PERUBAHAN ATAS
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
DINAS KETENAGAKERJAAN
TAHUN 2014-2019
PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
DINAS KETENAGAKERJAAN
Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga perubahan atas Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar Tahun 2014-2019 telah disusun dalam bentuk dokumen.
Perubahan atas Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar merupakan penjabaran dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Perubahan atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar tahun 2014-2019 yang menjadi pedoman seluruh SKPD dalam menyusun Perubahan atas Rencana Strategis (RENSTRA), maka Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar dapat menyelesaikan dokumen Perubahan atas Rencana Strategis (RENSTRA) 2014- 2019.
Dokumen Perubahan atas Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar merupakan uraian pencapaian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran RPJMD Walikota terpilih periode 2014-2019 untuk urusan ketenagakerjaan selama 5 tahun kedepan, sehingga keberhasilan pencapaian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran tersebut secara langsung menjadi tanggung jawab Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar yang diuraikan secara detil dalam matriks Program dan Kegiatan tahunan.
Akhirnya, kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dan membantu penyusunan Perubahan atas Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar Tahun 2014-2019, saya ucapkan terima kasih.
Makassar, 2017 Kepala Dinas Ketenagakerjaan
Drs. A. IRWAN BANGSAWAN, M.Si
Pangkat : Pembina Utama Muda/IV.c
DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK v DAFTAR GAMBAR v BAB I. Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Landasan Hukum 3
1.3 Maksud dan Tujuan 6
1.4 Sistimatika Penulisan 7
BAB II. Gambaran Pelayanan Dinas Ketenagakerjaan 9
2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Dinas Ketenagakerjaan Kota
Makassar 9
2.2 Sumber Daya Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar 25
2.3 Kinerja Pelayanan Dinas Ketenagakerjaan 28
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas
Ketenagakerjaan Kota Makassar 68
BAB III. Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 80
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar 80
3.2 Telahaan Visi, Misi dan Program Walikota dan Wakil
Walikota Makassar Terpilih 96
3.3 Telaahan Renstra Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI dan Renstra Dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Sulawesi Selatan 102
3.4 Telaahan RTRW dan KLHS 109
3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis 110
BAB IV. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dinas
Ketenagakerjaan 115
4.1 Visi dan Misi Dinas Ketenagakerjaan 115
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah 122
4.3 Strategi dan Kebijakan 128
BAB V. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok
Sasaran dan Pendanaan Indikatif 136
Tujuan dan Sasaran RPJMD 155
berdasarkan Tingkat Pendidikan 26 Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar
Berdasarkan Jabatan Struktural dan Fungsional 27
Tabel 2.3 Daftar Sarana dan Prasarana Dinas Ketenagakerjaan 27
Tabel 2.4 Pencapaian Kinerja Pelayananan Dinas Ketenagakerjaan
Kota Makassar Tahun 2015-2016 33
Tabel 2.5 Capaian Kinerja Pelayanan “Jumlah Tenaga Kerja yang
Berkompetensi Spesifik Level Asean” 35
Tabel 2.6 Capaian Kinerja Pelayanan “Jumlah Pencari Kerja yang
Ditempatkan” 42
Tabel 2.7 Keadaan Pasar Kerja Kota Makassar Tahun 2016 43
Tabel 2.8 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Dinas Ketenagakerjaan
Kota Makassar 67
Tabel 2.9 Komparasi Capaian Sasaran Renstra SKPD kota terhadap
Sasaran Renstra SKPD Provinsi dan Renstra K/L 68
Tabel 2.10 Telaah RTRW Kota Makassar terhadap Renstra Dinas
Ketenagakerjaan Kota Makassar 70
Tabel 2.11 Telaah KLHS Kota Makassar terhadap Renstra Dinas
Ketenagakerjaan Kota Makassar 71
Tabel 3.1 Kondisi Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Makassar
Tahun 2013-2015 83
Tabel 3.2 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Dan Fungsi
Dinas Ketenagalerja Kota Makassar 86
Tabel 3.3 Identifikasi Isu-Isu Strategis (Lingkungan Eksternal) 94
Tabel 3.4 Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Dinas
Ketenagakerjaan Terhadap Pencapaian Visi, Misi dan
Program Walikota dan Wakil Walikota Terpilih 100
Tabel 3.5 Skor Kriteria Penentuan Isu-Isu Strategis 111
Tabel 3.6 Nilai Skala Kriteria 112
Tabel 3.7 Rata-Rata Skor Isu-Isu Strategis 113
Tabel 4.1 Penyusunan Penjelasan Visi 117
Tabel 4.2 Perumusan Perwujudan Misi 120
Tabel 4.3 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Dinas
Ketenagakerjaan Kota Makassar 125
Tabel 4.4 Penentuan Altenatif Strategi Pencapaian Indikator Sasaran
Ketenagakerjaan 129
Tabel 4.5 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dinas
Ketenagakerjaan Kota Makassar 133
Tabel 5.1 Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif Dinas Tenaga Kerja Kota
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Besaran Tenaga Kerja yang Mendapatkan Pelatihan Berbasis
Kompetensi 38
Grafik 2.2 Data Penyelesaian PHI/PHK yang terdaftar 51
Grafik 2.3 Data Kenaikan Upah Minimum Kota 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Ketenagakerjaan Kota
Makassar... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dokumen Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja
Kota Makassar Nomor : 560.010/1493/XIII/2014 tanggal 18 Desember
2014, disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2014-2019 Kota Makassar. Tugas dan fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar diarahkan untuk mendukung pencapaian prioritas sasaran pembangunan dalam RPJMD. Selain mengakomodasi prioritas pembangunan yang dimuat dalam RPJMD, dokumen Renstra juga memuat tentang kebijakan Dinas Tenaga Kerja dan target sasaran yang ingin dicapai setiap tahunnya, sebagai acuan untuk perencanaan penganggaran tahunan pada saat penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas Tenaga Kerja.
Dalam perjalanan pelaksanaan program dan kegiatan pada kurun waktu 2014-2016 telah terjadi berbagai perubahan strategis. Terjadinya perubahan kebijakan di bidang ketenagakerjaan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang secara prinsip mengatur eksistensi pengawasan ketenagakerjaan yang ditarik dari sistem desentralisasi ke dekonsentrasi. Pemerintah pusat melimpahkan penyelenggaraan penataan dan pengelolaan Pengawasan Ketenagakerjaan tidak lagi menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten dan kota tetapi menjadi tanggungjawab pemerintah daerah provinsi.
Dengan terbitnya Undang-Undang di atas maka terjadinya perubahan Susunan Perangkat Daerah Kota Makassar sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dimana Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar berganti menjadi Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar.
Dengan terjadinya perubahan kebijakan pengawasan ketenagakerjaan maka terjadinya perubahan struktur organisasi Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Makassar Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Ketenagakerjaan yang berimplikasi pada perubahan nomenklaktur Dinas dan bidang kerja. Dinas Tenaga Kerja berganti nama menjadi Dinas Ketenagakerjaan, Bidang Perencanaan, Perluasan & Penempatan Tenaga Kerja berganti nama menjadi Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, Bidang Pembinaan Pelatihan dan Produktifitas Kerja menjadi Bidang Pelatihan Kerja, Bidang Pembinaan Hubungan Industrial, Syarat-Syarat Kerja dan Kesejahteraan menjadi Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja sedangkan pengelolaan Pengawasan Ketenagakerjaan sudah menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah Provinsi sehingga Bidang Pengawasan dan Perlindungan Ketenagakerjaan digantikan dengan Bidang Informasi Pasar Kerja dan Peningkatan Produktifitas.
Dengan terbitnya Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2015-2019 juga mempengaruhi beberapa kebijakan di bidang ketenagakerjaan
Dengan adanya perubahan kebijakan di internal-eksternal Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar, maka perlu dilakukan review terhadap Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar 2014-2019, sebagai upaya menyesuaikan tuntutan kebutuhan dan mempertajam kembali arah kebijakan, program, kegiatan dan sasaran Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar..
Proses penyusunan review Renstra ini melibatkan seluruh jajaran unit organisasi Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar sehingga penyempurnaannya dapat merupakan representasi dari
seluruh unit di lingkungan Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar sebab dokumen review Renstra ini akan menjadi acuan semua unit jajaran Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar dalam merencanakan program dan kegiatan untuk mewujudkan visi dan misi dalam kurun waktu 2014-2019.
1.2
Landasan Hukum
Dasar hukum yang menjadi landasan RENSTRA ini adalah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959
tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822)
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2003
tentang Pengesahan ILO Convention No, 81 Concerning Labour
Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81
Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan) (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4309);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6);
5. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4445);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
12. Peraturan Pemerintah RI No 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Memperoleh Data dan Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja;
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008
Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan kemudian diubah kembali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
17. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor PER.15/MEN/X/2010 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketenagakerjaan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.04/MEN/IV/2011 dan kemudian di ubah kembali dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 211);
18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Ketenagakerjaan Dan Ketransmigrasian Tahun 2010-2025 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 706);
19. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2015-2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 837);
20. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2006);
21. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Makassar Tahun 2014-2019 (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2014 Nomor 5), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor .... Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Makassar Tahun 2014-2019 (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2017 Nomor ...);
22. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar Tahun 2015-2034 (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2006 Nomor 6 Seri E Nomor 3);
23. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2016 Nomor 8);
24. Peraturan Walikota Makassar Nomor 90 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Ketenagakerjaan
1.3
Maksud dan Tujuan
Penyusunan Review RENSTRA Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar tahun 2014-2019 dimaksudkan adalah sebagai arah pedoman perencanaan pembangunan Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar dalam bidang ketenagakerjaan selama kurun waktu 2014 – 2019 dalam rangka mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan Pemerintah Kota Makassar.
Adapun tujuannya penyusunan Review RENSTRA Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar tahun 2014-2019 ini adalah :
1.Sinkronisasi tujuan, sasaran, program dan kegiatan Dinas
Ketenagakerjaan Kota Makassar dengan Review Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar. 2 Terumuskannya visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan
program serta kegiatan Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar kurun waktu 2014-2019.
3 Menyediakan bahan serta pedoman untuk menyusun Rencana
Kinerja (Rencana Kerja Tahunan) Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar dalam kurun waktu tahun 2014 – 2019 untuk mendukung sebagian tugas pemerintah di bidang ketenagakerjaan.
4 Menyediakan acuan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar beserta seluruh unit kerjanya dalam bidang ketenagakerjaan dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
5 Mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan strategik guna
merumuskan strategi pemecahan masalah yang dihadapi dalam penyusunan dan pelaksanaan perencanaan tenaga kerja.
1.4.
Sistimatika Penulisan
Sistematika penyajian Review RENSTRA Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar Tahun 2014-2019 disusun dengan urutan penyajian sebagai berikut
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang penyusunan Renstra, landasan hukum penyusunan Renstra, maksud dan tujuan penyusunan Renstra dan sistematika penulisan dokumen Renstra
Bab II Gambaran Pelayanan,Tugas dan Fungsi
Memuat tugas, fungsi dan struktur organisasi SKPD; sumber daya yang dimiliki oleh SKPD, kinerja pelayanan
sampai saat ini, tantangan dan peluang pengembangan pelayanan SKPD
Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Bab ini memuat identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan SKPD; telaahan visi, misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah; telaahan Renstra K/L dan telaahan Renstra Provinsi; telaahan dokumen RTRW Kota Makassar dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis; serta penentuan isu-isu strategis di bidang ketenagakerjaan.
Bab IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan
Bab ini berisi visi dan misi SKPD, tujuan dan sasaran jangka menengah SKPD, serta strategi dan kebijakan dalam menjabarkan sasaran jangka menengah SKPD
Bab V Rencana Program dan Kegiatan
Memuat rencana program dan kegiatan SKPD selama 5 (lima) tahun kedepan yang dilengkapi dengan indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif
Bab VI Indikator Kinerja Yang Mengacu Pada Tujuan dan
Sasaran RPJMD
Bab ini memuat indikator kinerja Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar yang terkait langsung atau mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD Kota Makassar.
Bab VII Penutup
Berisi ringkasan singkat dari maksud dan tujuan penyusunan dokumen Renstra Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar, disertai dengan harapan bahwa dokumen ini mampu menjadi pedoman pembangunan 5 (lima) tahun kedepan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar.
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN DINAS
KETENAGAKERJAAN KOTA MAKASSAR
2.1.
Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi Dinas
Ketenagakerjaan Kota Makassar
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah membawa konsekuensi pada perubahan paradigma pemerintahan yang juga berimplikasi pada mekanisme perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Implikasi tersebut antara lain penyerahan sebagian besar kewenangan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah termasuk kewenangan dibidang Ketenagakerjaan yang menjadi urusan wajib dalam pemerintahan dan pembangunan daerah.
Kebijakan tersebut berimplikasi pada pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi tersebut secara struktural mengacu kepada kebijakan Pemerintah Kota Makassar, namun secara fungsional tetap terkoordinasi dengan kebijakan Nasional Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Selatan serta Instansi/Lembaga terkait lainnya.
Fungsi koordinatif ini dimaksudkan agar program penanganan permasalahan ketenagakerjaan di Kota Makassar tetap sejalan dengan program dan kebijakan secara nasional dalam lintas daerah, mengingat penanganan permasalahan ketenagakerjaan tidak mengenal batas wilayah.
Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk dan mengurangi jumlah penduduk miskin. Pembangunan
ketenagakerjaan dilakukan dengan menciptakan dan menerapkan berbagai program pembangunan pada sektor ekonomi, yang berorientasi pada peningkatan keterampilan, perluasan kesempatan kerja melalui investasi dan menciptakan peluang-peluang usaha baru bagi penduduk.
Dalam perjalanan pelaksanaan program dan kegiatan pada kurun waktu 2014-2016 telah terjadi berbagai perubahan strategis. Terjadinya perubahan kebijakan di bidang ketenagakerjaan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang secara prinsip mengatur eksistensi pengawasan ketenagakerjaan yang ditarik dari sistem desentralisasi ke dekonsentrasi. Pemerintah pusat melimpahkan penyelenggaraan penataan dan pengelolaan Pengawasan Ketenagakerjaan tidak lagi menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten dan kota tetapi menjadi tanggungjawab pemerintah daerah provinsi.
Dengan terbitnya Undang-Undang di atas maka terjadinya perubahan Susunan Perangkat Daerah Kota Makassar sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dimana Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar berganti menjadi Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar.
Dengan terjadinya perubahan kebijakan pengawasan ketenagakerjaan maka terjadinya perubahan struktur organisasi Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Makassar Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Ketenagakerjaan yang berimplikasi pada perubahan nomenklaktur Dinas dan bidang kerja. Dinas Tenaga Kerja berganti nama menjadi Dinas Ketenagakerjaan, Bidang Perencanaan, Perluasan & Penempatan Tenaga Kerja berganti nama menjadi Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, Bidang
Pembinaan Pelatihan dan Produktifitas Kerja menjadi Bidang Pelatihan Kerja, Bidang Pembinaan Hubungan Industrial, Syarat-Syarat Kerja dan Kesejahteraan menjadi Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja sedangkan pengelolaan Pengawasan Ketenagakerjaan sudah menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah Provinsi sehingga Bidang Pengawasan dan Perlindungan Ketenagakerjaan sudah tidak relevan.
Sesuai hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dimana Dinas Ketenagakerjaan masuk dalam kategori dinas type A dan dianggap sangat perlunya menciptakan tenaga kerja yang terampil dan berkompeten maka di bentuk bidang baru yaitu Bidang Informasi Pasar Kerja dan Peningkatan Produktifitas.
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Makassar No. 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Makassar, Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan Urusan Pemerintahan bidang tenaga kerja yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah.
Dinas Ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
bidang tenaga kerja;
2. Pelaksanaan kebijakan Urusan Pemerintahan bidang tenaga kerja;
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Urusan Pemerintahan bidang
tenaga kerja;
4. Pelaksanaan administrasi dinas Urusan Pemerintahan bidang
tenaga kerja; dan
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan fungsinya.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud di atas, berdasarkan Peraturan Walikota Makassar nomor 90 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Ketenagakerjaan maka Dinas
Ketenagakerjaan Kota Makassar mempunyai uraian tugas sebagai berikut :
1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang tenaga
kerja;
2. Merumuskan dan melaksanakan visi dan misi dinas;
3. Merumuskan dan mengendalikan pelaksanaan program dan
kegiatan Sekretariat dan BidangPelatihan Kerja, Bidang Informasi Pasar Kerja dan Peningkatan Produktivitas, Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja dan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
4. Merumuskan Rencana Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja
(RENJA), Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA dan Perjanjian Kinerja (PK)dinas;
5. Mengoordinasikan dan mermuskan bahan penyiapan
penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kota dan segala bentuk pelaporan lainnya sesuai bidang tugasnya;
6. Merumuskan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dinas;
7. Merumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar
Pelayanan (SP) dinas;
8. Mengoordinasikan pembinaan dan pengembangan kapasitas
organisasi dan tata laksana;
9. Melaksanakan pelatihan berdasarkanunit kompetensi.
10. Melaksanakan pembinaaan lembaga pelatihan kerja swasta.
11. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap izin dan
pendaftaran lembaga pelatihan kerja.
13. Melaksanakan pengukuran produktivitas tenaga kerja;
14. Melaksanakan pelayanan antar kerja;
15. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap izin
Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta (LPTKS);
16. Pengelolaan informasi pasar kerja;
17. Perlindungan TKI di luar negeri (pra dan purna
penempatan);
18. Penerbitan perpanjangan IMTA;
19. Memfasilitasi pencegahan dan penyelesaian perselisihan
hubungan industrial, mogok kerja dan penutupan perusahaan;
20. Melaksanakan perencanaan dan pengendalian teknis operasional
pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik Daerah yang berada dalam penguasaannya;
21. Melaksanaan tugas pembantuan dari pemerintah Provinsi ke
pemerintah Kota sesuai dengan bidang tugasnya;
22. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
23. Mempelajari, memahami dan melaksanakan ketentuan yang
berlaku berkaitan dengan lingkup tugasnya sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
24. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada pimpinan;
25. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait lainnya sesuai
dengan lingkup tugasnya;
26. Membina, membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan
mengevaluasi hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
27. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada wali kota
melelaui sekretaris Daerah;
28. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh wali
kota.
Sedangkan susunan organisasi Dinas Ketenagakerjaan, terdiri atas :
1.Kepala Dinas;
2.Sekretariat, terdiri atas :
a.Subbagian Perencanaan dan Pelaporan;
b.Subbagian Keuangan;
c. Subbagian Umum dan Kepegawaian.
3. Bidang Pelatihan Kerja, terdiri atas:
a. Seksi Kelembagaan Pelatihan;
b. Seksi Penyelenggaraan Pelatihan;
c. Seksi Sertifikasi Kompetensi.
4. Bidang Informasi Pasar Kerja dan Peningkatan Produktivitas,
terdiri atas :
a. Seksi Informasi Pasar Kerja;
b. Seksi Peningkatan Produktivitas Ketenagakerjaan;
c. Seksi Pemagangan dan Sertifikasi Ketenagakerjaan.
5. Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan
Kerja, terdiri atas :
a. Seksi Penempatan Tenaga Kerja;
b. Seksi Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri;
c. Seksi Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja.
6. Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
terdiri atas
a. Seksi Persyaratan Kerja;
b. Seksi Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
c. Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
Bagan Struktur organisasi Dinas Ketenagakerjaan tercantum
| 15
Gambar 2.1
STRUKTUR ORGANISASI
DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA MAKASSAR
Kepala Dinas
Sekretaris
Kelompok
Jabatan Fungsional Kasubag.
Perencanaan & Pelaporan Kasubag. Umum & Kepegawaian Kasubag. Keuangan Kabid. Penempatan Tenaga Kerja Dan Perluasan Kesempatan
Kasi. Penempatan Tenaga Kerja
Kasi. Pengembangan & Perluasan Kesempatan
Kerja
Kasi. Perlindungan Tenaga Kerja Luar
Negeri
Kabid. Pelatihan Kerja
Kasi. Kelembagaan Pelatihan Kasi Penyelenggaraan Pelatihan Kasi. Sertifikasi Kompetensi
Kabid. Informasi Pasar Kerja & Peningkatan
Produktifitas
Kabid. Hubungan Industrial & Jaminan
Sosial Tenaga Kerja
Kasi Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
Kasi. Persyaratan Kerja
Kasi. Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial Kasi. Pemagangan dan
Sertifikasi Ketenagakerjaan Kasi. Informasi Pasar
Kerja
Kasi Peningkatan Produktifitas
Berdasarkan Peraturan Walikota Makassar No. 90 Tahun 2016 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar, terdiri atas :
1. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pelayanan administrasi kepada semua unit organisasi di lingkungan dinas.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat menyelenggarakan fungsi :
a.Perencanaan operasional urusan perencanaan dan pelaporan,
keuangan, umum dan kepegawaian;
b.Pelaksanaan urusan perencanaan dan pelaporan, keuangan,
umum dan kepegawaian;
c. Pengoordinasian urusan perencanaan dan pelaporan,
keuangan, umum dan kepegawaian;
d.Pengendalian, evaluasi dan pelaporan urusan perencanaan
dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian;
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait
tugas dan fungsinya.
f. tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan
Berdasarkan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Sekretariat mempunyai uraian tugas :
a.merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan
kegiatan Sekretariat;
b.melaksanakan penyusunan kebijakan teknis urusan
perencanaan dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian;
c. mengoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian Perencanaan
dan Pelaporan, Subbagian Keuangan dan Subbagian Umum dan Kepegawaian;
d.menghimpun dan menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Sekretariat;
e. mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan
pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Sekretariat;
f. mengoordinasikan setiap bidang dalam penyusunan Rencana
Strategis (RENSTRA) dan Rencana Kerja (RENJA), Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA dan Perjanjian Kinerja (PK), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dinas;
g. mengoordinasikan setiap bidang dalam penyiapan bahan
penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) kota dan segala bentuk pelaporan lainnya sesuai bidang tugasnya;
h.mengoordinasikan setiap bidang dalam penyusunan Standar
Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan (SP) dinas;
i. mengoordinasikan setiap bidang dalam pembinaan dan
pengembangan kapasitas organisasi dan tata laksana;
j. mengoordinasikan penyelenggaraan urusan ketatausahaan,
administrasi kepegawaian, administrasi keuangan dan aset serta urusan kehumasan, dokumentasi dan protokoler dinas;
k.mengoordinasikan penyelenggaraan urusan ketatausahaan,
administrasi kepegawaian, administrasi keuangan dan aset serta urusan kehumasan, dokumentasi dan protokoler dinas;
l. mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
m. memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
n.melaksanakan pembinaan disiplin aparatur sipil negara di
lingkup dinas;
o.membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi
hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
p.menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan
kepada atasan;
q.melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh
atasan.
2. Bidang Pelatihan Kerja
Bidang Pelatihan Kerja mempunyai tugas melaksanakan pelatihan kerja. Dalam melaksanakan tugas tersebut menyelenggarakan fungsi :
a. perencanaan kegiatan operasional di bidang pelatihan kerja; b. pelaksanaan kegiatan di bidang pelatihan kerja;
c. pengoordinasian pelaksanaan kegiatan di bidang pelatihan
kerja;
d. pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan
di bidang pelatihan kerja;
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait
tugas dan fungsinya
Berdasarkan tugas dan fungsi, Bidang Pelatihan Kerja mempunyai uraian tugas :
a. merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan
kegiatan Bidang Pelatihan Kerja;
b. menghimpun dan menyusun bahan Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Pelatihan Kerja;
c. mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan
pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Pelatihan Kerja;
d. mengkoordinasikan penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi;
e. melaksanakan verifikasi informasi regulasi bidang pelatihan
kerja yang akan disebarluaskan kepada lembaga pelatihan kerja swasta;
f. mengkoordinasikan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia lembaga pelatihan kerja swasta;
g. melaksanakan pengendalian dan pengawasan izin lembaga
pelatihan kerja swasta;
h. melaksanakan pengendalian dan pengawasan tanda daftar
lembaga pelatihan kerja pemerintah dan lembaga pelatihan di perusahaan;
i. mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
j. memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
k. membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi
hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
l. menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan
kepada atasan; melaksanakan
3. Bidang Informasi Pasar Kerja dan Peningkatan Produktifitas
Bidang Informasi Pasar Kerja dan Peningkatan Produktifitas mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi informasi pasar kerja serta peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan sertifikasi serta bimbingan dan pemagangan bagi tenaga kerja.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pelatihan Kerja menyelenggarakan fungsi:
a.perencanaan kegiatan operasional di bidang informasi pasar
b.Pelaksanaan kegiatan di bidang informasi pasar kerja dan peningkatan produktivitas;
c. Pengoordinasian kegiatan di bidang informasi pasar kerja dan
peningkatan produktivitas;
d.Pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
informasi pasar kerja dan peningkatan produktivitas;
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait
tugas dan fungsinya.
Berdasarkan tugas dan fungsi di atas, Bidang Informasi Pasar Kerja dan Peningkatan Produktivitas mempunyai uraian tugas:
a. merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan
kegiatandi Bidang Informasi Pasar Kerja dan Peningkatan Produktivitas;
b. menghimpun dan menyusun bahan Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Informasi Pasar Kerja dan Peningkatan Produktivitas;
c. mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan
pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Informasi Pasar Kerja dan Peningkatan Produktivitas;
d. mengkoordinasikan pelayanan pengelolaan informasi pasar
kerja;
e. menyebarluaskan informasi produktivitas kepada perusahaan
kecil;
f. mengoordinasikan pemberian konsultasi produktivitas
kepada perusahaan kecil;
g. mengoordinasikan pengukuran produktivitas ;
h. mengoordinasikan pemantauan tingkat produktivitas;
i. mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
j. memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
k. membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi
hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
l. menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan
kepada atasan;
m.melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh
atasan.
4. Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja
Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja yang mempunyai tugas melaksanakan dan mengoordinasikan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja.
Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsi :
a.perencanaan kegiatan operasional di bidang penempatan
tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja;
b.pelaksanaan kegiatan di bidang penempatan tenaga kerja dan
perluasan kesempatan kerja;
c. pengoordinasian kegiatan di bidang penempatan tenaga kerja
dan perluasan kesempatan kerja;
d.pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja;
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait
tugas dan fungsinya.
Berdasarkan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud di atas, Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja mempunyai uraian tugas :
a.merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan di Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja;
b.menghimpun dan menyusun bahan Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja;
c. mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan
pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja;
d.mengoordinasikan pemberian dan penyebarluasan informasi
pasar kerja dalam pelayanan antar kerja kepada pencari kerja dan pemberi kerja serta perluasan kesempatan kerja kepada masyarakat;
e. mengoordinasikan penyuluhan dan bimbingan jabatan dalam
pelayanan antar kerja kepada masyarakat;
f. mengoordinasikan perantaraan kerja dalam pelayanan antar
kerja serta perluasan kesempatan kerja kepada masyarakat;
g. melaksanakan pengendalian dan pengawasan izin Lembaga
penempatan tenaga kerja swasta;
h.melaksanakan promosi penyebarluasan informasi
syarat-syarat dan mekanisme bekerja ke luar negeri kepada masyarakat;
i. mengoordinasikan pendaftaran, perekrutan dan seleski calon
TKI;
j. mengoordinasikan pelayanan dan verifikasi kelengkapan
dokumen ketenagakerjaan calon TKI ke luar negeri;
k.mengoordinasikan pelayanan penandatanganan perjanjian
kerja;
l. melaksanakan koordinasi penyelesian permasalahan TKI pra
m. mengoordinasikan pelayanan pemulangan dan kepulangan TKI;
n.melaksanakan pemberdayaan TKI purna;
o.melaksanakan pengendalian dan pengawasan perpanjangan
ijin mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA) dalam wilayah Kota Makassar;
p.mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
q.memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan;
r. membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi
hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
s. menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan
kepada atasan;
t. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh
atasan.
5. Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai tugas melaksanakan pelayanan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja.
Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsi:
a.perencanaan kegiatan operasional di bidang hubungan
industrial dan jaminan sosial tenaga kerja;
b.pelaksanaan kegiatan di bidang hubungan industrial dan
jaminan sosial tenaga kerja;
c. pengoordinasian kegiatan di bidang hubungan industrial dan
jaminan sosial tenaga kerja;
d.pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait tugas dan fungsinya.
Berdasarkan tugas dan fungsi, Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai uraian tugas :
a.merencanakan, menyusun dan melaksanakan program dan
kegiatan di Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
b.menghimpun dan menyusun bahan Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA)/RKPA, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
c. mengoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan
pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/DPPA Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
d.melaksanakan verifikasi peraturan perusahaan dan perjanjian
kerja bersama dengan ruang lingkup operasi dalam wilayah Kota Makassar;
e. memberikan pelayanan pendaftaran perjanjian kerja bersama;
f. mengoordinasikan proses pengesahan dokumen peraturan
perusahaan;
g. mengoordinasikan pelaksanaan deteksi dini terhadap potensi
perselisihan di perusahaan;
h.melaksanakan fasilitasi pembentukan dan pemberdayaan
Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan;
i. mengkoordinasikan pelaksanaan mediasi terhadap potensi dan
mediasi perselisihan di perusahaan, mogok kerja dan penutupan perusahaan;
j. mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
l. membagi tugas, memberi petunjuk, menilai dan mengevaluasi hasil kerja bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
m. menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan/atau
kegiatan kepada atasan;
n.melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh
atasan.
2.2.
Sumber Daya Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar
Di samping faktor eksternal, terdapat pula beberapa faktor internal yang berpengaruh terhadap pelaksanaan peran Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar.
Keberadaan sumber daya Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar, yang meliputi sumber daya manusia (SDM), anggaran, sarana dan prasarana, kelembagaan dan ketatalaksanaan, menjadi faktor penentu keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas dan peran Kemnakertrans dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan strategis.
Seluruh sumber daya tersebut harus dapat dimanfaatkan secara optimal agar pencapaian tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan visi, misi dan tujuannya. Beberapa masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya itu harus segera diatasi agar potensi-potensi yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah satu contoh adalah potensi SDM yang berlatar belakang pendidikan yang sangat memadai.
A. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumberdaya manusia merupakan salah satu unsur penting yang harus dimiliki oleh instansi/badan usaha, karena kinerja para pegawai akan menentukan tingkat kinerja instansi/badan usaha tersebut. Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar, memiliki sumberdaya manusia sebanyak 100 orang,
terdiri atas PNS sebanyak 66 orang dan Kontrak sebanyak 35 orang.
Jumlah Pegawai Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar berdasarkan Tingkat Pendidikan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan L/P Golongan Jml % IV III II I Kntk 1 Pasca Sarjana (S2) L 7 2 - - - 15 17,70 P 4 2 - - - 2 Sarjana (S1) L 3 18 - - 9 56 54,87 P 2 16 - - 8 3 Sarjana Muda L - - 1 - 1 5 7,08 P - 1 2 - - 4 SMU L - - 2 - 10 25 18,58 P - 5 1 - 7 5 SMP L - - - - P - - - - 6 SD L - - - - P - - - - - Jumlah 22 51 7 - 35 101 100
Dilihat dari tabel tersebut di atas, Pegawai Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar sangat menunjang dalam melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya dalam hal Pelayanan Umum Ketenagakerjaan, dimana tingkat pendidikan dengan komposisi terbanyak ditempati oleh golongan III.
Jumlah Pegawai Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar berdasarkan Jabatan Struktural dan Fungsional pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan Struktural dan Fungsional No Jabatan Jumlah Total Laki-Laki Perempuan 1 Esselon II 1 - 1 2 Esselon III 5 - 5 3 Esselon IV 5 9 14 4 Fungsional Pengantar Kerja 1 - 1 5 Fungsional Perantara Hubungan Industrial 7 4 11 Jumlah 19 13 32
B. Sarana dan Prasarana
Perlengkapan kantor merupakan sarana penunjang kinerja pegawai yang cukup penting untuk dipenuhi karena terkait dengan aktivitas dan mobilitas kerja dinas. Saat ini, jumlah perlengkapan Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar masih kurang, hal ini merupakan salah satu kendala yang harus mendapat perhatian serius. Berikut perlengkapan yang mendukung kinerja pegawai :
Tabel 2.3
Daftar Sarana dan Prasarana Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar Tahun 2016
No Uraian Jumlah Keterangan
1 Bangunan Gedung
Kantor
1 Unit Baik
2 Rumah Dinas 1 Unit Cukup Baik
3 Kendaraan Roda
Empat
6 Unit Baik
5 Laptop/Note Book 5 Unit Cukup Baik
6 Komputer 10 Unit Cukup Baik
7 Lemari Arsip 8 Buah Baik
8 Meja + Kursi Rapat 4 Set Baik
9 Televisi 1 Unit Cukup Baik
10 AC 15 Unit Cukup Baik
11 Dispenser 4 Buah Cukup Baik
12 Printer 12 Buah Cukup Baik
13 Kamera 3 Unit Cukup Baik
14 Handycam 3 Unit Cukup Baik
15 Hidran Kebakaran 1 Buah Cukup Baik
16 LCD Proyektor 3 Buah Cukup Baik
17 Mic 20 + Tiang 2 Buah Cukup Baik
18 Brankas 2 Buah Cukup Baik
19 Mesin Ketik 7 Buah Cukup Baik
20 White Board 4 Buah Cukup Baik
21 Peralatan K3 1 Unit Baik
22 Alat Deteksi K3 1 Set Baik
23 Sound System 5 Buah Cukup Baik
24 Tape 1 Buah Cukup Baik
2.3.
Kinerja Pelayanan Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar
Dalam rangka review Rencana Strategis Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar, maka sesuai peran Dinas Ketenagakerjaan untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta terwujudnya
masyarakat yang produktif dan berdaya saing harus bertolak dari kondisi umum ketenagakerjaan di Kota Makassar
Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang kondisi ketenagakerjaan secara umum, dalam gambar 2.2 dapat terlihat bahwa jumlah angkatan kerja pada tahun 2015 di Makassar sejumlah 593.160 orang. Dari total angkatan kerja tersebut, sekitar 87,98% (521.854 orang) adalah penduduk yang bekerja dan sekitar 12,02% ( 71.306 orang) adalah pengangguran.
Dari jumlah penduduk yang bekerja tersebut, sebagian besar pekerja bekerja pada sektor perdagangan (34,68%), sektor jasa kemasyarakatan (29,42%) dan sektor keuangan (9,30%). Menurut
jumlah jam kerja, sekitar 86,36% bekerja ≥35 jam/minggu.
Sedangkan pengangguran didominasi oleh penganggur yang berpendidikan SMTA (64,76%), Universitas (29,74%) dan <SD (2,69%).
| 30
Gambar 2.2
Kondisi Angkatan Kerja Kota Makassar Tahun 2015
ANGKATAN
KERJA
593.160
PENGANGGUR
TERBUKA
71.306 (12,02%)
< SD : 1.918 SMTP : 1.425 SMTA : 46.181 Diploma : 578 Universitas : 21.204ANGKATAN
KERJA
593.160
PARUH WAKTU 56.198 (78,96%) SETENGAH PENGANGGUR 14.977 (21,04%) Pertanian : 5.475 (1,05%) Industri : 42.410 (8,13%) Bangunan : 47,377 (9,08%) Perdagangan : 180,969 (34,68%) Angkutan : 40.249 (7,71%) Keuangan : 48.524 (9,30%) Jasa Kemasy. : 153.552 (29,42%) Lainnya : 3.298 (0,63%) < SD : 87.410 (16,76%) SMTP : 65.998 (12,65%) SMTA : 193.028 (36,99%) Diploma : 27.448 (5,26%) Univ : 147.970 (28,35%)BEKERJA
521.854 (87,98%)
BEKERJA PENUH (>34 jam/mg) 450.679 (86,36%) BEKERJA TIDAK PENUH (<34 jam/mg) 71.175 (13,64%)MASALAH UTAMA
KETENAGAKERJAAN
Berkenaan dengan kondisi ketenagakerjaan umum di atas, telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja yang dilakukan melalui pelatihan berbasis kompetensi. Untuk mendukung pelaksanaan pelatihan maka dilakukan kegiatan pembinaan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dan peningkatan kompetensi instruktur dan tenaga pelatihan. Untuk menjamin kompetensi tenaga kerja dilakukan pemagangan di perusahaan bagi lulusan pelatihan.
Pada bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja terdapat peningkatan fungsi informasi pasar kerja dalam upaya melayani pencari kerja dan pengguna tenaga kerja
melalui aplikasi Info Kerja berbasis android. Dalam penempatan
tenaga kerja dilaksanakan optimalisasi mekanisme antar kerja, penempatan melalui job fair dan pencarian lowongan. Disamping itu, peningkatan perluasan kesempatan kerja dilaksanakan nelalui pemberdayaan masyarakat seperti padat karya, terapan teknologi tepat guna dan kelompok usaha mandiri.
Pada bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah dilakukan upaya antara lain : peningkatan peran serikat buruh/pekerja, lembaga bipartit dalam penciptaan hubungan industrial yang harmonis, peningkatan syarat kerja melalui pelayanan Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), perlindungan pekerja melalui jaminan sosial, pengurangan tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK), pemogokan kerja dan perselisihan hubungan industrial, peningkatan kesejahteraan pekerja melalui kebijakan penetapan upah minimum kota (UMK) yang mengarah pada pencapaian kebutuhan hidup layak (KHL).
Pada Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan telah dilakukan upaya untuk meningkatkan kuantitas perusahaan yang menerapkan norma ketenagakerjaan dan norma kesehatan dan keselamatan kerja (K3), peningkatan kepesertaan jaminan sosial tenaga kerja, penurunan angka kecelakaan kerja dan peningkatan kepatuhan perusahaan terhadap norma ketenagakerjaan. Seiring dengan
berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang secara prinsip mengatur eksistensi pengawasan ketenagakerjaan yang ditarik dari sistem desentralisasi ke dekonsentrasi. Pemerintah pusat melimpahkan penyelenggaraan penataan dan pengelolaan Pengawasan Ketenagakerjaan tidak lagi menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten dan kota tetapi menjadi tanggungjawab pemerintah daerah provinsi. Dengan terbitnya Undang-Undang di atas maka pengawasan ketenagakerjaan bukan lagi menjadi tanggung jawab Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar.
Selain terus menerus dilakukan upaya-upaya secara bertahap, di dalam pembangunan ketenagakerjaan terdapat potensi-potensi yang menguntungkan dan juga masalah yang harus dihadapi dalam upaya tersebut, seperti dalam hal perluasan kesempatan kerja, peningkatan kompetensi dan produktifitas, penciptaan hubungan industrial yang harmonis, peningkatan perlindungan ketenagakerjaan serta peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarga.
Adapun pencapain kinerja Pelayanan Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar selama ± 2 tahun adalah sebagai berikut :
| 33
Tabel 2.4
Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar
Tahun 2015 – 2016
NO INDIKATOR KINERJA TARGET SPM (2016)
TARGET INDIKATOR
LAINNYA
TARGET RENSTRA SKPD TAHUN KE- REALISASI CAPAIAN TAHUN KE-
RASIO CAPAIAN TAHUN
KE-1
(2015) (2016) 2 (2017) 3 (2018) 4 (2019) 5 (2015) 1 (2016) 2 (2019) s/d 5 (2015) 1 (2016) 2 (2019) s/d 5
1 Jumlah tenaga kerja yang berkompetensi spesifik level ASEAN
√ 8.400 9.800 11.200 12.600 14.000 6.544 8.566 77,90% 87,41%
2 % Tenaga Kerja yang Mendapatkan Pelatihan Berbasis Kompetensi
60%
√ 55% 60% 65% 70% 75% 55,66% 60,19% 100,00% 100,32%
3 % tenaga kerja yang mendapatkan latihan kewirausahaan
60%
√ 55% 60% 65% 70% 75% 55,19% 60,57% 100,00% 100,95%
4 Jumlah pencari kerja yang
ditempatkan √ 20.260 22.640 25.020 26.900 29.280 21,124 20.932 100,00% 92,46%
5 % Penempatan Pencari Kerja 40% √ 35% 40% 45% 45% 50% 43,38% 86,62% 100,00% 216,55%
6 Peningkatan Kelompok Usaha
Mandiri √ 10% 20% 10% 20%
7 % perselisihan hubungan
industrial yang diselesaikan √ 100% 100% 100% 100% 100% 86,71% 92,47% 86,71% 92,47%
8 % Penurunan Kasus Perselisihan Hubungan Industrial √ 5% 10% 10% 15% 20% 6,51% 7,59% 130,20% 75,90% 9 Jumlah Peraturan Perusahaan (PP) yang dilaporkan √ 50 70 100 120 150 47 67 94,00% 95,71
| 34
10 % Peningkatan Upah
Minimum Kota (UMK) √ 10% 10% 10% 10% 10% 11,50% 8,25% 115,00% 82,50%
11 % Jumlah perusahaan yang menerapkan standar kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga
kerja/karyawannya √ 60% 65% 70% 75% 80% 60,08% 65,33% 100,00% 100,00% 12 % Pengujian Peralatan di Perusahaan 45% √ 13 % Pemeriksaan Perusahaan 45% √ 40% 45% 50% 55% 60% 40,21% 47,62% 100,00% 105,81% 14 % Kepesertaan Jamsostek Aktif 50% 50%
15 % Jumlah perusahaan yang menerapkan standar kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga
kerja/karyawannya
Analisis capaian kinerja pelayanan Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar adalah sebagai berikut :
1.Jumlah Tenaga Kerja yang Berkompetensi Spesifik Level Asean
“Jumlah tenaga kerja yang berkompetensi spesifik level ASEAN” merupakan indikator kinerja dalam RPJMD Kota Makassar Tahun 2014-2019 yang merupakan tanggung jawab Dinas Ketenagakerjaan. Pada periode tahun 2014-2015, secara umum jumlah tenaga kerja yang berkompetensi spesifik level ASEAN menampakkan trend yang meningkat. Dimana pada tahun 2016 tenaga kerja yang berkompetensi spesifik level ASEAN mengalami peningkatan sebanyak 2.012 atau 30,07% dari tahun 2015. Dimana pada tahun 2016 tercatat sebanyak 8.566 orang dan pada tahun 2015 tercatat sebanyak 6.554 orang.
Akan tetapi apabila di tinjau dari target, selama 2 (dua) tahun pelaksanaan capaiannya masih di bawah 100% yaitu sebesar 83,02% dimana dari target sebesar 18.200 orang terealisasi sebesar 15.110 orang. Tidak tercapainya target program ini disebabkan oleh beberapa lembaga pelatihan kerja di Kota Makassar belum terakreditasi untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan bagi tenaga kerja ber level ASEAN.
Tabel 2.5
Capaian Kinerja Pelayanan “Jumlah Tenaga Kerja yang Berkompetensi Spesifik Level Asean”
D e
Deklarasi blueprint Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang
ditandatangani oleh sepuluh kepala negara di Singapura pada November 2007 menjadi sebuah bukti komitmen yang kuat dari
Indikator Kinerja
Target Realisasi
2015 2016 Jumlah 2015 2016 Jumlah Capai % an Jumlah tenaga kerja yang berkompeten si spesifik level ASEAN 8.400
negara-negara anggota ASEAN untuk memulai sebuah langkah integrasi dari segi ekonomi. Bagi Indonesia, keberadaan MEA menjadi babak awal untuk mengembangkan berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan pasar bebas. MEA menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia: satu sisi menjadi kesempatan yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia kepada negara-negara lain dengan terbuka, tetapi pada sisi yang lain dapat menjadi titik balik untuk Indonesia apabila Indonesia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik.
Permasalahan yang ada dari sisi tenaga kerja pun tidak terlepas dari kualitas yang rendah, seperti tingkat pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Dalam MEA 2015, tenaga kerja sebagai aktor yang penting dalam produksi, perlu menyadari bahwa persaingan pada tingkat regional akan semakin besar dan kompetitif.
Dinas Tenaga Kerja dalam mencapai sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi untuk menghadapi persaingan global terlebih Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) telah melakukan langkah kebijakan yang ditempuh melalui program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja antara lain dengan meningkatkan program pelatihan berbasis kompetensi, menyelenggarakan pelatihan pemagangan, melakukan identifikasi pemagangan sesuai pasar kerja, memfasilitasi lembaga pelatihan kerja dengan meningkatkan profesionalisme tenaga instruktur serta mendesain kurikulum pelatihan berbasis kompetensi.
2.Persentase (%) Tenaga Kerja yang Mendapatkan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Indikator kinerja tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi adalah cerminan kinerja bidang Pembinaan Pelatihan dan Produktifitas Tenaga Kerja. Untuk mendapatkan kompetensi kerja yang memadai, calon tenaga kerja harus dibekali
pelatihan agar dapat bekerja. Pelatihan kerja dimaksudkan untuk memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sebagai bekal untuk bekerja. Keterampilan/kompetensi sangat penting karena mempengaruhi posisi tawar seseorang di pasar kerja, meningkatkan karir, atau mendapatkan gaji sesuai tingkat keterampilan/kompetensi yang dimiliki. Rumusan ini didapat dari pengertian Kompetensi Kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan/keahlian dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan.
Pada tahun 2016 tingkat capaian kinerja sebesar 100,32% realisasi sesuai target yang telah ditetapkan sebesar 60% dengan realisasi sebesar 60,19%. Secara kuantitatif sebanyak 620 orang atau 60,19% dari total pendaftar sebanyak 1.030 orang telah mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi melalui program pelatihan di LPK yang menjadi binaan Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar.
Dari data yang ada menunjukkan bahwa banyak kesempatan kerja pada umumnya belum sesuai dengan
persyaratan kerja (job requirement) yang ditentukan atau
dibutuhkan oleh pasar kerja. Ketidaksesuaian antara kualifikasi kompetensi tenaga kerja dengan persyaratan kerja disebabkan antara lain karena angkatan kerja yang akan memasuki dunia kerja belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan kerja yang memadai dan juga masih minimnya informasi yang diperoleh tentang dunia kerja maupun informasi pasar kerja.
Selain itu pencari kerja juga tidak mendapatkan pembekalan yang memadai untuk memahami kondisi potensi dirinya yang seharusnya dapat menjadi acuan bagi mereka untuk mengenali bakat, minat, kepribadian, potensi serta kekurangan yang dimilikinya. Dengan demikian mereka kurang dapat mengarahkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya
untuk dapat mengisi kesempatan kerja sesuai dengan pekerjaan /jabatan yang diminati.
Adapun perkembangan pelatihan berbasis kompetensi dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.1
Besaran Tenga Kerja yang Mendapatkan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dari tabel di atas, tampak bahwa jumlah penyelenggaraan kegiatan pelatihan berbasis kompetensi melonjak tajam pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan komitmen Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Tenaga Kerja dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya selain itu untuk mendukung Sasaran RPJMD Kota Makassar Tahun 2014-2019.
Untuk mendukung pencapaian indikator kinerja ini, maka di tahun 2016 telah dilakukan kegiatan pelatihan melalui Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja sebagai berikut:
• Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan bagi Pencari Kerja
Produktif dengan jumlah lulusan sebanyak 210 orang
• Pelatihan Peningkatan Produktifitas Kerja dengan jumlah
lulusan sebanyak 105 orang
• Pelatihan Pemagangan Dalam Negeri Berbasis Pengguna dengan
jumlah lulusan sebanyak 200 orang
• Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pelatih/Instruktur LPK
dengan jumlah lulusan sebanyak 105 orang.
2014 2015 2016 Yang Mendapatkan Pelatihan 100 600 620 Pendaftar 449 1,078 1030 ‐ 200 400 600 800 1,000 1,200
Jika dibandingkan dengan capaian tahun lalu maka capaian indikator kinerja utama dari sasaran tersebut adalah sebesar 100,32% atau masih dalam kategori sangat tinggi.
Keberhasilan pencapaian kinerja sasaran yang diukur dengan indikator kinerja utama tersebut didukung oleh beberapa faktor yang mendukung antara lain :
a.Komitmen pimpinan dan jajarannya dalam peningkatan
pelayanan ketenagakerjaan
b.Keselarasan tujuan program dengan kebutuhan dan kebijakan
organisasi;
c. Dukungan anggaran
d.Evaluasi pelatihan, dilakukan setelah pelatihan selesai
dilaksanakan untuk mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan dan pelaksanaan pelatihan.
e. Keberadaan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) binaan Disnaker
f. Melakukan pemantauan akreditasi lembaga pelatihan kerja
(LPK) serta kurikulum pelatihan senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar lebih mengikuti perkembangan IPTEK dan kebutuhan pasar kerja.
g. Melakukan pengembangan SDM pelatihan dengan melakukan
peningkatan profesionalisme tenaga pelatih/instruktur LPK
3.Persentase (%) Tenaga Kerja yang Mendapatkan Pelatihan Kewirausahaan
Pelatihan kewirausahaan adalah pelatihan yang membekali peserta secara bertahap agar memiliki kompetensi kewirausahaan dan bisnis, sehingga mampu menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain sesuai tuntutan pembangunan.
Pada tahun 2016 target untuk indikator ini sebesar 60% dengan tingkat realisasi kinerja sebesar 60,57% dengan tingkat
capaian sebesar 100,95% (sangat tinggi). Dimana dari 510 orang
tenaga kerja yang mendaftar pelatihan, dengan rincian sebagai berikut:
• Pelatihan Pengembangan Kewirausahaan dengan jumlah
lulusan sebanyak 165 orang
• Pelatihan Keterampilan Tenaga Kerja bagi Masyarakat yang
Kurang Mampu dengan jumlah lulusan sebanyak 160 orang
• Pemberian fasilitas dan mendorong pendanaan pelatihan
berbasis masyarakat dengan jumlah lulusan sebanyak 185 orang
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi para penganggur khususnya yang berpendidikan cukup tinggi (minimal SLTA) untuk dapat membuka kesempatan kerja bagi dirinya sendiri dan nantinya juga diharapkan bagi orang lain disekitarnya. Bentuk yang diharapkan adalah dibukanya usaha bersama milik kelompok yang akan menjadi tempat kerja bagi kelompok yang bersangkutan.
Tentu saja pada waktu berikutnya, usaha tersebut akan semakinberkembang atau membuka cabang sehingga benar-benar dapat menjadi empat sandaran mencari nafkah bagi mereka atau warga lain
di sekitarnya.Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan peserta memiliki motivasi untuk kerwirausaha dan mengembangkan usahanya. Untuk menstimulan jiwa kewirausahaan, setelah pelatihan ini peserta memperoleh bantuan peralatanusaha yang mendukung usaha pengolahan makanan kecil, dan diharapkan dapat tumbuh wirausaha-wirausaha baru, khususnya di Kota Makassar.
Keberhasilan pencapaian kinerja sasaran yang diukur dengan indikator kinerja utama tersebut didukung oleh :
a.Keselarasan tujuan program dengan kebutuhan dan kebijakan
b.Komitmen pimpinan dan jajarannya dalam peningkatan pelayanan ketenagakerjaan
c. Ketersediaan dukungan anggaran
d.Evaluasi pelatihan, dilakukan setelah pelatihan selesai
dilaksanakan untuk mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan dan pelaksanaan pelatihan.
e. Sosialisasi kegiatan Dinas Tenaga Kerja melalui media cetak
Upeks yang diterbitkan tiap hari.
Untuk meningkatkan kinerja sasaran yang diukur dengan indikator kinerja utama tersebut pada tahun berikutnya, Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar akan melakukan pendampingan bagi para peserta yang telah mengikuti pelatihan dan telah tumbuh kecakapan sertra ketrampilan akan ditumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan untuk membuka wawasan guna menciptakan unit bisnis baru.
Jika dibandingkan realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu, maka capaian indikator kinerja utama ini sebesar 100,95% atau kategori sangat tinggi.
Jika dibandingkan dengan target Rencana Strategis 2014 -2019 Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar, maka capaian rata-rata 2 (dua) indikator kinerja utama dari sasaran tersebut adalah sebesar 80,51% atau masih dalam kategori tinggi.
4.Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan
Capaian kinerja “Jumlah pencari kerja yang
ditempatkan” pada tahun 2016 sebesar 92,46% dari jumlah target yaitu sebanyak 22.640 orang terealisasi sebanyak 20.932 pencari kerja yang ditempatkan. Pencapaian indikator ini merupakan peningkatan upaya yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar melalui kegiatan rutin yang telah dilakukan seperti pencarian lowongan kerja, Bursa Kerja/Job Fair yang bekerja sama dengan perusahaan yang berada di Makassar, Bursa Kerja On-Line (BKOL) dan kegiatan rutin lainnya. Selain itu pada
tahun 2016 Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar pada tanggal 20
Oktober 2016 baru saja melaunching Perdana Aplikasi Info Kerja
Makassar Online Berbasis Android (https://play.google.com/
store/apps/details) bekerja sama dengan Digital Nusantara Studio membuat dan mengembangkan aplikasi Info Kerja Berbasis
Android. Dari segi manfaat dengan adanya aplikasi ini
memudahkan masyarakat khususnya pencari kerja untuk dapat melihat lowongan pekerjaan sesuai pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Bagi perusahaan atau pemberi kerja dapat menemukan tenaga kerja sesuai spesifikasi yang diinginkan. Selain itu aplikasi ini juga memudahkan bagi Dinas Tenaga Kerja
dalam mengupdate informasi tenaga kerja secara Update, Cepat
dan Tepat. Selain itu Dinas Tenaga Kerja juga melakukan program yang disebut dengan lorong bebas pengangguran. Lorong bebas pengangguran merupakan program yang bersinergi dengan program kota Makassar yakni membangun kota Makassar melalui lorong dengan mendata jumlah pengangguran yang terdapat di lorong melalui kordinasi antar kecamatan, lurah, hingga ke RW dan RT.
Tabel 2.6
Capaian Kinerja Pelayanan “Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan”
5.Persentase (%) Penempatan Pencari Kerja
Target indikator % penempatan tenaga kerja pada tahun 2016 ditetapkan sebesar 40% dan direalisasikan sebesar 86,62% atau dengan capaian sebesar 216,55%. Dimana dari 5.703 pencari kerja yang berhasil ditempatkan sebanyak 4.940 orang.
Indikator Kinerja
Target Realisasi
2015 2016 Jumlah 2015 2016 Jumlah % Capai an
Jumlah pencari kerja yang
ditempatkan
20.260