• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.5 Prosedur pembuatan sistem informasi identifikasi ikan

4.1.2 Kondisi umum PPP Labuan

4▼◆ ❖P ◗ ❘l

4.1.1 Kondisi perairan Banten

Melalui Undang-undang Nomor 23 tahun 2000, status Karesidenan Banten Provinsi Jawa Barat berubah menjadi Provinsi Banten. Posisi Geografis Provinsi Banten berada antara 5o7'50" 7o1'11" LS dan 105o1'11" 106o'7 12" BT, dengan luas wilayah 9.160,70 Km2. Wilayah terluas adalah Kabupaten Pandeglang dengan luas 3.746,90 Km2dan wilayah terkecil adalah Kota Tangerang dengan luas 164,21 Km2. Di bagian Utara, wilayah Provinsi Banten berbatasan dengan Laut Jawa. Batas sebelah Barat adalah Selat Sunda, sebelah Timur adalah Samudera Hindia dan batas sebelah Timur adalah Provinsi Jawa Barat. Oleh karena dikelilingi oleh laut, maka Provinsi Banten memiliki sumber daya laut yang potensial. Salah satunya yaitu berada di daerah Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten (Fadlian 2010).

Secara administrasi, Labuan merupakan salah satu kota kecamatan di Kabupaten Pandeglang yang di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serang, ditimur dengan Kecamatan Jiput, di sebelah selatan dengan Kecamatan Pagelaran dan di sebelah barat berbatasan langsung dengan selat Sunda. Selain wisata pantai, Labuan juga dikenal dengan kegiatan perikanannya, bahkan sebagai sentra bagi kegiatan perikanan laut di pesisir barat Provinsi Banten. Dengan ditetapkannya Labuan sebagai sentra perikanan laut perlu dibangun sarana penunjang untuk kegiatan perikanan seperti zona pelabuhan yang terdiri dermaga, TPI, depot es dan SPBM. Zona bisnis dan usaha terdiri atas pusat bisnis, restoran, perbankan dan perkantoran. Zona permukiman terdiri fasilitas umum, sosial dan utilias umum (Fadlian 2010).

4.1.2 Kondisi umum PPP Labuan

PPP Labuan secara administratif terletak di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang. PPP Labuan memilik batas administratif, di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Labuan dan Desa Cigondang, sebelah utara berbatasan dengan Desa Caringin dan sebelah timur

berbatasan dengan Desa Banyumekar (Kartika 2007in Wulandari 2012). Posisi PPP Labuan berada pada wilayah perairan Selat Sunda yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia 1 (ALKI-1). Lokasi PPP Labuan berada pada titik koordinat 06°24 30 LS dan 105°49 15 BT (Irhamni 2009in Wulandari 2012).

PPP Labuan terdiri dari PPP 1 dan PPI 3 yang berada di muara sungai Cipunteun, serta PPP 2 berada di tepi pantai terbuka. Jenis kapal motor yang dioperasikan di PPP 1 dan PPP 3 berukuran 0-5 GT dan 5-10 GT yang merupakan pelabuhan bagi armada kapal obor, rampus, dan cantrang, sementara kapal motor yang dioperasikan di PPP 2 berukuran lebih dari 10 GT karena merupakan pelabuhan bagi armada kapal❙ ❚❯ ❱ ❲❱ ❲i❳ ❲ (Wulandari 2012).

Nelayan Labuan biasa melakukan operasi penangkapan sepanjang tahun baik musim barat maupun musim peralihan. Kondisi daerah penangkapan yang terhalang oleh pulau-pulau kecil (contohnya Pulau Rakata) membantu nelayan melakukan operasi penangkapan karena terlindung dari pengaruh gelombang (Kartika 2007 in

Wulandari 2012). Pada tahun 2008, jumlah nelayan terbanyak di PPP Labuan adalah 2284 atau sekitar 42.68% dari total keseluruhan jumlah nelayan di Kabupaten Pandeglang (Irhamni 2009in Wulandari 2012).

4❨❩ ❨❬ ❭❪ ❫❴❵❛❜ ❝❜u ❞❡❜❢❣❜❢❤ ❤❞w Priacanthus tayenus a. Klasifikasi ikan swanggi

Menurut Richardson (1846) taksonomi ikan swanggi (Gambar 3) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Perciformes Famili : Priacanthidae Genus :✐❯❥❦ ❧❦❳♠hus Spesies :✐❯❥❦ ❧❦❳♠hus t❦♥ ❲nus

Nama FAO :✐❚❯❙ ♦ ❲-spotted bigeye

Gambar 3. Ikan Swanggi (♣q rst s✉✈hus ts✇①nus )

b. Karakter biologi

Ikan Swanggi memiliki badan agak tinggi, agak memanjang, dan tipis secara lateral. Profil anterior sedikit asimetrik, ujung rahang bawah biasanya sedikit di atas tingkat garis tengah yang menonjol tubuh. Gigi kecil terdapat pada dentaries, vomer, palatines, dan premaxillaries. Spesies yang lebih kecil kemungkinan memiliki panjang total maksimum 29 cm (FAO 1999).

Tulang belakang pada sudut preoperkulum berkembang dengan baik. Jumlah tulang saring insang pada lengkung insang pertama 21 sampai 24. Duri sirip punggung dengan X dan 11 sampai 13 jari lemah. Duri sirip dengan III dan 12-14 jari lemah. Sirip ekor tr②✉t s✈ ① biasanya terdapat pada spesimen yang lebih kecil, tetapi menjadi②✉s✈ ①l pada beberapa (mungkin jantan) tapi tidak semua terdapat pada spesimen lebih besar. Jari sirip dada 17-19. Sisik-sisik menutupi terutama bagian badan, kepala, dan dasar sirip kaudal (FAO 1999).

Sisik-sisik termodifikasi, sisik-sisik pada bagian tengah lateral dengan bagian posterior atas hilang dan sedikit duri kecil pada spesimen yang lebih besar. Sisik-sisik pada seri lateral 56 sampai 73, sisik-sisik linear lateralis berpori 51 sampai 67. Sisik pada baris vertikal (dari awal sirip dorsal sampai anus) 40 sampai 50. ③ ④im⑤ ⑥s⑦⑦①r dengan penampang anterior dan posterior, bentuk terkait dengan

lubang yang termodifikasi dalam tengkorak. Warna tubuh, kepala, dan iris mata adalah merah muda kemerah-merahan atau putih keperak-perakan dengan merah muda kebiruan, sirip berwarna kemerah mudaan, sirip perut mempunyai karakteristik bintik kecil ungu kehitam-hitaman dalam membran dengan 1 atau 2 titik lebih besar di dekat perut (FAO 1999).

c. Distribusi

Ikan swanggi tinggal di perairan pantai di antara bebatuan karang dan terkadang di area yang lebih terbuka pada kedalaman kurang lebih 20 sampai 200 m. Kumpulan ikan dewasa sering tertangkap oleh perikanan trawl pada waktu yang sama dan relatif secara berkala di Laut Cina Selatan dan Andaman. Distribusi ikan ini meliputi wilayah pesisir utara Samudera Hindia dari Teluk Persia bagian Timur dan wilayah Pasifik Barat dari Australia bagian Utara dan Pulau Solomon bagian utara sampai Provinsi Taiwan di China (FAO 1999).

d. Alat tangkap

Salah satu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan swanggi adalah cantrang. Cantrang dapat diklasifikasikan menurut cara pengoperasiannya, bentuk konstruksi serta fungsinya, mempunyai banyak kemiripan dengan pukat harimau. Pengoperasiannya dilakukan dengan melingkarkan tali slambar dan jaring pada dasaran yang dituju. Cantrang terdiri dari (1) kantong (⑧⑨ ⑩❶❷ ⑩); bagian tempat berkumpulnya hasil tangkapan yang pada ujungnya diikat dengan tali hasil tangkapan tidak lolos. (2) Badan; bagian terbesar dari jaring yang terletak diantara kantong dan kaki jaring, terdiri dari bagian kecil kecil dengan ukuran mata jaring yang berbeda beda. (3) Kaki (sayap); terbentang dari badan hingga slambar yang berguna sebagai penghalang ikan masuk ke dalam kantong. (4) Mulut; pada bagian atas jaring relatif sama panjang dengan bagian bawah. Alat tangkap cantrang dioperasikan dengan kapal berukuran 8,5 11 m x 1,5 2,5 m x 1 1,5 m dengan kekuatan mesin 18 27 PK (Budiman 2006in Wulandari 2012).

e. Reproduksi

Pola pertumbuhan ikan swanggi yang berada di perairan Selat Sunda bersifat allometrik negatif, yang artinya pertumbuhan panjang lebih dominan daripada

bulannya. Ikan swanggi betina memiliki kisaran faktor kondisi 0.8684-1.1442 dan ikan swanggi jantan berkisar pada 0.7150-1.2395. Berdasarkan rasio kelamin didapat hasil yang tidak ideal dengan perbandingan 1:1.052 yang artinya ikan betina lebih dominan tertangkap dibandingkan ikan swanggi jantan. Musim pemijahan ikan swanggi terjadi hampir setiap bulan yaitu Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan Oktober. Ukuran ikan swanggi betina dan jantan matang gonad pertama kali adalah sama yaitu terdapat pada selang ukuran panjang 124-142 mm. Sedangkan berdasarkan analisis teoritis ukuran matang gonad ikan swanggi betina berukuran 211 mm dan ikan swanggi jantan 268 mm. Fekunditas berkisar pada 10678-835805 butir. Pemijahan ikan swanggi secara sebagian atau bertahap (Ballerena 2012).

Ikan swanggi (❸❹ t❺❻ ❼nus ) di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan memiliki 3 kelompok umur dan panjang ikan tersebar antara 100 292 mm. Ikan ini memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif dengan nilai b sebesar 3,3525. Nilai parameter pertumbuhan model von Bertalanffy (K, L , t0) berturut-turut adalah 346,40; 0,17 dan 0,52. Berdasarkan analisis mortalitas dan model poduksi surplus didapat nilai mortalitas total (Z) 0,39; mortalitas alami (M) 0,23; mortalitas penangkapan (F) 0,16; eksploitasi (E) 0,42. Upaya penangkapan optimum (Fmsy) sebesar 587 trip penangkapan per tahun dengan jumlah tangkapan maksimum lestari (MSY) sebesar 17.200,86 kg ikan/tahun dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (TAC) sebesar 13.760,69 kg ikan /tahun. (Adilaviana 2012).

f. Kebiasaan makanan

Berdasarkan hasil analisis isi perut ikan swanggi menunjukkan bahwa udang-udangan merupakan makanan utama, ikan merupakan makanan sekunder atau pelengkap, dan rajungan, crustacea lain, gastropoda, chepalopod serta bivalvia merupakan makanan insidental atau tambahan dari ikan swanggi. Ikan swanggi jantan memiliki luas relung makanan yang lebih besar daripada ikan swanggi betina dan ikan berukuran besar memiliki luas relung makanan yang lebih besar daripada ikan berukuran kecil. Nilai tumpang tindih relung makanan menunjukkan bahwa semakin jauh perbedaan ukuran panjang tubuh ikan swanggi maka tumpang tindih makanannya akan semakin kecil (Rifai 2012).

g. Bioekonomi

Musim penangkapan ikan swanggi pada periode 2001-2007 terdapat pada awal musim peralihan I, awal dan akhir musim timur, awal musim peraihan II, dan akhir musim barat. Sedangkan pada periode 2010-2011 terdapat pada pertengahan hingga akhir musim peralihan I, awal musim timur, akhir musim peralihan II, dan awal musim barat. Daerah penangkapan ikan swanggi di Selat Sunda pada musim timur yaitu Carita, perjalanan menuju Sumur, dan 15-35 km ke arah P. Rakata. Pada musim peralihan II dan musim barat nelayan lebih banyak melakukan penangkapan di Teluk Labuan, Tg. Lesung, Sumur, dan P. Panaitan. Nilai parameter stok ikan swanggi (K, q, dan r) masing-masing sebesar 177311 kg/tahun, 0.02 kg/trip, dan 2.15 kg/tahun. Status pemanfaatan ikan swanggi di Selat Sunda sudah mengalami

❽ ❾ologi❿➀➁ ovginrfish dan onomi ovrfishing (Wulandari 2012). h. Kondisi perikanan ikan swanggi di PPP Labuan

PPP Labuan sebagai pelabuhan perikanan pantai terbesar di Kabupaten Pandeglang, disediakan pemerintah kepada masyarakat nelayan di sekitar Pandeglang untuk melakukan transaksi kegiatan perikanan. Ikan swanggi merupakan hasil tangkapan dominan kelima di Labuan (8.25%) setelah ikan kue (24.70%), kurisi (23.43%), kuniran (23.04%), dan kapasan (13.70%) (Gambar 4).

Gambar 4. Komposisi hasil tangkap ikan demersal kecil di Labuan Sumber: Wulandari 2012 (olah data harian PPP Labuan tahun 2011)

Jenis ikan swanggi yang tertangkap adalah hus t Daerah penangkapan ikan swanggi meliputi pulau-pulau kecil (P. Liwungan, P. Sebesi, P.

g. Bioekonomi

Musim penangkapan ikan swanggi pada periode 2001-2007 terdapat pada awal musim peralihan I, awal dan akhir musim timur, awal musim peraihan II, dan akhir musim barat. Sedangkan pada periode 2010-2011 terdapat pada pertengahan hingga akhir musim peralihan I, awal musim timur, akhir musim peralihan II, dan awal musim barat. Daerah penangkapan ikan swanggi di Selat Sunda pada musim timur yaitu Carita, perjalanan menuju Sumur, dan 15-35 km ke arah P. Rakata. Pada musim peralihan II dan musim barat nelayan lebih banyak melakukan penangkapan di Teluk Labuan, Tg. Lesung, Sumur, dan P. Panaitan. Nilai parameter stok ikan swanggi (K, q, dan r) masing-masing sebesar 177311 kg/tahun, 0.02 kg/trip, dan 2.15 kg/tahun. Status pemanfaatan ikan swanggi di Selat Sunda sudah mengalami

o lo g

i ovrfishing dan➂ ❿❿➀➁imono ovrfishing (Wulandari 2012).

h. Kondisi perikanan ikan swanggi di PPP Labuan

PPP Labuan sebagai pelabuhan perikanan pantai terbesar di Kabupaten Pandeglang, disediakan pemerintah kepada masyarakat nelayan di sekitar Pandeglang untuk melakukan transaksi kegiatan perikanan. Ikan swanggi merupakan hasil tangkapan dominan kelima di Labuan (8.25%) setelah ikan kue (24.70%), kurisi (23.43%), kuniran (23.04%), dan kapasan (13.70%) (Gambar 4).

Gambar 4. Komposisi hasil tangkap ikan demersal kecil di Labuan Sumber: Wulandari 2012 (olah data harian PPP Labuan tahun 2011)

Jenis ikan swanggi yang tertangkap adalah ➃➄❾➀ ❿➀➅➆hus t➀➇ Daerah penangkapan ikan swanggi meliputi pulau-pulau kecil (P. Liwungan, P. Sebesi, P.

24.70% 23.43% 23.04% 13.70% 8.25% 6.89% Kue Kurisi Kuniran Kapasan Swanggi Jolod g. Bioekonomi

Musim penangkapan ikan swanggi pada periode 2001-2007 terdapat pada awal musim peralihan I, awal dan akhir musim timur, awal musim peraihan II, dan akhir musim barat. Sedangkan pada periode 2010-2011 terdapat pada pertengahan hingga akhir musim peralihan I, awal musim timur, akhir musim peralihan II, dan awal musim barat. Daerah penangkapan ikan swanggi di Selat Sunda pada musim timur yaitu Carita, perjalanan menuju Sumur, dan 15-35 km ke arah P. Rakata. Pada musim peralihan II dan musim barat nelayan lebih banyak melakukan penangkapan di Teluk Labuan, Tg. Lesung, Sumur, dan P. Panaitan. Nilai parameter stok ikan swanggi (K, q, dan r) masing-masing sebesar 177311 kg/tahun, 0.02 kg/trip, dan 2.15 kg/tahun. Status pemanfaatan ikan swanggi di Selat Sunda sudah mengalami

o lo g

i ovrfishing dan onomi ovrfishing (Wulandari 2012).

h. Kondisi perikanan ikan swanggi di PPP Labuan

PPP Labuan sebagai pelabuhan perikanan pantai terbesar di Kabupaten Pandeglang, disediakan pemerintah kepada masyarakat nelayan di sekitar Pandeglang untuk melakukan transaksi kegiatan perikanan. Ikan swanggi merupakan hasil tangkapan dominan kelima di Labuan (8.25%) setelah ikan kue (24.70%), kurisi (23.43%), kuniran (23.04%), dan kapasan (13.70%) (Gambar 4).

Gambar 4. Komposisi hasil tangkap ikan demersal kecil di Labuan Sumber: Wulandari 2012 (olah data harian PPP Labuan tahun 2011)

Jenis ikan swanggi yang tertangkap adalah hus t ➂➅➈ ➉➊ Daerah penangkapan ikan swanggi meliputi pulau-pulau kecil (P. Liwungan, P. Sebesi, P.

35 km arah Barat Laut dari Labuan dengan waktu tempuh 2-3 jam. Penangkapan ikan swanggi menggunakan alat tangkap jaring cantrang yang dioperasikan dengan menggunakan kapal motor berukuran 6-24 GT dan alat tangkap jaring rampus yang dioperasikan dengan menggunakan kapal motor berukuran 2-6 GT. Jenis tangkapan yang dihasilkan alat tangkap tersebut diantaranya ikan swanggi, pepetek, kurisi, kuniran, kapasan (Wulandari 2012).

4➋➌ ➋➍ ➎➏➐➑➏ ➒➓➔➐ ➑➔➐→ ➣→↔➏ ➒

Sistem informasi perikanan yang telah dibangun merupakan aplikasi perangkat lunak dengan basis sistem operasi m↕ ➙➛l ➜ ➙➝ ➛w t dengan menggunakan bahasa pemograman y➟➜rtxt ➠➡➜pro➢➜ssor (PHP), ➤➥ ➦➥➙➥ ➝➜ ➝➜➜rvr y➨➩➫ dengan tools ➠ ➞➠➧y➭➤➯in . Tahap dalam pengembangan sistem informasi sumberdaya perikanan mengacu pada The Waterfall Model menurut Mulyanto (2008) yaitu terdiri dari tahap investigasi, tahap analisa kebutuhan, tahap perancangan, tahap implementasi dan uji coba, serta tahap perawatan.

➌➋ ➲➔➳➔➵➣➐➸➏ →↔ ➣➑➔ → ➣

Pada tahap ini dilakukan untuk menentukan apakah terjadi suatu masalah atau adakah peluang suatu sistem informasi dikembangkan. Studi kelayakan perlu dilakukan untuk menentukan apakah sistem informasi yang akan dikembangkan merupakan solusi yang layak (Mulyanto 2008). Tahap ini juga mengidentifikasi sistem yang telah ada dan sistem baru yang akan dikembangkan. Sistem yang telah ada adalah sistem identifikasi ikan yang masih menggunakan buku identifikasi dan buku informasi sumberdaya ikan, dan sistem yang akan dikembangkan adalah terkomputerisasi serta berbasismobile web.

➺➋ ➲➔➳➔➵➔➐➔lisa kebutuhan

Sistem ini bertujuan untuk menampilkan langkah-langkah identifikasi ikan serta menampilkan informasi deskripsi ikan, kondisi perairan pengambilan contoh, aspek pengkajian stok ikan, aspek reproduksi, aspek kebiasaan makanan, dan aspek bioekonomi. Data yang dibutuhkan berasal dari data hasil penelitian ikan di Banten, data identifikasi ikan diperoleh dari buku FAO (Food and Agriculture Organization)

ikan-ikan laut ekonomis penting di Indonesia oleh Peristiwady (2006). Analisa kebutuhan dari aplikasi Sistem Informasi Sumberdaya Perikanan ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisa kebutuhan Sistem Informasi Sumberdaya Perikanan (FISH)

➻➼➽➾ ➚➪utu ➶➼➪ ➹➹➪ ➚u (user)

Identifikasi Ikan

Langkah-langkah identifikasi suku

Langkah-langkah identifikasi spesies

Spesies ikan

Istilah umum

Istilah teknis

➻➼➽➾ ➚➪utu ➶➼➪ ➹➹➪ ➚u (user)

Informasi Ikan

Informasi deskripsi ikan

Infomasi aspek pengkajian stok ikan

Informasi aspek reproduksi

Informasi aspek kebiasaan makanan

Informasi aspek bioekonomi

Informasi studi pustaka

Analisis langkah-langkah identifikasi famili diperlukan untuk mendapatkan jenis famili ikan yang akan diidentifikasi. Analisis langkah-langkah identifikasi spesies diperlukan untuk mendapatkan spesies ikan. Setelah pengguna mengetahui jenis ikan yang telah diidentifikasi maka pengguna dapat mencari informasi selanjutnya yang telah disediakan dalam aplikasi Sistem Informasi Sumberdaya Perikanan pada menu informasi umum. Kebutuhan informasi akan morfologi, meristik, habitat, distribusi, alat tangkap, aspek pengkajian stok ikan, aspek reproduksi, aspek kebiasaan makanan dan aspek bioekonomi, kondisi perairan, dan kondisi perikanan dari ikan telah disediakan pada aplikasi ini. Komponen-komponen dalam sistem informasi identifikasi ikan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing pelaku sistem terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan masing-masing pelaku sistem yang berkaitan dengan Sistem Informasi Sumberdaya Perikanan.

➶➼laku Sistem Kebutuhan Pelaku Sistem

User

Dinas Perikanan

Mempermudahkan penyimpanan dan menampilkan data

Pengambilan keputusan Pengguna data dan informasi

(akademisi, peneliti atau pemerintah)

Kemudahan memperoleh data dan informasi sesuai dengan kebutuhan

3. Tahap perancangan sistem

Dokumen terkait