• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMISI TERSTIMULASI DARI ELEKTRON PADA ASETALDEHID DAN PROPUNAL YANG DIAPLIKASIKAN DALAM ZAT PEWARNA DENGAN PENDEKATAN ASSYMETRIC TOPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EMISI TERSTIMULASI DARI ELEKTRON PADA ASETALDEHID DAN PROPUNAL YANG DIAPLIKASIKAN DALAM ZAT PEWARNA DENGAN PENDEKATAN ASSYMETRIC TOPS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Tugas Akhir Semester Genap 2009/2010 SK - 18

EMISI TERSTIMULASI DARI ELEKTRON PADA ASETALDEHID DAN PROPUNAL

YANG DIAPLIKASIKAN DALAM ZAT PEWARNA DENGAN PENDEKATAN

ASSYMETRIC TOPS

Ginanjar Arrum P*, Fredy Kurniawan1, Syafsir Akhlus1 Jurusan Kimia,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

ABSTRAK

Sel Surya Pewarna Tersensitasi (SSPT) merupakan suatu alat yang mengubah energi matahari menjadi energi listrik dengan memanfaatkan interaksi foton dengan fotosensitizer. SSPT secara garis besar tersusun oleh elektroda, dye, elektrolit, dan semikonduktor. Masing-masing zat penysusun ini memberikan nilai keefisian dalam kerja SSPT itu sendiri. Dalam penelitian ini kita akan melihat pengaruh perbedaan tingkat energi pada dye terhadap kerja dari SSPT itu sendiri. Dengan menggunakan pendekatan secara asymetric top, melihat bagaimana struktur dari dye yang akan digunakan pada SSPT. Konstanta yang digunakan dalam penelitian ini adalah bilangan kuantum J, center of mass A dan C. Dimana harga J sebesar 6, A dan C berturut-turut adalah 1.887 dan 0.303. Harga tingkat energi itu sendiri dapat dicari berdasarkan percobaan atau dilihat dalam tabel. Dari perhitungan secara komputasi didapatkan bahwa semakin tinggi tingkat energi yang digunakan maka energi total yang dihasilkan juga semakin tinggi dan pendekatan dengan cara ini hanya berlaku pada molekul tertentu dimana harga IA< IB< IC.

Kata Kunci : Hamiltonian, Asymetric top, Center of Mass.

Abstract

Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) is composed by electrode, dye, semiconductor and electrolyte. In this research we will compare the difference in energy level of the total energy produced by the dye. By using the approach assymetric tops, we will compare how the structure of dye to be used on the DSSC. Constant used in this research is the quantum number J, center of mass A and C. Where is the price of J is 6, A and C are respectively 1.887 and 0.303 for acetaldehyde. Propunal value on A, J and C varied. From the calculations it was found that computing the higher level is used then the total energy generated is also high with the approach and how it applies only where a particular molecule on the value of IA < IB < IC.

Keywords : Hamiltonian, Assymetric Tops, Center of Mass

.

* Corresponding author Phone : +6285648297281 e-mail: mynicknameisgin@ymail.com

1 Alamat sekarang : Jur Kimia, Fak. MIPA,Institut Teknologi

(2)

PENDAHULUAN

Ilmu kimia merupakan suatu cabang ilmu yang di dalamnya mempelajari bangun (strukutur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi ini dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan (Keenan, 1984). Salah satu ilmu dalam kimia adalah kimia teori, dimana metode matematika yang dikombinasikan dengan hukum dasar fisika akan dapat menjelaskan suatu proses kimia yang bersangkutan. Kimia teori pada mulanya hanya bisa memecahkan masalah sebatas satu atau dua partikel yang bergabung menjadi satu kesatuan partikel, yang mana kemudian memperkenalkan sistem koordinat pusat massa. Tetapi dengan adanya suatu pemecahan masalah secara numerik, dimana hasilnya memiliki tingkat keakurasian yang tinggi, berbagai masalah dalam sistem dengan komponen penyusun yang agak kompleks dapat dipecahkan. Munculnya piranti komputer membuat perhitungan numerikal dengan angka tinggi semakin akurat. Hal ini menyebabkan munculnya bidang baru dalam kimia yaitu kimia komputasi (Jensen, 2007). Komputer saat ini telah banyak digunakan dalam berbagai keperluan kimia, misalnya pada NMR spektrometer dan berbagai macam pemodelan untuk suatu reaksi kimia.

Kimia komputasi dapat dengan cepat menjelaskan tentang teori kimia, dimana tujuan utamanya adalah untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan perhitungan. Kimia komputasi terbagi dalam tiga masalah utama, yaitu mengartikan kode, problem teknik, dan memperkirakan hasil yang berkualitas (Jensen, 2007). Kimia komputasi dapat melakukan perhitungan dengan intensif dan dapat mengolah data dalam jumlah besar. Dari data, sebagai contoh dapat diolah menjadi susunan gen untuk bioinformatik yang digunakan sebagai pembading. Sedangkan perhitungan yang intensif dapat dihubungkan dengan simulasi dari kejadian yang terdapat di alam, dan disebut sebagai model komputasi. Dengan adanya simulasi, terutama menggunakan teori modern mekanika kuantum, kita dapat memahami dan memprediksi reaksi kimia dan juga dapat mempelajari fase-ringkas dari katalitik, elektrokimia, dan reaksi fotokimia. Banyak reaksi yang melibatkan transfer elektron, dan kadang juga dikombinasikan dengan pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Variabel termodinamik merupakan kunci utama dalam menggambarkan bertambahnya

atau berkurangnya elektron dalam suatu spesies kimia (Wardman, 1989).

Kimia komputasi ini menggunakan berbagai macam variabel. Variabel yang digunakan dipengaruhi atau ditentukan oleh dari segi mana atau sudut pandang kita dalam memecahkan masalah atau persoalan dalam berbagai macam reaksi kimia. Dalam kimia komputasi variabel yang dapat digunakan antara lain variabel ruang dan waktu dalam persamaan Schrodinger yang di dalamnya terdapat energi kinetik dengan operator Hamiltonian. Selain variabel diatas juga terdapat variabel lain yang dapat digunakan untuk perhitungan dan menunjang teori yaitu variabel elektronik dan inti (Jensen, 2007). Variabel inilah yang nantinya kita gunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode struktur elektron pada partikel yang bebas, dalam artian partikel ini tidak berikatan dengan partikel yang lain. Dengan menggunakan metode ini kita dapat memperkirakan terjadinya transfer muatan pada dye dengan semikonduktor pada sel surya pewarna tersensitasi.

Sel surya atau biasa disebut dengan solar cell atau photovolataic cell generasi pertama yang menggunakan silikon diperkenalkan pada tahun 1954 dan digunakan secara luas hingga pertengahan tahun 70an (kazmeski, 1997). Sebelumnya sel surya dibuat dengan menggunakan tembaga oksida atau perak klorida yang di-coating pada elektroda logam yang direndam dalam larutan elektrolit pada tahun 1839 oleh Becquerel (Smestad, 1998). Sel surya pada dasarnya bekerja dengan mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Sel surya sendiri merupakan merupakan suatu semikonduktor dimana permukaannya cukup luas dan terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, sehingga mampu mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Selama ini manusia lebih banyak menggunakan energi kovensional yang berasal dari minyak bumi maupun gas alam dan batu bara. Hal ini membuat cadangan sumber daya alam ini semakin berkurang dan butuh waktu yang sangat lama untuk kembali memperbaruinya. Oleh karena itu muncul ide untuk menggunakan energi matahari yang tak terbatas dan dapat diperbarui sebagai sumber energi yang baru (Wan, 2004). Tetapi sebelum ditemukan sel surya ini pemanfaatan energi matahari hanya sebatas bentuk energi panasnya.

Matahari memancarkan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang sebagian dapat dideteksi oleh manusia sebagai sinar

(3)

tampak (Agar, 2005). Digunakannya energi matahari ini sangat menguntungkan. Energi listrik yang dihasilkan oleh sel surya tidak mengeluarkan limbah, baik gas-gas beracun ataupun limbah nuklir yang ditimbulkan pembangkit listrik tenaga nuklir (Cohen, 2004). Selain itu, seiring dengan kemajuan teknologi sel surya juga ikut berkembang sehingga memberikan keuntungan yang lain. Perkembangan paling berarti dalam penelitian sel surya adalah penemuan sel surya yang menggunakan pewarna tersensitasi (SSPT) oleh Michael Grätzel pada 1991. Sel surya ini disebut juga dengan sel Grätzel, yaitu jenis sel surya yang melibatkan proses absorbsi optis dan proses pemisahan muatan karena keberadaan sensitizer sebagai materi penyerap cahaya dengan semikonduktor berpita lebar yang memiliki struktur morfologi nanokristalin. Keuntungan dari SSPT ini adalah biaya pabrikasi yang relatif murah, dapat dioperasikan di bawah kondisi penyinaran yang terhambur, performa sel dapat dibuat bersifat opaque (Gräzel, 2003).

SSPT memanfaatkan interaksi foton dengan fotosensitizer, khususnya pewarna yang menghasilkan pewarna tersensitasi untuk menghasilkan energi listrik. Secara umum SSPT tersusun dari jaringan nanokristalin dari semikonduktor dengan band gap yang lebar, semisal TiO2. Jaringan ini kemudian ditutup

dengan menggunakan lapisan tunggal molekul-molekul pewarna, semisal Ru. Semikonduktor didepositkan pada elektroda oksida konduktif (TCO) jernih, yang nantinya sel akan dieluminasi melalui lapisan tersebut. Pori-pori TiO2diisi dengan elektrolit pasangan redoks (I

-/I3-) yang berfungsi sebagai konduktor.

Kemudian secara elektrik, elektroda tersebut dihubungkan dengan elektroda platinum. Selama iluminasi, elektron akan diinjeksikan dari pewarna fotoeksitasi ke dalam semikonduktor dan bergerak melalui subtrat TCO. Sedangkan elektrolit akan mereduksi pewarna yang teroksidasi dan menghantarkan muatan positif ke elktroda Pt (Cohen, 2004; Zaban, 2003). Jadi dalam SSPT terdapat tiga proses yang terlibat, yaitu eksitasi fotosensitizer oleh foton, pemanfaatan pita konduksi pada semikonduktor dan reaksi redoks pada larutan elektrolit.

Prinsip kerja SSPT secara umum adalah foton yang menerobos kristal nano diabsorb oleh fotosensitizer dan mengeksitasi elektron dari fotosensitizer ke keadaan tereksitasi. Melalui transfer muatan, elektron yang berada pada keadaan tereksitasi akan turun ke pita konduksi dari TiO2 . Selanjutnya

dari pita konduksi TiO2 , elektron akan

mengalir melalui elektroda menuju elektroda lawan. Elektron yang ada di elektroda lawan akan bereaksi dengan larutan elektrolit yang akan menyebabkan terjadinya reaksi redoks pada elektrolit. Reaksi redoks pada elektrolit pada gilirannya akan memberikan elektron kepada fotosensitizer dan siap untuk dieksitasi lagi untuk memulai siklus berikutnya (Akhlus,2007). Proses bagaimana elektron dari dye ke pita konduksi inilah yang diteliti secara komputasi dalam penelitian ini. Proses emisi atau turunnya elektron ke pita konduksi ini dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, dalam penelitian ini sudut pandang yang digunakan adalah melalui pendekatan secara asimetri top. Pendekatan ini didasarkan pada perbedaan level energi pada molekul. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk struktur dari molekul dye itu sendiri. Struktur molekul memiliki harga energi yang berbeda-beda. Dari perbedaan energi inilah yang nantinya akan memberikan kita hasil dalam percobaan ini bagaimana bentuk struktur dye yang optimum, yaitu yang menghasilkan energi terbesar.

METODOLOGI

Penentuan Parameter yang digunakan dalam penelitian

Parameter-parameter yang digunakan dalam prosedur emisi terstimulasi dari aldehid dan propunal pada dye meliputi Koordinat kartesian dua dimensi yang dihitung dari Energi yang dihasilkan (H) , dengan nilai tingkat energi tertentu (Ek(k)) yang dihitung dengan mengguanakan persamaan vibrasi-rotasi spektroskopi pada top asimetri dan parameter-parameter lainnya yang akan dimasukkan kedalam persamaan, seperti konstanta rotasi A dan C, serta bilangan kuantum J.

Simulasi Pembuatan Grafik Konsentrasi vs Laju Reaksi

Persamaan-persamaan laju transfer muatan 4a, 4b dan 5 dihitung untuk memperoleh nilai laju kemudian dibuat grafik dengan konsentrasi zat pewarna tiap-tiap komponen sebagai sumbu-x. Tiap persamaan laju (4a, 4b dan 5) diplot antara kurva laju terhadap konsentrasi dengan variasi potensial semikonduktor yang berbeda. Variasi potensial semikonduktor ini selanjutnya dibandingkan satu sama lain. Pembuatan simulasi grafik ini dibuat menggunakan bahasa program Microsoft Visual Basic 6.0 dengan kode bahasa ditunjukkan pada lampiran B, C dan D.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Simulasi Perhitungan Laju Transfer Muatan

Proses transfer muatan merupakan salah satu proses dari keseluruhan rangkaian proses sel surya pewarna tersensitisasi. Proses ini dapat terjadi dengan atau tanpa pencahayaan. Bila tidak ada cahaya, reaksi hanya berlangsung antara elektrolit dan semikonduktor tanpa adanya pengaruh zat pewarna. Bila ada cahaya, molekul zat pewarna dapat tereksitasi sehingga proses konversi cahaya menjadi energi listrik dapat berjalan dengan lebih baik dan cepat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan laju transfer muatan pada antarmuka zat pewarna Ru-N3 (cis– Ru(SCN)2L2 (L= 2,2’–bipiridil–4,4’–

dikarboksilat) dengan semikonduktor TiO2

dalam pada Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT) dengan variasi potensial semikonduktor -0,05 V; -0,025 V; 0,04 V; dan 0,12 V serta pembuatan simulasi perhitungan laju transfer muatan. Besar nilai laju transfer elektron yang terjadi dapat diketahui dengan mensimulasikan persamaan laju 4a, 4b dan 5. Persamaan tersebut dimasukkan ke dalam bahasa program Microsoft Visual Basic 6.0, kemudian beberapa variabel yang memiliki nilai konstan diikutsertakan sebagai input data awal. Selanjutnya, variabel bergerak seperti potensial semikonduktor dan konsentrasi zat pewarna digunakan sebagai data input pada tampilan program (keluar ketika program dijalankan). Ketika program dijalankan, konsentrasi zat pewarna merupakan variabel bergerak yang besarnya dapat dimasukkan dengan bebas. Sedangkan potensial semikonduktor variasinya telah ditentukan sebelumnya, sehingga hanya perlu memilih salah satu dari keempat potensial yang telah ditentukan tersebut.

Semikonduktor yang digunakan pada penelitian ini adalah semikonduktor TiO2.

TiO2 digunakan karena memiliki area

permukaan yang lebih luas dibanding semikonduktor lain sehingga dapat meningkatkan efisiensi SSPT dan harganya tidak terlalu mahal. Karena TiO2 berwarna

putih (warna putih menyerap ultraviolet tetapi tidak pada visible), maka dibutuhkan sensitisasi oleh molekul zat pewarna yang dapat menyerap pada daerah visible.

Zat pewarna yang menyerap foton dan tereksitasi ke tingkat singlet, tidak semuanya mengalami oksidasi. Ada sebagian yang mengalami relaksasi intersistem ke keadaan triplet. Bahkan, zat pewarna yang mengalami

relaksasi lebih besar dibandingkan dengan zat pewarna yang teroksidasi. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan molekul zat pewarna lebih mudah terelaksasi ke keadaan triplet daripada teroksidasi. Pada keadaan normal, zat pewarna tidak membutuhkan energi untuk terelaksasi ke tingkat triplet. Bahkan, zat pewarna melepaskan sejumlah energi. Berbeda keadaan bila zat pewarna teroksidasi, zat pewarna akan membutuhkan energi yang besar.

Simulasi terakhir adalah menghitung nilai laju transfer muatan reaksi 5 (persamaan 2.40). Molekul zat pewarna yang bereaksi adalah molekul zat pewarna teroksidasi hasil dari reaksi molekul zat pewarna tereksitasi singlet dan triplet. Zat pewarna teroksidasi ( ) memiliki potensial sebesar 0,8 V. Molekul zat pewarna teroksidasi ini akan tereduksi ke keadaan dasar (Dg). Zat Arah

reaksi berlawanan arah terhadap proses transfer muatan pada SSPT.

Rentang konsentrasi zat pewarna untuk tiap keadaan berbeda-beda. Zat pewarna tereksitasi singlet memiliki range 1 x 10-26

(mol/cm3) sampai 40 x 10-26 (mol/cm3).

Sedangkan untuk zat pewarna tereksitasi triplet memiliki range 1 x 10-22(mol/cm3) sampai 40

x 10-22(mol/cm3) dan zat pewarna teroksidasi memiliki range konsentrasi antara 1 x 10-13

(mol/cm3) sampai 40 x 10-13(mol/cm3). Range

konsentrasi tersebut dihitung pada jarak anoda sama dengan nol yang artinya zat pewarna dan semikonduktor tidak memiliki ruang pemisah. Pengamatan terhadap konsentrasi zat pewarna tidak dimulai dari nol karena pada konsentrasi nol zat pewarna diperkirakan belum dikenai cahaya sehingga zat pewarna tidak bisa tereksitasi maupun teroksidasi.

Sebelumnya, nilai parameter kinetik yang digunakan pada perhitungan nilai laju transfer elektron ada yang diperoleh dari percobaan atau jurnal-jurnal terdahulu. Diantaranya adalah konstanta reaksi orde satu

, , , , dan , ; ; dan potensial untuk

komponen zat pewarna ∗ , , dan .

k0 adalah konstanta laju untuk masing-masing

reaksi, sedangkan a adalah rasio area permukaan terhadap volum. Begitu juga dengan variabel konsentrasi yang merupakan variabel bergerak. Nilainya diperoleh dari perhitungan pada jurnal sebelumnya (Penny, 2006).

Kurva Perbandingan Laju Transfer

Muatan dengan Variasi Potensial

(5)

Simulasi kurva perbandingan dibuat dengan memasukkan kurva laju transfer dengan variasi potensial semikonduktor yang berbeda-beda digabung menjadi satu kurva. Hasil perbandingan simulasi laju transfer muatan dengan variasi potensial semikonduktor yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 2; 3 dan 4. Gambar 2 menunjukkan perbandingan laju transfer muatan pada dye tereksitasi singlet ke pita konduksi dari semikonduktor terhadap konsentrasi dye tereksitasi singlet, kemudian Gambar 3 menunjukkan perbandingan laju transfer muatan pada dye tereksitasi triplet ke pita konduksi dari semikonduktor terhadap konsentrasi dye tereksitasi triplet. Sedangkan Gambar 4 menunjukkan perbandingan laju transfer muatan dari pita konduksi ke dye keadaan dasar terhadap konsentrasi dye teroksidasi.

Gambar 2 Kurva perbandingan laju reaksi 4a

Gambar 3 Kurva perbandingan laju reaksi 4b

Gambar 4 Kurva perbandingan laju reaksi 5 Hasil simulasi menunjukkan bahwa laju transfer muatan paling besar untuk laju 4a dan 4b diperoleh pada potensial elektrolit 0,12 V, yaitu 3,4158 x 10-10 (mol/cm2s) pada

konsentrasi zat pewarna tereksitasi singlet 4 x 10-25(mol cm-3) untuk reaksi 4a dan 4,1733 x

10-16(mol/cm2s) pada konsentrasi zat pewarna tereksitasi triplet 4 x 10-21 (mol cm-3) untuk reaksi 4b. Sedangkan laju transfer muatan paling besar untuk laju 5 diperoleh pada potensial elektrolit -0.05 V, yaitu sebesar 1,3794 x 10-10(mol/cm2s) pada konsentrasi zat

pewarna teroksidasi 4 x 10-12(mol cm-3).

Dari data simulasi perhitungan (Tabel 3) menunjukkan bahwa nilai laju transfer muatan reaksi 4a dan 4b akan semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya konsentrasi zat pewarna, baik itu zat pewarna keadaan singlet ataupun triplet. Akan tetapi, apabila potensial semikonduktor semakin kecil (semakin negatif) maka laju transfer muatan akan semakin kecil. Sebaliknya jika potensial semikonduktor semakin besar (semakin positif) maka laju transfer muatan akan semakin besar, bahkan terjadi peningkatan yang signifikan apabila konsentrasi zat pewarna juga meningkat.

Tabel 3 Data perhitungan untuk a) laju 4a, b) laju 4b, dan c) laju 5

(6)

(b)

(c)

Keterangan: 3,1161E-13 = 3,1161 x 10-13

Hasil simulasi laju transfer muatan reaksi 5 juga menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi zat pewarna teroksidasi, c , maka laju transfer muatan juga akan semakin besar. Akan tetapi, potensial semikonduktor berpengaruh sebaliknya terhadap laju transfer muatan. Semakin kecil (semakin negatif) potensial semikonduktor maka laju transfer muatan akan semakin besar. Sebaliknya, semakin besar (semakin positif) potensial semikonduktor maka laju transfer muatan akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena arah reaksi yang terjadi adalah sebaliknya.

Kurva laju transfer muatan untuk setiap reaksi (lampiran F) keseluruhannya membentuk kurva linier yang artinya bahwa reaksi berjalan dengan reaksi orde satu. Secara keseluruhan, pada SSPT transfer muatan yang terjadi di antarmuka zat pewarna-semikonduktor melibatkan proses reaksi oksidasi dan reduksi sehingga akan melepaskan elektron dan elektron ini akan menuju semikonduktor. Oleh semikonduktor, elektron akan dilepaskan menjadi sebuah arus listrik. Beberapa elektron digunakan semikonduktor untuk mereduksi zat pewarna teroksidasi untuk kembali ke keadaan dasar sehingga molekul tersebut dapat digunakan kembali untuk menyerap foton.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan hasil pengamatan

dan pembahasan adalah pada antarmuka zat pewarna Ru-N3 (cis–Ru(SCN)2L2 (L= 2,2’–

bipiridil–4,4’–dikarboksilat) dengan semikonduktor TiO2, laju transfer muatan

reaksi 4a dan 4b akan semakin kecil bila nilai potensial semikonduktor juga semakin kecil. Sedangkan, laju transfer muatan reaksi 5 terjadi sebaliknya, semakin kecil nilai potensial semikonduktor maka laju reaksi menjadi semakin besar. Laju transfer muatan paling besar untuk laju 4a dan 4b diperoleh pada potensial elektrolit 0,12 V, yaitu 3,4158 x 10-10(mol/cm2s) pada konsentrasi zat pewarna

tereksitasi singlet 4 x 10-25 (mol cm-3) untuk reaksi 4a dan 4,1733 x 10-16(mol/cm2s) pada

konsentrasi zat pewarna tereksitasi triplet 4 x 10-21 (mol cm-3) untuk reaksi 4b. Sedangkan

laju transfer muatan paling besar untuk laju 5 diperoleh pada potensial elektrolit -0.05 V, yaitu sebesar 1,3794 x 10-10 (mol/cm2s) pada

konsentrasi zat pewarna teroksidasi 4 x 10-12

(mol cm-3).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah ini. 2. Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M.S.c.

dan Dr.rer.nat. Fredy Kurniawan, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyusunan tugas akhir ini.

3.

Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya naskah ini

.

DAFTAR PUSTAKA

Akhlus, Syafsir, 2007, “Pidato Pengukuhan Guru Besar:Ilmu Fotokimia sebagai Pemadu Energi dan Materi dalam Perspektif Kimia Fisika:Teori dan Aplikasi”, Departemen Pendidikan Nasional, ITS, Surabaya.

Asbury, J. A., Anderson, N. A., Hao, E., Ai, X. & Lian, T., 2003, ”Parameters Affecting Electron Injection Dynamics from Ruthenium Dyes to Titanium Dioxide Nanocrystalline Thin Film”, Journal of Physical

Chemistry B 107, 30:7376-7386.

Atkins, P., 1990, “Physical Chemistry, 4th edition”, Oxford University Press, Oxford.

(7)

Fisher, Adrian, Yunus, Kamran, Gu, Yungfeng, Matthews, 2009, CREST (Centre for Research in Electrochemical Science and Technology)

URL:http://www.cheng.cam.ac.uk/res earch/groups/electrochem/JAVA/elect rochemistry/ELEC/l2html/l2kin.html Fredin, Kristofer, 2007, “Studies of Charge

Transport Processes in Dye Sensitized Solar Cells”, Thesis Ph.D, Kungliga Tekniska Hőgskolan, Swiss.

Grätzel, M., 2004, “Conversion of Sunlight to Electric Power by Nanocrystalline Dye Sensitized Solar Cells”, Journal

of Photochemistry and

Photobiology A: Chemistry

164(1-3): 3-14.

Grätzel, Michael, 2003, “Review Dye Sensitized Solar Cells”, Journal of

Photochemistry and Photobiology C: Photochemistry Reviews 4:

143-145.

Penny, Mellissa, 2006, “Mathematical Modelling of Dye Sensitized Solar Cells”, Queensland University of Technology School of Mathematical Sciences Faculty of Science and Faculty of Built Environment and Engineering Brisbane, Queensland, 4001, Australia.

Penny, Mellissa, Tror Farrell, Colin Please, 2007, “A Mathematical Model for Interfacial Charge Transfer at the Semiconductor-Dye-Electrolyte Interface of A Dye-Sensitized Solar Cells”, Solar Energy Material &

Solar Cells 92 (2008): 11-23.

Woodruff, D. P., 1980, “The Solid-Liquid Interface”, Cambridge University Press, England.

Gambar

Gambar 2 Kurva perbandingan laju reaksi 4a

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini berfungsi sebagai bahan evaluasi dalam menentukan kebijakan berdasarkan kebutuhan masing-masing wilayah per kecamatan atau per kelurahan meliputi Informasi penyebaran

“ Jelas mengangkat kebudayaan sunda, kan seperti yang kita tahu kalau sekarang anak-anak muda jaman sekarang banyak yang kurang mengenali budayaanya sendiri,

Pelanggaran dan penerapan hukum yang dapat diterapkan kepada para pelaku terkait hal tersebut diatur pada Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Oleh karena itu maka, terlepas dari komunitas yang hanya mengambil fashion sebagai gaya hidup, Punk di Salatiga perlu dipahami sebagai perjuangan atau

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Kalimantan Tengah Dalam melaksanakan tugas Dinas Pemberdayaan

SUBDIT PELABUHAN PENYEBERANGAN SUBDIT BIMBINGAN KEPENGUSAHAAN SEKSI TERMINAL BARANG SEKSI TERMINAL PENUMPANG SEKSI PENGAWASAN FASILITAS UPPKB SEKSI RANCANG BANGUN UPPKB

kolaborasi dan sinergi ukm, nilai tambah Zocha dapat menjadi lebih besar dan lebih tinggi di mata pelanggan. Hal tersebut dikarenakan Zocha dapat menciptakan

Pendekatan feminisme digunakan untuk mempermudah penulis dalam meneliti karakter Ravenna yang mencerminkan perempuan yang kuat, bangkit dan berjuang untuk memiliki kedudukan