• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Mikrokontroler Atmega8535

2.2.3 Konfigurasi PIN ATMega8535 6

Konfigurasi pin ATMega8535 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Dari gambar diatas dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin ATMega8535, sebagai berikut:

1. VCC merupakan PIN yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya 2. GND merupakan Pin Ground

3. Port A (PA0...PA7) merupakan pin I/O dan pin masukan ADC. Setiap pinnya menyediakan internal pull up resistor yang dapat diatur per bit. Outputnya dapat menyalakan LED secara langsung.

4. Port B (PB0...PB7) merupakan pin I/O dan pin yang mempunyai fungsi khusus yaitu Timer/Counter, komparator Analog dan SPI

5. Port C (PC0...PC7) merupakan port I/O dan pin yang mempunyai fungsi khusus, yaitu komparator analog dan Timer Oscillator

6. Port D (PD0...PD1) merupakan port I/O dan pin fungsi khusus yaitu komparator analog dan interrupt eksternal serta komunikasi serial

7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler 8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal

9. AVCC merupakan pin masukan untuk tegangan ADC

10.AREF merupakan pin masukan tegangan referensi untuk ADC

2.3 SHT11 Module

SHT11 Module merupakan modul sensor suhu dan kelembaban relatif yang berbasis sensor SHT11 dari Sensirion. Modul ini dapat digunakan sebagai alat pengindra suhu dan kelembaban dalam aplikasi pengendali suhu dan kelembaban ruangan maupun aplikasi pemantau suhu dan kelembaban relatif ruangan.

Spesifikasi dari SHT11 ini adalah sebagai berikut:

1. Berbasis sensor suhu dan kelembaban relatif Sensirion SHT11.

2. Mengukur suhu dari -400C hingga +123,80C, atau dari -400F hingga +254,90F dan kelembaban relatif dari 0%RH hingga 1%RH.

3. Memiliki ketetapan (akurasi) pengukuran suhu hingga ±0,50C pada suhu 250C dan ketepatan (akurasi) pengukuran kelembaban relatif hingga

±3,5%RH .

4. Memiliki atarmuka serial synchronous 2-wire, bukan I2C.

5. Jalur antarmuka telah dilengkapi dengan rangkaian pencegah kondisi sensor lock-up.

6. Membutuhkan catu daya +5V DC dengan konsumsi daya rendah30 µW.

7. Modul ini memiliki faktor bentuk 8 pin DIP 0,6" sehingga memudahkan pemasangannya.

Gambar 2.3 SHT11

2.3.1 Konversi Keluaran Sensor

Sensor yang digunakan dalam sistem kelembaban dan temperatur adalah sebuah single chip multisensor yang berfungsi sebagai sensor kelembaban dan temperature yang telah terkalibrasi sempurna. Sistem berdasarkan prinsip kelembaban kapasitif dan semikonduktor. Gambar 2.4 adalah data digital yang dikeluarkan oleh sensor terhadap nilai kelembaban.

Akibat dari kompensasi ketidaklinieran nilai data keluaran terhadap kelembaban serta untuk mendapatkan ketelitian yang akurat, maka untuk mengkonversi data keluaran yang merupakan data digital haruslah mengikuti persamaan sebagai berikut:

RHlinear = C1 + C2 x SORH + C3 x SORH² (2.1)

Dengan nilai C1, C2 dan C3 pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Konstanta konversi untuk Pengukuran RH

Untuk mendapatkan nilai fisik suhu terhadap nilai keluaran sensor mengikuti persamaan (2.2)

Temperatur = d1 + d2 x SOT (2.2) Ket: d1, d2 : konstanta konversi nilai temperature

SOT : Data keluaran digital sensor SHT11

Nilai d1, d2 dipengaruhi tegangan power sensor yang digunakan dan jumlah bit yang dikeluarkan oleh sensor. Nilai d1, d2 didapatkan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Konstanta Konversi Pengukuran Temperatur

SHT11 adalah sebuah single chip sensor suhu dan kelembaban relatif dengan multi modul sensor yang outputnya telah dikalibrasi secara digital. Dibagian dalamnya terdapat kapasitas polimer sebagai eleman untuk sensor kelembaban relatif dan sebuah pita regangan yang digunakan sebagai sensor temperatur. Output kedua sensor digabungkan dan dihubungkan pada ADC 14 bit dan sebuah interface serial pada satu chip yang sama. Sensor ini mengahasilkan sinyal keluaran yang baik dengan waktu respon yang cepat. SHT11 ini dikalibrasi pada ruangan denagn kelembaban yang teliti menggunakan hygrometer sebagai referensinya. Koefisien kalibrasinya telah diprogramkan kedalam OTP memory. Koefisien tersebut akan digunakan untuk mengaklibrasi keluaran dari sensor selama proses pengukuran.

Gambar 2.5 Diagram Blok SHT11

Sistem sensor yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban adalah SHT11 dengan sumber tegangan 5 Volt dan komunikasi bidirectonal 2-wire. Sistem sensor ini mempunyai 1 jalur data yang digunakan untuk perintah pengalamatan dan pembacaan data. Pengambilan data untuk masing-masing pengukuran dilakukan dengan memberikan perintah pengalamatan oleh mikrokontroler. Kaki serial Data yang terhubung dengan mikrokontroler memberikan perintah pengalamatan pada pin Data SHT11 “00000101” untuk mengukur kelembaban relatif dan “00000011” untuk pengukuran temperatur. SHT11 memberikan keluaran data kelembaban dan temperatur pada pin Data secara bergantian sesuai dengan clock yang diberikan mikrokontroler agar sensor dapat bekerja. Sensor SHT11 memiliki ADC (Analog to

Digital Converter) di dalamnya sehingga keluaran data SHT11 sudah terkonversi

data pada mikrokontroler. Skema pengambilan data SHT11 dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini.

Gambar 2.6 Skema Pengambilan Data SHT11 Tabel 2.3 Konfigurasi pin SHT11

Pin Name Comment

1 GND Ground

2 DATA Serial data bidirectional

3 SCK Serial clock input

4 VDD Supply 2.4-5.5V

Suhu Sebenarnya

Kelembaban Relatifnya

Gambar 2.7 Grafik Akurasi RH dan Temperatur pada berbagai tipe

R al at p ad a se n so r R al at p ad a se n so r

Gambar di atas menampilkan kinerja dari sensor SHT11, yaitu grafik perbandingan akurasi RH dan Temperatur pada berbagai tipe jenis sensor. Pada sensor SHT11 terlihat pada grafik akurasi. Temperatur untuk suhu yang diukur dari 0 - 500C, maka ralat pada sensor sebesar ±10C. Untuk suhu dari -10 – 600C, maka ralat pada sensor sebesar 1,40C. Dengan demikian dari grafik didapat suhu maksimal sebesar 20,50C. Sedangkan pada grafik akurasi RH, besar kelembaban yang diukur dari 20 – 80%RH, ralat pada sensor sebesar ±5%RH. Dari berbagai tipe sensor pada grafik diatas terlihat hasil yang lebih baik dapat diperoleh jika menggunakan sensor SHT11 dengan resolusi dan kualitas yang lebih baik.

2.4 Komunikasi Serial

Pada PC / laptop standar, biasanya terdapat sebuah port untuk komunikasi serial. Pada prinsipnya, komunikasi serial ialah komunikasi dimana pengiriman data dilakukan per bit, sehingga lebih lambat dibandingkan komunikasi parallel seperti pada port printer yang mampu mengirim 8 bit sekaligus dalam sekali detak. Beberapa contoh penerapan komunikasi serial ialah mouse, scanner dan sistem akuisisi data yang terhubung ke port serial COM1/COM2.

Dikenal 2 cara komunikasi data secara serial, yaitu komunikasi data serial sinkron dan komunikasi data serial asinkron. Pada komunikasi data serial sinkron, clock dikirimkan bersama-sama dengan data serial tetapi clock tersebut dibangkitkan sendiri-sendiri baik pada sisi pengirim maupun pada sisi penerima. Sedangkan komunikasi data serial asinkron. Tidak diperlukan clock karena data dikirimkan dengan kecepatan tertentu. Baik pada pegirim maupun penerima.

Kecepatan pengiriman (baudrate) dapat dipilih bebas dalam rentang tertentu. Baudrate yang umum dipakai adalah 300, 600, 1200, 2400, 9600, dsb (bit/detik). Dalam komunikasi data serial, baudrate dari kedua alat yang berhubungan harus diatur pada kecepatan yang sama. Selanjutnya, harus ditentukan panjang data (6, 7, atau 8 bit), paritas (genap, ganjil atau tanpa paritas), dan jumlah bit “Stop” (1, 1½ atau 2 bit).

2.4.1 Karakteristik Sinyal Port Serial

Standar sinyal komunikasi serial yang banyak digunakan adalah Standar RS232 yang dikembangkan oleh Electronic Industri Association and The telecommunication

Industry Association (EIA/TIA) yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962.Ini

terjadi jauh sebelum IC TTL populer sehingga sinyal ini tidak ada hubungan sama sekali dengan level tegangan IC TTL. Standar ini hanya menyangkut komunikasi antara (Data Terminal Equipment – DTE) dengan alat – alat pelengkap komputer (Data Circuit Terminating Equipment – DCE).

Standar sinyal serial RS232 memiliki ketentuan level tegangan sebagai berikut:

1. Logika ‘1’ disebut “Mark” terletak antara -3 Volt sampai -25 Volt 2. Logika ‘0’ disebut “Space” terletak antara +3 Volt sampai +25 Volt.

3. Daerah tegangan antara -3 Volt sampai +3 Volt adalah invalid level, yaitu tegangan yang tidak memiliki level logika pasti sehingga harus dihindari. Demikian juga level tegangan dibawah -25 Volt dan diatas +25 Volt juga harus dihindari karena bisa merusak line driver pada saluran RS232

Gambar dibawah adalah contoh level tegangan RS232 pada pengiriman huruf “A” dalam format ASCII tanpa bit paritas.

Gambar 2.8 Level Tegangan RS232 pada pengiriman huruf “A” Tanpa Bit Paritas.

2.4.2 Port Komunikasi Serial

Komunikasi serial membutuhkan port sebagai saluran data. Berikut tampil port serial DB9 yang umum digunakan sebagai port serial.

Gambar 2.9 Port DB9 jantan

Gambar 2.10 Port DB9 betina

Untuk menghubungkan antara 2 buah PC, biasanya digunakan format null mode, dimana pin TxD dihubungkan dengan RxD pasangan, pin Sinyal ground (5) dihubungkan dengan SG di pasangan, dan masing masing pin DTR, DSR dan CD dihubung singkat, dan pin RTS dan CTS dihubung singkat di setiap devais.

Gambar 2.11 Susunan Pin Konektor DB9 Berikut ini adalah tabel Fungsi Susunan Pin Konektor DB9 :

Tabel 2.4 Fungsi Susunan Konektor DB9

Pin Nama Signal Fungsi

1 DCD Data Carrier Detect, sinyal yang menyatakan bahwa

modem telah menerima sinyal carrier valid dari modem lain.

3 TXD Sinyal data dari PC ke modem (Pengiriman).

4 DTR Data Terminal Ready, sinyal kendali dari PC ke

modem, untuk mengaktifkan modem.

5 GND Sinyal Ground

6 DSR Data Set Ready, sinyal kendali dari modem ke PC

yang menyatkan bahwa modem siap mengirim atau menerima data.

7 RTS Request To Send, sinyal kendali dari PC yang

menandakan bahwa PC siap menerima data

8 CTS Clear To Send, sinyal kendali dari modem yang

menandakan bahwa modem siap menerima data.

9 RI Ring Indicator, sinyal kendali ke PC, tanda bahwa

saluran telepon berdering.

Tabel 2.5 Konfigurasi pin dan nama sinyal konektor serial DB-9

Keterangan mengenai fungsi saluran RS232 pada konektor DB-9 adalah sebagai berikut:

1. Received Line Signal Detect, dengan salauran ini DCE memebritahukan ke DTE bahwa terminal masukan ada data masuk.

2. Received Data, digunakan DTE menerima data dari DCE 3. Transmit Data, digunakan DTE mengirimkan data ke DCE.

4. Data Terminal Ready, pada saluran ini DTE memberitahukan kesiapan terminalnya.

5. Signal Ground, saluran grund.

6. Ring Indicator, pada saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa sebuah stasiun menghendaki hubungan dengannya.

7. Clear To Send, dengan saluran ini DCE memberitahukan bahwa DTE boleh mulai mengirim data.

8. Request To Send, dengan saluran ini DCE diminta mengirim data oleh DTE. 9. DCE Ready, sinyal aktif pada saluran ini menunjukkan bahwa DCE sudah

siap.

Untuk dapat menggunakan port serial harus diketahui dahulu alamat dari port serial tersebut. Biasanya tersedia dua port serial pada CPU, yaitu COM1 dan COM2. Base Address COM1 biasanya 1016 (3F8h) dan COM2 biasanya 760 (2F8h). Alamat tersebut adalah alamat yang biasa digunakan, tergantung komputer yang digunakan.Tepatnya kita bisa melihat pada peta memori tempat menyimpan alamat tersebut, yaitu memori 0000.0400h untuk COM1 dan 0000.0402h untuk COM2.

Setelah diketahui base addressnya, maka kita dapat menentukan alamat register-register yang digunakan untuk komunikasi port serial ini. Berikut adalah tabel register-register yang digunakan beserta alamatnya.

Tabel 2.6 Nama – nama Register

Keterangan mengenai fungsi-fungsi register-register tersebut, adalah sebagai berikut:

2. TX Buffer, digunakan untuk menampung dan menyimpan data yang akan dikirim ke port serial.

3. Baudrate Divisor Latch LSB, digunakan untuk menampung byte bobot

rendah untuk pembagi clock pada IC USART agar didapat baudrate yang tepat.

4. Baudrate Divisor Latch MSB, digunakan untuk menampung byte bobot

rendah untuk pembagi clock pada IC USART sehingga total angka pembagi adalah 4 byte yang dapat dipilih dari 0001h sampai FFFFh.

Berikut adalah tabel angka pembagi yang sering digunakan : Tabel 2.7 Angka Pembagi

2.4.3 Kontrol Aliran (Flow Control)

Jika kecepaan pengiriman (baudrate) data dari DTE ke DCE (misal dari komputer ke modem) lebih cepat dari pada transfer data dari DCE ke DTE (modem ke modem) maka cepat atau lambat kehilangan data akan terjadi karena buffer pada DCE akan mengalami overflow. Untuk itu diperlukan sistem flow control untuk mengatasi masalah tersebut. Ada 2 macam kontrol aliran (flow control) yaitu secara hardware dan secara software.

Kontrol aliran (flow control) secara software atau yang sering disebut dengan Xon (karakter ASCII 17) dan Xoff (karakter ASCII 19). DCE akan mengirimkan Xoff ke komputer untuk memberitahukan agar komputer menghentikan pengiriman data jika buffer pada DCE telah penuh. Jika buffer telah kembali siap menerima data DCE akan mengirimkan karakter Xon ke komputer dan komputer akan melanjutkan pengiriman data sampai data terkirim semua. Keuntungan kontrol aliran (flow control) ini adalah hanya diperlukan kabel sedikit karena lewat saluran TX/RX.

Kontrol aliran (flow control) secara hardware atau sering disebut dengan RTS/CTS menggunakan dua kabel untuk melakukan pengontrolan. Komputer akan menset saluran Request to Send (RTS) jika akan mengirimkan data ke DCE. Jika buffer di DE siap menerima data, maka DCE akan membalas dengan menset saluran Clear to Send dan komputer akan mulai mengirimkan data. Jika buffer telah penuh, maka saluran akan direset dan komputer akan menghentikan pengiriman data sampai saluran diset kembali.

Untuk mengirim dan menerima data dari port serial, diperlukan program (software) yang bisa dibuat dengan Delphi atau Visual Basic misalnya, atau bisa juga menggunakan HyperTerminal yang merupakan program bawaan Windows. Tampilan

HyperTerminal dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 2.12 Tampilan HyperTerminal

Gambar 2.13 Pemilihan Port Serial

Masukkan nama koneksi lalu tekan OK, maka akan muncul kotak dialog untuk mengatur port yang digunakan (pilih COM1 atau COM2 bergantung pada konfigurasi

komputer yang digunakan) dan tekan tombol OK. Kemudian akan muncul kotak dialog COM1 Properties (Gambar 2.9) yang berfungsi mengatur baudrate, jumlah bit data, bit stop dan kontrol aliran (Flow Control). Baudrate 2400 bps, bit data dan bit paritas None, bit stop 1 dan Flow Control None. Setelah itu HyperTerminal siap digunakan.

Gambar 2.14 Pengaturan Port Serial

2.4.4 Koneksi Ke RS232 Port

Selain sinyal data, terdapat sinyal – sinyal protokol komunikasi serial pada komputer dan dihubungkan keluar melalui konektor male DB9 (komputer baru) dan DB25 (komput er lama), nama sinyal – sinyal tersebut adalah:

• RD, Receive Data (RXD).

• TD, Transmit Data

• SG, Signal Ground

• DTR, Data Terminal Ready

• DSR, Data Set Ready

• CD, Carrier Detect

• RTS, Request To Send

• CTS, Clear To Send.

Konfigurasi Null Modem digunakan untuk menghubungkan dua DTE, dengan diagram perkabelan dapat dilihat pada gambar 2.15. Dalam hal ini hanya membutuhkan tiga kabel antara DTE, yaitu TxD, RxD dan Gnd. Cara kerjanya yaitu,

bagaimana membuat komputer agar mengira dia berkomunikasi dengan modem DCE bukan dengan komputer lainnya.

Gambar 2.15 Diagram Pengkabelan Konfigurasi Null Modem

Pada gambar di atas terlihat bahwa kaki DTR (Data Terminal Ready) dihubungkan ke DSR (Data Set Ready) dan juga ke CD (Carrier Detect) pada masing-masing komputer, sehingga pada saat sinyal DTR diaktifkan maka sinyal DSR dan CD juga ikut aktif (konsep Modem Semu atau Virtual Modem). Karena komputer dalam hal ini melakukan pengiriman data dengan kecepatan yang sama, maka kontrol aliran (flow kontrol) belum dibutuhkan sehigga RTS (Request To Sent) pada masing-masing komputer saling dihubungkan. Sedangkan untuk pengujian port serial bisa digunakan konfigurasi Loopback sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.16 berikut.

Gambar 2.16 Pengkabelan pada Konfigurasi Loopback Plud

Konvertor level untuk saat ini tersedia dalam bentuk IC, contoh adalah ICL232 dari Harris semikonduktor, MAX232 dari Maxim.

Gambar 2.17 IC MAX232

2.5 Modul LCD (Liquid Crystal Display)

LCD yang digunakan adalah jenis LCD M1632, yang merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya rendah. Modul tersebut dilengkapi dengan desain mikrokontroler yang didesain khusus untuk mengendalikan LCD. Mikrokontroler HD44780 buatan Hitachi yang berfungsi sebagai pengendali LCD memiliki CGROM, CGRAM, dan DDRAM. Berikut bagian-bagian dari LCD M1632.

1. DDRAM (Display data Random Accsee Memory) merupakan memori tempat karakter yang ditampilkan berada. Contoh untuk karakter ‘L’ atau 4CH yang ditulis pada alamat 00, karakter tersebut akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari LCD. Apabila karakter tersebut ditulis pada alamat 40, maka karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari LCD. 2. CDRAM (Character Generator Random Acces Memory) merupakan memori

untuk mengga,barkan pola sebuah karakter dimana bentuk dari karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Namun, memori akan hilang saat power supply tidak aktif sehingga pola karakter akan hilang.

3. CGROM (Character Generator Read Only Memory) merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana pola tersebut sudah ditentukan secara permanent dari HD44780 sehingga pengguna tidak dapat mengubahnya lagi. Namun, oleh karena ROM bersifat permanent, pola karakter tersebut tidak akan hilang walaupun power supply tidak aktif.

Untuk keperluan antarmuka suatu komponen elektronik dengan mikrokontroler, perlu diketahui fungsi dari setiap kaki pada LCD.

Gambar 2.18 Modul LCD karakter 2x16

Dari gambar diatas dapat dijelasakan fungsi dari setiap kaki pada LCD, sebagai berikut:

1. Kaki 1 (GND)

Kaki ini dihubungkan dengan tegangan +5 Volt yang merupakan tegangan untuk sumber daya dari HD44780 (khusus untuk modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini adalah VCC)

2. Kaki 2 (VCC)

Kaki ini dihubungkan dengan tegangan 0 volt (ground) dan modul LCD (khusus untuk modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini adalah GND)

3. Kaki 3 (VEE/VLCD)

Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini terhubung pada V5. Kontras mencapai nilai maksimum pada saat kondisi kaki ini pada tegangan 0 volt. 4. Kaki 4 (RS)

Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses. Untuk akses ke register data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk akses ke register perintah, logika dari kaki ini adalah 0.

5. Kaki 5 (R/W)

Logika 1 pada kaki ini menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode pembacaan dan logika 0 menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode penulisan. Untuk aplikasi yang tidak memerlukan pembacaan data pada modul LCD, kaki ini dapat dihubungkan langsung ke ground.

Enable Clock LCD, kaki ini mengaktifkan clock LCD. Logika 1 pada kaki ini

diberikan pada saat penulisan atau pembacaan data. 7. Kaki 7-14 (D0-D7)

Data bus, kedelapan kaki modul LCD ini adalah bagian dimana aliran data sebanyak 4 bit atau 8 bit mengalir saat proses penulisan maupun pembacaan data.

8. Kaki 15 (Anoda)

Berfungsi untuk tegangan positif dari backlight modul LCD sekitar 4,5 volt (hanya terdapat untuk M1632 yang memiliki backlight).

9. Kaki 16 (Katoda)

Tegangan negatif backlight modul LCD sebesar 0 volt (hanya untuk M1632 yang memiliki backlight).

Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan R/W, dimana: Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa data sedang dikirimkan. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika low “0” dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika “1” dan tunggu untuk sejumlah waktu tertentu (sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut) dan berikutnya set EN ke logika low “0” lagi.

Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS berlogika low “0”, data akan dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti clear screen, posisikursor, dll). Ketika RS berlogika high “1”, data yang dikirim adalah data text yang akan ditampilkan pada display LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan huruf “1” pada layer LCD maka RS harus diset logika high “1”, jalur R/W adalah jalur control Read/Write. Ketika RW berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika high ”1”, maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin R/W selalu diberi logika low “0”. Pada akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalur

(bergantung pada mode operasi yang dipilih oleh user). Pada kasus bus data 8 bit, jalur diacukan sebagai DB0 s/d DB7.

Beberapa perintah dasar yang harus dipahami adalah inisialisasi LCD Character:

1. Function Set berfungsi untuk mengatur interface lebar data, jumlah dari baris dan ukuran font karakter

RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0

0 0 0 0 1 DL N F X X

Dimana: X : Don’t care

DL : Mengatur lebar data

DL=1, Lebar data interface 8 bit ( DB7 s/d DB0) DL=0, Lebar data interface 4 bit ( DB7 s/d DB4)

Ketika menggunakan lebar data 4 bit, data harus dikirimkan dua kali

N: Pengaktivan baris

N=0, 1 baris N=1, 2 baris

F: Penentuan ukuran font karakter

F=0, 5x7 F=1, 5x8

2. Entry Mode Set berfungsi untuk mengatur increment/ decrement dan mode geser

RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0

Dimana:

I/D: Increment/ decrement dari alamat DDRAM dengan 1 ketika kode karakter

dituliskan ke DDRAM. I/D = “0”, decrement I/D= “1”, increment

S: Geser keseluruhan display kekanan dan kekiri

S=1, geser kekiri atau kekanan bergantung pada I/D S=0, display tidak bergeser

3. Display On/ Off Cursor berfungsi untuk mengatur status display ON atau OFF, cursor ON/ OFF dan fungsi Cursor Blink

RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 0 0 0 0 0 0 1 D C B Dimana: D : Mengatur display D = 1, Display is ON D = 0, Display is OFF

Pada kasus ini data display masih tetap berada di DDRAM, dan dapat ditampilkan kembali secara langsung dengan mengatur D=1.

C : Menampilkan kursor C = 1, kursor ditampilkan C = 0, kursor tidak ditampilkan

B : Karakter ditunjukkan dengan kursor yang berkedip B=1, kursor blink

RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0

4. Clear Display berfungsi sebagi perintah untuk menghapus layar

5. Geser Kursor dan Display berfungsi untuk menggeser posisi kursor atau display ke kanan atau kekiri tanpa menulis atau baca data display. Fungsi ini digunakan untuk koreksi atau pencarian display.

RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0

0 0 0 0 0 1 S/C R/L X X

Catatan : x = Dont care

S/C R/L Note

0 0 Shift cursor position to the left

0 1 Shift cursor position to the right

1 0 Shift the entire display to the left

1 1 Shift the entire display to the right

2.5.2 Posisi Kursor

Modul LCD terdiri dari sejumlah memori yang digunakan untuk display. Semua text yang kita tuliskan ke modul LCd adalah disimpan didalam memori ini, dan modul

Dokumen terkait