enelitian in sesuai, da tian ini, disam tanaman ya

ung juga me

ul City dan

bio-fisik se

kan burung

, karena bu

ni akan dike

an tidak s

mping dilak

ang digunak

embutuhkan

pihak lain

(30)
[image:30.595.103.512.111.417.2]

Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Cara Pengambilan Data

Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan Data

Citra Landsat Sentul City Google Earth Studi pustaka Data wilayah

administrasi

Pengelola Sentul City Studi pustaka dan survei lapang

Data Bio-Fisik :

• Data iklim

• Data topografi

• Geologi dan Tanah

• Hidrologi

• Vegetasi

• Satwa

BMG Dramaga, Bogor

Pengelola Sentul City

Studi pustaka dan survei lapang

Studi pustaka Studi pustaka

Data sosial Pengelola Sentul City Studi pustaka dan survei lapang

Peta Sentul City

(Autocad 2008)

Pengelola Sentul City Studi pustaka dan survei lapang

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. GPS (Global Positioning System) sebagai alat untuk peninjauan ulang antara

data sekunder dengan keadaan asli di lapang;

2. Termohigrometer yaitu alat untuk mengukur suhu dan kelembaban udara;

3. Kamera digital, alat tulis, kalkulator, dan alat gambar;

4. Komputer dalam pengolahan data menggunakan Geographic Information

System (GIS) dengan software ArcView 3.2, AutoCAD 2008, Adobe

Photoshop CS3, dan Microsoft Office 2007.

3.4. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

teknik spasial.

a. Metode deskriptif digunakan untuk membandingkan vegetasi eksisting di

lokasi studi dengan standar ekologis yang diteliti berdasarkan studi

literatur. Metode deskriptif terdiri dari dua yaitu deskriptif kualitatif dan

kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk melihat dan menilai Pengelola Sentul City

Pengelola Sentul City Studi pustaka

Pengelola Sentul City Studi pustaka dan survei lapang

(31)

karakteristik pohon yang terdapat di lokasi studi. Penilaian dilakukan

secara visual pada saat survei lapang dan berdasarkan studi literatur.

Selain itu, deskriptif kualitatif juga digunakan untuk menilai persepsi

pengunjung terhadap suhu di lokasi studi yang dilakukan dengan

penyebaran kuisioner.

Sedangkan deskriptif kuantitatif digunakan dalam mengukur dan

menghitung suhu termal untuk memperoleh nilai Temperature Humidity

Index (THI) dan penilaian evaluasi dengan menggunakan metode KPI

(Key Performance Indicator). KPI yaitu metode perhitungan dengan

membandingkan nilai aktual berdasarkan survei lapang dan nilai standar

berdasarkan studi literatur. KPI berfungsi untuk mengetahui sesuai atau

tidak suatu objek yang digunakan berdasarkan standarnya atau kriteria

yang sudah ditentukan.

b. Teknik spasial digunakan dalam sistem GIS dalam pengolahan data yang

akan memperoleh hasil spasial untuk mengetahui luasan kesesuaian lahan

berdasarkan ekologisnya. Pohon yang berada di lokasi studi diinventarisasi

dengan menggunakan alat Global Positioning System (GPS). Hasil GPS

akan diolah dengan menggunakan software ArcView 3.2 dengan

memasukkan parameter-parameter yang sesuai dengan karakteristik fungsi

ekologis tanaman yang diteliti.

Penelitian evaluasi fungsi ekologis RTH ini dilakukan dalam 5 tahapan

yaitu: (1) persiapan (survei lapang), (2) pengamatan dan penilaian, (3) analisis, (4)

evaluasi, dan (5) perumusan rekomendasi. Untuk lebih jelas perhatikan Gambar 5

(32)

Persiapan (survei lapang)

Pada tahap persiapan mencakup pertemuan antara mahasiswa dengan

pengelola Sentul City untuk menjelaskan tujuan kedatangan mahasiswa dan

perolehan perijinan pengambilan data. Selanjutnya, mahasiswa melihat kondisi

tapak dan menyesuaikan alat dan bahan yang dibutuhkan. Kondisi tapak dapat

dilihat dari iklim sekitar, penggunaan lahan pada tapak, dan vegetasi eksisiting.

Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan

yang dirasakan manusia. Faktor iklim meliputi suhu, penyinaran matahari,

[image:32.595.108.488.69.482.2]

kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin.

Gambar 5. Tahapan Penelitian

Sintesis Tujuan dan ruang lingkup studi

Persiapan (survei lapang)

Pengamatan dan penilaian (pemetaan pohon, pengambilan foto, studi literatur)

Analisis dan Evalusi data (mendeskripsikan dan membandingkan dengan indikator)

Survei lapang dan Studi literatur

Kriteria Standar

Perumusan rekomendasi

Sesuai Tidak sesuai

(33)

Pengamatan dan Penilaian

Pengamatan dan penilaian merupakan tahapan penelitian dalam melihat

kondisi tapak dengan cara pengambilan data pohon eksisting menggunakan GPS

(Global Positioning System), pengukuran suhu dengan menggunakan alat

termohigrometer, melihat dan menilai kondisi fisik tapak secara visual dilakukan

pemotretan, kuisioner untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap suhu

termal dan pengaruh pohon dalam memberikan kenyamanan secara termal pada

lokasi studi, serta studi literatur untuk mengetahui karakteristik vegetasi eksisting

yang akan dibandingkan terhadap fungsi ekologis tanaman yang diteliti. Studi

literatur berfungsi sebagai acuan dalam proses evaluasi. Pengamatan juga

dilakukan pada tapak terkait untuk mengetahui kondisi umum dan sejarah

perkembangan tapak dengan mewawancarai pihak-pihak terkait.

Penilaian aspek ekologis tanaman yang dievaluasi meliputi: (1) Fungsi

tanaman dalam memberikan kenyamanan; dan (2) sebagai habitat burung. Fungsi

pohon dalam lanskap mempunyai kemampuan untuk menyerap dan

menghamburkan radiasi dari sinar matahari. Efek yang dapat dirasakan adalah

menurunnya intensitas radiasi di bawah naungan pepohonan dan terciptanya

kenyamanan. Suhu udara dan kelembaban relatif merupakan komponen iklim

yang sangat penting dalam menghitung tingkat kenyamanan. Suhu dan

kelembaban udara ini akan digunakan untuk menentukan nilai THI (Temperature

Humidity Index). THI merupakan nilai yang menunjukkan tingkat kenyamanan di

suatu area secara kuantatif. Menurut Fandeli (2009), di Indonesia suatu area

dikatakan nyaman apabila memiliki nilai THI antara 21-27. Salah satu rumus yang

digunakan untuk menentukan tingkat kenyamanan diperkenalkan oleh Nieuwolt

(1977) adalah sebagai berikut.

THI : Temperature Humidity Index

T : Suhu Udara (0C)

RH : Kelembaban relatif (%) = 0.8 T + (RH x T)

500 THI

 

(34)

Nilai kelembaban nisbi (RH) diperoleh dari hasil pengurangan suhu bola

kering (TBK) dan suhu bola basah (TBB). Hasil pengurangan tersebut kemudian

dibandingkan dengan suhu bola kering dan akhirnya dapat diketahui nilai RH

dengan melihat tabel yang terdapat di alat termohigrometer (Lampiran 1). Nilai

suhu udara (T0C) yang diambil untuk mengetahui tingkat kenyamanan ini diperoleh dari tiga waktu pengukuran, yaitu pagi, siang, dan sore. Nilai rata-rata

suhu udara harian (Tr) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Tr : Rata-rata suhu harian (0C) T : Suhu bola kering (0C)

Pengamatan dalam mengetahui suhu dan kelembaban relatif diperoleh dari

pengukuran suhu dengan alat termohigrometer melalui survei lapang. Pengukuran

suhu dilakukan pada jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape di Jalan

Siliwangi, Sentul City. Pengukuran suhu dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali

di titik yang berbeda dalam satu tempat dan dilakukan di bawah naungan pohon

dan tanpa naungan pohon. Gambar 6,7, dan 8 menujukkan titik-titik pengambilan

suhu pada ketiga lokasi studi. Data suhu ini diambil pada tiga waktu yaitu pagi,

siang, dan sore hari (pukul 07.00-08.00, 13.00-14.00, dan 17.00-18.00 WIB) pada

saat cuaca cerah. Data suhu dari survei lapang ini kemudian dihitung tingkat

kenyamanannya atau nilai THI. Sedangkan pengamatan fungsi pohon sebagai

habitat burung dilakukan studi literatur dengan melihat karakteristik pohon yang

berada di lokasi studi yang kemudian dibandingkan dengan karakteristik pohon

yang disukai burung. Penilaian dilakukan dengan KPI (Key Performance

Indicator). Penilaian ini juga dilakukan untuk fungsi kenyamanan serta menilai

kondisi fisik lokasi studi sebagai area rekreasi.

KPI =

KPI = Key Performance Indicator

Tr   =  

(Tpagi x 2 + Tsiang + Tsore)

4

∑ Nilai aktual

(35)

riverscaperiverscape

F

LEGENDA

JUDUL PENELITIAN

EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS RTH DI KAWASAN

REKREASI SENTUL CITY

JUDUL GAMBAR

TITIK PENGAMBILAN SUHU PADA JALUR PEDESTRIAN

TANGGAL PENGESAHAN:

DIBUAT OLEH

NUR AZMI

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. ALINDA F. M. ZAIN, M.Si

PARAF DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

SKALA NO. GAMBAR

6

ORIENTASI

U

 

TANPA NAUNGAN POHON DI BAWAH NAUNGAN POHON

14 km

(36)

TANPA NAUNGAN POHON DI BAWAH NAUNGAN POHON

LEGENDA

U

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010 JUDUL PENELITIAN

EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS RTH DI

KAWASAN REKREASI SENTUL CITY

JUDUL GAMBAR

TITIK PENGAMBILAN SUHU PADA DANAU TERATAI

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. ALINDA F. M. ZAIN, M.Si

ORIENTASI SKALA km

NO. GAMBAR

7

TANGGAL PENGESAHAN:

DIBUAT OLEH

NUR AZMI

PARAF

(37)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

NO. GAMBAR

8

TANGGAL PENGESAHAN PARAF

ORIENTASI

U

SKALA

km

0 2 6 JUDUL PENELITIAN

EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS RTH DI

KAWASAN REKREASI SENTUL CITY

JUDUL GAMBAR

TITIK PENGAMBILAN SUHU PADA

RIVERSCAPE

DIBUAT OLEH

NUR AZMI

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. ALINDA F. M. ZAIN, M.Si

D

 

LEGENDA

(38)

Data mengenai persepsi pengunjung terhadap pengaruh pohon dalam

mereduksi iklim mikro yang dapat menentukan tingkat kenyamanan diperoleh

dengan penyebaran kuisioner. Responden dipilih secara acak yang datang

mengunjungi lokasi studi. Waktu pengambilan data ditentukan pada saat

menjelang siang sampai siang hari sekitar pukul 10.00-14.00 WIB pada saat cuaca

cerah. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui tingkat kenyamanan pengunjung

pada siang hari dengan kondisi matahari sedang terik.

Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari

masing-masing vegetasi yang digunakan di lokasi studi sehingga dapat

menentukan alternatif perbaikan jenis vegetasi yang akan digunakan selanjutnya.

Selain analisis vegetasi, analisis juga dilakukan terhadap kondisi fisik lokasi,

analisis kenyamanan, dan analisis persepsi pengunjung terhadap pengaruh

tanaman dalam memberikan kenyamanan termal. Kondisi fisik lokasi studi

dianalisis untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan ketiga lokasi studi (jalur

pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape) dalam fungsinya sebagai area rekreasi

yang memberikan kenyamanan termal dan dapat menciptakan habitat burung.

Suatu area rekreasi yang ekologis akan memberikan dampak yang besar terhadap

makhluk hidup di dalamnya. Ekologis dalam arti memberikan habitat yang

nyaman bagi makhluk hidup dan memiliki interaksi yang baik antar makhluk

hidup.

Analisis kenyamanan dilakukan dengan menghitung nilai THI. Dari

perolehan nilai THI akan diketahui area yang nyaman dan tidak nyaman. Untuk

analisis vegetasi dilakukan dengan menilai karakteristik vegetasi yang diperoleh

dari hasil pengamatan lapang berdasarkan studi literatur. Analisis ini bertujuan

untuk menilai kesesuaian vegetasi yang digunakan pada lokasi studi dengan

fungsi ekologis yang diteliti. Sedangkan analisis pengunjung dan aktivitasnya

(39)

Evaluasi

Evaluasi merupakan lanjutan dari kegiatan analisis yang telah dilakukan.

Tahapan ini yaitu melakukan evaluasi hasil kondisi fisik lokasi studi,

kenyamanan, vegetasi, dan pengujung. Evaluasi dilakukan dengan menentukan

nilai aktual dan nilai standar sehingga diperoleh nilai KPI (Key Performance

Indicator). Nilai aktual diperoleh berdasarkan pengamatan lapang dan studi

literatur. Nilai standar diperoleh berdasarkan nilai maksimum yang terdapat pada

setiap indikator/parameter. Selanjutnya jumlah nilai aktual dibagi dengan jumlah

nilai standar untuk memperoleh nilai KPI. Evaluasi fisik pada lokasi studi dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Penilaian Secara Fisik Lokasi Studi

Lokasi Indikator Kualitas Standar *) Penilaian Nilai

Aktual

Nilai Standar

1 2 3 4

Aktifitas Sesuai dengan daya dukung

tapak  

Memberikan fasilitas sesuai

dengan fungsi tapak  

Keamanan Jalur sirkulasi tidak

tergenang air  

Ranting pohon tidak

membahayakan  

Kondisi fisik area yang sesuai untuk habitat satwa

Penekanan terhadap aspek

alami  

Memberikan view yang

menarik di dalam dan di luar area

 

Keanekaragaman jenis

tanaman tinggi  

Memiliki daya tarik Memiliki variasi bentuk dan

kemiringan tapak yang alami  

Terdapat area ruang terbuka agar cahaya matahari masuk ke area

 

Area seperti hutan kecil Terdapat batuan alami

JUMLAH

KPI**)

Keterangan: 1= tidak sesuai; 2= kurang sesuai; 3= sesuai; 4=sangat sesuai

*) Sumber: Bell (2008)

**) KPI = Key Performance Indicator

(40)

Evaluasi vegetasi dilakukan secara spasial dan juga secara deskriptif

berdasarkan studi literatur. Data spasial diperolah dari hasil GPS dan diolah

dengan software ArcView 3.2 untuk menghasilkan luas area yang sangat sesuai,

sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai. Evalusi vegetasi deskriptif dilakukan

dengan menggunakan KPI, sama halnya seperti penilaian pada evaluasi fisik. Jika

vegetasi hasil survei lapang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan maka

diberi penilaian dengan memberikan skor 1-4. Perhatikan tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Kriteria dan Penilaian Fungsi Ekologis Tanaman

No Fungsi Ekologis Karaktristik Standar *) Nilai Aktual

Nilai Standar 1 Kenyamanan Bentuk tajuk spreading, globular,

dome, irreguler 1-4 4

Kerapatan daun tinggi 1-4 4

Sistem percabangan 5 meter diatas

tanah 1-4 4

Tekstur daun halus dan ringan 1-4 4

Tinggi tanaman sedang (< 15 meter) 1-4 4

Jumlah Total 5-20 20

**

) KPI

2 Habitat satwa Bertekstur daun halus 1-4 4

Memiliki bunga yang menarik 1-4 4

Percabangan kontinyu 1-4 4

Berbuah dan berbiji 1-4 4

Jumlah Total 4-16 16

**

) KPI

Keterangan: 1= tidak sesuai; 2= kurang sesuai; 3= sesuai; 4=sangat sesuai

*) Karakteristik pohon untuk kenyamanan Menurut Grey dan Deneke (1978):

1. Daun yang rapat

2. Lapisan daun yang berganda

**) KPI = Key Performance Indicator

KPI =

0,25 - 0,44 = Tidak sesuai dengan standar 0,45 - 0,62 = Kurang sesuai dengan standar 0,63 - 0,80 = Sesuai dengan standar 0,81 - 1,00 = Sangat sesuai dengan standar

Sumber: Grey dan Deneke (1978), Simonds (1983), Suryowinoto (1995), dan Vitasari (2004) Dahlan (1992), Pakpahan (1993), Mukhtar dan Elvizar (1986)

Menurut Vitasari (2004):

1. Pohon dengan tinggi sedang (< 15 m)

2. Bentuk tajuk spreading, globular, dome,

irregular

3. Tajuk bersinggungan

4. Bermassa daun padat

5. Percabangan 5 m di atas tanah

6. Ditanam secara kontinyu

 

∑ Nilai aktual ∑ Nilai standar Menurut Simonds (1983):

1. Memiliki tajuk yang lebar

2. Bentuk daun lebar dengan kerapatan tinggi

(41)

Pemberian skor 1-4 pada nilai aktual dilakukan dengan melihat

karakteristik pohon di lapang dan juga berdasarkan literatur. Nilai KPI akan

menentukan kesesuaian pohon yang digunakan di lokasi studi berdasarkan fungsi

ekologis tanaman yang sudah ditentukan. Evaluasi yang terakhir adalah evaluasi

pengunjung dan aktivitasnya yang dilakukan secara deskripsi. Evaluasi

pengunjung ini memberikan penjelasan-penjelasan sebab dan akibat yang

akhirnya memberikan suatu kesimpulan dari hasil olahan kuisioner dalam tahapan

analisis.

Perumusan Rekomendasi

Tahap ini merupakan tahap akhir yang akan menghasilkan rekomendasi.

Rekomendasi pada penanaman selanjutnya bertujuan untuk perbaikan aspek

fungsi ekologis tanaman pada kawasan rekreasi Sentul City. Rekomendasi ini

dilakukan jika telah ditemukan ketidaksesuian dari hasil evaluasi. Apabila

tanaman yang digunakan pada kawasan rekreasi Sentul City (studi kasus: jalur

pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape di Jalan Siliwangi) sudah memenuhi

standar berdasarkan aspek fungsi ekologis tanaman, maka rekomendasi yang

dihasilkan berupa saran agar tetap mempertahankan kondisi seperti semula dan

diharapkan untuk lebih meningkatkan RTH pada kawasan tersebut. Rekomendasi

diperoleh dari hasil analisis yang sudah dilakukan dan berguna sebagai masukan

bagi pengelola Sentul City dalam menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan

(42)

BAB IV KONDISI UMUM

4.1. Sejarah Sentul City

Hasil pemantauan lapang (2009) menunjukkan bahwa Perumahan Bukit

Sentul memiliki lahan seluas 2465 hektar. Rencana peruntukan perumahan

mencapai 1098,90 Ha (45%) dengan wilayah terbangun seluas 383 Ha. Pada

awalnya, Sentul City dikelola oleh PT. Fajar Marga Permai (FPM) yang

direncanakan pembangunan Royal Sentul Highlands dengan konsep kawasan

wisata agro seluas 1300 Ha. Kawasan wisata agro ini dikembangkan menjadi

kawasan wisata dan hunian yang bernuansa pertanian dengan area terbangun

sangat rendah sekitar 10%.

Namun pada tahun 1995, PT. Fajar Marga Permai dipegang oleh PT.

Sentul City Tbk., sehingga kawasan wisata Agro Royal Sentul Highlands berubah

pengelolaan dan dikembangkan menjadi kawasan pemukiman kota dengan

penambahan area seluas 1165 Ha dan kawasan terbangunnya meningkat menjadi

30%. Perubahan rencana pembangunan dan penambahan luas areal tersebut telah

mendapat izin lokasi dari Badan Pertahanan Nasional, Kantor Pertahanan

Kabupaten Bogor, No. 460.2/149/IL-Prw/KPN/95. Kegiatan usaha utama dari PT.

Sentul City Tbk. ini adalah menjadikan Sentul City sebagai kota satelit yang

menyediakan lahan siap bangun untuk investor, kawasan pemukiman,

gedung-gedung komersial dan non komersial dengan fasilitas yang lengkap. PT. Sentul

City Tbk. juga menyediakan fasilitas rekreasi sebagai penunjang pengembangan

kota mandiri.

PT. Sentul City Tbk. juga mengembangkan sarana dan prasarana yang

dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin bertambah, misalnya

pembuatan pedestrian, Danau Teratai dan riverscape sebagai area rekreasi di Jalan

Siliwangi Sentul City, Bogor pada tahun 1998 (Gambar 9). Danau Teratai dan

riverscape memiliki fungsi utama sebagai area penampungan air.Khususnya pada

danau Teratai dimanfaatkan warga sekitar sebagai tempat pemancingan, walaupun

pihak pengelola Sentul City tidak mengakomodasi danau tersebut sebagai area

(43)

masyaraka aliran sun melakukan pohon-poh gabungan kanopi po hasil waw (a

at sebagai a

ngai kecil

n cut and f

hon yang m

dua kanop

hon ini diad

wancara deng

a. Jalan Siliw (a)

(c)

area jogging

sehingga

fill. Di sepa

memiliki taj

pi pohon d

dopsi dari k

[image:43.595.101.515.147.737.2]

gan Pihak P

Gambar wangi; b. Ja

Sumber: H

g. Pada awa

memerluk

anjang jalur

juk lebar y

dari arah y

kebanyakan

Pengelola Se

9. Lokasi S alur Pedestri

Hasil Survei L

alnya, pedes an biaya r pedestrian yang dapat yang berlaw jalur pedes

entul City).

Studi Peneli ian; c. Dana

Lapang, April 2

strian ini m

yang sang

n (kanan da

memperlih

wanan. Pen

trian di Sin

itian

au Teratai; d

2010

(b)

(d)

merupakan d

gat besar u

an kiri) dit

atkan keind

nggabungan

gapura (Sum

d. Riverscap

(44)

4.2. Data Biofisik

4.2.1. Keadaan Geografis

Sentul City memiliki kondisi geografis yang berbukit-bukit dengan

ketinggian antara 200-750 m di atas permukaan laut dan variasi kemiringan lereng

dari datar sampai curam berkisar 0% sampai dengan lebih dari 25%. Berdasarkan

ANDAL Pembangunan Pemukiman Bukit Sentul (2000), bentuk wilayah yang

datar sampai bergelombang (0-8%) memiliki luas 1.109,3 Ha, bergelombang

(8-15%) memiliki luas 706,3 Ha, berbukit (15-25%) dengan luas 695 Ha, dan bentuk

wilayah yang bergunung-gunung (>25%) seluas 489,4 Ha. Kondisi ini masih

dipertahankan PT. Sentul City Tbk. selain untuk meminimalisir kegiatan gali dan

timbun tanah (cut and fill) juga dapat menciptakan pemandangan yang bagus dan

indah.

Keindahan yang dapat dilihat dari Sentul City, tidak hanya dari topografi

yang berbukit-bukit dengan vegetasi yang terlihat alami, tetapi juga keindahan

alam sekitarnya. Kawasan Sentul City dikelilingi oleh beberapa gunung yaitu

Gunung Pangrango, Gunung Pancar, Gunung Salak, Gunung Liang, Gunung

Panisan, Gunung Garangsang, dan Gunung Hambalang. Kawasan pemukiman

dilalui oleh beberapa aliran sungai yaitu Sungai Citeureup, Sungai Cikeas, Sungai

Citaringgul, dan Sungai Cijayanti.

Wilayah Sentul City mencakup dua kecamatan yang terdiri dari delapan

desa. Kecamatan Sukaraja terdiri dari Desa Cadas Ngampar. Tujuh desa lainnya

terletak di Kecamatan Babakan Madang yaitu Desa Babakan Madang, Desa

Cipambuan, Desa Citaringgul, Desa Cijayanti, Desa Bojongkoneng, Desa

Kadumangu, dan Desa Sumur Batu (Tabel 4). Batas sekeliling Wilayah Sentul

City yaitu sebelah barat dibatasi oleh Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa

Cadas Ngampar, sebelah timur dibatasi oleh Desa Hambalang dan Desa Karang

Tengah, sebelah utara dibatasi oleh Desa Cipambuan dan Desa Kadumangu, dan

sebelah selatan dibatasi oleh Desa Nagrak (Sumber: ANDAL Pembangunan

(45)
[image:45.595.105.494.65.755.2]

Tabel 4. P No K 1 C 2 B 3 C 4 B 5 S 6 C 7 K K 8 C T Sum Se

m2 dan be wilayah lo

sebelah ba

(BGH), se

1, sebelah

dibatasi o

(Gambar 1 Perincian Lu Nama D Kecamatan Cipambuan Babakan M Citaringgul Bojong Kon Sumur Batu Cijayanti Kadumangg Kecamatan Cadas Ngam TOTAL

mber: PT. Sen

dangkan un

erada di Des

okasi studi

arat dibatas

ebelah timu

h utara dib

oleh Perum

10).

Gam

uas Lahan d

Desa/Kecam n Babakan Madang neng u gu n Sukaraja mpar

ntul City TBK

ntuk lokasi

sa Babakan

ini (jalur p

si oleh Med

ur dibatasi o

atasi oleh

mahan Buki

mbar 10. Ba

di Masing-m matan Madang a K., 2009 studi yaitu

n Madang, C

pedestrian,

diterania Go

Gambar

Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Cara Pengambilan Data
Gambar 5. Tahapan Penelitian
Gambar 9. Lokasi SStudi Peneli
Tabel 4. PPerincian Luuas Lahan ddi Masing-mmasing Desaa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Populasi !rang digunlkan untuk penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang diterima pada tahun ajaran 201 61201 7 baik inasuk ewat jalur bidikmisilPMDK mapun

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kiblat Media Online Tirto.id Dalam Pemberitaan Pasca Debat Pertama Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019 (Analisis

Sebaliknya jika potensial semikonduktor semakin besar (semakin positif) maka laju transfer muatan akan semakin besar, bahkan terjadi peningkatan yang signifikan

Peraturan hukum yang mengatur tentang kajian ini adalah perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah, pengelolahan keungan

penelitian yang telah dilakukan, maka modal sosial yang ada di Perumnas Banyumanik termasuk dalam kategori BAIK dengan skor 2.6 yang mencakup kualitas interaksi dan

Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan program linear. Sangat

Aktivitas belajar peserta didik yang diamati selama proses pembelajaran adalah peserta didik membuat pertanyaan, mengerjakan soal pesawat masalah, berdiskusi dalam

thuringiensis pada penelitian lain yang berpengaruh pada konsentrasi atau dosis yang diperlukan untuk membunuh larva nyamuk Aedes sp. Perbedaan daya bunuh