• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA:

2.5. Konfigurasi Politik Hasil Pemilu 2004 d

Pemilu Legislatif 2004 yang dilaksanakan pada 5 April 2004, menggunakan sistem proporsional terbuka yang sedikit berbeda dari pemilu sebelumnya. Sistem ini masih memberikan kedudukan yang kuat pada partai politik melalui sistem daftar urut namun sistem ini juga memberikan peluang bagi calon yang populer tanpa melihat nomor urut.51 Peserta Pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai politik, di antaranya akan berkompetisi merebut 85 kursi yang tersedia di DPRD Provinsi Sumatera Utara, selain kursi untuk DPR-RI dari daerah pemilihan Sumatera Utara.52

Pada Pemilu 2004, Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 25 kabupaten/kota dan memiliki jumlah penduduk yang bervariasi itu terlaksana dengan damai, meskipun proses sengketa hasil pemilu terjadi di daerah hingga ke ranah meja hijau. Ada daerah yang tergolong sangat padat serta daerah yang jumlah penduduknya sedikit. Sehingga memerlukan berbagai pendekatan yang berbeda dalam mengakomodasi berbagai kepentingan masing-masing daerah baik dari segi suku, agama dan ras. Mengingat penduduk di Sumatera Utara yang multikultural, Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara, menetapkan jumlah daerah pemilihan sebanyak sembilan.53

       

51 Lihat Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 yang menyebutkan, “Pemilu untuk

anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka.”

52 Jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2004, menurut BPS Provinsi Sumatera Utara, sebanyak

11.890.399 juta jiwa. Sesuai dengan Pasal 5 ayat (2) huruf f disebutkan bahwa Daerah Tingkat I yang jumlah penduduknya di atas 9.000.000 (sembilan juta) jiwa sampai dengan 12.000.000 (dua belas juga) jiwa mendapat 85 (delapan puluh lima) kursi.

53

Daerah Pemilihan (dapil) dalam Pemilu Legislatif 2004 juga mengalami perubahan dari pemilu sebelumnya. Jika sebelum Pemilu 2004 dapil selalu identik dengan wilayah administratif pemerintahan

Universitas Indonesia  Tabel 2.1

Daftar Daerah Pemilihan DPRD Provinsi Sumatera Utara pada Pemilu 2004 No. Daerah Pemilihan

(Dapil) Wilayah Jumlah Kursi

1. Dapil 1 Medan 14 kursi

2. Dapil 2 Deli Serdang 11 kursi

3. Dapil 3 Serdang Bedagai, Tebing Tinggi 5 kursi

4. Dapil 4 Asahan, Tanjung Balai 8 kursi

5. Dapil 5 Labuhan Batu 7 kursi

6. Dapil 6 Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal

8 kursi

7. Dapil 7 Nias, Nias Selatan 5 kursi

8. Dapil 8 Tapanuli Tengah, Sibolga, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Samosir

8 kursi

9. Dapil 9 Siantar, Simalungun 7 kursi

10. Dapil 10 Dairi, Pakpak Bharat, Karo 4 kursi

11. Dapil 11 Langkat, Binjai 8 kursi

Sumber: Data KPU Provinsi Sumatera Utara, 2004.

Jumlah pemilih yang terdaftar dalam Pemilu 2004 di Sumatera Utara sebesar 7.490.581 jiwa, namun hanya 5.248.681 pemilih yang memberikan hak suaranya (70,7%). Sementara sebanyak 2.241.900 jiwa yang tidak memilih (29,93%). Tingginya angka yang tidak menggunakan hak pilih ini mengisyaratkan masih lemahnya kesadaran pemilih untuk berpartisipasi dalam pemilu di samping lemahnya sosialisasi pelaksanaan pemilu dari pemerintah dan penyelenggara pemilu, kesalahan teknis dan kecurangan turut memberikan kontribusi terhadap eskalasi jumlah yang tidak ikut memilih.

Konversi suara menjadi kursi dalam Pemilu 2004 menggunakan sistem kuota murni. Dari sistem ini perolehan kursi tergantung dari daerah pemilihan, bisa saja partai yang memperoleh suara sama atau hampir sama belum tentu memiliki kursi yang sama pula. Dari 24 partai politik peserta Pemilu 2004, hanya 14 partai politik yang memiliki kursi di DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009.

       yaitu provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan untuk setiap tingkatan lembaga legislatif. Namun, pada Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum mengatur bahwa daerah pemilihan anggota DPR adalah provinsi atau bagian-bagian provinsi. Daerah pemilihan anggota DPRD Provinsi adalah kabupaten/kota atau gabungan kabupaten/kota, dan daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota adalah kecamatan atau gabungan kecamatan.

Universitas Indonesia  Tabel 2.2

Perolehan Kursi DPRD Provinsi Sumatera Utara Hasil Pemilu 2004

No. Nama Partai Politik Perolehan

Suara Perolehan Kursi Persentase Kursi (%) 1. Golongan Karya 1.089.810 19 22,4 2. PDIP 779.455 13 15,3 3. Partai Demokrat 379.860 10 11.8

4. Partai Persatuan Pembangunan 377.467 8 9,4

5. Partai Keadilan Sejahtera 376.843 8 9,4

6. Partai Amanat Nasional 313.555 8 9,4

7. Partai Damai Sejahtera 315.795 6 7,1

8. Partai Bintang Reformasi 221.492 5 5,7

9. Partai Bulan Bintang 138.306 3 3,5

10. Partai Perhimpunan Indonesia Baru 146.846 1 1,2

11. PNBK 116.232 1 1,2

12. Partai Patriot Pancasila 122.455 1 1,2

13. PBSD 101.235 1 1,2

14. Partai Pelopor 94.732 1 1,2

15. Partai Kebangkitan Bangsa 93.973 - -

16. PKPB 87.501 - -

17. PKPI 86.856 - -

18. Partai Sosialis Indonesia (PSI) 65.002 - -

19. PNI-Marhainisme 64.648 - -

20. PPDK 64.474 - -

21. Partai Merdeka 63.408 - -

22. PPDI 56.013 - -

23. Partai Pembangunan Daerah (PPD) 55.872 - -

24. PNUI 36.896 - -

Sumber: KPU Provinsi Sumatera Utara, 2004.

Dari 24 partai politik peserta Pemilu 2004, hanya 14 partai politik yang berhasil menempatkan calon legislatornya di DPRD Provinsi Sumatera Utara dan 10 partai politik yang tidak mencukupi suara untuk terpilih menjadi anggota legislatif. Hasil Pemilu 2004 sekaligus akan menentukan dinamika dalam setiap pengambilan keputusan pemerintah yang memerlukan persetujuan DPRD Provinsi Sumatera Utara. Begitu juga saat mengusulkan calon kepala daerah, komposisi kursi partai politik di parlemen menentukan jumlah besaran dukungan saat mengusulkan calon kepala daerah. Partai Golongan Karya dan PDIP adalah partai yang memperoleh suara lebih dari 15% dan memenuhi syarat untuk mengusulkan calon kepala daerah tanpa harus bersama-sama dengan partai politik lain. Sedangkan partai politik lainnya memperoleh

Universitas Indonesia  suara di bawah 15% dan harus mencari dukungan dari partai lain untuk secara bersama-sama mengusulkan calon Gubernur Provinsi Sumatera Utara.54

Pemilu 2004 memberikan kesempatan kepada kader Pemuda Pancasila yang berprofesi sebagai politisi menjadi anggota DPRD. Dari 80 anggota DPRD Provinsi yang terpilih, ada 6 yang tercatat sebagai kader Pemuda Pancasila. Mereka adalah Marzuki dan Syahrul Pasaribu terpilih dari Partai Golkar, Kamaluddin Harahap dan Abdul Hakim Siagian dari PAN, Eddi Rangkuti dari PDIP, dan Edison Sianturi dari Partai Patriot. Meskipun jumlahnya sedikit, namun posisi mereka di DPRD Provinsi Sumatera Utara sangat strategis. Syahrul Pasaribu menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar Periode 2004-2009, Eddi Rangkuti terpilih sebagai Ketua Fraksi PDIP, Kamaluddin Harahap sebagai Ketua Fraksi PAN. Terpilihnya kader Pemuda Pancasila sebagai anggota legislatif tentu akan membantu kepentingan organisasi dalam kebijakan strategis di daerah, walaupun mereka harus berkoordinasi dengan ketua partai politik masing-masing.

Tabel 2.3

Kader Pemuda Pancasila yang Menjadi

Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009

No. Nama Asal Fraksi Jabatan di DPRD Sumut

1. Syahrul Pasaribu Partai Golkar Ketua Fraksi Golkar

2. Marzuki Partai Golkar Sekretaris Fraksi Golkar

3. Kamaluddin Harahap PAN Ketua Komisi E

4. Abdul Hakim Siagian PAN Anggota

5. Eddi Rangkuti PDIP Ketua Fraksi PDIP

6. Edison Sianturi Bersama Anggota

Sumber: Hasil Wawancara, 2011.

Pemuda Pancasila memiliki pengaruh langsung kepada Partai Patriot Pancasila yang memperoleh satu kursi di DPRD Provinsi Sumatera Utara. Dengan perolehan kursi tersebut, maka Partai Patriot Pancasila tentu memiliki bagian dari kekuatan parlemen di Sumatera Utara. Sebagai partai baru, Partai Patriot Pancasila yang dideklarasikan di Jakarta tahun 2007, tentu akan lebih memudahkan pimpinan Pemuda Pancasila Provinsi Sumatera Utara untuk berkordinasi dalam kaitannya dengan kebijakan pemerintah daerah. Selalu ada ruang untuk memberikan warna dalam setiap

       

54 Lihat UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum

No. 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah BAB II Bagian Kesatu Pasal 3 ayat (1) huruf a dan b.

Universitas Indonesia  kebijakan di daerah sejalan dengan otonomi daerah yang sedang diberlakukan. Otonomi daerah memberikan ruang terhadap partisipasi Pemuda Pancasila dalam proses penetapan kebijakan publik di daerah. Kondisi ini mempermudah Pemuda Pancasila karena terkait dengan perolehan satu kursi Partai Patriot di DPRD Provinsi Sumatera Utara. Melalui jaringan organisasi yang dibangun, pimpinan Pemuda Pancasila bisa berperan aktif untuk mencari solusi dari permasalahan yang terjadi di lembaganya.

Perubahan situasi politik itu, yang menyebabkan Pemuda Pancasila harus beradaptasi dalam menjalankan organisasinya agar dapat memberikan pengaruh secara terus menerus dalam konstelasi politik di Sumatera Utara. Kemudian memberikan kebebasan kepada pimpinan organisasi di daerah untuk mengambil keputusan sekaligus sebagai latihan dalam mengatasi persoalan yang ada di setiap tingkatan kepemimpinan. Membentuk jaringan kepada para pengambil keputusan di daerah baik legislatif dan eksekutif serta memelihara basis massa organisasi secara berkelanjutan. Langkah-langkah yang dilakukan Pemuda Pancasila tersebut menjadi bagian dari konsolidasi organisasi.